Wednesday, December 9, 2020

SANG PUTRI 17

SANG PUTRI  17

(Tien Kumalasari)

 

Tanti mengusap lututnya yang  sakit. Danang ingin ikut mengusapnya tapi tangannya ditepiskan.

“Mas Danang !””

Danang menoleh kearah Widi lalu tertawa nyengir.

“Kamu Widi?”

“Kenapa sih jalan nggak lihat ada orang didepan?”

“Kamu sendiri, ada orang mau menabrak kok nggak minggir, sengaja ya, biar ketabrak?” goda Danang sambil tersenyum nakal.

“Iiih..norak deh...” kata Widi yang kemudian menarik tangan Tanti agak menjauh lalu melanjutkan langkah mereka. Tapi Danang mengejarnya.

“Heeiii... tunggu..”

Widi merengut ketika Danang sudah sampai disampingnya.

“Mas Danang ngapain sih?”

“Ngikutin kamu lah.. “

“Jangaaan.”

“Mau kemana sih...”

“Rahasiaaaa.”

“Ih, sombongnya... Kenalin dong sama teman kamu itu. Hallo... namaku Danang...” kata Danang sambil nekat berdiri didepan keduanya lalu mengulurkan tangannya kearah Tanti. Tapi Widi menepiskannya.

“Yaah, sombongnya .. cuma mau kenalan saja nggak boleh, namanya siapa sih?”

“Sudahlah mas, jangan ganggu kami..”

“Bilang dulu namanya siapa, baru aku mau pergi.”

“Namanya Tanti, okey?”

“Wauuw, cantik namanya.”

“Sudah, sekarang biarkan kami pergi ya..” kata Widi yang melangkah cepat sambil menggandeng tangan Tanti.

“Siapa sih dia? Penggemar kamu juga?” tanya Tanti.

“Enak aja, penggemar apa, itu tadi mas Danang..”

“Iya aku sudah dengar tadi dia mengatakan namanya.”

“Iya, dia itu adiknya mas Handoko.”

“Apa? Mas Handoko yang tadi?”

“Iya... beda ya..?”

“Iya, kalau wajahnya ada miripnya sih, tapi... iih.. nakal ya dia?”

“Dia itu nakal, usil.. sebel aku sama dia.”

“Tapi lucu...”

“Hm.. jangan sampai kamu jatuh cinta sama dia.”

“Apaan sih, cuma gitu aja jatuh cinta..”

“Habis dia kan ganteng.. tapi hati-hati, dia mata keranjang.”

“Aduuh...”

“Itu warung baksonya, kita sudah sampai, aduuh.. panas ya.. jalan-jalan nggak terasa.”

Keduanya duduk berhadapan, lalu memesan dua gelas es jeruk dan dua porsi bakso.

Tapi tiba-tiba terdengar suara.

“Eh mas, bukan dua ya pesannya, tapi tiga. Esnya tiga, baksonya juga tiga.”

Pelayan mengangguk dan berlalu, sementara Tanti dan Widi segera menoleh kearah datangnya suara.

“Ya ampuuuun...” pekik Widi.

“Eh, jangan bikin ribut disini, menurut sajalah, kalau ribut nanti bisa jadi tontonan,” kata Danang pelan sambil tersenyum nakal, lalu duduk disebelah Widi. Widi beringsut sedikit.

“Kenapa  sih.. aku tidak akan menggigit disini, jadi jangan takut..” goda Danang.

“Mas Danang jangan coba-coba mengganggu dia. Dia itu sahabat aku,” kata Widi sambil cemberut.

“Ngomongnya pelan saja, tuh.. pada melihat kearah kita, nanti dikira kita ini pacar yang lagi berantem.”

“Duuh.. pacar. Ogah punya pacar kayak kamu.”

“Kenapa ogah? Aku kurang ganteng apa?”

“Sama sekali enggak.”

“Ah, bohong itu, benar Tanti? Menurut kamu, aku bagaimana?”

Tanti hanya tersenyum sambil menatap Danang sekilas. Heran Tanti kok ya pakai menatap segala sih. Tuh, emang ganteng kan? Tapi hanya senyum itu yang disunggingkan dibibirnya.

“Nah, Tanti tersenyum, berarti dia mengakui, kamu saja yang sombong.”

Widi mencibirkan bibirnya.

Perdebatan itu berhenti ketika  pesanan mereka datang.

