SANG PUTRI 08
(Tien Kumalasari)
Mata menyala itu mendekat kearah bangku, membuat Hndoko terkejut, Mirah gemetaran melihat mata yang. tampak bagai memancarkan api itu.
“Oh.. begini rupanya..?” katanya sambil telunjuknya menunjuk kearah hidung Mirah.”
“Lupi, duduk dan bicara pelan..” tegur Handoko yang merasa sungkan karena beberapa orang mulai memandang kearahnya.
“Mana mungkin aku bisa bicara pelan? Aku sangat marah. Begundal ini telah menginjak-injak rumah tanggaku.”
Handoko sangat marah mendengar Palupi seperti juga Danang menyebut Mirah sebagai begundal.
“Dia bukan begundal,” katanya tandas, tapi pelan.
“Jadi apa? Calon isteri muda kamu?”
“Ya !” Handoko menjawab singkat. Lalu diulurkannya beberapa lembar uang kepada Mirah.
“Rah, tolong dibayarkan ke kasir, berikut yang harus kita bawa.”
Mirah mengangkat Bintang dari kursinya, lalu berjalan kearah kasir.
Handoko mengambil ponselnya dan memanggil taksi.
Palupi bertambah naik pitam.
“Jadi benar, dia akan kamu jadikan isteri muda kamu?”
“Apa kamu tidak mendengarnya? Kurang jelas ?”
“Setan alas itu harus dilenyapkan.”
Wajah Palupi semakin merah padam, Handoko merasa merinding. Itu seperti bukan Palupi yang dikenalnya, yang pernah dicintainya bahkan sampai beberapa bulan terakhir, yang kemudian lenyap tanpa bekas karena sikap dan ulahnya.
Handoko berdiri, mengambil kruknya, lalu melangkah keluar. Dilihatnya Mirah sudah sampai diluar rumah makan itu.
Namun tanpa diduga Palupi memburunya, dan menjambak rambut Mirah sehingga kepala Mirah tertarik kebelakang.
“Augh..” pekik Mirah, sementara Bintang yang semula diam kemudian menangis keras. Handoko marah bukan alang kepalang. Diayunkannya tongkat yang dipakainya kearah tubuh Palupi, membuatnya terhuyung dan terjatuh, tapi Handoko sendiri juga terhuyung dan beruntung bisa bersandar pada tubuh Mirah yang berada didekatnya.
“Mirah, itu taksinya sudah datang, cepat masuk,” kata Handoko yang kemudian juga bersiap masuk kedalam taksi.
Palupi yang sudah bangkit berusaha menarik tangan Mirah yang sudah hampir masuk kedalam taksi, tapi Handoko menghalanginya dengan tongkatnya. Handoko sendiri hampir saja terjatuh kalau saja tubuhnya tidak bersandar pada badan taksi itu.
Palupi lupa segala-galanya, ia berteriak sambil mengejar taksi yang sudah berlalu.
***
Mirah ingin menangis, tapi ditahannya. Ia tak ingin Bintang bertambah sedih melihat kekacauan yang baru daja terjadi.
“Mas Bintang jangan menangis ya.. tidak apa-apa kok,” hibur Mirah sementara hatinya juga teriris.
“Ma’afkan Mirah.. “ kata Handoko sambil menoleh kebelakang, dimana Mirah sedang merangkul Bintang.
“Tidak apa-apa bapak..”
“Tiba-tiba dia seperti orang kesetanan. Ya Tuhan, apa yang merubahnya menjadi seperti itu,” keluh Handoko.
“Sabar pak, ada mas Bintang, kata Mirah lirih sambil membungkukkan tubuhnya kearah Handoko. Mirah sangat menjaga, jangan sampai Bintang merasakan adanya kekacauan tadi.
“Oh ya mas Bintang, tadi es krimnya yu Mirah bawa pulang, ini, ayo dimakan, sebelum meleleh nih,” kata Mirah sambil mengeluarkan kotak es krim yang tadi dibelinya.
Bintang mengangkat kepalanya yang semula berada dalam rangkulan Mirah.
