ROTI CINTA 04
(Tien Kumalasari)
“Belum pulang? Kemana dia?” tanya Baskoro.
“Nggak tahu, aduh.. ibu itu suka khawatir kalau ada anak muda pergi trus pulangnya lewat dari jam yang sewajarnya. Ibu teringat masa lalu ibu,” kata Yanti dengan gelisah.
“Kamu tidak usah takut, Dian anak yang baik, mana mungkin dia melakukan hal-hal yang tidak pantas? Sudahlah, kamu tenang saja. Kalau bisa dihubungi, telpon dia, kalau tidak ya tungguin saja. Jangan berlebihan deh.”
“Ibu sudah hubungi, tidak diangkat oleh dua-duanya.”
“Mungkin tidak mendengar, atau di silent. Ibu, sudahlah, percaya sama masmu ini, Dian itu anak baik.”
“Ya sudah mas, tapi cepat pulang ya, masalah ini harus segera jelas bagi Dian maupun Dina. Sudah saatnya mereka tahu semuanya.”
“Baiklah, baiklah, sekarang kamu tidur ya.. aku akan sampai dirumah dua hari lagi, tiketnya sudah terlanjur beli, dan tampaknya tidak bisa dimajukan karena pesanan aku itu di tanggal yang paling dulu bisa berangkat.”
“Baiklah, hati-hati ya mas, Arini baik-baik saja?”
“Ya, dia sudah kangen ibu juga katanya.”
***
Malam itu Dian membawa Dina berputar-putar. Memang sih, jam sudah menunjukkan pukul duabelas malam. Dina mulai mengantuk, lalu menyandarkan kepalanya dan memejamkan matanya.
“Ngantuk ya?” tanya Dian.
“Hm emh..”
“Sini, sandaran di pundak aku..”
“Nggak enak dong, pundak kamu keras. Enakan begini.”
“Baru jam duabelas lebih dikit, sebentar lagi sampai rumah. Kamu tidur saja, nanti aku gendong sampai ke kamar kamu.”
“Hmm..” Dina menjawab tanpa membuka matanya. Ia juga tak mendengar begitu jelas apa yang dikatakan Dian. Yang penting dia ngantuk dan ingin tidur secepatnya.
Dian melirik kearah gadis yang terlelap disampingnya. Dari sinar lampu-lampu yang dilalui, Dian bisa menatap wajah cantik yang terkulai tanpa daya disampingnya. Tampaknya dia memang sudah ngantuk berat. Ingin rasanya Dian mengelus pipi Dina yang lembut dan kemerahan, tapi tangannya mendadak gemetar sebelum berhasil menyentuhnya.
Tiba-tiba disebuah tikungan Dian melihat sesuatu. Dua orang pemuda sedang menarik narik seorang gadis yang diseretnya turun dari dalam mobil.
Terdengar gadis itu berteriak-teriak, namun dua orang pemuda itu tak peduli. Jalanan itu memang agak sepi, jarang ada kendaraan lewat. Dian sebenaarnya jarang melewatinya, tapi kali ini ia melihat Dina sudah sangat mengantuk, dan itu adalah jalan terdekat kearah rumah.
Dian menghentikan mobilnya dibelakang mobil dua berandalan itu. Dian terkejut karena mengenali gadis itu.
“Sawitri ?”
Gadis yang sedang meronta itu menoleh kearah datangnya suara.
“Pak… tolong pak..”
Salah satu dari berandal itu melepaskan pegangannya pada Sawitri, membalikkan tubuhnya yang tinggi besar, menghadap kearah Dian.
“Mau apa kamu? Pergi dan jangan ikut campur.”
“Aku mengenali gadis itu, apa yang kalian lakukan ?”
“Aku sudah bilang jangan ikut campur, pergilah! Kalau tidak aku bisa membunuh kamu!” hardiknya menakut-nakuti Dian.