“Senangnya, makan bakso ditemani gadis-gadis cantik. Nggak apa-apa, satunya galak, tapi satunya kan manis, cantik, dan tampaknya sabar, lembut, manja..” Danang menghirup es jeruknya sambil melirik kearah Tanti.

Widi lagi-lagi mencibirkan bibirnya.

Ketiganya akhirnya makan bakso sambil diiringi candaan-candaan Danang. Ternyata walau terkadang menyebalkan, tapi Danang pintar mengambil hati .. sehingga terkadang Tanti juga tertawa terpingkal-pingkal.

Tiba-tiba ponsel Danang berdering, Danang mengangkatnya karena ternyata dari ibunya.

“Iya bu..”

“Kok belum sampai rumah?”

“Iya bu, ini dijalan ketemu Widi, lalu diajak makan bakso..”

“Iih, bohong tuh bude !” teriak Widi keras, lalu Danang meletakkan jari telunjuknya kebibir.

“Kamu sama Widi? Jangan bohong, jangan-jangan sama Palupi,” kata bu Ismoyo dari seberang.

“Widi bu, nih.. kalau ibu mau bicara,” lalu Danang mengangsurkan ponselnya kearah Widi.

“Hallo bude..”

“Widi, itu kamu?”

“Iya bude, tapi saya nggak mengajak mas Danang lho, dia itu yang mengikuti Widi dan teman Widi.”

“Teman kamu perempuan ?”

“Iyalah bude, kalau bukan perempuan masa mas Danang ngebelain menyusul ke warung bakso,” Danang melotot kearah Widi. Widi memeletkan lidahnya.

“Oh, apa teman kamu cantik?”

“Cantik bude.”

“Hm, jangan boleh Danang hanya mengganggunya. Kalau dia baik, biar saja Wid, dekat sama Danang.”

“Aah, bude.. baru saja ketemu..”

“Iya, berharap kan boleh, bude sebel sama kangmasmu itu. Gonta ganti pacar nggak pernah ada yang jadi.”

“Iya bude, semoga mendapat yang terbaik.”

“Ya sudah, lanjutin makannya, setelah itu Danang suruh segera pulang ya.”

“Baik, bude.” Lalu Widi mengangsurkan ponselnya kearah Danang.

“Ibu bilang apa?”

“Kata bude, kamu nggak boleh ganti-ganti pacar.”

“Isssh! Siapa ganti-ganti pacar, aduh.,. mati pasaranku  dong Wid,” kata Danang sambil menepuk dahinya.

Widi dan Tanti tertawa.

Danang mengantarkan Tanti pulang sebelum mengantar Widi.

“Kamu kok nggak pernah bilang bahwa kamu punya teman cantik sih.”

“Ngapain aku harus bilang sama Don Yuan kayak kamu.”

“Ya ampun,, kok aku dikatain Don Yuan sih.”

“Emang.”

“Jangan begitu dong Wid, aku sudah bertobat, tahu.”

Widi terkekeh lucu.

“Kok tertawa sih. Serius nih..”

“Pokoknya jangan sampai kamu mainin sahabat aku. Kalau hanya main-main lebih baik tidak usah lagi mendekat.

“Okey, aku janji. Jatuh cinta pada pandangan pertama nih.”

“Gombal !”

***

“Bagaimana temannya Widi?” tanya bu Ismoyo ketika Danang makan dirumah.

”Bagaimana apanya”

“Cantik nggak ?”

“O, cantik bu..”

“Dia temannya Widi?”

“Iya, kenapa ibu tiba-tiba bertanya tentang dia?”

“Barangkali kamu suka..”

“Ah, ibu...”

“Danang, jangan main-main kamu.”

“Ibu tuh, kok aku nih adanya jelek melulu sih.. siapa yang main-main?”

“Kamu suka sama dia?”

“Nggak tahu bu, kan baru tadi ketemu.”

“Kalau dia gadis baik-baik.. cantik apalagi.. coba saja kamu dekati..”

“Ya ampun.. kok jadi ibu yang bersemangat sih.”

“Kamu tuh ya.. kadang-kadang mendekati gadis hanya untuk bersenang-senang.  Lalu bosan, ganti yang lain, ibu nggak suka. Mulai sekarang kamu harus menghentikan itu.”

“Iya bu. Kan sekarang Danang juga sudah jarang pergi-pergi sampai malam.”

“Tapi masih kan?”

“Sedikit bu..”

