Tuesday, August 26, 2025

MAWAR HITAM 50

 MAWAR HITAM  50

(Tien Kumalasari)

 

“Ini keterlaluan, sangat keterlaluan,” geram pak Sunu.

Satria hanya menatap sang pimpinan, tanpa berani bertanya. Takut kalau yang dirasakan pak Sunu adalah rahasia keluarga.

Tapi pak Sunu malah mengatakan hal yang membuatnya terkejut.

“Sinah hamil. Rumah sakit menunggu persetujuan suaminya untuk melakukan operasi.”

“Mengapa mengabari Bapak?”

“Dia bermaksud mencari Andra.”

“Pak Andra?”

“Ternyata permintaan maaf dari dia tidak cukup menghentikan kemarahanku. Aku sudah memaafkannya, bahkan memintanya kembali, kalau mau, Tapi dengan dia menghamili seorang Sinah, apa aku masih harus bisa menerimanya? Bagaimana nanti perasaan Andira yang sudah menerima suaminya dengan apa adanya. Dia bahkan rela mengikutinya kemana suaminya pergi. Kalau begini caranya, biar Andira menangis menjerit-jerit, aku tak akan mengijinkannya tetap bersama Andra. Mereka harus bercerai,” tandas suara pak Sunu.

“Sebentar Pak, bahwa pak Andra menghamili Sinah, apa itu sudah benar?”

“Pastinya Sinah sudah mengatakannya waktu dia diperiksa. Dia mengatakan juga bahwa Andra itu suaminya."

“Tapi maaf Pak, saya pernah mendengar dari pak Andra, bahwa pak Andra itu mandul. Maaf Pak, bukannya saya lancang. Tapi pak Andra pernah mengatakan itu pada saya.”

Tatapan mata pak Sunu melembut.

“Mandul ya.”

“Pak Andra sendiri mengatakannya.”

“Memang sebenarnya kami sedang berusaha mencari dokter terbaik untuk memeriksa Andra dan Andira. Harusnya dia datang beberapa waktu lalu, tapi dengan kejadian ini, aku membatalkannya.”

“Kalau memang begitu, berarti anak itu bukan anak pak Andra kan?”

“Ya, pastinya begitu. Tapi masalah mandul itu kan belum jelas. Andra hanya dinyatakan lemah. Spermanya yang lemah. Bagaimana kalau dengan Sinah ternyata dia bisa menghamili?”

“Hal itu bisa dibuktikan, dengan test DNA.”

“Ah, ya. Kamu betul Satria. Aku akan menelpon rumah sakit.”

“Apakah Bapak tidak sebaiknya menghubungi pak Andra?”

“Menghubungi dia ya? Tentu saja, harusnya dia yang mengurus masalah ini. Kok jadi aku yang bingung.”

Pak Sunu menghela napas panjang.

“Sebenarnya aku sudah tua, dan sering merasa capek. Terlalu banyak yang aku pikirkan, dan terlalu banyak hal tidak menyenangkan yang mengganggu kehidupanku. Dulu aku berpikir, dengan adanya Andra, maka aku bisa meletakkan segala permasalahan perusahaan ini. Ternyata ada saja gangguannya.” lanjutnya dengan mata menerawang jauh.

Satria merasa iba.

“Kamu harus bersiap menerima mandat ini Sat, aku mempercayai kamu, dan kamu pasti berhasil.”

“Saya masih harus banyak belajar Pak. Mana saya berani mengemban tugas seberat ini? Saya tetap akan membantu sebisa saya, tapi Bapak tetap menjadi pimpinan di sini.”

“Kamu tidak kasihan pada orang tua yang seharusnya sudah beristirahat ini?”