Tapi Dian tidak takut, is merasa iba melihat Sawitri masih dalam rengkuhan berandal satunya. Kemarahannya memuncak. Ia melompat mendekati berandal yang mencengkeram Sawitri, tapi berandal tinggi besar itu menghadangnya.
“Hentikan! Mau apa kamu?”
“Lepaskan gadis itu, atau aku laporkan kalian pada polisi.”
Kedua berandal itu tertawa menjijikkan mendengar ancaman Dian.
“Polisi? Aku tidak takut pada polisi. Dengar peringatan aku, kamu pergi, atau aku akan membunuh kamu.”
Dian bukan penakut. Walau ia tahu lawannya bertubuh lebih besar dan tampak kokoh, ia menerjang lalu mendepakkan kakinya kearah tubuh si tinggi besar. Namun si berandal berhasil menghindar. Ia justru bisa memegang sebelah lengan Dian. Tapi Dian menyodok dada si gempal itu dengan siku tangannya.
“Auww!”
Kemarahannya meluap. Sambil masih memegangi tulang rusuknya yang merasa nyeri, ia balas menerjang Dian dengan sekuat tenaga. Namun dengan sekali lompatan Dian berhasil melompat ke samping sehingga bandar itu jatuh tersungkur.
“Teman berandal itu karena khawatir, lalu melepaskan pegangan Sawitri.
“Witri ! Lari ke mobil, bangunkan dia dan telpon polisi !!”
Sawitri tidak tahu siapa yang di maksud, tapi dia berhasil lari dan membuka pintu mobil, lalu melihat seorang gadis cantik terlelap disana. Sawitri mengenali gadis itu.
“Mbak, bangun mbak.. bangun, cepat telpon polisi !” kata Sawitri sambil menggoyang-goyang tubuh Dina.
Bukannya sadar akan adanya bahaya, Dina menggeliat dan menoleh kearah sampingnya yang kosong.
“Kita sudah sampai ?” katanya sambil menguap. Sawitri kesal bukan alang kepalang.
“mBak, mas Dian dalam bahaya, dia dikeroyok dua orang jahat.” Katanya sambil terus menggoyang-goyangkan tubuh Dina.
“Apaa ?”
“Lihat didepan, cepat lapor polisi.”
“Ya ampun, apa yang terjadi ?”
“Cepat mbak, telpoooon… telpooon..!” kata Sawitri gemas karena Dina seperti belum sadar juga.
“Oh, polisi ya… aduh… polisi..”
“Biar saya saja.” Tanpa sungkan Sawitri merebut ponsel Dina, lalu mencari nomor polisi terdekat.
Dina kemudian baru sadar bahwa Dian dalam bahaya. Ia melihat Dian jatuh bangun. Sebelum Dina turun dari mobil, dicarinya sesuatu. Ya ampun.. mana senjata.. mana senjata.. dan Dina menemukan sebuah payung. Dengan nekat Dina turun sambil membawa payung bergagang panjang itu.
Dilihatnya Dian terjatuh, dan seorang berandal menginjak dadanya.
“Bunuh dia !!” hardik penjahat itu. Tapi tiba-tiba Dina berhasil mengayunkan payung itu dari belakang orang yang sebelah kakinya menginjak dada Dian.
Orang itu menjerit dan jatuh terpelanting.
“Cari mampus semuanya.”
Salah seorang penjahat mencabut pisau dari pinggangnya.
“Mas Diaaaan…” teriak kedua gadis itu, lalu sebuah sirene polisi terdengar.
“Sialan! Ayo kita pergi !!”
Kedua penjahat itu kabur dengan mobilnya. Lalu Dina menubruk Dian yang masih terkapar . Tangisnya pecah melihat Dian terluka parah.
Polisi yang datang segera membawa Dian ke rumah sakit. Sawitri menyerahkan secarik kertas. Ia diam-diam mencatat nomor polisi mobil penjahat itu.
