Sunday, November 29, 2020

SANG PUTRI 07

SANG PUTRI   07

(Tien Kumalasari)

 

Handoko sama sekali tak melihat kedatangan Palupi, ia bertumpu pada bahu Mirah, sampai duduk diatas kursi didepan meja makan.

Bintang yang merasa bersalah menatap bapaknya tak berkedip.

“Sakit bapak?” tanyanya takut-takut.

“Tidak Bintang, tidak sakit, ayo kita makan, nasi gorengnya sudah siap.”

Mirah tersenyum sambil mengangkat Bintang dan mendudukkannya dikursi.

“Bapak tidak apa-apa mas Bintang.. ayo makan.”

“Iya.. hm.. bau nasi gorengnya sedap sekali lho..” kata Handoko sambil menyendok nasi gorengnya.

“Mas Bintang mau disuapi ?”

“Tidak, Bintang sudah besar.. makan sendiri saja.”

“Bagus, anak bapak memang pintar. Ayo... berlomba sama bapak.. siapa ya nanti yang habis duluan...” kata Handoko menyemangati Bintang.

“Bintangpun segera menyuap makanannya.”

“Enakkah ?”

“Enak bapak..”

“Hm, pasti nanti Bintang jadi juaranya.”

“Iya.. “

“Mirah, sebaiknya kamu juga makan, supaya nanti bisa segera berangkat.”

“Iya bapak, nanti saja, setelah mas Bintang selesai makan. Mirah bisa makan cepat.”

“Tidak boleh makan cepat, makanan dikunyah tigapuluh dua kali baru boleh ditelan.”

Mirah tertawa.

“Itu benar. Ketika kamu sekolah diajarkan bukan?”

“Iya bapak, tapi jarang yang bisa melakukannya.”

Handoko tertawa.

“Nanti kita jadi ke kebun binatang bukan ?”

“Jadi dong sayang, tapi habiskan dulu makannya ya."

***

Palupi menyuruh taksi berhenti didepan rumah Ryan. Palupi lega melihat mobil Ryan masih ada didepan, berarti dia belum berangkat bekerja.

Palupi bergegas kearah rumah Ryan yang sudah berbeda sejak bertahun-tahun lalu, dan  dia tidak pernah lagi pergi kesana.

Palupi hampir mengetuk pintu ketika tiba-tiba Ryan  muncul, dan serta merta Palupi merangkulnya sambil menangis.

Ryan terperangah, perlahan ia melepaskan pelukan Palupi dan mempersilahkan duduk diteras.

“Duduklah, ada apa?”

“Ryan, tolong aku, hatiku sakit sekali Ryan.. “ katanya masih sambil menangis.

“Ada apa?”

“Suami aku.. selingkuh... “

“Apa ? Selingkuh ? Kamu mendengar dari siapa?”

“Aku melihat dengan mata kepala sendiri Ryan, suamiku memeluk Mirah, pembantu aku.”

Ryan kaget.

“Benarkah ?”

“Itu benar Ryan.. hatiku sakit Ryan, aku dibandingkan dengan pembantu .. Ryan..”

Dari terkejut, Ryan beralih menyalahkan Palupi. Kalau itu benar.. bukankah itu kesalahan Palupi?

“Lupi... apa kamu tahu? Ada asap pasti ada api..”

“Apa maksudmu Ryan? Kamu tampak tidak bersimpati sama aku, kamu sahabat aku yang sampai sekarang masih aku sayangi..”

“Palupi, baiklah kita bersahabat, baiklah masih menyayangi, tapi itu bukan berarti cinta ya. Dan tentang masalah kamu, kamu harus tahu dan cari sebabnya mengapa suami kamu melakukannya. Itu andai benar, tapi sesungguhnya aku tidak bisa percaya begitu saja. Mas Handoko begitu baik dan santun.”

“Kamu tidak melihat dengan mata kepala sendiri seperti aku.. jadi kamu tidak percaya. Baru pagi ini. Tadi aku pergi pagi-pagi, kebetulan ponsel aku ketinggalan, ketika aku masuk rumah, aku melihat adegan itu Ryan. Sakit hatiku.”

