Friday, October 24, 2025

RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 04

 RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA  4

(Tien Kumalasari)

 

Alvin mengucek-ucek matanya lalu menatap ke sekeliling. Ia tak melihat apapun. Suara jeritan perempuan-perempuan juga tak lagi terdengar.

“Aku tidur, dan bermimpi?”

Saat itulah tiba-tiba ia mendengar suara orang-orang memanggil namanya. Alvin berdiri, menajamkan pendengarannya. Itu benar, ada yang memanggil-manggil namanya.

“Apa itu suara Sanusi? Ada beberapa orang, suaranya berbeda, ada suara Hasto juga? Di mana mereka?”

Tapi suara itu kemudian tak terdengar lagi. Sekarang Alvin yang berteriak.

“Sanusiii ….!”

“Hastoooo.”

Tapi tak ada jawaban. Dan suara memanggil itu lama sekali tak terdengar lagi. Alvin berjalan kearah datangnya suara … sambil memanggil-manggil. Ada dua suara yang dikenalinya, yaitu Sanusi dan Hasto. Ada suara lain, tapi Alvin tak begitu bisa menangkapnya, entah itu suara siapa.

“Di mana dia? Mengapa mereka datang kemari? Mencari aku? Aduuh, bagaimana ini, pasti mereka juga tersesat seperti aku. Tapi ada di mana mereka? Jangan-jangan aku justru berjalan semakin jauh dari mereka.”

Tiba-tiba seekor kera melompat dan tiba-tiba sudah ada di depannya. Kera bongkok itu lagi. Alvin sebenarnya kurang suka melihat kera bongkok itu, karena mengingatkannya pada pelayan Kenanga yang wajahnya menakutkan. Tapi dua kali kera bongkok itu membantunya. Saat kelaparan dan saat ia kehilangan pakaiannya.

“Mengapa kamu berdiri menghalangi aku?”

Kera itu tentu saja tak menjawab. Ia hanya menampakkan dua giginya yang menonjol keluar. Alvin memalingkan muka. Mengapa kera bongkok selalu mengingatkannya kepada mbok Wungkuk?

“Ada beberapa temanku yang juga tersesat di tempat ini. Maukah kamu menolongnya? Sepertinya mereka sedang mencari aku. Bawa aku kepada mereka, atau bawalah mereka kemari. Kasihan, bukan?”

Mata kera yang hanya sebelah itu berkedip-kedip. Untunglah dia tak lagi memperlihatkan giginya, sehingga Alvin tak harus mengingat sang nenek Wungkuk.

“Kamu kera yang baik. Dua kali kamu menolongku, sekarang tolonglah aku lagi.”

Tiba-tiba kera bongkok itu melesat dan pergi dari hadapannya. Alvin tak tahu, apakah kera itu mendengar permintaannya lalu mau menolongnya, atau mengacuhkannya.

Alvin duduk di di bawah sebuah pohon sambil merenung sedih.

“Apakah selamanya aku akan berada di tempat ini dan tak bisa keluar? Bagaimana dengan keluargaku? Bagaimana dengan ibu yang pasti selalu menangis memikirkan aku,” bisik Alvin yang kemudian akhirnya menitikkan air mata.

Betapapun kuatnya dia, ketika menghadapi situasi yang tak menentu ini, tentu saja membuatnya bingung.

Tiba-tiba Alvin mendengar suara wanita berteriak-teriak, bukan hanya satu. Seperti tadi, apakah ada lagi perempuan bertengkar? Alvin mencari datangnya suara itu, seperti dekat, tapi tak tampak. Alvin bingung.

“Sebenarnya ini tempat apa? Semuanya serba membuat aku bingung.”

Lalu Alvin menjadi takut. Sekarang ia sadar bahwa dirinya sedang berada di sebuah dunia lain, yang sangat berbeda dengan dunianya. Dunia manusia adalah dunianya, dan ini adalah dunia yang serba tak tampak. Suasana remang karena matahari tak sepenuhnya bisa menerangi tempat itu, membuat Alvin semakin ketakutan.

Suara jeritan-jeritan itu kemudian mereda, lalu suasana menjadi senyap. Alvin yang menyandarkan tubuhnya pada sebuah pohon, tiba-tiba melihat kera bongkok itu melintas. Agak jauh, tapi jelas itu adalah dia, karena kera itu berjalan terbongkok-bongkok. Sekilas ia melihat darah mengucur di pundak kera bongkok itu, tapi dia tidak berjalan ke arahnya, dan lagi-lagi dalam sekejap dia menghilang.

“Mengapa tiba-tiba dia terluka?”