***
Dina belum merasa tenang, walau dokter sudah mengatakan bahwa Dian hanya luka luar saja. Sawitri yang duduk di sampingnya juga tak mengatakan apa-apa. Ia sangat menyesal, dan merasa bahwa ini semua adalah karena dirinya.
“Maafkan saya mbak,” akhirnya terucap kata lirih dari bibirnya.
Sawitri adalah karyawan Toko Roti cinta, dibagian kasir. Dia harusnya pulang jam sepuluh tadi, entah mengapa dia sampai diganggu oleh dua orang laki-laki jahat, yang hampir saja membuatnya celaka, kalau saja Dian tidak memergokinya.
“Biasanya kamu selalu pulang malam ?” tanya Dina.
“Biasanya jam sepuluh saya sudah pulang, tapi tadi tidak langsung pulang karena saya harus menjemput ibu yang sedang sakit dirumah nenek terlebih dulu. Saya sudah memanggil taksi, ketika ada mobil berhenti, dan itu saya kira taksi yang saya pesan, ternyata mobil itu berisi dua orang laki-laki yang sikapnya sangat kurangajar. Saya sudah berteriak-teriak minta diturunkan, tapi mereka malah membawa saya berputar-putar entah kemana. Kemudian mereka berhenti didepan sebuah rumah. Saya meronta tak ingin mengikuti mereka, dan untunglah mas Dian lewat. Tapi saya sedih, jadi begini kejadiannya.”
“Ini bukan kemauan kamu, saya sekarang justru memikirkan ibu kamu, pasti dia menunggu nunggu karena kamu berjanji akan menjemputnya bukan?”
“Iya, tapi saya sudah menelpon nenek saya bahwa saya belum bisa menjemput ibu.”
“Ibu sakit apa?”
“Sudah beberapa kali mengeluh perutnya sakit, tapi susah sekali dibawa ke dokter. Menurutnya hanya masuk angin atau karena salah makan.”
“Bagaimanapun harus dibawa ke dokter supaya tahu penyakitnya, dan segera mendapat penanganan yang tepat.”
“Iya sih mbak, tapi …”
“Tapi kenapa ?”
“Kami kan.. keluarga yang…”
“Dina.. Dina.. ada apa?” tiba-tiba bu Yanti muncul dan dengan panik mendekati Dina.
“Iya ibu, mas Dian di keroyok berandal.”
“Ya Tuhan, bagaimana keadaannya ?”
“Kata dokter hanya luka ringan, dibagian dahi dijahit, sekarang baru ditangani.”
Yanti segera menghambur masuk, tapi perawat menahannya.
“Ibu tunggu diluar dulu ya, pasien sedang ditangani.”
“Bagaimana keadaan anak saya?”
“Hanya luka ringan bu, ibu tidak usah khawatir. mungkin malam ini bisa langsung pulang.”
Yanti masih merasa gelisah karena belum bisa melihat keadaan anaknya. Kemudian kembali mendekati Dina. Yanti baru tahu kalau ada Witri disitu.
“Kok ini ada Witri? Bagaimana ? Apa yang sebenarnya terjadi ?”
“Ma’af ibu, ini semua karena saya.”
Lalu dibantu Dina kemudian Sawitri menceritakan seperti yang tadi dikatakannya kepada Dina.
“Ya Tuhan, untunglah kamu selamat Witri. Hati-hati kalau pulang malam. Kamu tidak naik taksi saja?”
“Saya baru menunggu taksi ketika mobil itu datang, saya kira itu taksi yang saya pesan, ternyata bukan,” kata Witri sambil mengusap air matanya.
“Ya sudah, tidak usah disesali. Kalau begitu biar sopir mengantar kamu kerumah nenek untuk menjemput ibu.”
”Tidak usah bu, kalau memang mas Dian tidak apa-apa.. biar saya naik taksi saja.”
“Jangan, kamu baru saja mengalami kejadian buruk, biar aku panggil sopir supaya mengantar kamu untuk menjemput ibu, kemudian mengantar kamu pulang.”