“Apakah kamu mencintai suami kamu?”

“Ryan itu bukan pertanyaan.”

“Kalau kamu cemburu berarti kamu masih mencintai suami kamu, dan itu bagus sekali, sudah seharusnya seorang isteri mencintai suaminya.”

“Aku sakit hati karena aku dibandingkan dengan pembantu Ryan.”

“Ooh, sakit hati karena dibandingkan dengan pembantu?”

“Ryan, mengapa kamu mengejek aku ?”

“Hanya satu kata, semua adalah salah kamu.”

“Salah aku? Mengapa semua menyalahkan aku?”

“Kamu tidak bisa menjaga rumah tangga kamu, itu sebabnya suami kamu berpaling, tapi tetap saja kalau itu benar.”

“Ryaan... “

“Ma’af Lupi,  aku harus segera berangkat ke kantor.”

“Ryan, tolonglah aku..” Palupi kembali menangis.

“Aku tidak bisa menolong kamu, dan tak seorangpun bisa kecuali diri kamu sendiri,” kata Ryan sambil berdiri dan bersiap pergi.

“Ryan...”

“Ma’af Lupi..”

Ryan mendekati mobil dan masuk kedalamnya.

“Kamu naik apa?”

“Naik taksi, kunci mobil disembunyikan suami aku.”

“Baguslah, barangkali suami kamu mau mendidik kamu agar kamu bisa menjadi isteri  yang patuh kepada suami,” kata Ryan sambil menutup pintu mobil.

“Ryaaan, bawalah aku.”

“Pulanglah, dan rebut kembali suami kamu.”

Ryan menstarter mobilnya dan menjalankannya keluar dari halaman.

Palupi membanting-banting kakinya sambil berurai air mata.

***

Bu Ismoyo sedang menyirami tanaman ketika tiba-tiba Lupi muncul dan merangkulnya sambil menangis.

“Lho.. lho.. ada apa ini?”

“Ibu.. tolong Lupi ibu... “

“Memangnya kamu kenapa?”

“Mas Handoko berselingkuh bu..”

“Handoko? Berselingkuh sama siapa? Dia kan tidak pernah pergi kemana-mana?”

“Dengan Mirah bu...”

“Apa? Mirah? Maksudnya.. Mirah pembantu kamu?”

“Iya bu ?”

“Kata siapa ?”

“ Palupi melihat dengan mata kepala sendiri bu.. mas Handoko merangkul Mirah dengan mesra.. sakit hati Lupi bu..”

Bu Ismoyo mengajak Palupi duduk diteras. Palupi duduk sambil terisak isak.

“Ibu tidak menyalahkan kalau suami kamu berpaling, karena itu salah kamu sendiri. Bukankah kamu tidak pernah mengurus suami kamu?”

“Tapi bu.. berselingkuh dengan Mirah bu. Mirah pembantu.. apa itu pantas bu? Apa ibu tidak malu ? Lupi saja malu bu, mengapa Lupi kalah sama pembantu, mas Handoko kebangetan bukan bu?”

Bu Ismoyo terdiam. Kalau Handoko berpaling kepada wanita lain, ia bisa mengerti, dan barangkali bu Ismoyo akan membiarkannya. Tapi dengan Mirah. Aduh.. mengapa selera anak sulungnya begitu rendah? Apa tidak ada wanita lain yang lebih cantik dan lebih pantas diselingkuhi? Bahkan dinikahi sekalipun ?

“Bu, jangan diam saja bu, lakukan sesuatu, kalau perlu Mirah harus dipecat bu.”

“Sebelum ibu melakukan sesuatu, ibu ingin mengatakan bahwa itu salah kamu.”

“Ibu..”