“Ini sendoknya, aduuh.. ini rasa coklat sama strowberi.. enaknyaaa...”
Bintang menerima kotak es krim itu,.
“Ini sendoknya. Wah, mas Bintang pinter sudah bisa membuka sendiri.. sudah, ayo dihabiskan.”
Diam-diam Handoko memuji Mirah yang mengerti tentang kejiwaan anak kecil. Bintang tidak boleh terluka. Perasaannya harus selalu dijaga. Mirah benar, kebahagiaan seorang anak adalah sesuatu yang nomor satu.
“Enakkah Bintang ? Bapak jadi pengin nih..” kata Handoko ikutan membuat Bintang senang.
“Bapak mau?”
Lalu bintang menyendok sesendok es krim diulurkan kearah bapaknya. Handoko membuka mulutnya dan mengecap-ngecap es krimnya.
“Hm.. ternyata enak.. Bintang suka ?”
“Suka.. yu Mirah mau? Haaaak...” kata Bintang sambil menyendokkannya untuk Mirah. Tapi Mirah menggeleng.
“Jangan mas, yu Mirah nggak suka es krim..” jawab Mirah yang nggak ingin mengecap bekas mulut tuan gantengnya.
“Enaaak yu... cobain..” Bintang memaksa.
“Yu Mirah agak pilek. Kata dokter, kalau lagi pilek nggak boleh minum es krim..”
“Oh, yu Mirah lagi pilek?”
“Iya nih,,, sudah, dihabisin mas Bintang saja ya..”
Bintang asyik menyendok es krimnya, wajah yang semula tampak bingung sudah kembali cerah.
“Rah, kita tidak langsung pulang ya.”
“Kemana bapak?”
“Jalan-jalan ke mal, ajak Bintang bermain main.”
“Bapak tidak capek ?”
“Tidak, Bintang harus gembira. Bintang, maukah bermain di mal, naik mobil-mobilan? Atau kereta-keretaan?”
“Mauuu..” Bintang langsung berteriak riang.
“Baiklah... pak, langsung ke mal terdekat ya,” perintah Handoko kepada tukang taksi.
***
Bu Ismoyo lama menunggu diteras rumah Handoko. Danang hanya menurunkannya lalu langsung berangkat ke kantor, tanpa tahu bahwa rumah Handoko kosong.
“Kemana mereka pergi? Lama sekali aku menunggu, dan sayangnya aku kok ya lupa bawa ponsel sehingga nggak bisa menghubungi siapa-siapa..” keluh bu Ismoyo yang kelelahan menunggu.
Bu ismoyo berdiri .. melangkah keluar, mau tidak mau dia harus naik becak pulang, karena yang ditunggu tidak segera datang. Tapi sebelum sampai diluar tiba-tiba Widi muncul dengan sepeda motornya.
“Lho.. bude kok jalan kaki ?”
“Itu.. rumah kamasmu kosong, aku capek menunggu, mau pulang saja..”
“Kok nggak naik taksi?”
“Bude lupa nggak bawa ponsel nduk, ya mau naik becak saja jadinya.”
“Memangnya mas Handoko kemana? Yu Mirah juga nggak ada?”
“Nggak ada semua, ayo kalau begitu temani bude menunggu sambil omong-omong.”
“Baiklah bude.”
Maka Widi menemani bu Ismoyo duduk di teras.
“Bude kok sendiri..?”
“Habis mau sama siapa Wid, simbok kan sa’atnya bersih- bersih setelah memasak. Tadi bude bareng sama Danang ketika dia habis makan siang dirumah.”
“Mas Danang langsung ke kantor?”
“Iya. Bude sedang susah ini Wid..”
“Lho, kenapa bude?”
Pagi tadi Palupi nangis-nangis, katanya suaminya selingkuh dengan Mirah.”
“Masa sih bude?” tanya Widi tak percaya.
“Benar Wid, malah tadi Danang juga bilang, kalau kamasmu itu suka sama Mirah.”
“Mas Handoko bilang begitu?”
