Thursday, December 10, 2020

SANG PUTRI 18

   SANG PUTRI  18

(Tien Kumalasari)

 

“Berhenti disitu, aku mau bicara !” kata Handoko tandas, tapi Palupi masuk kedalam kamarnya sambil membanting pintu.

Handoko menghela nafas.

“Ma’af bapak, bukan maksud saya untuk....”

“Tidak, mengapa kamu meminta ma’af? Lihat tanganmu.”

Suprih melihat darah mengucur dari jari Mirah, dan merasa ngeri.

“Aduh nak, kok sampai begitu.”

“Menggenggam kain pel terlalu keras, nggak tahu ada pesahan gelas bu.”

“Yu Suprih, tolong itu dibersihkan dulu ya..”

“Baik pak.”

“Tapi hati-hati, siapa tahu masih ada kaca yang tersisa, jangan sampai ikut terluka seperti ini.”

“Baik bapak.”

Mirah meringis ketika Handoko membersihkan lukanya. Ia duduk bersimpuh dihadapan tuan gantengnya.

“Sakit?”

“Tidak bapak, sudah, saya bisa sendiri,” kata Mirah yang merasa nggak enak tuan gantengnya mengobati lukanya.

“Mana mungkin sebelah tangan kamu bisa membalut luka dijari kamu sendiri? Sudah, diam.”

“Yu Mirah ada apa?”  tiba-tiba Bintang lari mendekat.

“Eit, Bintang, awas ada pecahan gelas disitu. Ayo disini saja, naik keatas kursi, biar bu Suprih membersihkannya.

Bintang naik keatas kursi disamping bapaknya.

“Yu Mirah tangannya kenapa? Ada darahnya bapak?”

“Yu Mirah tangannya terluka, terkena pecahan gelas.”

Handoko selesai membalut luka Mirah, lalu menatap wajah cantik yang tampak pucat.

“Jangan mengerjakan apapun dulu. Istirahat saja,” katanya lembut.  Mirah tergetar mendengarnya. Perhatian itu sangat menyentuh perasaannya.

“Bagaimana bisa pecah?”

“Saya.. saya.. kurang hati-hati.. bapak,” jawabnya kemudian berdiri. Mana mungkin Mirah mau mengatakan bahwa itu ulah ndara putrinya?

“Biar saya yang mengerjakan semuanya nak Mirah, istirahat saja dulu,” kata Suprih yang sudah selesai membersihkan lantai.

“Ah, bu Suprih.. cuma luka seperti ini saja..”

“Kamu bandel ya Rah,” omel Handoko. Mirah meninggalkan senyuman, lalu pergi kearah dapur.

“Yu Miraaah...” Bintang mengejarnya.

“Ya mas Bintang.”

“Lihat.. mana yang sakit?”

“Ini, sudah nggak sakit kok. Mas Bintang mau apa? Minum susu sekarang?”

“Tidak.. Sudah tidak sakit? Masih merah..”

“Hanya bekasnya, sudah.. yu Mirah tidak apa-apa.  Main sana lagi, yu Mirah mau ke dapur dulu.”

Bintang masih memegangi tangan Mirah. Barangkali ia merasa kasihan, tapi tak bisa mengungkapkannya.

“Sudah, main lagi sana, “ kata Mirah sambil mencium kepala Bintang. Bintangpun berlari kekamarnya.

“Sudah nak, biar saya yang menata makan siangnya. Istirahat sajalah,” kata Suprih.

“Cuma luka begini saja bu, baiklah tapi saya bantu.”

“Tadi darahnya keluar sangat banyak, pasti sakit.”

“Tidak bu, salah saya sendiri, saya kurang hati-hati. Oh iya, saya lupa, tadi ibu minta segelas jus jeruk, tolong antarkan saja ke kamarnya bu.”

“Oh, baiklah.”

Mirah memiliki hati begitu bersih, sudah disakiti jiwa bahkan raganya, tapi masih tetap memperhatikannya. 

***

“Lupi, aku ingin bicara,” kata Handoko keras dari luar kamar Palupi.

Tapi tak ada jawaban.

“Lupi !”

Handoko berteriak semakin keras. Ia sudah hampir mendobrak pintunya ketika Palupi menjawab ketus.

“Aku tidak ingin bicara.”

“Benar? Itu pilihan kamu?”

Tak ada jawaban.

“Aku akan mendobrak pintu ini kalau kamu tak ingin membukanya.”

Palupi membuka pintunya, Handoko menerobos masuk.

“Ada apa?”

