RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 05
(Tien Kumalasari)
Perempuan itu menatap mereka satu persatu. Tampak ada keraguan pada wajah-wajah kuyu karena lelah dan letih.
“Kalian tidak percaya padaku? Lihatlah di sana, apa yang kalian lihat?”
Perempuan itu menunjuk ke sebuah arah. Sanusi dan teman-temannya melihat lentera berkedip, ada rumah di sana. Mengapa mereka baru melihatnya sekarang?
“Apa temanku ada di sana?”
“Tentu. Dia sedang lupa segala-galanya. Ada peri keji yang menguasainya.”
“Peri keji?”
“Ia tak akan mengijinkan temanmu itu pergi.”
“Apa kami bisa mengajaknya pergi?” tanya Hasto, ragu. Demikian juga teman-temannya.
“Aku datang kemari untuk menolong kalian. Mengapa kalian kelihatan ragu?”
“Apa kamu manusia?” tanya Sanusi memberanikan diri, padahal sebenarnya ada rasa takut melihat sebuah kedatangan yang tiba-tiba. Ia yakin perempuan itu bukan manusia biasa, atau bahkan bukan manusia.
Perempuan itu tertawa. Giginya berderet rapi, seperti barisan mutiara yang ditata rapi. Mereka mengakui, bahwa perempuan itu cantik sekali. Cantik yang tidak biasa, karena ada daya magis yang terkandung dari ucapannya. Itu membuat mereka terpana dalam ketakutan yang tersembunyi. Bagaimana tidak takut? Malam begitu gelap, bahkan saling memandang diantara teman saja terlihat remang, tapi perempuan itu datang tiba-tiba tanpa suara sebelumnya. Apakah dia tidak menginjak tanah? Rasto melirik ke arah bawah, tapi kain mengkilap yang dipakainya tampak menyentuh tanah. Mana bisa melihat kakinya?
“Manusia atau bukan, apa bedanya? Tapi aku punya nama, panggil aku Widuri, kalau itu penting buat kalian. Bukankah kamu ingin membawa temanmu pulang? Dan kalau aku bisa dan mau membantu, pentingkah mengetahui aku ini apa dan siapa?”
“Baiklah, kalau memang kamu bisa membantu, bawa kami menemui Alvin dan bantu kami keluar dari sini.”
“Tapi jangan kira kamu mendapat pertolongan aku dengan cuma-cuma.”
“Apa maksudmu?” kata Sanusi dan teman-temannya hampir bersamaan.
“Itu tidak cuma-cuma.”
“Tapi jangan keterlaluan kalau kamu minta bayaran ya, kami tidak membawa uang banyak, kecuali hanya sekedar uang untuk makan.”
Widuri tertawa, kali itu keras sekali, dan bahkan sampai terpingkal-pingkal.
“Uang? Aku tidak butuh uang.”
“Lalu apa? Kami tidak punya apa-apa.”
“Tapi kamu punya apa yang kami inginkan.”
“Apa maksudmu?”
“Nanti kalian akan tahu. Sekarang ikuti aku.”
Perempuan itu melenggang pergi, memberi isyarat agar keempatnya segera mengikuti.
Merekapun sambil terus saling berpegangan, mengikuti langkah perempuan itu, yang gampang dilihat karena baju dan kain yang dipakainya berkilat-kilat. Ia berjalan dengan ringan, seperti tak menyentuh tanah. Mereka tak peduli apa yang akan diminta Widuri, nanti Widuri boleh menggeledahnya kalau tak percaya bahwa mereka tak punya apa-apa. Yang penting bisa bertemu Alvin dan membawanya pulang.
Lentera itu tampak semakin nyata, berarti mereka sudah semakin mendekati rumah itu.
Tapi sebelum sampai, bayangan seseorang menghadang. Langkah perempuan itu terhenti, tentu saja keempat orang sahabat itu juga berhenti. Mereka menatap bayangan seorang perempuan tua yang bongkok. Lebih jelas karena lentera di sudut rumah itu menerangi alam sekitar.
“Minggir!” terdengar perempuan cantik bernama Widuri itu menghardik. Tapi perempuan bongkok itu menggoyang-goyangkan tangannya.