“Begini saja, saya jalankan perintah Bapak. Saya lakukan apa yang harus saya lakukan, tapi Bapak tetap memegang pimpinan di sini. Anggap saja Bapak menitipkan tanggung jawab pada saya, tapi saya bukan menggantikan pak Andra, karena pak Andra adalah pemilik, sedangkan saya bukan siapa-siapa. Saya tidak mau kemudian saya menjadi penguasa. Sungguh, saya tidak berani Pak. Nanti saya jadi keenakan, lalu keterusan, lalu banyak orang mengira saya menginginkan menjadi pemilik usaha ini.”

Pak Sunu menatap Satria dengan kagum. Diberi kekuasaan malah memilih hanya sebagai pelaksana.

“Baiklah, apapun istilah yang kamu inginkan, aku mempercayai kamu untuk mewakili aku ketika aku sudah pulang ke Jakarta. Eh iya, kok jadi ngelantur, bukankah aku ingin menghubungi Andra? Kabarnya hari ini dia sudah bisa pulang. Entah mau pulang ke mana, katanya tidak mau lagi tinggal di rumahnya yang lama, karena rumah itu milik perusahaan. Terserah mau apa dia, dan ditambah masalah perempuan laknat itu, bagaimana nanti dia mengatasinya,” kata pak Sunu sambil meraih ponselnya.

***

Andra dan Andira sedang melangkah keluar dari rumah sakit, ketika ponselnya tiba-tiba berdering. Dari pak Sunu.

“Ya, Pak. Ini saya sudah mau keluar dari rumah sakit. Apakah Andira sudah mengatakannya kepada Bapak bahwa dia akan mengikuti saya?”

“Kamu suaminya, kalau kamu ijinkan dia bersama kamu, ya silakan saja. Tapi ini bukan masalah Andira. Ini masalah Sinah.”

“Sinah?”

Andira menatap suaminya ketika sang suami menyebut nama Sinah.

“Sinah hamil, sekarang perdarahan dan dirawat.”

“Mengapa hal itu harus diberitahukan kepada saya?”

“Dia mengaku, kamulah ayah dari bayi itu. Dia bahkan mengatakan bahwa kamu suaminya.”

“Apa?” Andra berteriak.

“Sekarang ini dia mau dioperasi, entah karena apa. Mungkin masalah kandungan itu, dan rumah sakit sedang menunggu persetujuan kamu.”

”Apa? Saya tidak mau. Tidak mungkin saya ayah bayi itu.”

“Kamu yakin?”

“Bapak kan tahu bahwa saya mandul, lagipula Sinah berhubungan dengan laki-laki lain. Barangkali tidak hanya satu, saya tidak peduli.”

“Urus sendiri oleh kamu, datanglah ke rumah sakit, kalau dia tetap menuduh bahwa kamu ayah dari bayi yang dikandungnya, lakukan test DNA.”

“Baiklah, saya mengerti. Saya akan segera ke sana sekarang.”

***

“Ada apa? Tentang Sinah?”

“Dia itu perempuan gila. Sekarang dia mengaku hamil. Dan rumah sakit bermaksud menemui suaminya. Itu aku? Benar-benar perempuan tak tahu malu.”

“Kalau benar dia anak Mas?”

“Apa kamu lupa, aku tidak bisa membuat perempuan menjadi hamil? Kita baru akan berobat bukan?”

“Tapi kemungkinan itu tetap ada kan?”

“Bapak meminta agar dilakukan test DNA.”

“Itu bagus, ayo aku antar Mas mengurusnya.’

***

Sinah terbaring lemah di atas ranjang ruang rawat inap di rumah sakit. Dua orang polisi menjaganya siang malam. Bukan karena mengkhawatirkan kesehatannya, tapi khawatir Sinah kabur lagi.

“Polisi-polisi itu tidak mengerti, aku mana bisa bergerak dalam keadaan luka di sana sini, dan sakitnya bukan alang kepalang? Bagaimana aku bisa kabur? Bangun saja tidak mampu,” omel Sinah.

Tiba-tiba Sinah terkejut, melihat Andra datang.