“Kamu berfikir tentang apa?”

“Kamu mau bicara so’al apa?”

“Rumah tangga ini, sudah bukan seperti sebuah rumah tangga. Kacau. Sekarang aku ingin bertanya sama kamu. Apa kamu ingin memperbaikinya?”

“Aku yang bertanya sama kamu, apa kamu mau memperbaikinya?”

“Kamu tidak menyadari bahwa kelakuan kamu sama sekali tidak benar. Kamu tidak melakukan apa yang menjadi kewajiban kamu sebagai seorang ibu rumah tangga.”

“Apa mau kamu?”

“Kalau kamu ingin agar keluarga ini utuh, lakukan kewajiban kamu. Patuhi permintaan aku lakukan apa yang menjadi kewajiban kamu.”

“Aku tidak mau dikalahkan sama begundal itu.”

“Berhenti menyebutnya begundal!!” hardik Handoko.

“Itu... itu yang membuat dia besar kepala, lalu berusaha mengalahkan aku.”

“Aduuh.. ternyata kamu tidak mengerti juga ya.”

“Aku sangat mengerti bahwa aku selalu dianggap salah dan buruk dirumah ini.”

“Jadi kamu merasa sudah melakukan semuanya dengan benar? Memperhatikan keluarga ini?”

“Jangan samakan aku sama begund... sama dia.”

“Kamu tidak ingin disamakan, lalu kamu memfitnah dia dengan keji.”

“Apa?”

" Memfitnah.”

“Bohong !”

“Itu salah satu sifat burukmu yang aku tidak suka. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri ketika kamu mengambil uang itu lalu kamu memasukkannya kedalam almari Mirah. Jawab ‘tidak’... sekarang.. katakan ‘tidak’ !” kata Handoko keras.

Palupi diam, dia semakin terjepit. Kesal disalahkan dan sekarang menjadi tersangka. Dan dengan wataknya yang tak mau disalahkan, dia memilih pergi, diambilnya tas, lalu memakai sepatu dan melangkah keluar dengan cepat.

“Baiklah, dengan begitu kamu telah memilih jalan yang harus kamu tempuh.” Teriak Handoko keras.

“Ini sudah kesekian kalinya aku mengajak kamu bicara dan semuanya kandas,” teriaknya lagi dengan rasa putus asa.

Palupi terus melangkah keluar. Mengangkat ponsel untuk memanggil taksi.

Handoko menarik nafas pilu.

“Jadi aku tak bisa mempertahankan rumah tangga ini?” bisiknya sedih.

Ketika keluar dari kamar Palupi, Handoko tak lagi melihat bayangannya. Seperti sebuah angan-angan yang hilang begitu saja.

“Aku sudah berusaha untuk bicara, tapi dia hanya merasa selalu disalahkan, aku tak mengerti jalan pikirannya, sungguh aku tak mengerti..” gumamnya sambil melangkah kearah kamar.

“Bapak belum makan,” sebuah sapa lembut terdengar, Handoko menghentikan langkahnya. Dilihatnya Mirah berdiri termangu didekatnya. Mata beningnya menatap penuh iba.

“Bintang belum makan?”

“Sudah menunggu dimeja makan, bapak,” kata Mirah pelan. Tampaknya dia mendengar teriakan tuan gantengnya, dan Mirah merasa sangat prihatin.

Handoko memutar langkahnya, menuju ke ruang makan. Ia tak ingin mengecewakan Bintang yang sudah menunggu.

“Makan bapak,” sapa Bintang sambil memain-mainkan sendoknya.

“Iya Bintang,” jawab Handoko sambil duduk.

“Bukankah ini obat yang tadi bapak beli?” tanya Mirah sambil membawa bungkusan obat.

“Iya benar, tukang taksi membelikannya supaya aku tidak usah naik turun mobil. Tolong dibuka, apa ada yang aku harus meminumnya siang ini.”

Mirah membuka bungkusan dan membaca etiketnya.

“Ini bapak, harus dimakan tiga kali, berarti sekarang bapak minum satu, yang ini hanya untuk siang.”

“Terimakasih Mirah.”

“Saya siapkan dulu di cawan, bapak.”

“Jarimu masih terasa nyeri?”

“Tidak bapak. Ini obat untuk bapak yang diminum siang.”

“Aku boleh latihan berjalan sedikit-sedikit,”

“Syukurlah.”

“Horeee... bapak boleh berjalan..” teriak Bintang.

“Belum Bintang, masih latihan. Latihan itu, seperti belajar berjalan, gitu..”