“Kamu adalah gedibal bau yang tak tahu malu. Sudah wajahmu jelek, selalu ikut campur urusan orang. Minggir, aku ingin menghajar majikan kamu.”
Perempuan tua itu tetap berdiri menghadang. Widuri maju selangkah, melayangkan pukulan kearah perempuan bongkok yang memang adalah mbok Wungkuk. Tapi mbok Wungkuk bukan sembarang perempuan. Ia bisa menghindar, bahkan melawan dengan jurus yang tak dapat dilihat, tapi membuat Widuri terjengkang, membuatnya menjerit, tapi dalam sekejap dia bangun dan langsung menyerang mbok Wungkuk lagi.
Sanusi dan kawan-kawannya minggir, dan bingung harus melakukan apa. Membantu? Mereka tidak bertarung seperti orang sedang berkelahi. Ada gerakan-gerakan aneh yang menimbulkan angin kencang yang terkadang membuat mereka terhuyung.
Lalu terdengar jeritan-jeritan keduanya, ketika saling bisa mencakar dan melukai.
Mbok Wungkuk rupanya kewalahan. Bagaimanapun kuatnya dia, tapi mbok Wungkuk sudah tua, tidak segesit Widuri. Tapi dia tak mau berhenti dan terus bertahan.
“Rupanya kamu membela mati-matian bendoro kamu yang licik dan jahat itu. Jadi aku harus menyingkirkan kamu terlebih dulu,” geram Widuri.
Sebuah selendang tiba-tiba sudah berada ditangan Widuri. Dengan menyabetkan selendang itu, angin keras gemuruh menyerang mbok Wungkuk tanpa ampun. Perempuan bongkok itu terlempar sangat jauh, lalu terjatuh ke tanah, menimbulkan suara gemuruh yang memekakkan telinga.
“Rasakan Wungkuk. Itu akibatnya kalau terlalu membela bendoro yang tak tahu malu. Kemarin kamu sudah terluka, dan sekarang masih berani menentang?"
Widuri mengibaskan bajunya, seperti sedang menghalau debu yang menempel. Tapi selendang yang tadi dipakainya sebagai senjata tak tampak lagi. Entah Widuri menyembunyikannya di mana.
Lalu Widuri memberi isyarat kepada Sanusi dan kawan-kawannya agar mengikutinya mendekati rumah yang menurut mereka sangat aneh itu. Aneh, karena rumah itu begitu kokoh, berbentuk seperti rumah-rumah kuno yang antik, tapi berdiri di tengah-tengah belantara.
Tapi begitu kaki mereka menginjak halaman rumah itu, tiba-tiba pintu rumah terbuka, dan seorang perempuan tak kalah cantik muncul dari dalam.
“Kamu membuat keributan di sini, Widuri? Apa maksudmu, apalagi dengan membawa empat manusia yang ganteng-ganteng ini? Apa kamu ingin memamerkan bahwa kamu berhasil menaklukkan mereka berempat? Bukan main Widuri, aku ingin mengatakan bahwa kamu hebat.”
“Mereka ingin menjemput laki-laki bernama Alvin yang sedang bersama kamu.”
“Apa?”
Widuri tertawa terbahak-bahak.
“Rupanya kamu yang sudah mendapatkan empat perjaka ganteng ini masih juga menginginkan Alvin? Ya ampun, ternyata kamu sangat serakah.”
“Jaga mulut kamu Kenanga.”
“Sejak kemarin kamu sudah mengatakan bahwa kamu menginginkan laki-laki aku, lalu aku menolaknya, lalu kamu memancingnya dengan gelang mutiara sakti, tapi tak berhasil bukan? Baguslah Alvin urung mengambil gelang itu. Kalau saja dia berhasil, maka dia pasti akan mencari-carimu dan kamu akan bahagia bukan? Tapi Alvin adalah milikku. Tak seorangpun boleh mengambilnya.”
Sanusi dan kawan-kawannya merasa terkejut. Rupanya Alvin menjadi rebutan antara perempuan yang dipanggil Kenanga, dan Widuri yang bersedia membantu mereka.