“Mas Andra, ternyata akhirnya kamu mengakui bahwa yang aku kandung ini anakmu,” katanya dengan suara dibuat-buat. Andra sangat muak melihat sikapnya.

“Siapa mengakui bahwa itu anakku? Kamu berhubungan dengan laki-laki lain.”

“Kamu hanya cemburu Mas. Dia bukan siapa-siapa.”

“Perempuan gila, aku tidak mau menandatangani apapun, Aku bukan siapa-siapa.”

“Aku sudah mencatatkan nama kamu sebagai suami aku.”

“Siapa sudi menjadi suami perempuan kotor seperti kamu?”

“Mas, kamu lupa ya, dulu_”

“Hentikan, aku akan mengatakan kepada pihak rumah sakit bahwa aku bukan suami kamu. Aku akan menjalani test DNA untuk membungkam mulutmu yang busuk itu,” kata Andra yang segera membalikkan tubuhnya dan keluar dari ruangan.

“Kurangajar semua! Kurangajar!! Tidak ada yang kasihan padaku. Aku kesakitan! Aku tak tahan lagi!!” teriaknya, membuat polisi yang jaga membentaknya.

“Diaaamm!! Bukankah dokter menyuruh kamu agar tidak banyak bergerak?”

“Memangya kenapa? Tidak ada yang mengakui anak ini, biar aku keguguran, biar bayi ini mati.”

“Diaammm!”

Sinahpun diam, tapi kemudian dia mengeluh kesakitan. Sungguh Sinah tak menduga kalau akhirnya ia benar-benar hamil. Dulu dia hanya pura-pura hamil hanya untuk menarik simpati Andra, tapi jawaban bahwa Andra mandul, menyurutkan keinginannya. Sinah tak menduga kalau kemudian dia benar-benar hamil. Pasti bukan anak Andra, karena sudah beberapa bulan Andra tidak mendekatinya. Tapi dasar Sinah, ia tak akan merasa puas kalau tak membuat heboh.

***

Andira sudah mendatangi dokter yang menangani Sinah. Sinah hamil dua bulan, dan kemarin perdarahan. Kelihatannya harus dikuret karena dokter tak berhasil menyelamatkannya, tapi dokter masih menunggu suaminya.

Pak Sunu yang menelpon Andira mengatakan kalau biaya test DNA akan dibayari olehnya.

“Tidak Pak, mas Andra tidak akan mau. Biar memakai uang Andira saja.”

“Kamu bilang akan memakai uang yang bapak kirim itu untuk membuka usaha bersama suami kamu.”

“Iya sih Pak, mahal nggak ya?”

“Ya mahal, tapi nanti bapak transfer ke rekening kamu. Tidak usah mengatakan pada suami kamu tentang uang. Katakan saja itu uang kamu.”

***

Andira menemui Andra setelah keluar dari kamar inap Sinah.

“Sebenarnya Mas tidak usah menemui dia, cukup menyatakan kalau Mas bukan suaminya.”

“Dia nekad, aku tetap akan melakukan test DNA. Masa aku harus menandatangani persetujuan tentang tindakan dokter yang akan dilakukan pada dia?”

Semuanya sudah dijelaskan, tapi harus menjadi lebih jelas tentang bayi yang dikandung Sinah. Andra dan Andira mengurus semuanya.

“Terima kasih karena kamu selalu mendukungku. Aku mengira kamu akan marah mendengar berita ini.”

“Mana mungkin aku marah, aku sudah tahu tentang kesungguhan Mas, aku yakin perempuan jahat itu memang benar-benar jahat dan masih ingin berbuat semaunya walau sudah ada dalam tahanan polisi, bahkan menderita sakit parah.”

“Aku menyesal melakukan semuanya, dan akhirnya berakibat buruk bagi banyak orang.”

“Sudah berlalu, tidak usah diingat-ingat lagi. Jadikan semua itu menjadi pelajaran agar bisa berhati-hati dalam melangkah.”