“Pelan-pelan ?”

“Iya.. pelan-pelan.”

***

Danang terkejut ketika tiba-tiba Palupi muncul dikantornya. Begitu datang lalu menubruknya dan menangis terisak-isak.

“Eeh.. tunggu mbak.. tunggu.. ada apa ini?”

“Danaaaang... aku mau mati saja...”

“Lhah... mau mati? Kenapa kalau mau mati bilangnya sama saya? Apa saya ini dewa pencabut nyawa?” Danang masih bercanda.

“Danaaang... tolong aku Danang...”

“Ada apa sih mbak? Aduuh.. mengapa pula ini?”

“Aku ini.. setiap hari hanya dimarahi terus sama kangmasmu.. aku sedih Danang,” katanya setelah duduk didepan Danang.

“Kalau orang dimarahi itu kan pasti karena mbak punya salah. Kalau nggak salah masa mau dimarahi sih?”

“Aku ini memang biangnya salah. Tak ada yang benar untuk aku..”

“Kalau mbak Lupi merasa benar ya bilang saja sama mas Handoko, bahwa mbak Lupi sudah melakukan hal yang benar. Atau kalau dianggap salah, tanyakan dimana letak kesalahan mbak.”

“Semuanya salah.. semuanya salah.. Danang, aku itu dianggap tidak pernah benar.”

“Padahal mbak Lupi sudah merasa benar? Ya protes dong.. jangan mau disalahin kalau memang sudah melakukan hal yang benar.”

“Danang, kamu membuat aku bingung..”

“Begini saja mbak, mbak harus bisa mendekati mas Handoko lagi.”

“Mendekati bagaimana? Aku kalau dekat hanya kena omelan yang sangat menyakitkan.”

“Kalau memang ingin baik, dengarkan saja omelan itu, lalu dirangkul dia, dicumbu dia, dan mintalah ma’af.. pasti semuanya akan menjadi baik.”

“Apa katamu? Aku, mendekati, merangkul, mencumbu, meminta ma’af?”

“Kalau mbak Lupi ingin semuanya menjadi baik, damai, lakukan itu.”

“Ogah lah.”

“Kalau begitu ya sudah. Terima saja apa adanya, jangan mengeluh, jangan menangis, jangan ingin bunuh diri.”

“Kali ini kamu tidak menghibur aku, Danang.”

“Tidak mbak, aku bukan taman hiburan..”

“Danang !!”

 “Aku juga manusia biasa, dan melihat keadaan mbak Lupi seperti itu, rasanya aku ingin bicara begitu.”

Lalu ponsel Danang berdering.

“Ya ibu, iya.. Danang ingat, pulang sebentar lagi, iya bu, ini sudah selesai, baiklah bu.”

“Dari ibu?”

“Ibu meminta aku pulang, untuk makan. Sekarang sa’at makan aku harus benar-benar pulang, kalau tidak, ibu akan marah.”

“Nang, ayo makan bersama aku saja.”

“Ma’af mbak, aku tidak mau mengecewakan ibu,” kata Danang sambil mengemasi surat-surat yang tadinya terserak dimeja, merapikannya kemudian berdiri.

“Danang.. kamu benar-benar tega?”

“Ini cuma masalah makan siang, kalau mbak Lupi mau, ayo pulang dan makan dirumah, masakan simbok itu enak sekali lho. Barangkali ibu akan senang kalau mbak Lupi ikut makan.”

“Nggak mungkin, ibu juga benci sama aku.”

Danang melangkah kearah pintu, Palupi terpaksa berdiri, mengikutinya dari belakang.

“mBak Lupi mau kemana? Sekalian bareng, nanti aku turunkan dimana mbak Lupi mau.”

“Tidak, aku ditunggu taksi,” katanya setengah menangis, lalu berjalan mendahului Danang dengan kesal.

“Yaah, mau bagaimana lagi? Kata ibu aku harus menjaga jarak dengan kakak iparku itu. Memang benar sih, agak kesal juga mendengar keluhan-keluhannya. Sementara aku coba menasehati tapi tidak digubrisnya. Lalu maunya apa?” Danang mengomel dalam hati

***

Handoko duduk diteras dengan termangu. Ia merasa tak mampu lagi mempertahankan rumah tangganya. Ia sudah berusaha, bukan hanya sekali dua kali, tapi pembicaraan itu tidak pernah menemukan hasil. Palupi selalu salah menangkap apa yang dikatakannya. Intinya adalah bahwa Palupi sudah tidak lagi bisa diajak bicara.