Alvin ingin menjerit sekuat-kuatnya karena perasaan kacau yang meliputi hatinya. Ia memejamkan matanya, dan berharap tidak ketiduran agar tidak bermimpi yang aneh-aneh. Ia merasa pasrah, entah apa yang akan terjadi pada dirinya.

***

Seperti Alvin, Sanusi dan kawan-kawannya juga berputar-putar tak tentu arah. Rasa lapar mulai mengganggu, tapi apa yang harus dimakan? Di sekitarnya hanya ada pohon pohon kayu yang entah ada buahnya atau tidak.

Hasto yang paling penakut, mulai gemetaran. Ia hampir menangis, kalau saja ketiga temannya tidak menghiburnya.

“Bertahan Hasto, kita pasti akan menemukan jalan keluar,” kata Sarman.

“Dari tadi kalian ngomong begitu. Nyatanya kita masih berada di tempat ini dalam keadaan yang semakin menyedihkan.”

“Sabar … kamu harus kuat,” kata Rasto sambil menepuk punggungnya.

“Aku lapar …” rintihnya.

“Kita merasakan hal yang sama.”

“Mengapa kita melupakan Tuhan?” tiba-tiba Sanusi bangkit.

“Ayo berdoa, bersujud menurut keyakinan kita masing-masing, memohon pertolongan kepadaNya.”

“Benar. Hanya Tuhan yang bisa menolong kita."

Maka keempat dari merekapun mulai mendekatkan diri kepada *Tuhan/Allah* mereka. Sanusi dan Hasto yang muslim segera shalat dengan perangkat dan tata cara seadanya, sedangkan Sarman dan Rasto juga berdoa menurut keyakinannya._

Seekor kera bongkok menatap mereka dari kejauhan. Sebelah tangannya menyeret setandan pisang masak.

Selesai beribadah dan berdoa, hati mereka merasa lebih tenang. Tiba-tiba ketika mereka kembali duduk bersandar pada batang pohon, seekor kera datang.

“Itu kera bongkok itu lagi,” pekik Sanusi.

“Mau apa dia?”

Tanpa menunggu mereka berkata-kata, kera bongkok itu meletakkan setandan pisang masak.

“Pisang? Kamu membawakan ini untuk kami?” tanya Rasto.

Kera itu tak menjawab, lalu membalikkan tubuhnya.

“Eh, pundak kera itu terluka,” pekik Hasto.

“Benar, berdarah!”

Tapi tiba-tiba kera bongkok itu sudah lenyap dari hadapan mereka.

“KIta tersesat di dunia lain,” kata  Sanusi yang kemudian meraih pisang yang entah pisang apa namanya, tapi kemudian beberapa buah pisang itu sudah beralih ke dalam perut mereka.

“Sanusiiiii !”

“Hastooooo!”

Keempatnya terkejut.

“Itu suara Alvin.”

“Di mana dia?”

“Alviiiin, kamu di mana?”

“Alviiiin”

Mereka berdiri.

“KIta sudah tahu kalau benar Alvin ada di sini.”

“Suara itu dari sana. Ayo kita ke sana.”

Mereka berjalan ke satu arah, di mana mereka yakin bahwa dari arah itu terdengar suara Alvin.

Sambil berjalan itu mereka berteriak-teriak memanggil nama Alvin.

“Mengapa dia tahu kalau aku ada di sini?”

“Yang dia panggil nama kamu dan Hasto. Kok bisa tahu?”

“Berarti dia mendengar kita berteriak, dan mengenali suara kamu yang cempreng, dan Hasto yang menggelegar,” kata Rasto.

“Semoga Allah mendengar doa kita, dan mempertemukan kita dengan Alvin.”

“Aamiin.”

Tapi kemudian suara mereka yang berteriak-teriak tak mendapat balasan.

“Kok dia menghilang lagi?”

“Alviiin, kamu di mana?”

***

Alvin juga bingung. Ia tak lagi bisa mendengar suara kawan-kawannya. Ia sudah berteriak, tapi tak mendapat jawaban.

Tak terasa hari semakin gelap. Malam mulai merambah bumi, dan kegelapan ada di mana-mana. Alvin tak tahu harus berbuat apa. Ia duduk di bawah sebuah pohon, membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya selanjutnya.

Tiba-tiba Alvin melihat sesuatu yang bersinar tak jauh dari hadapannya, di samping sebuah batu. Alvin mendekati benda bersinar itu sebuah gelang dengan hiasan mutiara di sekitarnya. Sebelum ia memungutnya, terdengar suara memanggilnya.

“Alvin, jangan diambil.”

Alvin menghentikan tangannya yang hampir menyentuh benda itu, menoleh ke arah datangnya suara. Ia terkejut melihat Kenanga berdiri di depan teras sebuah rumah dengan bangunan antik. Rumah yang semalam ditemukannya? Ada lampu minyak berkelip di sana.