“Seorang isteri harus bisa menjaga rumah tangganya. Kamu apa? Pernah mengurus suami kamu? Anakmu? Rumah tanggamu? Semuanya ada pada Mirah. Mirah meladeni semua anggauta keluarga dengan baik. Menyayangi anakmu dengan tulus dan telaten.”

“Tapi mana pantas mas Handoko bermain api dengan pembantu bu?”

“Masalah pantas dan tidak itu urusan belakangan. Yang jelas ini semua adalah salah kamu.”

Palupi ingin menjerit sekeras-kerasnya. Semua menyalahkan dirinya, bahkan ketika hatinya sakit karena dibandingkan dengan pembantu, tak ada yang bersimpati padanya. Memang benar, semuanya bergantung pada Mirah, bahkan Bintang sendiri ketika duduk disebuah rumah makan, memilih semeja dengan Mirah, menolak dirinya mentah-mentah. Hatinya semakin sakit ketika melihat Handoko merangkul Mirah. Ia merasa dikesampingkan, lupa atau tak merasa bahwa dirinya yang bersalah.

“Apa yang harus Palupi lakukan?”

“Berbuatlah sebagai ibu rumah tangga yang baik. Barangkali dengan itu kamu bisa merebut kembali cinta suami dan anak kamu.”

“Sebaiknya ibu pecat saja MIrah.. dia merusak cintanya mas Handoko dan jiga cintanya Bintang kepada Lupi.

“Kamu tidak usah mendekte ibu untuk apa yang akan ibu lakukan. Lakukanlah yang terbaik demi rumah tangga kamu.”

Palupi meninggalkan rumah mertuanya dengan perasaan terluka, seperti ketika tadi ketemu Ryan, sama sekali tak ada elusan rasa kasihan, walau air matanya mengalir seperti hujan.

***

Bintang senang bukan alang kepalang. Ia seringkali melepaskan pegangan tangan  Mirah karena tertarik kepada binatang yang satu ke yang lain.

Handoko mengikuti dengan langkah tertatih sambil memegang erat kruk ditangan kirinya.

Mirah yang masih merasa khawatir atas tuan gantengnya mengawasi Bintang dan Handoko dengan sangat hati-hati. Jangan sampai keduanya terjatuh dan cedera.

“Lihat Mirah, Bintang tampak senang sekali,” kata Handoko.

“Iya bapak, sudah sejak kemarin mas Bintang ingin melihat gajah.”

“Aku sudah lama tidak mengajak Bintang jalan-jalan.”

“Tidak apa-apa bapak, kan bapak lagi sakit. Sekarang ketika bapak belum pulih benar juga sudah menyempatkan diri untuk mengajak mas Bintang jalan-jalan.”

“Sebenarnya aku juga ingin jalan-jalan.”

Handoko yang merasa letih kemudian duduk disebuah bangku.

“Capek ya pak?”

“Iya, ikutilah Bintang, biar aku menunggu disini.”

“Kalau bapak capek, lebih baik kita pulang saja.”

“Jangan Rah, nanti Bintang kecewa. Sudah, tuh lihat.. dia berlari kesana Rah.”

Mirah terpaksa mengikuti Bintang yang berlarian kesana kemari.

“Ada burung bagus yu..”

“Iya, itu namanya burung kakak tua.”

“Jadi burung itu sudah tua ?”

“Bukan mas, namanya burung Kakak Tua. Yang baru menetas juga namanya Kakak Tua.”

“Kalau yang tua itu kakek kan, bukan kakak ?”

“Ah, mas Bintang .. nanti mas Bintang juga akan tahu,” jawab Mirah. Tapi diam-diam Mirah memuji kecerdasan Bintang.”

“Mas Bintang, bagaimana kalau kita pulang?” Mirah mencoba membujuk BIntang mengingat tuan gantengnya tampak capek.

“Sebentar, aku mau kasih makan kera.”

“Waduh, harus beli pisang dulu. Tapi nanti setelah kasih makan kera, kita pulang ya, kasihan bapak.”

“Mana bapak?”

“Bapak duduk disana tuh.. lihat..”

“Bapak capek ya?”