“Iya. Makanya bude sedih nih Wid, kalau Handoko ingin wanita yang lain, ya biar saja wong isterinya nggak pernah ngurusin rumah tangganya, tapi kok sama Mirah.. gimana coba?”
“Tapi kok Widi nggak percaya kalau mas Handoko melakukan itu. Kalau dekat sama yu Mirah, itu kan memang karena yu Mirah mengurus semuanya dirumah ini. Melayani mas Handoko, melayani dan momong Bintang.”
“Mirah memang baik, bisa mengurusi semuanya, tapi rasanya nggak tega kalau Handoko benar-benar suka sama Mirah.”
“Lalu bude datang kemari karena mau memarahi mas Handoko?”
“Bude ingin tanya kebenarannya. Nggak bisa tidur bude kalau belum mendapat jawabannya.”
“Bude, saya pikir bude tidak usah terlalu memikirkan mas Handoko. Bude sudah melepasnya untuk membangun rumah tangga sendiri, jadi biarkan saja bude, mas Handoko pasti sudah bisa memilih dan mentukan apa yang harus dilakukannya.”
“Kalau bude punya menantu seperti Mirah, apa bude juga harus menerimanya?”
“Mirah wanita yang baik, dia bisa mengurus sebuah rumah tangga dengan sempurna. Seandainya benar mas Handoko memilih Mirah, saya kira tidak ada masalah.”
“Apa maksudmu tidak ada masalah?”
“Bude, saya yakin bude berfikir tentang derajat seseorang. Ma’af ya bude, bukannya Widi menggurui, tapi menurut Widi, itu tidak masalah.”
“Aku tidak mengerti jalan fikiran kamu Wid.”
“Bude, derajat manusia itu sama dimata Allah.. “
Bu Ismoyo diam. Ia heran Widi tidak mempermasalahkan derajat seseorang. Bukankah ada pembantu dan ada majikan? Bukankah itu derajat yang berbeda ?
“Bude, seseorang berbeda karena harta yang dimilikinya. Yang kaya, derajatnya dianggap lebih tinggi dari orang yang miskin . Tapi perilaku baik tidak hanya dimiliki oleh orang yang berderajat tinggi. Ada orang yang derajatnya tinggi, tapi perilakunya buruk. Seseorang bisa memilih, yang derajatnya tinggi tapi perilaku buruk, atau derajatnya rendah tapi perilakunya mulia.”
Lalu Widi terkejut sendiri, dia yang masih bocah berani mengutarakan hal yang semestinya orang tua sudah tahu.
“Bude, sungguh Widi minta ma’af, Widi hanya menirukan kata-kata yang pernah diajarkan bapak kepada Widi. Ma’af ya bude.”
Bu Ismoyo menatap Widi dengan kagum. Ia tahu bahwa Tarman adiknya adalah seorang yang sangat sederhana. Dia jarang datang kerumah karena merasa menjadi orang yang bukan orang berada. Sering Tarman mengutarakan hal itu kalau bu Ismoyo menegurnya dengan jarangnya dia datang menemuinya. Dan menjadi orang yang serba berkecukupan, membuat bu Ismoyo merasa memiliki derajat yang lebih tinggi. Lalu diresapinya kata-kata Widi, bahwa derajat manusia sama dimata Allah. Bu Ismoyo merasa bodoh dihadapan Widi. Widi yang masih bocah ternyata lebih bijaksana.
“Bude, apakah bude marah sama Widi? Sungguh bude, Widi tanpa sengaja telah mengutarakan sesuatu seperti yang pernah bapak katakan. Memang tidak pantas Widi mengatakannya.”
“Tidak.. tidak, kamu benar, sekarang kamu membuat budemu ini kangen sama bapakmu. Ayo antarkan bude ketempat bapakmu,” kata bu Ismoyo sambil berdiri.
“Sekarang bude ?”
“Iya, sekarang, bude tak ingin terlalu mengurusi rumah tangga kamasmu.”
“Bude, tapi Widi naik sepeda motor. Apa berani bude mbonceng sepeda motor?”