“Sudah sa’atnya kamu mancari isteri. Bukan mencari pacar.”

“Iya..” Lalu tiba-tiba terbayanglah gadis cantik dengan rambut dikucir, yang pemalu, tapi menggemaskan. Semoga Widi tidak memanas-manasi gadis itu  sehingga dia enggan didekati.

***

Sejak sa’at itu Danang banyak berubah. Ajakan teman-temannya untuk begadang malam diacuhkannya. Telpon gadis-gadis yang semula dekat dengannya, ditanggapi hanya dengan janji dan tawa. Ia justru lebih sering menelpon Widi, yang kadang-kadang dijawabnya dengan nada sengit dan galak.

“Ya ampun Wid, galak amat.. apa kamu juga suka menggigit ?”

“Enak aja, memangnya aku harimau?”

Kalau sudah begitu Danang hanya bisa terbahak-bahak, puas menggoda sepupunya. Tapi sejauh itu Widi masih enggan mempertemukannya lagi dengan Tanti.

“Aku nggak mau ya, sahabatku kamu buat mainan..”

“Memangnya dia boneka?”

“Karena dia bukan boneka, maka aku melarang mas Danang memperlakukannya sebagai mainan.”

“Aku sudah tobat Widi.. sumpah.”

“Wauuw... sumpah? Hati-hati main sumpah lho mas.”

“Karena itu benar.”

“Aku terharu...” kata Widi sambil pura-pura menangis.

“Ih Widi, kamu jahat ya sama kangmasmu sendiri.”

“Hahaa... baiklah mas, apa yang bisa aku bantu?”

“Kapan aku bisa main kerumahnya dong.”

“Nanti ya, aku nanya dulu sama dia, apa dia mau menerima bekas playboy atau tidak.”

“Widi . Awas kamu ya.”

Tapi Danang senang. Kali ini ia benar-benar merasakan hal yang berbeda. Sungguh ia tak ingin bermain-main.

“Danaaaaang,” tuh kan.. perempuan yang satu itu selalu mengusik ketenangannya.

“Ya, mbakyuku yang cantik..” tapi Danang masih juga suka menggoda, dan itu membuat Palupi merasa bahwa Danang selalu bisa menjadi pelipur laranya.

“Danang, nanti sepulang kantor jalan-jalan ya.”

“Waduh, nanti ?”

“Iya nanti..”

“Aku nggak bisa mbak, sudah ada janji ..”

“Alaaaa, janji sama siapa? Kemarin sudah nggak bisa, sekarang lagi. Janji sapa siapa?”

“Ada deh..”

“Danang, apa kamu nggak kasihan sama aku ?”

“Mengapa harus kasihan sama kamu mbak?”

“Aku menderita...”

“Aduh, kasihan mbakyuku..”

“Kalau kasihan ayo.. jalan-jalan dong Nang.”

“Ma’af mbak, sungguh aku tidak bisa.”

“Danang.. kamu jahat sekarang ya.”

Lalu Palupi menutup ponselnya dengan kesal. Danang mencoba menguatkan hatinya. Dia sudah berjanji akan bertobat, mengurangi hari-hari dengan kesenangan. Meninggalkan segala gemerlap malam dan ‘pernik-pernik’ nya.

***

Menyadari bahwa suaminya tampak mengetahui perbuatannya, membuat Palupi semakin enggan bertemu. Ia juga tak pernah ramah kepada anaknya. Rasa keibuan sudah hilang entah kemana.

“Bintang !”

“Ya ibu.”

“Jangan main diruang tengah, kamu kan sudah punya tempat bermain sendiri?”” tegur Palupi dengan wajah sangar.

“Tapi bapak tidak melarang kok.”

“Biar saja bapakmu tidak melarang, tapi ibu melarang.”

Bintang membawa mobil kecilnya kebelakang. Lalu Palupi selonjor disofa, sambil mengotak atik ponselnya. Ia berbicara kesana kemari dengan teman-temannya, dan itulah sebabnya ia mengusir Bintang yang sedang bermain diruangan itu.

“Supriiiih...” tiba-tiba Palupi berteriak, tapi yang datang adalah Mirah, karena Suprih sedang ada dikamar mandi.

“Ya bu.”

“Siapa memanggil kamu?” tanyanya ketus.

“Bu Sprih sedang ada dikamar mandi, kalau ibu menginginkan sesuatu biar saya saja.”