“Tapi bu…”
“Pak Man.. oh.. belum.. bukan saya belum mau pulang, tidak apa-apa.. mungkin boleh langsung pulang, tapi aku minta pak Man mengantar Witri ya. Iya, Sawitri , dia akan menjemput ibunya dirumah neneknya, tanyakan saja dimana alamatnya, tapi setelah itu pak Man langsung mengantarkannya pulang ke rumah Witri ya,” kata Yanti yang kemudian menelpon sopirnya.
“Ibu, terimakasih banyak,” kata Witri terharu.
“Sudah sana, pak Man menunggu kamu, kabari aku nanti bagaimana keadaan ibu kamu ya.”
“Baik, terimakasih banyak bu,” kata Witri sambil mencium tangan Yanti.
Dina menatapnya tak berkedip. Karyawan bu Yanti yang bernama Witri ini cantik sekali.
“Dia cantik ya bu,” kata Dina.
“Sudah tiga tahun dia bekerja di Roti Cinta. Kerjanya baik, kami suka.”
Lalu pintu UGD itu terbuka, dan Yanti segera menghampiri perawat itu.
“Bagaimana suster?”
“Menurut dokter, pak Ardian tidak harus rawat inap. Lukanya sudah di obati.”
“Alhamdulillah, syukurlah. Mana dia?”
Lalu tampak Dian berjalan tertatih menuju pintu, Yanti segera menubruknya sambil berlinang air mata.
“Anak ibu tidak apa-apa?”
“Tidak, ibu tidak usah khawatir. Mana Sawitri ?”
“Sudah saya suruh pak Man mengantarkan pulang. Kasihan, ibunya sakit.”
“Ibu, silahkan diselesaikan administrasinya diloket itu ya,” kata perawat sambil menyodorkan setumpuk kertas.
Yanti tak menjawab, ia meenerima kertas-kertas itu yang pastinya berisi tagihan, lalu berjalan menuju kasir, sementara Dina menghampiri Dian dan mengajaknya duduk.
“Sakitkah ?” tanya Dina sambil mengelus pelipis Dian yang terluka.
“Nggak, enak kalau dielus begini oleh tangan kamu.”
“Iiih, sakit juga masih norak deh.”
“Hm, untunglah kamu menolong aku memukul penjahat itu. Kalau tidak, kamu pasti akan kehilangan aku.”
“Aku bingung, tak ada pemukul atau apapun di mobil kamu, aku hanya menemukan payung. Tapi sakit juga ya dipukul pakai gagang payung itu, nyatanya penjahat itu terjatuh.”
“Karena sebelah kakinya ada diatas tubuh aku. Jadi keseimbangannya agak berkurang. Dan untunglah juga polisi segera datang.”
“Sawitri yang menelpon, aku masih pulas ketika dia membangunkan aku, ya ampun, sungguh aku bingung. Lalu Witri merebut ponsel aku dan menelpon polisi.”
“Sudah selesai, ayo kita pulang,” kata bu Yanti.
“Mobil kamu disini ?”
“Ya ibu Yanti, saya tadi yang membawa.”
“Oh, syukurlah.”
***
“Aduuh… sakiit…” Dian merintih ketika Yanti keluar dari kamar dan hanya Dina yang ada.
“Kolokan, tadi ada ibu mengapa diam, setelah ibu pergi baru bilang sakit. Bohong kan?”
“Ya ampun Din.. ini sakit beneran..”
“Iya lah sakit, namanya juga luka, trus dijahit, pasti rasanya pedih perih.”
“Kenapa kamu nggak kasihan sama aku?”
“Aku semalam sudah nangis karena kamu, sekarang air mataku sudah kering, orang sudah nggak apa-apa.”
“Dinaaaa… kamu jahat sama aku, nggak cinta ya sama aku..?”