“Mengapa tidak? Ayo kita coba,” kata bu Ismoyo sambil tersenyum.
Widipun berdiri, mendekati sepeda motornya dan menstarternya.
“Silahkan naik bude, tapi pegangan sama Widi yang kenceng ya.”
***
Handoko dan Mirah duduk disebuah bangku, menunggu Bintang yang berputar-putar dengan mobilnya.
Handoko senang Bintang tampak sangat gembira, dan Handoko yakin Bintang sudah melupakan kejadian ketika mereka berada dirumah makan.
Tapi Handoko merasa prihatin, wajah Mirah tampak kuyu. Kejadian dirumah makan itu seperti menampar mukanya. Palupi mengatakan dia begundal, dan dia mengakui bahwa Mirah adalah calon isteri mudanya. Apakah Mirah terluka?
“Rah..”
Mirah yang semula menatap kosong kedepan menoleh tuan ganteng yang duduk disampingnya.
“Ya, bapak..”
“Aku minta ma’af..”
“Tadi bapak sudah mengatakannya.”
“Palupi sungguh tak terkendali. Kenapa tiba-tiba mengamuk seperti itu?”
“Bapak terlalu menganggap saya keluarga, duduk semeja dengan bapak, itu kan tidak pantas? Saya sudah memilih meja yang lain tadi.”
“Bukan itu Rah. Aku tidak mau kita yang hanya bertiga harus menempati dua meja. Lagipula kamu itu bukan aku anggap pembantu. Kamu keluargaku juga.”
“Mengapa bapak mengiyakan ketika ibu mengatakan bahwa saya calon isteri muda bapak?”
“Apakah kamu tersinggung dengan ucapan itu?”
“Bukan tersinggung bapak, tapi kecewa, karena dengan meng ‘iya’ kan ucapan itu, bapak telah membuat ibu sangat marah. Dan saya menjadi sasaran kemarahan itu. Seperti ketika tadi ibu menjambak rambut saya.”
“Ma’af ya Mirah..”
“Belum nanti, kalau kita sampai dirumah, pasti ibu belum melupakan kemarahannya sama Mirah.”
“Tidak, kalau Palupi menyerang kamu, aku akan melindungi kamu.”
“Mengapa bapak tadi tidak membantahnya saja sehingga ibu tidak semakin marah?”
Dan Handoko juga tidak mengerti mengapa tadi dia tidak membantahnya. Apakah dia hanya ingin memanas-manasi hati Palupi? Atau memang benar ada niat itu? Aduhai, Handoko belum mendapat jawaban atas sikapnya sendiri. Mirah memang hanya pembantu, tapi dia bisa menjadi isteri yang baik. Benarkah dirinya menginginkannya?
Mirah menoleh kearah Handoko dari yang semula hanya menundukkan kepalanya. Ada air mata menetes dari sepasang mata beningnya. Jatuh terburai dilantai.
Sesungguhnya Mirah menunggu jawaban Handoko, yang sampai lama tidak juga mengatakannya.
Handoko melihat tetesan air mata itu. Ia merogoh sapu tangan disakunya, diulurkannya kepada Mirah.
“Jangan menangis Mirah.”
Mirah menerima saputangan itu dengan gemetar. Lalu benar-benar dipakainya untuk mengusap air matanya.
Lalu terdengarlah langkah-langkah kecil mendekat.
“Yu Mirah menangis ?” Mirah terkejut atas pertanyaan Bintang.
“Oh, tidak mas, tadi ada debu memasuki mata yu Mirah. Sudah main mobilnya?”
“Aku mau naik lagi..” rengeknya.
“Oh, masih mau lagi? Nggak capek?”
Bintang menggeleng, lalu menarik tangan Mirah sambil berlari lari kecil.
Handoko menatap punggung Mirah. Menatap tubuh semampai dengan kulit bersih, dan ia teringat senyuman Mirah yang manis.
“Apakah aku tertarik pada gadis itu? Apakah aku memang menginginkannya agar menjadi isteriku?” gumamnya dalam hati.