“Hmh. Jangan sok baik kamu. Nanti kalau selesai suruh dia membawa jus jeruk kemari.”

“ Baik,” kata Mirah dengan hati seperti teriris. Kata-katanya sungguh pedas. Ketika sudah ada didapur, karena merasa Suprih terlalu lama, Mirah berbaik hati menuangkan jus jeruk dari dalam kulkas kesebuah gelas, lalu dibawanya kedepan.

“Ibu, tampaknya bu Suprih masih agak lama, ini saya bawakan, “ katanya sambil mendekatkan baki dengan gelas diatasnya itu ke meja. Tangannya siap mengambil gelas itu untuk diangkatnya dari baki, ketika Palupi mengayunkan tangannya, sehingga gelas itu jatuh kelantai dan gelasnya tentu saja pecah berderai.

“Ough..” pekik Mirah.

“Bagaimana sih kamu? Meletakkan gelas saja tidak becus!” hardiknya.

“Ma’af.. ma’af bu, biar saya bersihkan,” kata Mirah dengan gemetar. Ia merasa Palupi sengaja menjatuhkan gelas itu, tapi Mirah tak mau menyalahkannya. Ia mengambil keranjang sampah lalu memunguti pecahan gelas itu satu persatu.

“Dasar tidak becus bekerja. Sudah bertahun-tahun ada disini, tapi meletakkan gelas saja tidak bisa. Lagian siapa menyuruh kamu mengambilkan jus itu untuk aku?” omelnya sambil melotot kearah Mirah, tapi Mirah tak menggubrisnya, ia terus memunguti pecahan gelas itu, kemudian kebelakang untuk mengambil kain pel.

“Bersihkan sampai bersih jangan sampai dikerubuti semut nantinya!”

Mirah datang dan bermaksud mengepel lantai basah itu, tapi ada kaca yang tercecer dan melukai tangannya. Darah mengucur deras karena luka itu agak dalam.

“Auhh...” Mirah berhenti mengepel, lalu berlari kebelakang untuk mengambil kapas dan obatnya.

Sa’at itulah Handoko memasuki ruangan, menatap Palupi yang sedang bermain ponsel sambil menyilangkan kakinya, lalu dilihatnya lantai basah kekuningan, lalu ada warna merah darah tercecer diantaranya.

“Apa ini?”

Mirah datang tergopoh sambil memegangi tangannya.

“Ma’af bapak, saya memecahkan gelas.”

“Itu tanganmu terluka? Mengapa sangat banyak darah mengalir?”

“Tidak, saya sudah menutupinya dengan kapas, biarkan saya membersihkan lantainya dulu,” kata Mirah sambil berjongkok lagi.

“Mirah, darahmu menetes terus. Sini !!” kata Handoko keras. Ia duduk dikursi dan dengan takut-takut Mirah mendekati.

“Kamu ibu bagaimana Lupi, ada orang terluka seperti ini masih enak-enak bermain ponsel.”

“Tidak bapak, saya bisa mengobatinya sendiri.”

“Kamu jangan bandel. Mana tanganmu,” kata Handoko sambil menarik tangan Mirah.

“Ini lukanya dalam sekali, pantas darahnya begitu banyak. Suprih mana? Supriiih!!” Handoko memanggil Suprih yang kebetulan waktu itu sudah ada didapur.

“Ya bapak..”

“Ambil kotak obat di almari obat, cepat.”

Suprih melakukan apa yang disuruh tuan ganteng, sementara Mirah gemetar karena tangannya dipegangi Handoko, yang memencet luka itu dengan keras. Maksudnya agar darahnya berhenti mengucur.

Palupi melihat adegan itu. Matanya menyala karena marah.

“Hanya begundal, diperhatikan seperti Putri.” Omelnya sambil berdiri.

“Kamu bilang apa?” teriak Handoko marah.

Tapi Lupi terus masuk kedalam kamarnya.

***

Besok lagi ya.

 

76 comments:

  1. Wah pertama kah? Smoga. Trims bu tien

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tidak cuma Bu Ismoyo,, kita juga ikutan semangat,,, ayo danang, tempel tanti,, jangan kasih kendoooor,,,

      Delete
    2. Mas Rinto, berhubung disini masih banyak yang blm tertulis nama bloggernya (UNKNOWN) Tulis di blogspot bu Tien ini cara memasukkan nama dan foto sebagai mana yang sdh Anda lakukan di grup WA Penggemar Cerbung Bu Tien.
      Yang sdh masuk grup cerbung saat ini baru 20 orang dari sekian puluh orang yang sering komen disini.

