Friday, January 10, 2020

DALAM BENING MATAMU 83

DALAM BENING MATAMU  83

(Tien Kumalasari)

Mirna menunggu bapaknya selesai mandi sambil terus mengamati foto yang ditemukannya. Wajahnya cantik, tapi itu bukan wajah ibu Widi. Apakah isteri bapak? Kalau demikian dia ibuku? Bisik batin Mirna. Lalu diamatinya wajah itu, benaarkah ada miripnya dengan dirinya sendiri? 

Ketika bapaknya muncul, dengan heran dilihatnya dompetnya tergeletak diatas meja makan. pak  Kadir memungutnya,

"Kok dompetku ada disini ?" tanyanya.

"Bapak menjatuhkannya didepan pintu kamar."

"Oh, ya?"

"Pak, besok Mirna akan belikan bapak dompet yang baru. Itu dompet sudah berantakan begitu masih bapak pakai. Begitu terjatuh isinya berhamburan kemana-mana."

"Iya, mau beli kok ya nggak sempat-sempat," jawab pak Kadir sambil tertawa.

"Besok Mirna belikan deh."

"Lha itu yang kamu pegangi tuh apa?" tanya pak Kadir ketika melihat Mirna memegangi selembar foto.

"Ini yang ingin Mirna tanyakan sama bapak. Ini foto siapa?"

"Ah, sudahlah, mana fotonya, nggak usah kamu ber tanya-tanya tentang dia."

"Memangnya kenapa pak?"

"Bapak nggak suka saja, tapi bapak nggak sampai hati membuang foto itu," katanya sambil berusaha mengambil foto itu dari tangan Mirna.

"Apakah dia ibunya Mirna?"

"Pak Kadi mngehela nafas, wajahnya muram, seakan bayangan masa lalu kembali melintas dibenaknya. Itu sungguh menyakitkan. Sang isteri pergi meninggalkan suami dan anaknya yang masih bayi, karena terpikat laki-laki lain yang lebih kaya. 

"Selama ini bapak tak pernah bercerita tentang ibu."

"Dia sudah meninggal beberapa tahun lalu."

"Oh, ya?" tukas Mirna dengan wajah sedih. Bagaimanapun dia kan ibunya. Lalu dipandanginya foto itu lagi. 

"Apakah wajah Mirna sangat miip ibu ini?"

"Kamu seperti kembaran ibumu. Itulah mengapa aku mengenali kamu ketika pertama kali melihatmu dari rumah kost itu. Aku penasaran dengan wajahmu yang begitu mirip ibumu, dan ternyata benar, kamu anakku."

Mirna terus mengamati wajah cantik foto itu, dan bergumam dalam hati, apakah aku secantik ini?

"Sudah, mana foto itu, biar bapak saja yang menyimpannya."

"Jangan bapak, biar Mirna saja yang menyimpannya," kata Mirna seraya meletakkan foto itu diatas meja. 

"Nanti akan Mirna simpan didompet Mirna. Tapi dimanakah makam ibuku? Bapak pernah kesana?"

"Bapak tidak tau, kabarnya dimakamkan di pemakaman keluarga suaminya, bapak tak mau tau."

"Mirna ingin berziarah ke makam ibu."

"Dimana tempatnya bapak juga tidak tau. Do'akan saja agar dia mendapatkan tempat yang layak disisiNya. Bapak sudah mema'afkannya, dan selalu mendo'akannya," jawab pak Kadir sendu.

"Ya sudah, bapak nggak usah sedih begitu, ayo kita makan saja, sayurnya keburu dingin nih," kata Mirna sambil membuka piring bapaknya dan menyendokkan nasi keatasnya.

***

Anggi memang mematuhi apa kata suaminya, lebih banyak beristirahat diruah dan rajin meminum obatnya. Tapi pikirannya tentang Mirna tak pernah lepas dari ingatannya. Mengapa tak ada pasien pulang hari itu yang bernama Mirna sementara dia benar-benar melihat Mirna. Apakah Mirna punya nama lain? Kemana lagi dia harus bertanya? Jangan-jangan bayi itu bukan anaknya Mirna. Ingatan itu tiba-tiba menyalakan lagi harapannya. Harapan untuk mempertemukan Mirna dan suaminya. Menjadikannya sebuah keluarga yang kelak bisa memiliki beberapa momongan yang didambakannya. 

Bisa jadi bukan Mirna yang melahirkan, dia hanya menggendong anaknya seorang ibu, atau dia bekerja sebagai baby sitter?Aduuh.. aku harus mendapatkan jawabannya," gumam Anggi disiang itu ketika sedang beristirahat sendirian dikamarnya.

Tiba-tiba pintu diketuk dari luar, lalu bu Broto masuk kekamarnya.