Mirah kembali duduk, agak jauh dari dirinya.
“Mas Bintang naik mobil yang lain,” kata Mirah lirih.
“Biarkan saja, asalkan dia senang.”
“Tapi ini sudah sore. Biasanya mas Bintang tidur siang.”
“Nanti dia akan lelah dan mengantuk. Biarkan saja. Jarang aku bisa menikmati kegembiraan Bintang. Dulu aku sibuk dikantor. Kalau ingin mengajak Bintang jalan-jalan, hanya ala kadarnya saja. Tapi hari ini aku puas melihat kegembiraannya. Lain kali kita akan mengajaknya lagi ya Rah.”
“Sesekali, ajaklah ibu.”
Handoko menoleh kearah Mirah. Gadis itu kembali menundukkan kepalanya, menatap lantai yang berkilat, memantulkan wajahnya samar-samar. Bayangan sendu itu masih juga tampak. Mirah menahan air matanya, jangan sampai terjatuh seperti tadi.
“Kita lihat saja nanti, apa dia bersedia melakukan hal seperti ini,” gumam Handoko lirih.
Satu kali putaran lagi, Bintang harus menghentikan mobilnya.
“Mas Bintang, habis ini sudah ya. Ini sudah sore,” teriak Mirah.
Mungkin karena lelah, atau mengantuk, Bintang menganggukkan kepalanya.
***
Memang benar Bintang mengantuk. Turun dari taksi Mirah menggendongnya dan Bintang terkulai dipundaknya.
Handoko membuka pintu rumah, dan Mirah menidurkan Bintang dikamarnya.
Mirah mencium pipinya lembut, kemudian membuka sepatunya pelan. Bintang sudah terlelap. Mirah beranjak kebelakang, melakukan tugasnya seperti biasa. Membuat teh sore, lalu meletakkan lauk yang tadi dibelinya, menatanya di meja. Nanti sa’at makan tinggal memanaskannya.
Lalu Mirah menyiapkan minuman untuk tuan gantengnya, secangkir kopi susu, yang diletakkan dimeja ruang tengah.
Ketika ia meletakkan minuman itu, Handoko keluar dari kamar, sudah rapi dan wangi.
“Minumannya sudah, bapak.”
“Terimakasih Mirah. Bintang masih tidur?”
“Masih, tadi kelihatannya sudah sangat mengantuk.”
“Kamu boleh istirahat, pasti kamu juga lelah.”
“Ya bapak, setelah ini Mirah mau mandi dulu.”
Handoko mengangguk, lalu duduk diatas sofa, menikmati kopi susunya.
Baru setengah minuman itu direguknya, tiba-tiba terdengarlah langkah sepatu dari arah depan. Handoko menyalakan televisi, pura-pura tak tahu bahwa itu langkah isterinya. Handoko masih sangat marah.
“Oh, pasangan calon suami isteri sudah pulang?” kata Palupi sinis.
Handoko mendiamkannya.
“Mas, aku mau bicara.”
Handoko pun diam.
“Dengar mas, aku serius. Aku sakit hati mas memperlakukan aku seperti ini. Aku bukan tandingan Mirah.”
Sekarang Handoko menoleh kearah Palupi, yang berdiri sambil memegangi sandaran kursi.
“Benar, kamu bukan tandingan Mirah. Jauh sekali, jauh bedanya.”
“Baiklah, sekarang mas harus memilih. Suruh Mirah pergi dari sini, atau mas ceraikan aku.!” Kata Palupi tandas.
Handoko bergeming, menatap tajam isterinya. Sedangkan dibalik pintu, Mirah yang belum sempat pergi mandi mendengarkannya, dengan hati miris.
***
Besok lagi ya
Alhamfulillah akhirnya datang juga..maturnuwun mbak Tien
ReplyDeleteTrimakasih Bu Tien.. Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu,, Aamiin 😍😍😍
ReplyDeleteAlhamdulillah ingkang kula unggut nganti begadang akhirnya muncul juga.