“Iya, bapak kan belum sembuh benar, jadi kalau jalan jauh-jauh jadi capek deh.”

“Kalau begitu kita pulang saja yuk.”

“Anak ganteng, anak pintar.. Baiklah, lain kali kalau bapak sudah sehat benar bisa kemari lagi lebih lama.”

Bintang berlari mendekati ayahnya, sementara Mirah mengikutinya dari belakang.

“Bapak, ayo kita pulang.”

“Lhoh, kok pulang? Sudah puas lihat binatangnya?”

“Besok kalau bapak sudah bisa jalan, kita kemari lagi.”

Handoko tersenyum. Pasti Mirah telah berhasil membujuknya untuk pulang.

“Bintang bukannya masih mau melihat-lihat yang lainnya?”

“Nggak bapak, Bintang sekarang lapar.”

“Oh.. ya ampun, anak bapak sampai kelaparan. Ayuk pulang dan makan di restoran ya?”

“Yang ada es krimya ya bapak?”

“Oke, anak pintar.”

***

Ketika Danang pulang untuk makan siang, dilihatnya ibunya sedang termenung diruang tengah.

“Lho, ibu sudah makan?”

“Belum, nungguin kamu.”

“Kalau begitu ayo kita makan.”

“Tunggu Danang, ibu mau bicara.”

Danang kemudian duduk dihadapan ibunya. Ia heran ibunya tampak sedang memendam sesuatu.

“Ada apa bu?”

“Tadi Palupi datang kemari.”

“Oh ya, kangen sama mertuanya rupanya.”

“Bukan, ia menangis-nangis sehingga membuat ibu bingung.”

“Kenapa memangnya bu?”

“Dia bilang suaminya selingkuh.”

“Suaminya itu mas Handoko kan?”

“Iya lah Nang, siapa lagi.”

“Lha itu kan salah dia sendiri, karena tidak mengurus suaminya. Biarkan saja bu, ibu tidak usah memikirkannya.”

“Tapi kakak kamu itu selingkuh sama Mirah.”

Danang terkejut. Dulu ia ingin melaporkan kepada ibunya tentang kakaknya yang tampaknya menyukai Mirah, tapi dia belum sempat melakukannya. Sekarang isterinya sendiri yang mengatakan kepada ibunya.

“Palupi bilang dia melihatnya dengan mata kepala sendiri. Kakakmu sedang merangkul Mirah.”

“Bu, sebenarnya kalau hal itu Danang sudah lama tahu.”

“Apa maksudmu sudah lama tahu? Tentang hubungan kakakmu dengan MIrah?”

“Mas Handoko bilang dengan jelas bahwa dia menyukai Mirah.”

“Mengapa kamu baru bilang sekarang? Mengapa tidak kemarin-kemarin kamu mengatakannya pada ibu?”

“Danang takut ibu akan sedih.”

“Ini tidak bisa dibiarkan le, ayo kita makan, setelah makan antarkan ibu kerumah kakakmu.”

“Apa yang akan ibu lakukan?”

“Sebenarnya ibu tidak menyalahkan kakakmu kalau dia berpaling, karena isterinya juga tidak bisa mengurusnya. Barangkali juga ibu akan membiarkannya kalau wanita itu bukan Mirah. Tapi Mirah itu kan pembantu, ibu tidak suka anak ibu berhubungan dengan pembantu.”

“Lalu apa yang akan ibu lakukan?”

“Mirah harus pergi dari sana.”

***

Handoko dan Bintang memasuki rumah makan, Mirah mengiringinya dari belakang. Mereka berjalan pelan karena Handoko berjalan tertatih dengan kruk nya.

Lalu Handoko memilih sebuah bangku, Mirah membantu mendudukkan Bintang. Kemudian Mirah duduk dimeja yang lain. Ia tahu diri, dan Palupi pernah mengingatkan akan hal itu.

“Mirah, mengapa duduk disitu?”

“Biar Mirah disini saja bapak.”