Andra tersenyum bahagia. Ia tak mengira, istrinya bisa menerima semuanya. Hal yang dulu ditakutkannya, ternyata tak terbukti. Lalu Andra menyesal, ia terlambat menyadari semuanya. Seandainya dulu membiarkan Sinah membuka rahasianya, barangkali kejadian buruk ini tak akan terjadi. Barangkali hidupnya lebih tenang. Tapi apa mau dikata, semuanya sudah terlambat. Memang benar, pengalaman adalah guru yang terbaik. Ia tak akan melakukannya lagi, karena pengalaman mengajarkan tentang banyak hal yang seharusnya tidak dilakukannya.

***

Akhirnya mbok Manis diijinkan menjenguk Sinah. Hanya mbok Manis yang boleh masuk, sedangkan mbok Randu yang mengantarkan dilarang.

“Seharusnya aku ingin kamu bersamaku Yu.”

“Tidak apa-apa, aku menunggu sampeyan di sini. Namanya tidak boleh ya tidak boleh. Masa mau memaksa. Mereka melakukannya karena memang peraturannya begitu.”

“Aku kok takut ya Yu.”

“Mau ketemu anaknya kok takut. Sudah sana, bicara yang baik-baik, jangan marah-marah, beri petuah untuk menenangkannya. Gitu ya Yu?”

Mbok Manis mengangguk. Lalu melangkah perlahan memasuki ruangan. Dadanya terasa sesak menahan gejolak rasa yang sulit digambarkannya.

Begitu masuk, ia melihat sosok terbujur diam, matanya terpejam. Bergetar dada mbok Manis melihat banyak luka di tubuh anaknya. Perlahan dia mendekat.

“Sinah,” panggilnya lirih.

Tubuh diam itu membuka matanya, lalu terbelalak ketika melihat siapa yang ada di sampingnya.

“Siapa kamu?” pekiknya. Benar-benar Sinah memekik, membuat mbok Manis terkejut.

“Nah, aku simbokmu.”

“Mengapa simbok datang kemari. Pergiii! Simbok ingin melihat aku sengsara? Simbok senang kan? Simbok mensyukuri penderitaanku ini, ya kan. Pergiii!”

Mbok Manis melangkah mundur, Dadanya terasa bagai dipukul ribuan palu.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

28 comments:

  1. 🌹🌸🌹🌸🌹🌸🌹🌸
    Alhamdulillah 🙏💐🦋
    Cerbung eMHa_50
    telah hadir.
    Matur nuwun sanget.
    Semoga Bu Tien & kelg
    sehat terus, banyak berkah
    & dlm lindungan Allah SWT.
    Aamiin🤲. Salam seroja😍
    🌹🌸🌹🌸🌹🌸🌹🌸

    ReplyDelete
  2. 🌹🌸🌹🌸🌹🌸🌹🌸
    Alhamdulillah 🙏💐🦋
    Cerbung eMHa_50
    telah hadir.
    Matur nuwun sanget.
    Semoga Bu Tien & kelg
    sehat terus, banyak berkah
    & dlm lindungan Allah SWT.
    Aamiin🤲. Salam seroja😍
    🌹🌸🌹🌸🌹🌸🌹🌸

    ReplyDelete
  3. Matur nuwun mbak Tien-ku Mawar Hitam telah tayang

    ReplyDelete
  4. Matur nuwun Bu Tien..,
    Semoga Bu Tien sekeluarga sehat selalu....

    Aamiin....

    ReplyDelete
  5. Matur Nuwun mbak Tien..... Mawarnya sdh tayang.... Semoga panjenengan tansah pinaringan sehat bugar bahagia...
    Salam aduhai dr Surabaya 🙏😘😍

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah, MAWAR HITAM(MH) 50 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " MAWAR HITAM 50 " sudah tayang
    Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah, yg ditunggu sudah tayang, hatur nuwun inggih mbakyuku yg super duper busy namun tetep menulis masyaAllah, salam sehat dari Cibubur, wassalam...