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien.
Mugi2 pinaringan karaharjan sehat wal afiat.
Jember selalu setia menunggu.
Ceraaaaai,, lalu,,, sama Mirah,, Lanjooooooot ,,cinta loh cintaaa, jgn di bantah,, nnt nyesel,, 🥰🥰🥰
ReplyDeleteAlhamdulillah SP 08 sdh hadir...
ReplyDeleteMtnuwun mbk Tien
Smg selalu sehat dan semangat
Handoko pilih mana ya?
Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien. Tetap semangat dan sehat selalu.
ReplyDeleteSelamat beristirahat mbak Tien, sampai besok ya✋
Tks mnak Tien Sp 08 sdh nongol saking asyiknya terasa br sebentar baca sdh besok lg ,semoga Handoko menjawab menceraikan Palupi wah kok hatiku jd jahat ya hahahaha gara2 lihat perilaku Palupi nih....
ReplyDeleteSalam.seroja mbak Tien dr Tegal.
Terima kasih bu Tien...semoga sehat dan tetap berkarya...aamiin
ReplyDeletePalupi menanyakan pertanyaan yang sulit bagi Handoko...tentunya tdk mungkin memecat Mirah atau menceraikan istrinya...
This comment has been removed by the author.
DeleteMbak Tien pasti bisa menjawabnya mewakili Handoko 😁😁🙏
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinahyù, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Alhamdulillah SANG PUTRI 08 sudah tayang.
DeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Makin seru aja ceritanya. . jadi pengin tahu lanjutannya. .
Besok lagi ya...
Waah...maturnuwunbak Tien...
ReplyDeleteSP08..jg tayang hr ini...begitu ngintip eh ada..langsung baca dl..
Palupi udh kalap...kasian mirah..
Lanjuutbak Tien...
Salam.sehat dr bandung buat mbak Tien & kelg.
Alhamdulillah sudah tayang episode 8 Sang Putri
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbung nya Kutunggu cerita kelanjutannya
Semoga bu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo
Ada beberapa koreksi ya Bu Tien di japri saja, tadi saya sdh tulis kok tiba-2 hilang ada 4 item sdh kutulus, lho.
ReplyDeleteMasih ada 'Mirah' tertulis 'MIrah'
Yang jelas ceritanya tambah seru dan pembacanya semakin gemes sama Lupi, dan semakin kasihan Mira..... Widi sdh 'nyekoki' ilmu tingkat tinggi pada budenya.
Malam Bunda Makasih untuk SP 08.
ReplyDeleteMakin seru dan menarik , tetap setia untuk menunggu episode selanjutnya.
Sehat buat Bunda dan sukses selalu.
Salam dari kami
Bu tien emang top kalo bikn pnasarn. Trims bu tien. Smoga tetap seht bugar
ReplyDeleteMatur suwun Bu Tien,semangat berkarya salam sehat selalu dari gombong😘💐💐
ReplyDeleteTrmksh mb Tien SP 08 sdh hadir....salam sehat dr blora 🙏
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien. Selamat istirahat dan semoga selalu sehat
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Batang
Trimakasih bu Tien SP 08 sdh tayang ..makin seru nih ..sehat2 selalu bu Tien dan tetap semangat dlm berkarya Gusti mberkahi ...dari Yayuk Klaten.
ReplyDeleteTrimakasih bu Tien SP 08 sdh tayang ..makin seru nih ..sehat2 selalu bu Tien dan tetap semangat dlm berkarya Gusti mberkahi ...dari Yayuk Klaten.
ReplyDeleteMatursuwun Bu Tien semakin seru
ReplyDeletesalam dari Magelang
Seruuuuu...kira" Handoko pilih apa ya..?
ReplyDeleteTerima kasih Bunda SP 8 sudah terbit.. salam sehat..
Yes
ReplyDeleteAlhamđulilah udah tayang
ReplyDeleteMakasih bu tien
Sarapan cerbung dulu sebelum aktivita s mksh Bu Tien salam sehat selalu.