"Anggi, kamu belum makan," kata bu Broto sambil mendekati Anggi. Anggi segea bangkit dan duduk.

"Mengapa bangun? Sudah, tiduran saja, kalau perlu biar Sumi.. eh.. Supi membawakan makan siangmu kekamar."

"Tidak eyang, Anggi mau makan diruang makan saja, tapi tidak sekarang."

"Anggi, bukankah suami kamu selalu berpesan bahwa kamu harus makan pada waktunya?"

"Ya eyang, entah mengapa, selera makan Anggi belum kembali normal. Tapi nanti Anggi akan mencoba makan sedikit."

"Apa kamu menginginkan makan dengan lauk yang kamu sukai? Katakan saja biar Supi membuatnya."

"Nggak eyang, Anggi nggak ingin apapun, Anggi hanya ingin mas Adhit bahagia."

"Apa maksudmu Anggi? Menurutmu Adhit tidak bahagia?"

Anggi terkejut. Ia tak sadar telah mengucapkan kata itu. Pasti bu Broto akan mencurigainya. 

"Anggi..."

Tapi Anggi merasa, apa salahnya ia berbagi dengan eyang Broto yang sangat baik dan memperhatikannya? 

"Eyang, sesungguhnya Anggi tau, mas Adhit ingin sekali memiliki keturunan."

Bu Broto menatap tajam cucu menantunya. 

"Anggi ingin mas Adhit menikahi wanita lain, yang bisa memberikannya keturunan."

"Bu Broto masih menatap Anggi. Dielusnya rambut ikal yang terurai lepas sampai kebawah pundaknya. Ia pernah mendengar dari Adhit bahwa ia menyukai Mirna, tapi apakah Anggi mengetahuinya?

"Anggi, Adhit sudah berjanji akan selalu mendampingi kamu. Kamu tidak percaya itu?"

"Iya eyang, tapi harus ada wanita lain yang bisa membuat mas Adhit bahagia. Anggi rela berbagi eyang, agar mas Adhit bahagia."

Bu Broto memeluk Anggi erat-erat, ada haru yang menyesak dadanya, ketika menyadari betapa mulia hati isteri Adhit ini.

"Anggi, serahkanlah semuanya kepada Yang Maha Kuasa. Dia lah yang akan mengatur hidup kita."

Anggi tersedu dalam pelukan bu Broto.

"Oh ya, bukankah tadi Adhit mengingatkan bahwa kamu harus kontrol hari ini?"

"Ah, untuk apa lagi, Anggi sudah lelah minum obat .. dan sekarang sudah meresa lebih baik kok. Anggi kira nggak usah kontrol lagi saja."

"Jangan begitu Anggi, nanti suamimu marah. Kan hari ini obat yang harus kamu minum sudah habis?"

"Iya eyang, memang harus diminum selama sebulan ini, Anggi nggak mau lagi minum obat."

"Kembalilah ke dokter sampai dia menyatakan bahwa kamu benar-benar sudah sehat.

Anggi menghela nafas, ia merasa bosan mengkonsumsi obat setiap hari. 

Namun ketika suaminya datang dan mengajaknya kembali ke rumah sakit, Anggi tak bisa menolaknya.

*** 

Sore itu ketika selesai berbelanja bu Susan sedang menunggu taksi didepan sebuah toko. Ketika taksi itu datang, tiba-tiba sebuah mobil nyelonong berhenti didepannya, dan nyaris menabraknya. Bu Susan terkejut bukan alang kepalang. Ia jatuh terduduk ditepi trotoar.

"Addhuhh... kurangajar benar, mengapa nyelonong tanpa melihat ada orang ditepi jalan?"

Seseorang turun dari taksi, bersamaan dengan sopirnya. Keduanya membantu bu Susan berdiri.

"Ma'af bu, saya minta ma'af," kata sang sopir."

"Ada yang luka bu? Sakitkah?" kata wanita yang turun bersama sopir tadi  sambil memegangi lengan bu Susan, sementara si sopir mengambilkan tas belanjaan dan memunguti sebagian belanjaannya yang tumpah.

"Nggak ada yang sakit, untung jatuhnya tidak keras." kata bu Susan yang kemudian terbelalak melihat siapa yang memegangi lengannya.

"Kamu? Kamu kan Mirna?"

Mirna juga terkejut ketika mengenali siapa yang ditolongnya.

"Bu Susan, ma'af saya tidak mengira, ma'af ya bu, kami agak ter gesa-gesa sehingga berhenti kurang hati-hati."

"Hm, rupanya kamu sudah kaya ya sekarang, punya mobil, punya sopir.." kata bu Susan sambil menatap Mirna dengan senyuman sinis.