Handoko mengambil ponselnya, lalu memanggil taksi. Ia ingin bertemu ibunya dan mengadu apa yang menjadi beban hidupnya.

Ia hanya berteriak memanggil Mirah ketika taksi sudah datang.

“Bapak mau kemana?” tanya Mirah yang berlari-lari kedepan dan heran melihat taksi sudah ada dihalaman.

“Aku kerumah ibu sebentar, jaga Bintang,” hanya itu yang dikatakan Handoko sambil mendekati taksi itu. Mirah mengantarkan dan membantu Handoko menaikinya.

Ia juga tak berani bertanya banyak tentang kepergian Handoko yang tiba-tiba.

***

Bu Ismoyo heran melihat Handoko datang sendirian.

“Kok sendiri le? Mana Bintang?”

Handoko tertatih mendekati ibunya, lalu merangkulnya sambil menangis.

“Handoko, ada apa ini? Jangan membuat ibu takut le..” kata bu Ismoyo cemas. Dielusnya punggung Handoko ketika mendengar isak perlahan dari mulutnya.

“Ayo duduk dulu, ada apa?”

“Ibu, ma’afkanlah Handoko..”

“Mamangnya ada apa, kamu tidak berbuat salah sama ibu.”

“Saya tidak bisa mempertahankan rumah tangga saya lagi bu,” isaknya.

“Ayo duduklah disini,  ayo.. duduk dulu dan katakan semuanya,” kata bu Ismoyo sambil menuntun Handoko agar duduk.

“Sejak kamu menjadi besar, dan tumbuh menjadi anak ibu yang dewasa, ibu tak pernah mendengaar kamu menangis. Ini sungguh aneh, dan pasti terjadi sesuatu yang luar biasa.”

“Ma’afkan saya ibu..”

“Apa yang terjadi?”

“Saya tidak bisa mengendalikan Palupi bu, saya sudah putus asa.. saya harus mengambil keputusan, saya harap ibu tidak kecewa,” kata Handoko sedih.

Bu Ismoyo diam. Ia sudah sering mendengar tentang perilaku menantunya. Ia juga pernah merasa sakit hati ketika sedang mengajaknya bicara lalu tiba-tiba Palupi menutupnya. Tapi bukan perceraian ini yang sesungguhnya diinginkannya. Bu Ismoyo masih berharap akan ada jalan terbaik untuk anak dan menantunya. Tapi tampaknya semua sudah sampai dipuncaknya. Keluhan Handoko, rintihan dan tangisnya yang menyayat, membuat bu Ismoyo juga luluh dalam belas kasihan yang dalam. Dielusnya kepala Handoko dengan air mata berlinang.

“Kalau memang itu yang terbaik untuk hidup kamu, ibu mendukungmu.”

Lalu Handoko merosot turun dari kursinya dengan menyelonjorkan sebelah kakinya yang sakit dan menekuk yang satunya lagi, kemudian merebahkan kepalanya dipangkuan sang ibu.

***

Palupi sebenarnya tidak ditungguin taksi, dia keluar dari kantornya Danang, berjalan tak tentu arah. Hatinya yang bebal tak bisa menerima kesalahan yang ditimpakan kepadanya. Ia ingin selalu benar, dipuji dan dipuja. Ia harus menang dan tak mau dikalahkan. Ia merasa terpuruk dalam dunia gelap yang tak dimengertinya. Ia ingin tenang tapi ia salah melangkah, dan itu tak disadarinya.

Palupi terus berjalan, hiruk pikuk jalanan tak dihiraukannya. Terkadang air mata meleleh dipipinya, kemudian diusapnya dengan ujung lengan bajunya.

Ia merasa rumah tangganya sudah sampai pada suatu titik, yaitu kehancuran. Ia tak tahu bagaimana cara membangunnya. Ia begitu sombong dan angkuh.

Palupi terus melangkah, menyibakkan kerumunan orang disebuah pasar. Rupanya ada penjual jamu yang dengan sebuah pengeras suara menawarkan dagangannya.

Palupi tak peduli apa yang ditawarkan. Ia juga tak peduli mengapa banyak orang tertarik mendengar tawaran yang tentu saja dibuat sangat apik dan menarik.

Palupi ingin menyeberang sebuah jalan, ketika tiba-tiba seorang anak memeluk kakinya.

“Ibu.... ibu...”

Palupi terkejut.

“Ibu.. aku mau gendong ibu.. gendong..” rengek anak kecil itu.