      Delete
  2. Wah bisa pertama. Yg lain gak cepet bisa tutul keypad karna jari masih ada tinta nyoblos. He.. he...

    ReplyDelete
  3. Terima kasih mbak Tien ... SP 17 sdh hadir menghibur para penggemarnya.

    Salam hangat kami dari Yogya.

    ReplyDelete
  4. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinahyù, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Padma Sari,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sugeng dalu, matur nuwun makin seru critane.
      wis muga-2 bener ..... Bu Suprih balon mertua Danang ... ndoro putri tambah mbesengut, panas atine kalah rebutan karo Tanti bgrebut perhatian Danang.....

      1. “Bu Sprih sedang ada dikamar mandi, kalau ibu menginginkan sesuatu biar saya saja.”
      # Bu Suprih #

      Namung kepanggih setunggal punika bu Tien.

      Delete
    2. Alhamdulillah...
      Mtnuwun mbk Tien
      Salam sehat dan semangat

      Delete
    3. Terima kasih Bunda Tien, sehat terus ya Bunda & selalu semangat Aamiin 😍😍😍

      Delete
    4. Alhamdulillah SANG PUTRI 17 sudah tayang.
      Matur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
      Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.

      Tanti ini anaknya bu Suprih..
      Bakal seru ceritanya. Mbak Tien PANCÈN OYÉ..
      Besok lagi ya.. .

      Delete
  5. Alhamdulillah.......

    Yang ditunggu tunggu sudah hadir
    Matur nuwun sanget Ibu Tien,
    Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
    Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah....monggo dinikmati...matur nuwun mbak Tien

      Delete
  6. Matur nywun... Mbak tien ...smg mba tien sehat jasmani rihani ekonomi selalu berimajinasi merangkai dan mengolah kata utk kita

    ReplyDelete
  7. Matur nuwun mbak tien-ku ...atas sp16nya yg gasik.
    Nahh...jadi pdkt Danang dan Tanti , semoga sukses.
    Salam sehat mbak Tien Kumalasari ...dari sragentina .

    ReplyDelete
  8. trima kasih bu Tien SP 17 sdh tayang... Semkga bu Tien selalu. Sehat dan terus berkarya
    Begundal itu artinya apa ya bu... palupi selala ngatain Mirah Begundal... Hehe baru dengar istilah begundal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Begundal itu pesuruh yang dikatakan dengan kasar.

      Delete
    2. matur nuwun Bu Tien ...penjelasannya

      Delete
  9. Matur nuwun mbak tien-ku ...atas sp17 yang datang gasik.
    Nahh...ada pdkt Danang dan Tanti ..
    Salam sehat mbak Tien Kumalasari ..dari sragentina .

    ReplyDelete
  10. Puji Tuhan..SP sudah hadir

    Tetap semangat dan salam sehat bunda..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ops diawal memunculkan komen apa sama dengan Sriati Siregar Ops ya. Ma'af. Atau ada hubungannya?

      Delete
  11. Nah Danang krna batunya.. naksir Tanti anak pembantu kakaknya.
    Palupi tdk punya perasaan.
    Terima kasih bu Tien..pas intip langsung muncul SP 17.. semakin seru..semoga bu Tien sehat selalu sehingga senantiasa berkarya..aamiin. Ditunggu kelanjutannya

    ReplyDelete
  12. Ih.... gemes banget... kesel kesel kesel... ibu Tien emang selalu bikin gemes

    ReplyDelete
  13. Perhatian pak Handoko pada Mirah semakin membuat Palupi istrinya makin marah.... wow ..apalagi yang bakal terjadi.
    Salam sehat dan terima kasih Mbak Tien.

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah mksh mb Tien cerbung yg ditunggu2 sdh hadir

    ReplyDelete
  15. Maturnuwun ibu Tien,tambah seru aja critanya tambah penasaran
    Kutunggu episode selanjutnya,salam hangat selalu,jg utk penggemar cerbung semua 🙏

    ReplyDelete
  16. Maturswn bu Tien salam hormatbdari lembah Tidar

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah .... trimakasih bu tien sp17 sore2 sdh tayang ..... waahhh ceritanya makin seru nih, danang mulai pdkt tanti ..... kita tunggu kelanjutan episode berikutnya

    Selamat malam bu tien, semoga bu tien dan kelg sehat2 dan selalu dilindungi Allah SWT ...... aamiin yra

    Salam hangat dari arif - mojokerto

    ReplyDelete
  18. Haduh.....baru baca, koq sudah tiba2
    besok lagi yaa.. hehehe.
    Saking asik ceritanya,jadi pengen terus baca.