"Oh, bukan bu, ini bukan mobil saya, dan bapak ini juga bukan sopir saya. Ini mobil majikan saya."

"O.. mobil majikan kamu?"

"Iya bu, kami mau membeli pampers untuk anak majikan saya, dan disuruh buru-buru karena sudah kehabisan.," terang Mirna.

"O.. kamu rupanya menjadi pembantu disebuah keluarg kaya ?Hm, kamu masih sering ketemu Adhit kan?"

Mirna terkejut, tak menyangka bu Susan mengira dia sering ketemu bos gantengnya. Mirna merasa harus cepat-cepat pergi untuk menghindari pembicaraan yang pasti akan lebih menyakitinya.

"Tidak.. tidak pernah bu, sudah hampir setahun kami nggak pernah ketemu. Ya sudah bu, saya permisi dulu, sekali lagi minta ma'af," kata Mirna yang kemudian berjalan menjauh dan memasuki sebuah toko.

Bu Susan kemudian menghampiri taksi yang dipesannya. Tapi ia tak segera menyuruh taksi itu mengantarnya.

"Tungguin dulu mobil itu ya pak, lalu ikuti kemana dia pergi."

*** 

"Jeng Dewi.. jeng Dewi.. saya punya berita bagus lho," kata bu Susan keesokan harinya ketika sedang berbelanja ke toko Dewi.

"Berita bagus bu? Syukurlah, berita bagus apa?"

"Kemarin saya ketemu Mirna."

"Mirna? Ketemu dimana bu?" jawab Dewi terkejut.

"Dia sedang disuruh majikannya membeli pampers. Pasti untuk anak majikannya itu kan."

"Oh, ibu sempat bicara sama dia?"

"Bicara sih, tapi dia ter gesa-gesa. Katanya majikannya menyuruhnya buru-buru karena kehabisan."

"Oh, ya sudahlah bu, biarkan saja, mungkin dia lebih suka bekerja disana, lebih nyaman.."

"Saya sudah tau dimana dia bekerja."

"Oh ya, dimana bu?"

"Di Jl. dr.Supomo.., rumahnya bagus bener, orang kaya pokoknya."

"Oh ya, disebelah mana bu?"

"Nomornya saya nggak tau jeng, tapi sebelum perempatan, sebelah kiri jalan, pagarnya kuning."

"Oh, ibu mampir?"

"Ya enggaklah jeng, ngapain mampir, nggak kenal juga, tapi kebetulan saya mengikuti dia Saya curiga dia masih berhubungan dengan menantu saya.."

"Oh, ya.. sudah lama juga saya nggak nyambung bu, nomor ponselnya sudah ganti. Oh ya, ini ibu mau belanja apa?" tanya Dewi yang sebenarnya kurang suka berbicara dengan bu Susan tentang Mirna, yang tampaknya bu Susan mengatakannya dengan nada sinis.

"Oh iya, ini jeng , sudah saya catat semua, saya nitip dulu ruaratus rupiah, nanti tolong dikirim kerumah, bisa kan?"

"Iya bu, baiklah, saya siapkan dulu, nanti biar pembantu saya mengirim kerumah ibu."

"Terimakasih jeng, saya juga mau kasih tau ke Anggi alamat tempat Mirna bekerja, supaya dia ber hati-hati."

Bu Susan langsung melangkah pergi, meninggalkan Dewi yang termangu ditempatnya berdiri. Kalau bu Susan mengatakan pada Anggi, pasti Anggi akan mengejarnya kesana. Ya sudahlah, semoga yang terbaik untuk keluarga Adhit. 

Namun pagi hari itu Dewi juga mengabari Adhit tentang alamat tempat Mirna bekerja.

***

"Apa? Kalau begitu bayi yang digendong itu bukan anaknya," kata Adhit setengah berteriak. Ada rasa senang yang tiba-tiba membuncah mendengar berita itu. Tapi kemudian dia memaki dirinya sendiri yang masih punya sebuah harapan gila. Aduhai, akan bagaimana hidupku nanti?" 

"Adhit, kamu senang mendengarnya kan?" tanya Dewi dari seberang.

"Apa?" Adhit terkejut mendengar pertanyaan itu.

"Aku mendengar sorak gembira dari tanggapan kamu itu."

"Ah, kamu meng ada-ada, jangan sok tau lah Wi."

"Hati-hati Dhit, buat hidup kamu nyaman," pesan Dewi ketika meng akhiri pembicaraan itu.

***

besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


43 comments:

  1. Maturnuwun mba Tien lanjutan cerbungnya 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  2. Di chapter ini jadi banyak kata2 kompilasi dan kalimatnya jd aneh

    ReplyDelete
  3. Coba mbak Tien baca lagi keseluruhan...nanti akan tahu bahwa banyak kata2 yg tidak nyambung .. banyak salah ketik

    ReplyDelete
  4. Makasih mbak tien.. d tunggu selanjutnya 😊

    ReplyDelete
  5. Mksh mbak tapobkok saya bingung bacanya....kata katanya mbak ....benr ada yg g nyambung....aneh aneh mbak....maaf....

