(Tien Kumalasari)
Malam itu pak Prayoga sedang duduk2 santai diteras rumah bersama isterinya. Malam belum larut dan udara sejuk oleh semilir angin malam.
"Ayo kita kedalam. Udara malam kurang baik untuk kesehatanmu lho bu," kata pak Prasojo sambil bangkit.
"Sebentar pak, aku ingin bicara. Mumpung Bowo ada didalam kamarnya," bu Prasojo menarik tangan suaminya agar kembali duduk.
"Ada apa dengan Bowo?"
"Nggak ada apa2 sih, cuma aku tuh mikir.. usianya sudah cukup.. tapi kok ya belum pengin punya isteri."
"Owalaah.. biarkan saja ta bu.. kayak Bowo itu perempuan saja. Anak laki2 nggak usah disuruh suruh. Kalau dia sudah menemukan pilihannya kan ya minta dikawinkan,"
"Kelamaan pak.. ditunggu tunggu juga nggak ada tanda2 dia punya pacar. Setelah Dewi meninggal itu apa ya dia akan terus begitu."
"Lha kalau dia belum ingin kita harus bagaimana? Biarin aja semau dia."
"Kita sebagai orang tua kan harus ikut mikir to pak."
"Mikir yang bagaimana? Jodoh itu masalah selera dan hati."
"Dengar pak, kemarin aku kan ketemu bu Harlan. Dia itu punya anak perempuan yang cantik lho. Dia juga sarjana ekonomi. Aku kira itu cocog kalau kita jodohkan sama Bowo."
"Waah... nggak bu.. aku nggak setuju model jpdoh menjodohin begitu. Biarkan saja apa maunya."
Kali ini pak Prasojo benar2 bangkit masuk kedalam rumah, diikuti bu Bowo yang bersungut sungut karena tidak sepaham dengan sang suami.
Hari itu Bowo dan Asri pulang agak sore. Biarpun sekantor pak Prasojo
tak pernah pulang bersama. Ada perusahaan cabang yang harus didatanginya
dibeberapa tempat. Itu sebabnya Asri bisa selalu pulang bersama Bowo.
"Yang ini sudah selesai pak, ujar Asri sambil meletakkan berkas dihadapan atasannya.
"Baiklah. Taruh aja disitu nanti aku periksa. Oh ya Asri.. ini buat kamu," Bowo memberikan sesuatu didalam kotak. Itu adalah handphone.
"Ini.. apa?" Asri tau bahwa itu handpone. Asri pernah mempergunakannya ketika sekolah, milik temannya. Tapi ia tak pernah memilikinya.
Sekarang ia tak tau kenapa atasannya memberikan hp itu.
"Bukalah.. itu buat kamu."
"Buat saya? Tidak... saya tak memerlukannya."
Asri menyodorkan kotak itu kehadapan Bowo.
"Asri.. ini fasilitas perusahaan untuk karyawannya. Kamu harus memilikinya karena kadang2 akan ada komunikasi tentang pekerjasn diluar tempat kerja kamu."
Bowo dan Asri tidak langsung pulang kerumah. Bowo mengajaknya mampir kesebuah warung makan karena lapar katanya. Mana mungkin Asri menolak ajakan atasannya?
Bu Prasojo melongok keluar rumah. Melihat kesana kemari dan tak tampak mobil anakny
"Kemana anak ini. Biasanya jam segini sudah pulang. Mana ditilpun nggak diangkat lagi."
Bu Prasojo masuk lagi kedalam rumah. Diruang tamu duduk wanita setengah tua dan seorang gadis cantik.
#adalanjutannyalho#
"Yang ini sudah selesai pak, ujar Asri sambil meletakkan berkas dihadapan atasannya.
"Baiklah. Taruh aja disitu nanti aku periksa. Oh ya Asri.. ini buat kamu," Bowo memberikan sesuatu didalam kotak. Itu adalah handphone.
"Ini.. apa?" Asri tau bahwa itu handpone. Asri pernah mempergunakannya ketika sekolah, milik temannya. Tapi ia tak pernah memilikinya.
Sekarang ia tak tau kenapa atasannya memberikan hp itu.
"Bukalah.. itu buat kamu."
"Buat saya? Tidak... saya tak memerlukannya."
Asri menyodorkan kotak itu kehadapan Bowo.
"Asri.. ini fasilitas perusahaan untuk karyawannya. Kamu harus memilikinya karena kadang2 akan ada komunikasi tentang pekerjasn diluar tempat kerja kamu."
Bowo dan Asri tidak langsung pulang kerumah. Bowo mengajaknya mampir kesebuah warung makan karena lapar katanya. Mana mungkin Asri menolak ajakan atasannya?
Bu Prasojo melongok keluar rumah. Melihat kesana kemari dan tak tampak mobil anakny
"Kemana anak ini. Biasanya jam segini sudah pulang. Mana ditilpun nggak diangkat lagi."
Bu Prasojo masuk lagi kedalam rumah. Diruang tamu duduk wanita setengah tua dan seorang gadis cantik.
#adalanjutannyalho#
maaf yang part XVIII memang tidak ada ya ?? thx.
ReplyDelete