“Cinta dong, masa sama kakaknya nggak cinta sih, tapi kakak kolokan nggak boleh dikasihani, nanti keterusan, manja,” kata Dina sambil beranjak keluar dari kamar.
“Dinaaaa…”
Cinta sama kakak, tapi bagi Dian, itu cinta yang berbeda. Aduh, bagaimana ya cara mengatakannya?”
Tapi kemudian yang masuk adalah ibunya, dengan membawa segelas susu.
“Dian, ada apa sih teriak-teriak begitu, tadi ibu disini kamu diam saja, sekarang kamu mau minta apa?”
“Nggak minta apa-apa, ya sudah, ibu tinggalin saja.”
“Sebentar lagi makan pagi akan dibawa kemari, kamu mau makan sendiri atau disuapin ibu ?”
“Sama Dina saja.”
“Dina juga lagi makan. Kamu nggak boleh begitu, Dina itu tamu kita.”
“Ya ampun bu, dia itu tamu, tapi kan tamu istimewa.. “
“Istimewa bagaimana maksud kamu?”
“Ibu, Dian cinta sama Dina..”
Dan segelas susu yang tadi dibawa Yanti jatuh kelantai. Gelas itu pecah, susunya berhamburan kemana-mana.
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah.
ReplyDeleteROTI CINTA_04 sdh tayang. Terimakasih bu Tien salam ADUHAI & *MERDEKA*
Salam NKRI buat sahabat-2 semua.
Alhamdulillah sudah tayang, terima kasih bunda Tien
DeleteAlhamdulillah Roti Cinta~04 sudah hadir, maturnuwun Bu Tien.. 🙏
DeleteAlhamdulillah RC-4 sdh tayang, terimaksih mbak Tien, slm hangat tetap sehat dan semangat, Merdeka.
DeleteWaduh gawat ini sepertinya Dian benar jatuh cinta sama Dina...Tapi untung msh blm terjadi apa2 sudah ada tokoh baru Sawitri..Tambah menarik dan ADUHAI ini cerita di tangan Bu Tien...Salam sehat dan ADUHAI utk Bu Tien.👍👍🙏🙏
DeleteTernyata juga ada Arini juga apa Arini ini adiknya Dian ya..Hasil pernikahan Baskoro dengan Ika kita tunggu saja cerita lanjutannya besuk..🙏🙏
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tienku, rcnya sudah tayang.
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien sayang.. salam sehat penuh Aduhaaaai ❤️😍
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien ... atas hidangan ROCIN 04 yang masih kebul².
ReplyDeleteSalam ADUHAI ...
Alhmdulillah... terima kasih.. roti cinta nya sdh sampe... sehat sehat trs mbu Tien sekeluarga
ReplyDeleteAlhamdulillah .... terima kasih. semoga sehat selalu bunda
ReplyDeleteYes
ReplyDeleteSuwun Roti Cinta 04 sudah tayang...salam aduhai
ReplyDeleteAlhamdulillah wasyukurilah Roti Cinta sdh mateng ....
ReplyDeleteTrmksh mb Tien...... Salam MERDEKA ADUHAI SEKALI., 💪
Alhamdulillah ....
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir,
Gasik lagi....
Matur nuwun bu Ten..
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin..... .
Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong.
Alhamdulilah sdh dalat suguhan rc.. terima kasih bu tien sehat sll ya
ReplyDelete.. selamat dan sukses utk bu tien atas karyanya di hari kemerdekaan ... Merdeka !!!
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania.
Alhamdulilah RC 04 sudah tayang, matur nuwun bu Tien mugi tansah sehat..
ReplyDeleteCerita makin seru, bagaimana bu Yanti menjelaskannya...
Salam aduhai
Alhamdulillah
ReplyDeleteJazaakillah mbak Tien.
Bismillah Biidznillah sehat sehat sehat in Sya Alloh Aamiin.
Terima kasih atas hellonya mbak Tien, juga roti cintanya...enak..hehehe..