    ReplyDelete
  6. Ada catatan kecil yg menjadi tandatanya saya...
    Katanya Mirna itu mirip banget dg ibunya yang sepupu bu Susan dan pernah tinggal bersama bu Susan..
    Tapi kenapa saat bu Susan bertemu Mirna tidak ada ungkapan perasaan kaget atau tanda tanya, apalagi bertanya pada Mirna bhw dia itu anak siapa..?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya..mestinya Bu Susan mikir kok mirip sepupunya ini kok g ?? Bingung..terus widinya kemana apa sdh ketangkap pembaca

      Delete
  7. Dan ternyata stelah sy baca ulang di bab bab sblumnya, kalimat2nya jd berubah dan aneh. Mungkin krn ada kerjasama dan adanya iklan jd ketika diposting kalimat2nya berubah jd aneh.

    ReplyDelete
  8. Haa... tulisan sy yg diatas lgsung berubah. Programnya lgsg mengubah tulisan jd bahasa program yg dipakai. Makanya jd aneh.

    ReplyDelete
  9. Wadduhh menggantung ,, part 83 ny dikit banget bikin penasaran aja ... Ayo mba tin smangat ... aq ga bs menemukan kejanggalan mngkin krn terlalu menikmati ceritanya ..

    ReplyDelete
  10. Makasih mba,cerbungnya, tapi sayang ngegantung bgt kok pendek yaah.Ditunggu yaaah lanjutannya

    ReplyDelete
  11. Mba Tien weekend sibuk yo, kutunggu lanjutan cerbungnya part 84 maturnuwun

    ReplyDelete
  12. Maturnuwun mba Tien part 83 sdh tayang, ditunggu part 84 nya mba 🤗🤗

    ReplyDelete
  13. Terima kasih, Bu Tien. Episode berikutnya ditunggu...

    ReplyDelete
  14. Terima kasih mba, ditunggu episode selanjutnya ya semoga nda lama hehehe

    ReplyDelete
  15. Kata2 banyak yg anek ya kompilasi kambing he he lucu ada apa ini mb tpi tetep nunggu lanjutanya

    ReplyDelete
  16. Sudah lewat Hari. Kok belum Ada 84 Bu Tien yg baik hati.

    ReplyDelete
  17. Ditunggu lanjutannya dengan tidak sabar buu

    ReplyDelete
  18. Mba tien.. d tunggu lanjutanna donk

    ReplyDelete
  19. Harusnya sabtu kemaren Ada release episode yaa. Ayo Mba Tien

    ReplyDelete
  20. Tetap semangat,kami tunggu episode 84 sampai selesai

    ReplyDelete
  21. Mba Tien, mana episode 84 nya lama bett

    ReplyDelete
  22. Ayo mbak4 tien lanjut. Kunikmati aja meski banyak kata2 kompilasi. Nikmat aja

    ReplyDelete
  23. Kok episode 84 nya ngga bisa kebuka sih..di buka pagi siang sore & malem..tetep ngga ke buka
    Please dooong..udah penasaran sekali nih...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Emang sdh kluar?
      Kayaknya memang blum ada yg 84

      Delete
  24. Skrg tgl 13 lanjutannya blm ada. Kapan ya.

    ReplyDelete
  25. Iyaa... Ditunggu episode sljtnya

    ReplyDelete
  26. Menunggu itu penasaran....kok lama...84 nya..

    ReplyDelete
  27. Wah bu tien panen klik nih .... hehehe

    Semoga 84 segera nongol

    ReplyDelete
  28. Mba Tien kutunggu part 84🤗🤗💓💓is 💓

    ReplyDelete
  29. Semoga besok sdh ada tayabgan lagi .. banyak yg nanyaaa je

    ReplyDelete
  30. Kok blm ada lanjutannya ya yg 84 , udah kelamaan nih

    ReplyDelete
  31. Ada lonyroversi. Bila ug diharap prmbsca sebuah happy end, tentu memerlukan pengotbanan, entah Dewi, entah Anggi.Tinggal cara berkorbabnnya ug menentukan kialitas novel ini. Ahai…

    ReplyDelete
  32. Untuk mempermudah kamu bermain guys www.fanspoker.com menghadirkan 6 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
    dimana lagi kalau bukan di www.fanspoker.com
    WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 16

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  16 (Tien Kumalasari)   “Hamil?” pekiknya bersama an, dan kekagetan keduanya membuat dokter itu tersenyum. ...