    Salam sehat buat Bu Tien dari Bandung
    (Komariah Prilanawati)

    ReplyDelete
  19. Terima kasih bu Tien makin seru ...🙏

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah Sang. Putri. 17. Sampun muncul. ,matur nuwun sanget Ibu Tien.
    Sungkem kula Is Klaten.

    ReplyDelete
  21. Maturnuwun mbak Tien sayang...
    Kasihan Mirah..duh hatimu terbuat dari apa, Palupi?
    Mbak Tien..sehat selalu ya...semoga tidak terganggu kesehatannya karena kehujanan tadi.
    Salam sehat dari Semarang

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah... Sudah tayang episode 17
    Terimakasih bu Tien Cerbung nya Kutunggu kelanjutannya
    Semoga bu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
    Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo

    ReplyDelete
  23. Smg Danang sadar dan memulai merajut masa depan... Smg ibunya setuju klu ntinya tahu Tanti anaknya artnya Palupi...

    Smg Palupi bs berubah stlh tahu Danang dekat dg Tanti.. atau membiarkan Mirah menjd madunya?

    Hanya mb Tien yg tahu akhir dr SP ini..slm seroja utk mb Tien dan kita semua...

    ReplyDelete
  24. Malam Bunda Makasih banget untuk cerbungnya yang makin asyik dan seru.
    Semoga Bunda selalu sehat tak kurang suatu apa, dan terus semangat dalam berkarya.
    Sukses selalu buat Bunda

    ReplyDelete
  25. Palupi sdh kehilangan akal warasnya....adanya cm marah d kebencian...hadewwh
    Salam sehat mb Tien
    Terus menunggu YulieslemanSendowo

    ReplyDelete
  26. Jangan jangan Handoko pun gemetar menegang tangan Mirah... Makin seru ceritanya dan semakin tidak sabar menunggu episode berikutnya....salam Seroja Bu Tien....

    ReplyDelete
  27. Jangan2 Handoko merasakan getaran yg sama dengan Mirah,tetapi tentu keduanya harus memendam rasa itu karena masih ada Palupi....makin seru ceritanya dan semakin tidak sabar menunggu episode berikutnya...salam Seroja Bu Tien

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah..
    Mtur swun bun...
    Mugi2 tansah rahayu..

    ReplyDelete
  29. Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip.
    Tetap tegar dan bisa ngemong ndoro Putri ya Yu Mirah, upahmu besar di surga. Kapan Palupi bertobat?
    Kelihatannya Danang sdh mulai insaf, Widi mempercayainya maka lancarlah pendekatan dg Tanti...
    Semoga Tuan ganteng cepat sehat...

    Yustin nunggu eps 18.matur nuwun.

    ReplyDelete
  30. Selamat malam bunda Tien, cerbungnya tambah bikin penasaran saja, makin seru ceritanya dan semakin tidak sabar menunggu eps selanjutnya...

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah, Palupi sampun rawuh.
    Matur nuwun Bu Tien, kenging damel sangu istirahat.
    Mugi2 Ibu pinaringan sehat wal afiat.
    Saking Balung Jember tansah nyengkuyung babare lampahan Handoko - Mirah, Widi - Ryan, Danang - Tanti.

    ReplyDelete
  32. Trimakasih mbak Tien
    SP-17...makin seru..palupi bener2 hatinya terbuat dr batu...sm anak sendiri jahat..sm mirah apalagi..semoga dpt pembalasan setimpal..nyebelin bangeet..
    Lanjuut mbak Tien...agk panjang dong..rasanya bentar banget bcnya..hehe..

    Salam sehat selalu..🙏

    ReplyDelete
  33. keseeeell ih, kok begitu sih Palupi

    ReplyDelete
  34. Palupi..salah sendiri.. Makasih mba Tien. Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah eps 17 tayang.. Salam sehat selalu kagem Bu Tien & keluarga...Aamiin YRA.