“Tidak Mirah, kamu juga disini bersama kami.”

“Dulu yu Mirah tidak boleh duduk sama-sama ibu,” kata Bintang.

“Oh ya?”

“Tidak apa-apa bapak, biarlah Mirah disini saja.”

“Tidak, kamu harus disini. Mirah !!” kata Handoko tandas, dan Mirah tak bisa membantahnya, perlahan ia beralih duduk semeja dengan tuan gantengnya, didekat Bintang.

“Kamu jangan merasa bahwa kamu itu berbeda Mirah, kamu adalah keluargaku.”

“Mirah hanya takut bapak.”

“Tidak boleh takut. Ayo sekarang mau pesan apa, Bintang mau makan apa, Mirah apa?”

“Bintang mau es krim bapak.”

“Nanti boleh makan es krim, tapi harus makan dulu.”

“Baiklah bapak.”

“Oh ya Rah, nanti kamu juga harus  pesan makanan untuk dibawa pulang, kamu tidak usah masak hari ini.”

“Baiklah.”

“Sekarang mau pesan apa, kamu saja yang menulisnya Mirah, aku mau yang ada kuahnya saja, mungkin sup lebih segar.”

Seperti sebuah keluarga, ketiganya menikmati pesanannya dengan nikmat. Bintang juga makan dengan lahap, tampaknya dia benar-benar lapar.

Namun tiba-tiba seseorang masuk ke restoran itu. Ketika sedang mencari-cari bangku yang kosong, matanya terpaku pada sebuah meja dimana Handoko dan Bintang serta Mirah sedang makan.

Sepasang mata menatap dengan pandangan penuh api.

***

Besok lagi ya.

 

75 comments:

  1. Terima kasih mbak Tien ... SP 07 sdh hadir.

    Salam hangat kami dari Yogya.

    ReplyDelete
  2. Maturnuwun mbakku sayang...
    Sehat dan sukses selalu

    Iyeng SS Semarang

    ReplyDelete
  3. Terima kasih Bu Tien, SP 07 sudah tayang. Salam dari Semarang... sehat selalu buat Bu Tien.... 🙏

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah ..matur nuwun Mbak Tien ..SP 7. Telah hadir.. Salam sehat bahagia selalu..🙏🙏.

    ReplyDelete
  5. Suwon mbak, selalu setia menanti cerbung nya... kl sdh malam bolak balik buka blog, kali2 cerbung Part lanjutan sdh terbit😁😁

    ReplyDelete
  6. Matur suwun Bunda Tien, mugi2 Bunda tansah sehat,, Aamiin 😍😍😍

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah......
    Sugeng Dalu Bu Tien.
    Matur nuwun, semakin seru.

    ReplyDelete
  8. Sepasang mata panas yg melihat Handoko,Mirah dan Bintang makan pasti Palupi,rasain ya ,itu akibat tidak mau mengurus rumah tangga sendiri jd emosi nih mbak Tien hahaha,salam seroja mbak Tien dr Tegal.

    ReplyDelete
  9. Palupi, menangislah,, yang deraaaas,, sampai habis air matamuuuuuu,,

    ReplyDelete
  10. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinahyù, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah.......
      Sang Putri 07 sudah hadir
      Matur nuwun sanget Ibu Tien,
      Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
      Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.

      Delete
    2. Alhamdulillah, terima kasih mba, salam sehat slalu dari Kuningan Jabar. 🙏🏻

      Delete


  11. Alhamdulillah SANG PUTRI 07 sudah tayang.
    Matur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
    Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang

    Waduh, siapa yg datang ya. .?
    Palupi kah. .? ?

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah SP 07 sudah bisa di baca.terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  13. 1. “ Mirah melihat dengan mata kepala sendiri bu.. mas Handoko merangkul Mirah dengan mesra.. sakit hati Lupi bu..”

    # “Lupi melihat dengan mata kepala sendiri bu.. mas Handoko merangkul Mirah dengan mesra.. sakit hati Lupi bu..”

    ReplyDelete
  14. Trims bu tien. Pasukn intip bisa istiraht dgn pulas.