“Apa yang harus kita lakukan?” kata Sarman lirih.
“Alvin ada di dalam. Sementara kedua perempuan itu berhantam, kita akan masuk melalui pintu belakang, lalu membawa Alvin keluar dari situ,” kata Sanusi, juga berbisik.
“Aku setuju.”
“Sebelum melakukannya, sebut nama Allah, mohon pertolonganNya agar kita berhasil menyelamatkan Alvin,” kata Sanusi.
“Tunggu setelah ada waktu yang baik.”
“Jadi apa yang sekarang kamu inginkan, Widuri?”
“Berikan Alvin padaku.”
“Ahahahaaaaaah ….” Kenanga tertawa.
“Jangan tertawa. Aku bersungguh-sungguh.”
“Kalau begitu apa yang akan kamu lakukan?”
“Melumpuhkan kamu lalu membawa Alvin pergi dari sini.”
“Oh ya? Kamu yakin bisa melakukannya?”
Tanpa menunggu lama, Widuri lebih dulu menyerang dengan pukulan dahsyat. Tapi Kenanga dengan mudah menghindar dan miring ke samping. Pertarungan menjadi seru, Keduanya saling mengirimkan pukulan dengan jurus-jurus maut, membuat suasana sekitar menjadi gemuruh seperti ada angin ribut.
Tak ada salah satu dari mereka yang mengalah.
“Gedibalmu yang tua bangka sudah aku robohkan, siapa yang akan membantu kamu?” kata Widuri sambil menyerang.
Kenanga yang sangat marah, tak sudi mengalah. Ia terus menghindar dan menyerang, dan keduanya tampak sama kuat.
Sementara itu Sanusi dan kawan-kawannya khusuk dalam menyebut nama Tuhan sesembahan mereka. Perlahan mereka beringsut, lalu bisa menemukan pintu belakang rumah aneh itu.
Dalam suasana remang oleh lampu minyak di setiap sudut ruangan, mereka mencari di mana Alvin berada.
Ternyata Alvin sedang tidur di atas pembaringan yang nyaman. Sanusi lebih dulu mendekat dan membangunkannya.
“Alvin, bangunlah, ayo kita pergi,” bisiknya.
Alvin membuka matanya, tapi tak ada wajah gembira ketika melihat sahabatnya.
“Ayo kita pergi dari sini. Kami berempat mencari kamu sejak kemarin.”
“Tidak, aku akan bersama Kenanga.”
Keempat sahabatnya tertegun. Alvin sudah terkena pengaruh perempuan siluman itu, dan enggan meninggalkannya.
Sanusi melihat Alvin mendekap sebuah selendang. Sanusi ingin merebutnya, tapi Alvin menggenggamnya sangat erat.
Bahkan dengan dibantu oleh teman-temannya, Alvin tetap tak mau melepaskannya. Sanusi dan teman-temannya yakin, selendang itu punya kekuatan gaib. Dengan melepaskan selendang itu, barangkali Alvin bisa terlepas dari genggaman kekuatan gaib itu.
“Berdoalah lagi dan sebut nama Tuhan kalian,” bisik Sanusi, sedangkan Sanusi kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Alvin. Barangkali sebuah doa, yang kemudian membuat tangan Alvin melemah. Lalu selendang itu terlepas dari tangannya.
Alvin terbelalak. Ia baru sadar sedang bertemu dengan teman-temannya. Ia bangkit duduk, tapi Sanusi dan teman-temannya segera menariknya untuk membawanya pergi dari tempat itu.
Tapi di depan pintu keluar di bagian belakang rumah itu, tiba-tiba mbok Wungkuk berdiri di tengah-tengah pintu. Matanya yang hanya sebelah menyala marah. Tak ada yang diucapkan, dan ternyata mbok Wungkuk itu bisu. Walau begitu dia berdiri di tengah pintu bermaksud menghadang mereka berlima.
“Pergilah, majikan kamu dalam bahaya,” kata Sanusi sambil menekan rasa takutnya. Takut kalau nenek bongkok itu menggagalkan niat mereka.