Palupi menatap bocah kecil berkulit bersih dan bermata bening itu dengan seksama. Ia melihat air mata membasahi pipinya.

“Ibuuuu...”

Tiba-tiba Palupi teringat anak semata wayangnya, luluh ia melihat air mata bercucuran itu. Serta merta digendongnya si anak, yang kemudian memeluk lehernya erat.

Tak sadar Palupi mengelus punggung anak itu, yang kemudian terdiam dari tangisnya.

Ada rasa hangat merayapi hati Palupi.

***

Besok lagi ya

 

 

 

73 comments:

  1. Replies
    1. Oohhh sedihh ohhh pediihhh,, Bathari Palupi garangan wati, langkah tanpa arah sesat di jalan yang teraaaaang,,,,

      Delete
  2. Hehehehe....saya yg pertama ya...sekeras-kerasnya hati seorang ibu bila teringat anaknya pasti akan tersentuh juga..ditunggu kelanjutannya bu Tien semangat

    ReplyDelete
  3. alhamdulillah,,,matur suwun bunda sp 18 tlah hadir.semoga bunda selalu sehat dan ttp semangat Aamiin,,,

    ReplyDelete
  4. Matur nuwun mbak tien-ku...sp18 sudah hadir.
    Mungkin saja hati Lupi mulai terbuka ketika bertemu anak itu. Tapi masih sempatkah...
    Salam sehat dari sragentina mbak Tien...

    ReplyDelete
  5. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinahyù, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Padma Sari,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sugeng dalu. Makin seru. Masak digempur kanan kri gak sadar juga ?? Itulah piawinya sahabatku ini dalam mengolah kata-2. Matur nuwun penulisku.... penghibur jita semua... walau sampek ngantuk-2 penggemar panjenengan, tetap menunggu kehadiran cerbung yang sedang ditayangkan, Sugeng dalu, sugeng aso salira.
      diepisode ini Tanti Danang gak disenggoal, demikian juga belum pernah Flash Back kehidupan keluarga Palupi, seperti bbrp hari yll ada yang menanyakan.
      Wis ah...... sampai jumpa esok malam.

      Delete
    2. Terima kasih Bunda Tien, Selamat malam, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍

      Delete
    3. Dengan datangnya seorang bocah yg mendekap kaki Palupi.....Semoga Palupi menjadi sadar n terbuka hatinya....Bahwa setiap Anak pasti membutuhkan kasih sayang, seorang ibunya....Dan Palupi segera mengakui akan kesalahanya selama ini....Kemungkinan Akan terselamatkan Rumah tangga mereka ...#Manungso iku panggonane Salah lan Luput# 🤭. Sedikit Curhat njih ..Mbak Tien 🙏🙏

      Delete
    4. Terima kasih diparingi tempat istimewa...
      Kakek Habi juga mendapat tempat istimewa untuk komen.
      Saya juga pernah mendpt tempat istimewa spt sekarang ini.

      Mari kita simak, Kakek Habi komen pkl 7.54 AM urutan yg ke 5, pada hal sekitar 15 dibawahnya waktu komennya sebelum 7.54

      Yustinhar jadi gak ngantuk...

      Delete
    5. Mudah2 an Palupi sadar akan tingkahnya sm Bintang, tp Handoko sdh terlnjur mengambil keputusan... Ahaaaa hny Bu Tien sayangkuh yg tahu, sehat sllu utk Bu Tien serta pembaca setia.. Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.

      Delete
    6. Alhamdulillah SANG PUTRI 18 sudah tayang.
      Matur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
      Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.

      Delete
    7. Alhamdulillah,mtnuwun mbk Tien...
      Smg selalu sehat dan semangat

      Oooh ternyata Palupi masih punya hati....

      Delete
    8. Terima kasih atas sapaan dan episode 18 nya..
      Salam sehat selalu buat mba dan keluarga..
      Kang Idih- Bandung

      Delete
  6. Wzladuh terputus... SP 18 habis...padahal lagi seruuuuu.
    Salam sehat srlalu .terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah...yg d tunggu2 sdh tayang..makasih bunda... sehat slalu buat bunda Tien

    ReplyDelete
  8. Terimakasih ceritanya Bu Tien..
    Semoga selalu sehat2 ya Bu, salam dari Bandung (Komariah Prilanawati)

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah...
    Coment nya juga diawal.

    Makasih eyang Ti..
    Sehat selalu yaa..