    ReplyDelete
  15. Matur nuwun mbak tien-ku...sp07 sudah sampai di alamat dengan selamat.
    Wah...yang kena malah Mirah nih, ya ikuti saja maunya yang 'kuasa'.
    Baru awal, antagonis di atas angin.
    Salam sehat dari Sragentina mbak Tien .

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah ..matur nuwun Mbak Tien ..SP 7 Telah hadir

    Bu Ismoyo yg datang ya mbk?

    ReplyDelete
  17. Terima kasih Bu Tièn SP 07 sdh tayang
    haduh yg datang itu Palupi ya..datang dg salah paham sikap suaminya
    Lanjut bu Tien eps. selanjutnya yg pasti makin serui

    ReplyDelete
  18. Puji Tuhan ibu Tien sehat semangat shg SP 07 hadir cantik.
    Palupikah yg datang? Semoga tdk ribut disitu.

    Yustinhar di Priok penasaran lanjutnya.
    Matur nuwun Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  19. 2. “Sebaiknya ibu pecat saja MIrah.. dia merusak cintanya mas Handoko dan jiga cintanya Bintang kepada Lupi.

    # “Sebaiknya ibu pecat saja Mirah.. dia merusak cintanya mas Handoko dan juga cintanya Bintang kepada Lupi.#

    Lha rak tenan......
    Motongnya itu yang bikin pembaca jadi penasaran, penuh tanda tanya, walau sdh menduga siapa dia yang datang ........

    Matur nuwun, ditunggu eps_8
    Sugeng aso salira.

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah sudah tayamg episode 7
    Sang Putri
    Terimakasih bu Tien Cerbung nya Kutunggu cerita kelanjutannya Semoga bu Tien sekeluarga selalu sehat wal'afiat dan bahagia
    Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo

    ReplyDelete
  21. Akhamdulillah....salam sehat sll katur mbak Tien dr Bekasi

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah SP sdh hadir mksh Bu Tien salam sehat selalu

    ReplyDelete
  23. Palupi sptnya yg dtg... Smg kesalahpahaman ini menjd terurai dan Palupi bs kembali bersatu dg Handoko dan Bintang

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah eps 07 telah hadir kejutan demi kejutan muncul. Semoga Bu Tien tetap sehat bersama keluarga.. Aamiin YRA

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah, Terima kasih, Bu Tien... Salam sehat dari Yogya. 😍

    ReplyDelete
  26. Matur nuwun Eyang Uti
    Salam.sehat dari Batang

    ReplyDelete
  27. Matursuwun Bu Tien salam.dari Magelang

    ReplyDelete
  28. Makasih Bunda untuk cerbungnya
    Salam sehat dari Solo.
    Ditunggu episode berikutnya.
    Matur nuwun

    ReplyDelete
  29. Lupi kah yg datang..???
    Sakit sekali..

    Terima kasih Bunda..salam sehat Gusti berkahi

    ReplyDelete
  30. Matur nuwun... Mbak tien... Smg sehat selalu jasmani rohani ekonomi berkreasi berimajinasi membuat cerita semakin mendebarkan hati

    ReplyDelete
  31. Palupi ya yg datang... Makasih mba Tien. Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  32. Maturnuwun ibu Tien..,
    Syok terapi buat Palupi..besok lagi yaa,kutunggu,tak lupa slm sehat,sukses ya bu

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah. Palupi merasakan bagaimana sakit-nya suami dan anak-nya lebih menghargai Mirah daripada diri-nya. Semoga dia bisa segera menyadari dan memahami kesalahan-nya. Karena Handoko tidak pernah membenci istri-nya, hanya perilaku-nya.

    Semakin seru dan bikin penasaran.👍🏼

    Semoga Bunda Tien selalu dalam perlindungan Gusti ALLAH dan bahagia lahir dan batin. ✊ Tetap semangat ya, Bunda. Ditunggu episode-episode selanjut-nya ya, Bundaaa..