    ReplyDelete
  36. Panas..panas..panas...hati Palupi tambah panas...sehat terus ya Bu Tien

    ReplyDelete
  37. selamat malam bunda,,,terima kasih bunda tien semoga bunda selalu sehat dan ttp semangat Aamiin, salam seroja dr jmbg.

    ReplyDelete
  38. Terima kasih bunda Tien...
    Salam taklim dari Malang

    ReplyDelete
  39. Suwun mb Tien.....sungguh muantap eps kl ini, salam hangat dr blora 🙏

    ReplyDelete
  40. Matur nuwun mbak Tien
    Salam sehat dari Batang

    ReplyDelete
  41. Assalamualaikum.. Met pagi..

    Selalu trrbaca pagi, krena melongok smalam blm muncul.
    Tambah asyik bu ceritanya..
    Terima kasih

    Swhat selalu buat ibu Tien yaa..

    ReplyDelete
  42. Alhamdulillah Sang Putri 17 sdh hadir
    Seruu dan bikin penasaran ceritanya
    Palupi dibakar api cemburu
    Danang suka sm Tanti
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
    Salam sehat dari Bekasi

    ReplyDelete
  43. Dulu ada CerBer-nya Bunda Tien tentang Lusi si trouble maker, sampe-sampe Susan anaknya Lusi pun dicelakai dengan memakai penjahat bayaran unyuk melakukannya.

    CerBer yang ini, Palupi juga berani membayar untuk melakukan kejahatan. Tapi aku kira, itu belum seberapa. Karena aku yakin, si Palupi dengan otak nista-nya, pasti masih punya banyak peluru untuk membrondong Mirah.

    Bunda Tien, aku ndak sabar nih nungguin si Handoko jadi-an sama Mirah. Tapi kalo CerBer-nya cepet selesai, ndak enak juga. Hehehehe...

    TERIMA KASIH ya, Bunda Tien. Karya-nya Bunda selalu dinantikan, karena bikin gregetan dan kecanduan. Hehehe..

    Semoga Bunda Tien senantiasa ALLAH paringi perlindungan, kesehatan dan kebahagiaan lahir dan batin.

    ♥️������

    ReplyDelete
  44. Alhamdulillah, suwun mbak Tien sdh bisa baca SP 17
    Salam sehat sll dr Bekasi

    ReplyDelete
  45. Trims bu tien cerita SP udah hadir...mantap semoga danang benar tobat...salam sehat bu tien dari jogja

    ReplyDelete
  46. Slmt pgii mba Tien.. Makasih y SP 17 nya dah hdir.. Woowtambah seruu nih.. Smgdanang bnr2 tobat.. Dan handoko.. Makinbikin palupi kesel dgn mirah.. Pokoknyaseruu.. Slmsehat y mba dri sukabumi.. Muuaahh🥰🥰

    ReplyDelete
  47. Bagaimana sikap bu Ismoyo dan Danang, jika tahu bhw Tanti anak Suprih, pembantu Palupi. Di tunggu lanjutannya Bu Tien. Maturnuwun dan salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  48. Bakal terjadi perang dunia nih....
    Salam sehat selalu mbak Tien

    ReplyDelete
  49. Waahhh.... semoga Bu Ismoyo bisa legawa manakala nanti tau bahwa Tanti hanya anak seorang pembantu... dan smoga Danang bisa menerima dengan lapang hati si Tanti... makin seru aja ceritanya... ditunggu kelanjutannya Mbak Tien... Salam seroja dari Semarang.

    ReplyDelete
  50. Gumush gumush gumush........ Eh salah gregetan sih he he he..... Tks Bu Tien bikin hati pyar pyar......salam seroja dr sby

    ReplyDelete
  51. Sugeng siang , betul hati Palupi dr batukah . Tp klo mb Tien orang yg baik pasti ketemu orang yg baik pula ya mb Tien. Pengen cepet mlm . Semoga putra bu Ismoyo bahagia semua

    ReplyDelete
  52. Wuaduh kalah cepet
    Tak melu nglongok ah

    ReplyDelete
  53. Salam sehat selalu Mbak tien .. salam dr guru 2.. SMPN 1 Sawahlunto..

    ReplyDelete
  54. Alhamndulillah....terimakasih mbak tien.

    ReplyDelete

MAWAR HITAM 21

  MAWAR HITAM  21 (Tien Kumalasari)   Mendengar pekik sang istri, pak Sunu segera meletakkan jari telunjukknya ke bibir, sebagai pertanda ag...