ReplyDeleteWah , jam brp td mlm ya . Inceng2 kok blom muncul . Eh bangun tdr dah ada . Mkn seru .....mb Tien memang top . Selamat pg , smua . Yuli Smrg
ReplyDeleteAlhamdulillah ..... trimakasih bu tien ...... semoga bu tien n kelg selalu sehat2
ReplyDeleteSalam dari mojokerto
Rasanya Handoko akan menjawab Mirah tak akan pergi dari rumah ini.....
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Alhamdulillah SP 08 sdh hadir
ReplyDeletePalupi mestinya sadar ya, Handoko begitu dekat dg Mirah krn ulahnya sendiri.
Handoko pilih siapa ya?
Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
Salam hangat dari Bekasi
Alhamndulillah....terimakasih mbak tien.
ReplyDeleteMemang lelaki yg baik hanya unt wanita yg baik.
Semangat dan sehat sll mbak tien
Maturnuwun ibu Tien
ReplyDeleteBagaimana sikap Handoko ?
Menunggu di episode berikutnya,salam sehat
Matur nuwun mbak tien-ku...sp08 sudah hadir lagi...
ReplyDeleteRasanya Handoko mau mendamaikan dulu, apa Lupi mau mengubah sikap, Mirah tetap hrs momong Bintang...
Bagusnya Bu Ismoyo bisa disadarkan.
Salam sehat dari Sragentina mbak ...
Hehehe.. Seneng baca koment bapak ibu..
ReplyDeleteAlhamdhlillah selalu kebagian baca pagj, klu malam di intip intip malah ga nongol.
Sehat selalu tuk ibu Tien n pembaca setiannya.
Ditunggu kelanjutannya.
Matur nuwun Bunda Tien SP semakin seru smoga Bunda Tien selalu sehat wal afiat Aamiin YRA
ReplyDeleteMakin rane
ReplyDeleteMakin rane
ReplyDeleteHaduh makin seruu... Mantap bu Tien.. terima kasih karya ibu selalu kami nanti
ReplyDeleteKetika Handoko hrs memilih
ReplyDeletePalupi yg diatas kettas merasa punya derajat tinggi tp lupa pada takdirnya sbg istri yg punya hak tp lupa kewajiban
Atau Mirah yg krn status ART memenuhi pekerjaan RT tp mempunyai akhlak yg lbh baik dibanding istrinya saat ini...
Klu dikenyataan Allah yg berkuasa...di crt ini tgt mb Tien.. Mau dibawa kmn hub Handoko dan Palupi? .. Ditunggu nti mlm lg ys mb Tien... Slm seroja utk kita semua
Semakin seru... Terima kasih, Bu Tien. Salam sehat dari Yogya. 😍
ReplyDeleteSlmt pagiii mba Tienqu sayang.. Mksihy SP 8 sdh tayang.. Sysangat senang.. Yah ibu nya handoko sadar oleh perkataan widi.. Smg nanti
ReplyDeleteendingnya bahagia handoko bersm mirah.. Sysetuju bgtu.. Palupi terlalu egois.. Slmseroja y mba Tiendri sukabumi🥰🥰
Miris sekali nasib Palupi dan sekaligus kasihan sama Mirah yg dengan tulus merawat Bintang dan tuan gantengnya. Semoga semua selesai dengan baik.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien sudah mengaduk aduk perasaan kami... kuatir, kasihan ,iba dan apalagi entahlah. Semoga Mbak Tien selalu sehat shg kami bisa terus menikmati karyanya. Salam seroja selalu dari Semarang.
Bisakah Handoko mempertahakan keluarganya di ujung konflik dgn Palupi istrinya. Maturnuwun Bu Tien yg sdh menghadirkan cerita menarik. Semoga Bu Tien sll dikaruniai sehat wal afiat dan semangat slm berkarya. Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteAku menantimu sp9... Terimakasih bunda Tien... Smoga bunda Tien sll sehat 💖 salam dr Bekasi💖💖
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun.. Bun..
Mugi2 tansah rahayu...