Alvin terpaku. Ia tak melihat rumah itu sejak seharian. Bagaimana tiba-tiba ada rumah di sana?

“Alvin, jangan bengong. Kemarilah,” suara merdu itu menggelitik telinganya, membuatnya seperti tersedot oleh sebuah magnet yang tak bisa ditahannya.

Tiba-tiba saja dia sudah berhadapan dengan Kenanga. Harum bunga kenanga menyentuh hidungnya. Wajah cantik menawan dengan rambut terurai hampir menyentuh tanah itu tersenyum begitu ayu. Lagi-lagi menampakkan deretan mutiara yang memukau.

Alvin melupakan gelang yang tadi ditemukannya. Ia menurut saja ketika Kenanga menggandeng tangannya, meremas jemarinya lembut, membuat Alvin tak mampu menolak ajakannya.

“Mbok, siapkan minuman hangat, lalu air untuk mandi tamu kita,” kata Kenanga.

Alvin terkejut. Mbok Wungkuk lagi?

“Dan dalam sekejap dua cangkir minuman hangat yang masih mengepulkan asap terhidang di meja. Lalu wajah mengerikan itu membalikkan tubuh dan lenyap.

Tapi sebelum menghilang, Kenanga masih sempat menyapa.

“Pundakmu masih sakit?”

Alvin terpaksa menoleh ke arah pundak  mbok Wungkuk. Ada darah membasahi bajunya.

Mbok Wungkuk hanya meringis, manampakkan dua giginya yang membuat Alvin kemudian mengalihkan pandangannya.

“Tadi dia diserang oleh orang yang ingin berbuat jahat. Untunglah dia bisa mengatasinya.

Alvin teringat ketika ia mendengar suara suara seperti wanita bertengkar, atau mungkin saling cakar. Ia tiba-tiba juga melihat pundak kera bongkok itu terluka dan berdarah. Lalu mbok Wungkuk juga terluka di pundak, diserang oleh orang yang ingin berbuat jahat? Alvin menghubungkan keadaan luka mbok Wungkuk dan kera bongkok itu. Mengapa bisa sama? Mata yang buta sebelah, dua buah gigi yang menonjol keluar, dan juga sama-sama bongkok. Apakah kera itu …

“Alvin, minumlah, keburu dingin,” suara itu membuyarkan lamunannya.

Alvin meraih cangkir dan meneguk minuman hangat itu. Rasa segar menelusuri seluruh aliran darahnya.

“Mengapa melamun?”

Alvin ingin menanyakan apa yang dipikirkannya, tapi diurungkannya.

“Mbook, jangan lupa airnya.”

Alvin menghabiskan minumannya.

“Mandilah, nanti aku siapkan baju ganti untuk kamu.”

Alvin tersipu, melirik bajunya yang kotor dan sobek. Tapi tidak, Alvin heran, dia mengenakan sarung yang semalam diberikan Kenanga, dan baju yang juga diberikannya.

“Apa yang kamu pikirkan?”

“Bagaimana aku masih bisa mengenakan baju ini?”

“Bajumu yang sobek dan kotor sudah dibuang oleh mbok Wungkuk.”

“Aku merasa aneh.”

“Alvin, kamu baru saja bangun tidur dan bermimpi.”

“Tadi aku masih memakai bajuku yang kotor, aku tidur di atas rumput dan kelaparan, lalu ada kera bongkok memberi aku pisang. Lalu ….”

“Alvin, kamu sedang bermimpi. Lupakan semuanya.”

“Mimpi?”

Kenanga tertawa, wajah cantiknya bersinar, seperti rembulan sedang purnama.

Sejenak Alvin terpana, lalu ia melihat mbok Wungkuk keluar dari kamar mandi.

“Air hangat dan wangi sudah siap. Mandilah supaya badanmu segar.”

Alvin berdiri, lalu mengikuti Kenanga yang menariknya ke kamar mandi. Seperti malam sebelumnya, Alvin melepaskan semua pakaiannya, lalu menceburkan dirinya ke dalam jembangan berisi aneka bunga dan menguarkan aroma harum.

***

Sanusi dan kawan-kawannya duduk saling berpegangan tangan, karena takut kehilangan seperti sebelumnya.

Kegelapan membuat mereka bahkan tak mampu saling melihat wajah mereka.

“Sampai kapan akan begini?” Hasto mengeluh lagi.

“Kamu tidurlah, biar kami berjaga.”

“Mana bisa aku tidur, perasaanku tidak enak.”

“Ya sama, kita juga merasa sedih dan bingung.”