ReplyDeleteMemang harus segera dijelaskan, Dian - Dina itu sedarah. Lebih baik ambil Sawitri saja, dia orang yang baik kok.
ReplyDeleteAda gontok-gontokan juga, bikin deg-degan ... untung polisi segera datang .
Masih menunggu episode berikutnya dengan sabar.
Salam sehat selalu mbak Tien, dari Sragentina selalu Aduhai.
Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien roti cintanya.....
ReplyDeleteSalam sehat selalu....🙏🙏
Alhamdulillah cerbung baru Roti Cinta 04 sdh tayang.
ReplyDeleteTrimakasih bunda Tien
Aduhai.
Maturnuwun mbak Tien...rotinya sudah delivered. Wah seneng aku, mbak Tien sudah sehat..sudah rutin berkarya. Horeee
ReplyDeleteAlhamdulillah... Yerima kasih Bu Tien.
ReplyDeleteNah kan! Kalau Ndak cepat2 dijelasin. Jadi bahaya. Makasih mba Tien. Sehat selalu ya., Salam ADUHAI
ReplyDeleteCeritanya semakin menarik.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
Wow..makin seru nih..Bunda cantik..selalu bisa buat pembaca penasaran indah sekali makasih ya ..salam sehat selalu Bunda cantik Amin YRA 🙏
ReplyDeleteSelamat malam mbakayu,,,,, terimakasih sdh tayang ....
ReplyDeleteSalam seroja aduhai ....
Alhamdulillah... matur nuwun buTen
ReplyDeleteADUHAI, MERDEKAAAAA!!
ADUHAI.MERDEKA ibu Nien
DeleteAlhamdulilah Roti Cinta 4 telah hadir. Matur nuwun Bunda Tien. Semoga lancar terus dan sehat selalu.🙏🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang roti cinta 4. Semoga Yanti segera menjelaskan siapa Dina kepada Dian agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Suatau saat Dian akan menyadari perbedaan cinta kepada Saudara dan kekasih.aamiin. Salam sehat selalu.
ReplyDeleteHellooop mba Tien.. Slmtmlm.. MkshRC y.. Salamaduhai dan merdekaa🥰🥰
ReplyDeleteAduh Dian... antara kasian sama gemes...
ReplyDeleteJeng dokter apa kabar
DeleteWah, tayang juga di tanggal merah. Makasih Bu Tien ...merdeka💪
ReplyDeleteMERDEKA ibu Hastri
Deletewaduuh...Dian jatuh cinta sama Dina adiknya? wauuuw semakin seru nich ceritanya
ReplyDeletebagaimana kelanjutannya?
Matur suwun bunda Tien, RC 04 sdh tayang
Semoga bunda selalu sehat dan tetap Aduhai...
ADUHAI dan sehat jeng Lina
DeleteEdisi istimewa di hut kemerdekaan ri ke-76.. istimewa krn kekhawatiran Ibu Yanti terbukti..😀 Dian cinta sm Dina! Pdhal sbnrnya mrk bersaudara...smg p Baskoro segera datang dan bs bantu menjelaskan asal usul mrk berdua sblm terlanjur Dian cinta mati sm Dina...sptnya Sawitri dan Abian bisa menjd pasangam masa depan utk Dian dan Dina.. slm merdeka dan salam aduhai utk mb Tien yg sdh kembali produktif... Tp jgn lupa tetap jgn terforsir kondisi mb Tien. Slm seroja selalu utk mb Tien dan para.pctk🤗🤗🤗
ReplyDeleteBaiklah, jeng Sapti
DeletePuji Tuhan ibu Tien sehat, semangat dan produktip shg RC04 hadir apik walau tanggal merah.
ReplyDeleteSemoga Dian - Dina tdk patah hati setelah dijelaskan bahwa mereka sedarah/ seayah.
Monggo dilanjut aja, kami sabar menunggu. Matur nuwun berkag Dalem.
Salam ADUHAI...