    ReplyDelete
  10. Matur nuwun bu Tien Sp 18 sdh tayang ..makin seru aja .Lupi2 hatimu kok bebal sekali tdk bisa menyadari kesalahannya ...lanjut semoga bu Tien sehat2 selalu salam Yayuk Klaten.

    ReplyDelete
  11. Matur Nuwun Bu Tien yg ditunggu datang juga...
    semoga Palupi menyadari kesalahannya..

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah yg ditunggu2 sdh hadir mksh Bu Tien salam sehat selalu

    ReplyDelete
  13. He5x, Makin bingung nih akhir ceritanya. Semoga happy Ending. Rukun² semuanya.
    Terima kasih mbak tien, Saya jadi me-reka² akhir dari nasib palupi

    ReplyDelete
  14. Kasihan Handoko, dia cemas dan sedih sekali, karena Istri yg dia cintai tak juga mau menyadari kesalahan-kesalahannya.

    Kasihan Mirah, karena dia polos, jujur, tulus dan sangat berdedikasi bekerja untuk Keluarga itu.

    Kasihan Palupi, karena dia tidak juga menyadari prilaku-nya yang salah dan tidak tau bagaimana memperbaiki diri untuk mendapatkan kebahagiaan rumah tangga-nya.

    Kasihan Bu Ismoyo, karena sebagai seorang Ibu, harapan untuk bisa melihat anak-anaknya bahagia jadi tercemar karena prilaku Palupi yang sangat keterlaluan.

    Dan kasihan Bintang, anak yg tak berdosa, tak tau apa-apa, menjadi bingung melihat kejadian demi kejadian aneh antara Bapak dan Ibu-nya terjadi didepan matanya, takut dengan Ibu-nya sendiri, dan tak tau bagaimana harus berkata?

    CerBer yang sangat menarik. Jalan ceritanya mampu menggerakkan setiap hati dan pikiran pembacanya merasa jadi ingin ikut menjadi penulis. Hehehehe...

    TERIMA KASIH, Bunda Tien. Selamat beristirahat malam ini yaaa... Semoga mimpi yang indah dan Insya ALLAH besok senantiasa sehat dan bahagia kembali.

    ♥️😗🇦🇺

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah sudah tayang episode 18
    Terimakasih bu Tien Cerbung nya
    Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
    Kutunggu kelanjutannya ya bu Tien
    Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien dan semuanya

    ReplyDelete
  16. Smg Palupi sadar bhw anaknya Bintang butuh kasih syg seorg ibu... Ditunggu lanjutannya bsk ya mb Tien pasti ditunggu kami para pembc setia SP...slm seroja utk mb Tien dan kita semua...

    ReplyDelete
  17. Siapa anak yg minta di gendong apa bintang yg menyusul? jadi penasaran

    ReplyDelete
  18. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg eps 18 hadir cantik.
    Rupanya ada anak terpisah dari ortunya dan menganggap Palupi adalah ibunya. Bersyukur krn peristiwa itu Palupi ingat Bintang. Semoga tobatnya tdk terlambat dan berdampak baik dlm hubungan suami isteri...

    Yustinhar menunggu lanjutnya. Matur nuwun Berkah Dalem...

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah terimakasih mbak Tien sdh terbit SP 18 untuk pengantat tidur....apakah Palupi akhirnya sadar oleh tatapan mata bening seorang bocah yg mengingatkannya pada Bintang....sy yunggu kelanjutannya...mogs mbak Tien dan klrga selalu sehat dan terus berkarya untuk menghibur kami para penggemar...aamiin

    ReplyDelete
  20. Matur nuwun... Mbak tien... Smg sehat selalu... bisa terus menyusun cerita ini

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah Sang Putri 18 sudah hadir
    Semoga Palupi menjadi sadar akan kesalahannya krn kurang perhatian kpd Bintang
    Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
    Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  22. Sadarlah Palupi.,. Makasih mba Tien. Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  23. Trimakasih mbak Tien..
    Sp-18....makin mengharu biru..ada sedih..ada kesel..campur..
    Nunggu sj kelanjutannya dari olahan kata mbak Tien yg luar biasa...

    Saalam sehat selalu..(maria bandung)

    ReplyDelete
  24. Malam Bunda.
    Alhamdulillah SP 18 dah muncul, makasih ya Bunda.
    Semoga Bunda selalu diberi Allah kesehatan dan kebahagiaan.Terus semangat untuk berkarya.Sukses buat Bunda.