Ibu dr. Dewiyana, terimakasih perhatiannya. Masalah selisih waktu saya juga bingung. Di laptop dan hp saya waktunya sudah betul tuh. Harus bagaimana lagi ?
ReplyDeleteOh ya.. kalau di RSPAD apa kenal dengan dr. MMB. Sunarti? Beliau di laborat kalau tidak salah.
Cerita pribadi saya coba bukanya di SEPENGGAL KISAHKU.
Salam hangat buat jeng Dewiyana dan seluruh penyemangat saya.
Oh ya, saya senang ada yang bikin grup disini. Semoga semakin mengakrapkan kita. Tambah saudara itu anugerah.
Terimakasih.
Bacanya sambil tahan nafas...
DeleteKekacauan direstorasi...
Handoki Pilih yg mana Yaa...Penasaraaan
Salam sehat mb Tien...
Bahagiaaa seller dr YulieSleman Sendowo
Ayoo mbah Habi bikin grup WA PENGGEMAR CERBUNG IBU TIEN KUMALASARI
DeleteSETUJU
Kayaknya sudah ada yang bikin tuh
DeleteIya mbak Tien...mbakyu Nani Nur'Aini Siba sdh buat...sy sdh jadi anggota....anggota baru 5...yg mau bergabung mari untuk nambah saudara
DeleteYang ingin bergabung di grup penggemar cerbung mbak Tien silakan hubungi nomor WA: 082116677789 a.n Nani nur'aini Siba , terima kasih.
DeletePokoknya mantap
ReplyDeleteTapi kenapa harus ke Mall dulu ..gak langsung pulang ya... kan kondisi lagi panas ...kasian Mirah pasti dia merasa bersalah dg kekacauan rumah tangga Handoko ...walaupun sebenarnya bukan dia penyebabnya.
ReplyDeleteLanjut Bu Tien ... pasti Bu Tien sdh menyiapkan konsep cerita selanjutnya.. yg pasti ok dan seru
Seruuuuuu Bu Tien .... Salam SEROJA ... Kutunggu sll d setiap mlm Buuu..... Salam dr sby
ReplyDeleteAlhamdulillah,,,terima kasih bunda,,,salam sehat buat bunda tien
ReplyDeleteTeman2 Penggemar Cerbung Mbak Tien Kumalasari
ReplyDeleteBagaimana klo kita bikin grup WA?
Agar kita bisa bersiturahmi lebih akrab lagi...
Yang berkenan silahkan japri ke No HP sy ini 082116677789
Nama : Lengkap ( Asli)
Nama : Panggilan di blog
Alamat : Lengkap
Tempat Tgl Lahir :
Yg sdh kirim biodata,trmkasih....
ReplyDeleteMaaf....mau dinamain apa grup wa nya nanti ?
ReplyDelete'Penggemar Cerbung Tien K'
DeleteSudah dibentuk baru ada 5 anggota.
Penggemar Cerbung
DeletePuji Tuhan ibu Tien sehat semangat...
ReplyDeleteTadi malam nunggu SP 08 sampai ketidurn. Baru sempat baca, tetap bagus baca sambil tahan nafas...
Yustin Har Priok menunggu lanjutnya.
Matur nuwun, Berkah Dalem...
saya barusan nyusul Mbak Nani
ReplyDeleteKalo sibuk mbuat grup pasti pada lupa inceng2... hehehehe...
ReplyDeleteMbak Tien... kami sudah menunggu lho... smoga Mbak selalu sehat. Amin.
Intip..intip..
ReplyDeleteSalam sehat Bunda..
Ikut ngintip,
ReplyDeleteSekarang jm 22.03
Sang putri 09 blm hadir
Masih sabar menunggu
wahh lg seru2nya ini...
ReplyDeleteMata ngantuk tapi belum mau tidur.,masih ada yang belum nongol SP 09.
ReplyDeleteSemakin seru.... cerita kemarin
Blm ada yaa sambungannya...lagi seru...
ReplyDeleteSeruu nih mba. Makasih mba Tien
ReplyDelete