Nenek bongkok itu kelihatan terkejut, ia meninggalkan mereka berlima dan tertatih lari ke arah depan, di mana terdengar sebuah pertempuran dahsyat yang belum berakhir.
Sanusi segera mengajak teman-temannya pergi dari tempat itu, dan selalu mengingatkan mereka agar selalu mengucapkan doa dalam setiap langkahnya.
Alvin yang sedikit sadar dari pengaruh Kenanga, ikut-ikutan berdoa, yang selama ini dia lupakan.
Mereka terus berlari menyusupi belantara sambil terus menyebut Tuhan mereka.
Tapi tiba-tiba mereka berlima terkejut, ketika menginjak serumpun rumput yang lembut dan ternyata dibawahnya adalah sebuah lobang. Kelima-limanya terperosok ke dalam lobang, yang entah isinya apa. Lalu terdengar suara gemuruh, seperti ada sesuatu terjatuh yang menutupi lobang itu.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah....
ReplyDeleteeRKaDeBe_05 sdh ditayangkan....
Terima kasih bu Tien, salan SEROJA dan tetap berkarya.
Matur nuwun mbak Tien-ku Rumah Kenanga Ditengah Belantara telah tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Terimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda Tien dan pak Tom selalu sehat
Alhamdulillah sudah tayang
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Semoga sehat walafiat
Salam aduhai hai hai
Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " RUMAH KENANGA DITENGAH BELANTARA ~ 05 " sudah tayang.
ReplyDeleteSemoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin
Hamdallah sdh tayang
ReplyDeleteMatur suwun Bu Tien.
ReplyDeleteSelamat mlm bundaqu .terima ksih cerbungnys..smg bunda sekeluarga sll sehat2 dan baik2 sll yππ₯°πΉ❤️
ReplyDeleteAssalamualaikum bu Tien, maturnuwun cerbung " Rumah Kenanga di Tengah Belantara 05" sampun tayang...
ReplyDeleteSemoga ibu Tien serta Pak Tom dan amancu selalu sehat dan penuh berkah aamiin yra .. salam hangat dan aduhai aduhai bun π€²ππ©·π©·
π️πΌπ️πΌπ️πΌπ️πΌ
ReplyDeleteAlhamdulillah ππ
Cerbung eRKaDeBe_05
sampun tayang.
Matur nuwun Bu, doaku
semoga Bu Tien selalu
sehat, tetap smangats
berkarya & dlm lindungan
Allah SWT. Aamiin YRA.
Salam aduhai π¦πΉ
π️πΌπ️πΌπ️πΌπ️πΌ
Alhamdulillah,ontime cerbungnya, maturnuwun Bu Tien, semoga ibu sll dlm keadaan sehat,bahagia, semangat bersama Kel tercintaππ
ReplyDeleteAlhamdulillah RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA~05 telah hadir. Maturnuwun, semoga Bu Tien beserta keluarga tetap sehat dan bahagia serta senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
ReplyDeleteAamiin YRA.π€²
ReplyDeleteAlhamdullilah
Matur nuwun bu Tien
Cerbung *RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 05* sdh hadir...
Semoga sehat dan bahagia
bersama keluarga
Aamiin...
Alhamdulillaah " Rumah Kenanga Di Tengah Belantara - 05" sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bahagia selalu
Aamiin Yaa Robbal' Aalaamiinπ€²
Alhamdulillah yg ditunggu sdh hadir mksh Bu Tien smg sll diberikan kesehatan bersama keluarga
ReplyDeleteAlhamdulillaah,matur nuwun Bu Tien salam sehat wal'afiat semua ya ππ€π₯°ππΏπΈ
ReplyDeleteSerem betul ya ,,,π±
Terima kasih Bunda, serial baru cerbung Rumah Kenanga Ditengah Belantara....05..sdh tayang.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedia kala. Aamiin.
Alvin sdh terlepas dari pengaruh sihir nya peri Kenanga, tapi mereka berlima malah terperosok ke dlm lobang..goa yang dalam. Ini mungkin petualangan mereka di Bukit Senyap akan segera di mulai...tegang dan serem....π»
Matur nuwun Bu Tien, selamat berakhir pekan dg keluarga tercinta....
ReplyDelete