    Salam sejahtera sehat wal'afiat selalu. ♥️🇦🇺

    ReplyDelete
  34. Waduh
    Ketahuan sama siapa ya.....
    Bu Ismoyo, Palupi apa Danang ya...
    Masalahnya jd makin rumit
    1. Palupi sadar dan mau mperbaiki diri, terus Mirah gmn? Kasihan
    2. Palupi tetap g bs merubah diri, Handoko senang sm Mirah, bu Ismoyo g setuju, dipanas panasi Danang

    Ach embuh lah...
    Terserah bu Tien aja
    Bu Tien emang Hebat
    Kita jadi dibawa ikut mikir

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kandani kok ra ngandel.....
      Bu Tien mono ahlinya "ngobrak-abrik/mancing emosi pembacanya" Wis ta mas kita ikuti saja alurnya, manut saja kita sama-2 terhanyut dalam hayalan.....
      Selamat malam selamat menunggu terbitnya Sang Putri Episode 08.

      Delete
  35. Alhamndulillah.... Terimakasih mbak tien.
    Selalu sehat dan tetap semangat👍

    ReplyDelete
  36. Siapakah lelaki itu....
    Ini tambah menarik...
    Salam sehat selalu mbak Tien

    ReplyDelete
  37. Mäkasih bu tien cerita SP udah hadir
    Salam sehat bu tien dari jogja
    D tunggucerita selanjutńya

    ReplyDelete
  38. Slmt pgii mbak Tien sayang.. Mksih SP 07 nya y.. Makin seruuu.. Kutubggu lanjutannya.. Palupi vs mirah.. Xiixii.. Slm hangat dri sukabumi.. Muuaahh🥰🥰

    ReplyDelete
  39. Kayaknya danang deh. Kalau palupi cerita nya end. Tapi pasti bu Tien jauh lebih canggih ngatur jalan cerita nya

    ReplyDelete
  40. Makin seru saja nih ceritanya...Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai Allah Swt dgn kesehatan lahir dan batin, tetap semangat berkarya. Aamiin...teriring salam sehat dari Pondok Gede....

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah, trimakasih bu tien sp 7 sdh tayang ..... kecemburuan palupi semakin menjadi, yaahh salah dia sendiri nggak pernah ngurusi keluarga

    Semoga bu tien n kelg selalu sehat .... aamiin yra

    Salam sehat dari arif - mojokerto

    ReplyDelete
  42. Terima kasih Mbak Tien SP 7 sudah hadir menghibur kami. Makin seru dan makin tidak sabar menunggu lanjutannya. Ditunggu ya Mbak Tien.. smoga Mbak Tien selalu sehat. Salam seroja selalu dari Semarang.

    ReplyDelete
  43. Alhamdulillah Sang Puteri 07 sudah hadir
    Seseorang itu Palupi kah?
    Seruu dan semskin penasaran ceritanys
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan dukses selalu
    Salsm hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  44. Alhamdulillah Sang Puteri 07 sudah hadir
    Seseorang itu Palupi kah?
    Seruu dan semakin penasaran ceritanya
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
    Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  45. Alhamdulilah SP 7 telah hadir.Salam Sehat n Bahagia.Semoga kita semua sehat wal'afiat. Terima kasih M Tien.

    ReplyDelete
  46. Penasaraaan mb Tien....
    Seruuu
    Sehat selalu mbTien...cemangatt
    Salam saya YulieSleman Sendowo

    ReplyDelete
  47. pasti palupi,,,terima kasih bunda tien,,,sehat selalu n tetap semangat bunda,,,salam sehat dari jmbg

    ReplyDelete
  48. Terima kasih bu Tien. Baru sempat komen setelah baca SP 7. Palupi terbakar cemburu..tidak ada yang mendukung .semua menyalahkannya. Kapan kamu sadar Lupi..Lupi
    Semoga bu Tien sehat selalu..aamiin

    ReplyDelete
  49. Alhamdulillah...
    Mtur nuwun... Bun...
    Mugi2 tansah sehat terus...