ADUHAI ibu Yustinhar
DeleteHaduh bu Yanti... Segera terus teramg sama dian ttg hubungan dg dina...biar gak terlanjur cinta
ReplyDeleteADUBSI, terlanjur cinta
DeleteTerima kasih Ibu Tien, Roti Cinta 04 udah tayang, smg slalu sehat n semangat , Salam aduhai & Merdeka
ReplyDeleteSalam MRRDEKA DAN ADUHAI ibu Mundjiati
DeleteMerdeka mbak Tien...🇲🇨🇲🇨
ReplyDeleteMakasiih RC04nya mbak Tien..sy kira libur..hehe..
Waduuuh bener deh rasa kawatir bu Yanti....Dian cinta Dina..
Seperti..seperti.. pernah terjadi...tp semua bs diatasi..semoga Baskoro segra pulang..bantu jelaskan semuanya..
Lanjuut mbak Tien...
Salam sehat dan aduhaiii...🙏🥰⚘
Terimakasih bunda Tien Roti Cinta 04
ReplyDeleteSemoga bunda senantiasa sehat
Salam sehat dan aduhai
Sehat dan ADUHAI IBU Salamah
Deleteduuuh cinta
ReplyDeleteADUHAI cinta,ibu Yuyun
DeleteSeneng aku kalau urusan masalalu, mau dimulai dari mana menjelaskannya, itupun sama saja membuka kenangan lama setegar apapun tidak mampu mengungkapnya, dan seharusnya sesegera mungkin.
ReplyDeleteKenangan indah yang selalu berawal dari angan yang terbang tinggi hinggap dikeindahan mimpi, sampai nggak jelas nampak walaupun sicantik sudah ada didepan mata setiap hari; trampil bisa diandalkan buat masa depan usaha kuliner.
Mulai cemburu kah Dina pada Sawitri? Sementara sang kanjeng mami ketakutan nya apa yang diperkirakan; sudah terucap Dian.
Kenakalan remaja.. eh yang bener.. apa bukan kenakalan orang tua? Tapikan waktu itu masih remaja, sudahlah masalalu biarlah berlalu.. mana bisa begitu ..
trus kalau ini gimana?, kalau nggak gini; ya nggak asyik lah..
ADUHAI ..
Terimakasih Bu Tien roti cinta yang ke empat sudah tayang membuat masalalu terbayang..
Sehat sehat dan terus semakin sehat doaku, sejahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta.
Berkah Dalem Gusti tansah lumintu.
Amin..
Aamiin,
DeleteADUHAI Nanang
Kale aja akibat kenakalan orang tua tuh....
DeleteKan sudah kuakui;
Deletece-nanang-an & sok tau lagi..
ADUHAI...
Pagi Bunda Makasih untuk ROTI CINTA 04 nya.
ReplyDeleteSehat dan tetap semangat.Sukses selalu buat Bunda
Aamiin. Matur nuwun dan ADUHAI, mas Bambang
DeleteAhamdulillah RC-04 sudah siap dibaca, salam ADUHAI buat bu Tien, salam sehat, salam MERDEKA 76 tuk Indonesia.
ReplyDeleteSalam ADUHAI dan MERDEKA pak Mashudi
DeleteAlhamdulillah roti cintanya sudah tayang. Suwun bu Tien. Salam sehat selalu.
ReplyDeleteSalam sehat ibu Handayaningsih
DeleteIbu Yanti, sgr deh cerita keadsan Dian dan Dina yg sebenarnya.
ReplyDeleteBahwa Dian dan Dina sedarah kakak dan adik sama 2 anak Leo meski di Luar pernikahan. Biar cintanya tdk lanjut tumbuh dan berkembang. He...he ..he makin seru..
Salam aduhai...smg bu Tin sll sehat..
Salam aduhai..
Baiklah, ibu Herlin
DeleteADUHAI ya
Alhamdulillah,matur nuwun Bu Tien..tansah pinaringan sehat,Aamiin.