    ReplyDelete
  25. Weh nemu anake duda sugih, mantane.. jare mbok menowo.
    seneng aku menyadarkan, manusia itu bisa berubah bila disentuh kemanusiaannya..
    keadilan ya perlu tapi itu hanya penilaian orang lain kesimpulan sihakim itu, yang belum tentu melegakan; hanya sadar dan syukur yang mendamaikan.
    keren ceritanya..
    nanang sedeku maneh

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah sudah hadir eps 18, makin seru dg hadirnya anak kecil itu. Jgn2 anak itu sdh tidak punya ibu lalu bapak anak itu mencarinya dan palupi suka dg bpk nya ....kita tunggu kelanjutannya

    ReplyDelete
  27. Terima kasih bu Tien. Palupi yang bebal mudah nudahan hatinya mulai tersentuh dan ingat pada Bintang anaknya

    ReplyDelete
  28. Terima kasih bu Tien. Salam seroja dari Magelang.

    ReplyDelete
  29. Matur nuwun bunda Tien...selalu setia menunggu part berikutnya.
    Salam Taklim dari Kota Malang

    ReplyDelete
  30. Matur nuwun mbak Tien
    Salam sehat dari Batang

    ReplyDelete
  31. Alhamdulilah udah hadir...semoga palupi sadar akan kesalahanya..trims bu ţien ku tunggu cerita selanjutnya

    ReplyDelete
  32. Terima kasih Bu Tien salam dari lembah Tidar

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah semoga dengan munculnya anak kecil yg minta gendong Palupi bisa menyadarkan dirinya..Sehingga bisa memperbaiki kesalahannya. Tapi ya kita tunggu saja tergantung Bu Tien mau dibawa kemana cerita ini sehingga semuanya bisa happy ending. Salam sehat untuk Bu Tien dan Keluarga...Aamiin YRA.

    ReplyDelete
  34. Maturnuwun ibu Tien..,
    Apakah Palupi akan berubah stlh pertemuan nya dg anak yg minta digendongnya?
    Setia menunggu episode selanjutnya
    Salam sehat dan bahagia

    ReplyDelete
  35. Terimakasih mbak Tien, pengarang fav saya
    Kadang ngga sabar menunggu episide berikutnya
    Hiburan yang sangat membantu dalam masa covid ini, salam sehat dari Bandung

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah sp 18 sdh mengudara , trimakasih bu tien yg sdh memberi hiburan dgn cerbungnya .... bagaimana kelanjutan keluarga handoko v palupi .... kita tunggu saja episode berikutnya
    Semoga bu tien n kelg sehat2 n selalu dalam lindungan Allah swt ... aamiin yra

    Salam dari : arif mojokerto

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah SP sdh tayang....smg Palupi jd sadar akan kesalahannya, dng bertemunya anak kecil yng menangis minta gendong......salam sehat dr blora 🙏

    ReplyDelete
  38. Apa yang kau cari Palupi ??

    Anak kecil adalah malaikat yang diturunkan Allah untuk memberikan hidayah kepada Palupi.

    Palupi Palupi, jangan bermimpi meraih elang yang terbang diawan, sementara burung dara ditangan dilepaskan.

    Salam sehat mbak Tien .....

    ReplyDelete
  39. Alhamdulilah. Matur Nuwun Bunda. Semoga sehat selalu. Jum'at mubaroq

    ReplyDelete
  40. Baper ..deh. Ikutan meweeek 😭😭😭

    ReplyDelete
  41. Alhamndulillah.... Terimakasih mbak tien.
    Sehat selalu

    ReplyDelete
  42. Gak sangka buat alur nya seperti ini. Hebat bu Tien gak ada yang bisa nebak terus... aku makin suka....sama ibu...
    Semalam ngantuk, jadi baru baca lagi ini. Makasih ya bu ...

    ReplyDelete
  43. Assalamu'alaikum.... Bu Tien Kuuhhh... Salam SEROJA dr sby ...... Tks eps. nya..... Gak sabar nunggu mlm LG....

    ReplyDelete
  44. Palupi.. Palupi... kapan kamu akan menjadi sadar. Sayang sekali lho kalau rumah tanggamu hancur hanya karena ego dan kesombonganmu terlalu tinggi. Ayo rubah hatimu yg keras dan kaku menjadi hati yg lemah lembut dan penuh kasih. Raih kebahagiaanmu kembali bersama Handoko.
    Terima kasih Mbak Tien sayang, smoga Mbak selau diparingi sehat wal afiat. Salam seroja selalu dari Semarang.