    ReplyDelete
  50. Coba nginceng....mbak Tien blm dtng...sehat selalu ya mbak Tien

    ReplyDelete
  51. Jangan pada suka ngiceng.. nanti timbilen lho... ngintip aja... hahahaha....

    ReplyDelete
  52. Trimakasih mbak Tien...
    SP07...makin seruu..ceritanya diolah dgn apik oleh mbak Tien..pembaca disuguhi problema rumahtangga yg rumit bikin deg2an..kesel..gemes..

    Monggo mbak Tien..lanjuut..

    Salam sehat dr bandung buat mvak Tien & kelg.

    ReplyDelete
  53. Dari palembang lagi intip mbak Tien

    ReplyDelete
  54. dari tangerang ikutan ngintip mbak Tien...he he he

    ReplyDelete
  55. Bu Tien, mungkin bisa di betul kan jam di blognya? Sebab aneh, masa udah malam masih A.M... jadi kita betul an tau udah mulai pada ngintip dan baca jam berapa? Hehehe... maaf ya... banyak permintaan...btw. makasih ya dulu mau berbagi cerita ibu. Tapi saya cari koq gak ada lagi padahal masih mau baca. Saya tuh kalau baca cerita ibu suka di ulang ulang saking gemes nya. Nah, baca kisah nyata ibu juga maunya di ulang ulang... saya juga suka gemes baca komen pembaca, habis lucu lucu...siapa tau kenal di sini nanti bisa kenal betul an secara fisik. Aamiiiin
    Kenalan dulu deh, saya dewiyana, spesialis paru dari RSPAD Jakarta. Buat saya cerita ibu bikin senang di saat capek terutama menghadapi covid yang entah kapan selesai nya. Makanya saya terima kasih sekali sama ibu yang selalu meluangkan waktu untuk untuk nulis...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anda benar, selisih jamnya 15 jam jika tertulis di komen _at 06:23 AM itu sama dengan jam 09:23 PM_
      Saya sdh pernah sampaikan pada bu Tien, tapi tetap begini karena bu Tien secara teknis nggak bisa ngulik masalah jam di blogspot.
      Tolong dong diantara pembaca bantu bu Tien caranya untuk kalibrasi jam yang ada di blogspot. Matur nuwun.

      Oh iya salam kenal kembali buat jeng Dewiyana yang kesehariannya bertugas di RSPAD Gatsu DKI Jakarta, selamat bertugas melawan covid-19 semoga terus sehat dan sehat terus, saya Kakeknya Habi (Djoko Budi Santoso Antaoani Bandung)

      Delete
  56. Teman2 Penggemar Cerbung Mbak Tien Kumalasari
    Bagaimana klo kita bikin grup WA?
    Agar kita bisa bersiturahmi lebih akrab lagi...
    Yang berkenan silahkan japri ke No HP sy ini 082116677789
    Nama : Lengkap ( Asli)
    Nama : Panggilan di blog
    Alamat : Lengkap
    Tempat Tgl Lahir :

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju ikutan, tujuan utama silahturahim nambah teman yang mempunyai hobby yang sama "baca cerbung karya bu Tien Kumalasakti" eh.... salah ya Tien Kumalasari

      Delete
    2. Aku sdh kirim profilku lho jeng Nur'aini Siba

      Delete
  57. Setuju sekali kl punya grup para penggemarnya mbak Tien..

    Salam dr Boyolali..

    ReplyDelete
  58. Boleh juga ide buat group Bu Tien and fans

    ReplyDelete
  59. Yg sdh kirim profil,sdh sy masukkan di WAG
    Silahkan yg mau gabung

    ReplyDelete

KUPETIK SETANGKAI BINTANG 01

  KUPETIK SETANGKAI BINTANG  01. (Tien Kumalasari)   Minar melanjutkan memetik sayur di kebun. Hari ini panen kacang panjang, sangat menyena...