    ReplyDelete
  9. Maturnuwun bu Tien " Mawar Hitam ep 50" sampun tayang . Semoga bu Tien selalu sehat demikian pula pak Tom dan amancu... salam hangat dan aduhai aduhai bun 🙏🩷🩷

    ReplyDelete

  10. Alhamdullilah
    Matur nuwun bu Tien
    Cerbung *MAWAR HITAM 50* sdh hadir...
    Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
    Aamiin...



    ReplyDelete
  11. Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien dan pak Tom selalu

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah episode 50 MH sdh tayang, terimakasih ibu Tien semoga selalu sehat beserta keluarga senantiasa dlm lindungan Allah SWT Aamiin

    ReplyDelete
  13. Maturnuwun Bu Tien🙏 MH telah hadir, semoga Bu Tien tetap sehat bahagia,semangat menulis cerbung rutin....

    ReplyDelete
  14. Terima kasih Bunda, cerbung Mawar Hitam 50...sdh tayang.
    Sehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
    Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedialakala. Aamiin.

    Satria begitu bijaksana thd pak Sunu..

    Ayo Andra...bangkit.. semangat...buat Sinah...matikutu, jangan kalah sama provokator yng selalu menghantui mu..😁😁

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda
    Semoga bunda dan keluarga sehat walafiat

    ReplyDelete
  16. Walaah...makin rumit nih. Apakah bisa test DNA dilakukan pada janin dalam kandungan ya? Hmm...🤔

    Terima kasih, ibu Tien. Salam sehat.🙏🏻

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien❤️🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  18. Sembah nuwun Bu Tien MH 50 nya …..🤝👍

    Smoga Ibu n klg besarnya Penuh Berkhah, sll dlm Lindungan Nya

    n smoga MH ini msh bbrp epsde lg ….😊🙏

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah MAWAR HITAM~50 telah hadir. Maturnuwun Bu Tien, semoga panjenengan beserta keluarga tetap sehat dan bahagia serta selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin YRA..🤲

    ReplyDelete
  20. Terima kasih bunda Tien. Semoga selalu sehat , begitu juga Pak Tom semakin sehat aamiin YR'A

    ReplyDelete
  21. Wah jian
    Karepé Sinah nguleng uleng Andra bèn dipecat status menantu karo pak Sunu.
    Ih ini trik politik; bisa bisanya memberi nom-tel pak Sunu.
    Nyatanya pak Sunu mengetahui duluan.
    Lha kan memang karepnya biar cepat tercapai cita-cita nya.
    Sinah kaya orang kecemplung jugangan; ranggeh² tangan asal nggak masuk semakin dalam, terus njawil pak Sunu, gitu.
    La ceritane ngono lho..
    Ngêrjani wong tuwa, lha pak Sunu nganti blangkêmên nang ngarêpé Satria.
    Bisa-bisanya simboknya di usir kuwi jian, wis entèk amèk kurang golèk.
    Dadi mbokné mèlu-mèlu blangkêmên yå.
    Cita-cita terakhir Sinah yang perlu diperjuangkan, cita-cita kok nggawé ambyar.
    Nggawé orak-arik ndèan.
    Waduh, kuwi jané blangkemen apa tå;
    Blangkemen crigis yå..

    Terimakasih Bu Tien
    Mawar hitam yang ke lima puluh sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku juga pak Tom tetap semangat menerima karunia kesembuhan dari Nya.
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  22. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu sekeluarga sehat wal'afiat....

    ReplyDelete

MAWAR HITAM 50

  MAWAR HITAM  50 (Tien Kumalasari)   “Ini keterlaluan, sangat keterlaluan,” geram pak Sunu. Satria hanya menatap sang pimpinan, tanpa beran...