Tiba-tiba sebuah bayangan mendekat. Mereka terkejut karena tak mendengar langkah kaki orang, tiba-tiba saja sudah ada yang berdiri di depan mereka. Pakaian gemerlap yang dikenakannya, menunjukkan bahwa dia seorang wanita. Dan gemerlap itu juga memantulkan cahaya yang menerangi wajah wanita itu. Begitu cantik, membuat mereka terpana.

“Kalian sedang mencari temanmu?” suaranya begitu lembut, seperti sedang berdendang.

“Benar, kamu tahu di mana dia?”

“Kalau kamu ingin tahu, ikutlah aku. Seorang peri jahat sedang menguasainya.”

Keempatnya segera berdiri. Wanita yang tiba-tiba muncul itu juga bukan manusia. Dia datang tanpa suara, melesat bagai angin yang tiba-tiba membawanya ke hadapan mereka. Tapi mereka tak peduli apapun, karena perempuan yang entah siapa itu akan menunjukkan di mana Alvin berada.

***

Besok lagi ya.

19 comments:

  1. Alhamdulillah eRKaDeBe_04 sudah ditayangkan.
    Terima kasih bu Tien, salam SEROJA dan tetap ADUHAI.

    ReplyDelete
  2. Assalamualaikum bu Tien, maturnuwun cerbung " Rumah Kenanga di Tengah Belantara 04" sampun tayang...
    Semoga ibu Tien serta Pak Tom dan amancu selalu sehat dan penuh berkah aamiin yra .. salam hangat dan aduhai aduhai bun ๐Ÿคฒ๐Ÿ™๐Ÿฉท๐Ÿฉท

    ReplyDelete
  3. ๐Ÿ›–๐ŸŒธ๐Ÿ›–๐ŸŒธ๐Ÿ›–๐ŸŒธ๐Ÿ›–๐ŸŒธ
    Alhamdulillah ๐Ÿ™๐Ÿฆ‹
    Cerbung eRKaDeBe_04
    telah hadir.
    Matur nuwun sanget.
    Semoga Bu Tien dan
    keluarga sehat terus,
    banyak berkah dan
    dlm lindungan Allah SWT.
    Aamiin๐Ÿคฒ.Salam seroja ๐Ÿ˜
    ๐Ÿ›–๐ŸŒธ๐Ÿ›–๐ŸŒธ๐Ÿ›–๐ŸŒธ๐Ÿ›–๐ŸŒธ

    ReplyDelete
  4. Matur nuwun mbak Tien-ku Langit Tak Lagi Kelam telah tayang

    ReplyDelete
    Replies
    1. He he he he he... Baru sadar, Rumah Kenanga Ditengah Belantara.
      Maklum, ditengah orang banyak...

      Delete
  5. Alhamdulillah RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA~04 telah hadir. Maturnuwun, semoga Bu Tien beserta keluarga tetap sehat dan bahagia serta senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin YRA.๐Ÿคฒ

    ReplyDelete
  6. Terima ksih bundaqu cerbungnya๐Ÿ™selamat mlm dan slmt istrhat..slm seroja dri sukabumi unk bunda bersm bpk ๐Ÿ™❤️๐ŸŒน❤️

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " RUMAH KENANGA DITENGAH BELANTARA ~ 04 " sudah tayang.
    Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah sudah tayang
    Terima kasih bunda Tien
    Semoga sehat walafiat
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah dah tayang lanjutan cerbung ,semoga Bu Tien tetap sehat,semangat mengarang cerbung untuk hiburan para pembaca yg setia.๐Ÿ™

    ReplyDelete
  10. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu sekeluarga sehat wal'afiat...

    ReplyDelete
  11. Terimakasih bunda Tien, cerbung spesial cerita peri. Apakah benar Kenanga peri Sehat dan bahagia selalu bunda Tien dan keluarga...

    ReplyDelete

  12. Alhamdullilah
    Matur nuwun bu Tien
    Cerbung *RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 04* sdh hadir...
    Semoga sehat dan bahagia
    bersama keluarga
    Aamiin...



    ReplyDelete
  13. Terima kasih Bunda, serial baru cerbung Rumah Kenanga Ditengah Belantara....04..sdh tayang.
    Sehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
    Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedia kala. Aamiin.

    Ternyata jagad lelembut juga mengenal iri lan meri...he..he..
    para Peri berkelahi berebut Alvin yang ganteng dan msh..jejaka...๐Ÿ˜

    Sekarang datang empat jejaka lainnya.. temannya Alvin...

    mau di bawa kemana ya oleh peri Seruni...saingannya peri Kenanga..

    ReplyDelete
  14. Terima kasih bu Tien Kumalasari....episodรจnyasudah mulai mendebarkan....๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™

    ReplyDelete

RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 04

  RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA  4 (Tien Kumalasari)   Alvin mengucek-ucek matanya lalu menatap ke sekeliling. Ia tak melihat apapun. Su...