    ReplyDelete
  45. Terjadi perceraiankah Handoko Palupi. Semoga di eps berikutnya, Palupi mendapatkan Hidayah Allah Swt, kembali menjadi istri yg sholihah, berbakti kpd suami sbg imamnya, mencintai anak dan keluarganya...Maturnuwun Bu Tien, semoga sehat dan semangat sll dgn menemukan ide-ide brilian. Aamiin...Salam sehat dari Pondok Gede.

    ReplyDelete
  46. Semoga palupi sadar diri...eh kebw lagi alurr😊

    ReplyDelete
  47. Alhamdullilah mksih mba Tien sayang SP 18 dah hadir.. Makinseruuu.. Smgpalupi sadar y mba dgn menggendong anak lain dan bisa baik hatinya kembali menjdikan rmh tangganya bahagia kembali.. Slmseroja mba Tien dari farida sukabumi.. Muuaahh🥰🥰

    ReplyDelete
  48. Matur nuwun mbak Tien... rasanya tidak sabar menunggu kelanjutan ceritanya. Semoga Palupi menyadari semua kesalahannya ya. Dan bisa menjadi seorang ibu dan istri yg baik. Salam manis dari Pati mbak Tien. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga dan memberkati. Aamiin yra 🙏🙏😘❤️

    ReplyDelete
  49. Trimaksh ibu tin syang..semoga sllu sehat,semoga ya palupi bs berubah lebih baik dan msh ada kesempatan utk tujuk damai dg handoko ganteng😊.salam hangat dari lampung...

    ReplyDelete
  50. Trimaksh ibu tin syang..semoga sllu sehat,semoga ya palupi bs berubah lebih baik dan msh ada kesempatan utk tujuk damai dg handoko ganteng😊.salam hangat dari lampung...

    ReplyDelete
  51. Anak kecil itu apa anak Palupi ya... sebelum menikah dgn Handoko mgkn Palupi sdh punya anak dari laki2 lain.....makin seru dan gak sabar nunggu eps 19..

    ReplyDelete
  52. Alhamdulillah...
    Mtur nuwun Bun...
    Mugi2 tansah rahayu...

    ReplyDelete
  53. Berita lelayu:

    Innalillahi wainnailaihi raji'uun, turut berdukacita atas wafatnya almarhumah DEVRIS istri mas Riza (menantu jeng Nani Nur'aini Siba, semoga Husnul khatimah.
    Allohummaghfirlaha warhamha wa'afihi wa'fu'anha wa akriim nudzulaha wawasi' madkhalaha.
    Al Fatihah.

    Semoga jeng Nani dan keluarga besar tabah, tawakal, sabar, ikhlas, menerima musibah ini.
    Aamiin yaa Robbal'alamin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Innalillahi wainnailaihi rajiuun...mudah2an alm diampuni segala dosa2nya, ditempatkan di tempat terindah disisiNya dan keluarga yg ditinggalkan diberi ketabahan dan keikhlasan...aamiin...yaa robbal alamiin 🤲🤲

      Delete
    2. https://joglosemarnews.com/2020/12/innalillahi-pegawai-bkpsdm-sragen-mantan-sekpri-bupati-meninggal-dunia-di-usia-masih-muda-bernama-devristya-sempat-dirawat-di-solo-dimakamkan-protokol-covid-19/

      Delete
    3. Aamiin.innalillahi wainnailaihi raji'un..turut berduka cita ya bu nani ..semoga almarhumah husnul khotimah..dan keluarga yng ditinggalkan diberi kesabaran dan tabah menerimanya.

      Delete
    4. Nderek belasungkawa mb Nanik. Semoga almarhumah mendapat tempat mulia di sisiNYA dan suami serta anandanya dan seluruh keluarha yang ditinggalkan diparingi kekuatan dan metabahan menghadapi ujian berat ini. Aamiin

      Delete
    5. Innaa Lillahi Wainna Illaihi Raji’un

      Turut berdukacita ats meninggalnya DEVRIS istri Mas Riza(menantu Jeng Nani Nur'aini SIBA) teman sahabat kita
      Semoga Allah mengampuni segala dosa dan menerima Amal ibadahnya.... dan diberikan kesabaran, ketabahan pada keluarga yang ditinggalkan
      Aamiin YRA 🙏🙏🙏.

      Delete
  54. Kita hanya bisa berdo’a perubahan tindakan Palupi

    ReplyDelete

MAWAR HITAM 21

  MAWAR HITAM  21 (Tien Kumalasari)   Mendengar pekik sang istri, pak Sunu segera meletakkan jari telunjukknya ke bibir, sebagai pertanda ag...