ReplyDeleteAamiin ibu Rini
DeleteADUHAI
Wis....piye coba nek kaya ngene...???
ReplyDeleteSusah ini... Bakalan ada yg patah hati ini...
Trima kasih roti cintanya ibu ..
Sehat semangat.. selalu bahagia..salam aduhai...😘😘
Piye coba, iki jenenge ADUHAI, ibu Wening
DeleteMatur nuwun bunda Tien RC4 telah hadir...🙏
ReplyDeleteSehat selalu njih bun...dan semakin ADUHAI kagem bunda Tien...
Semakin ADUHAI Padmasari
DeleteSelamat pagi mbak Tien
ReplyDeleteTerimakasih rocin 4 sdh tayang....cinta Dian pd Dina semakin transparan, bu Yanti yg puyeng jelasin luka lama, semakin seruuu..
Sehat2 selalu mbak Tien
Salam aduhaiii....🙏
Suwun bu Tien.
ReplyDeleteSemiga selalu sehat
Aamiin Butut
ReplyDeleteAssalamu'alaikum
ReplyDeletewarahmatullahi
wabarakatuh
Alhamdulillah,, Terima kasih bu Tien ROTI CINTA 04nya ,,kasihan Dian yg sdg jatuh cinta dg adiknya sendiri
Salam sehat wal'afiat n Aduhaaii banget 👍
Assalamualaikum wr wb. Semoga Bu Yanti tdk terlambat untuk memberikan penjelasan bhw Dina itu adik Dian, se ayah... Maturnuwun Bu Tien sdh episode 04, Insyaa Allah Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok gede...
ReplyDeleteIbu, Dian cinta sama Dina....
ReplyDeletePasti makjleb hatinya Yanti mendengarnya...
Aduh Diannn.... kamu kurang peka untuk memahami perasaanmu sendiri.
Rasa cinta yg ada pada dirimu untuk Dina itu sebenarnya adalah rasa sayang seorang kakak terhadap adiknya krn sejak kecilpun antara kamu dan Dina sdh ada ikatan batin.Hanya saja kalian berdua tdk tahu sama sekali kalau ternyata saudara seayah. Disayangkan juga mengapa selama sekian th dari Dina kacil hingga lulus sarjana Leo kok juga ndak membuka cerita ini ke Dina, begitu juga Yanti.Andai diantara Leo dan Yanti sdh cerita ke anaknya masing" kan ndak sampai benih cinta itu berkembang.
Tapi blm terlambat, Yanti hrs segra mengatakannya pada Dian.Ndak usah tunggu Baskoro datanglah biar semua segera jelas.
Btw Broto gmn kabarnya bunda...Jadi kangen ah...
He he...
Moga bunda Tien sehat selalu.
Salam aduhai dari Bojonegoro.
Nama Ika skrg sdh nggak dipakai lahi ya mbak Wik...lebih terkenal mbak Yanti
DeleteYg populer sekarang Yanti dik In. He he he
DeleteBakal patah hati nih Dian kalu dikasih tau asal-usulnya....tp mbak Tien yg super ADUHAI kayanya sdh nyediain calon yg cantik dan baik buat Dian .... Sawitri karyawan cantik toko Roti Cinta .... jodoh untuk Dina siapa ya kalu Bian memilih Dita .... mbak Tien yg punya cerita yg tau....penasaran kan ..... salam sehat kangen ADUHAI dr Situbondo
ReplyDeleteKirain libur eee ternyata ada..nuhun Bu Tien RC 04 hadir makin seru donk klu Dian ma Dina pacaran pada hal satu darah
ReplyDeleteAlhamdulillah, akhirnya bisa baca Roti Cinta 4. Suwun mbak Tien roti cintanya. semoga mbak Tien sklg sehat sll
ReplyDeleteAduhai... salam sehat selalu
Matur nuwun RC 05 nya ibu Tien..
ReplyDeleteBarokah , insyaallah.
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....