Tuesday, October 21, 2025

RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 02

 RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA  02

{Tien Kumalasari)

 

Alvin mengundurkan badannya ke sisi lain untuk menjauhi sosok yang tergolek di sampingnya. Ada debar aneh yang tiba-tiba serasa seperti semut menggerogoti seluruh tubuhnya.

Ia ingin melompat turun ketika sebuah sentuhan halus menahannya.

“Mau ke mana?” lagi-lagi suara itu seperti alunan sebuah kidung yang menyentuh perasaan.

“Mau … eh … ada apa?” kata Alvin yang urung melompat turun.Q“Malam masih larut. Istirahat saja di sini.”

Tapi Alvin tak bisa istirahat. Perasaan yang kalut, dan ketakutan, tapi juga ada rasa lain yang berjubel memenuhi syarafnya.

“Apa kamu takut? Aku suka laki-laki yang masih takut-takut, bukan yang rakus seperti kucing melihat ikan.”

“Mendekatlah, bukankah malam begitu dingin?”

Dan anehnya Alvin menuruti kemauan perempuan cantik berbau harum tersebut.

Dan lampu minyak di sudut ruangan tiba-tiba padam. Alvin tak bisa melihat apapun, tapi Alvin merasakan sesuatu yang lain, yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Aroma kenanga terus menebar di seluruh ruangan. Menyirami jiwa yang berterbangan entah kemana. Malam semakin larut, senyap semakin mencekam.

***

Di sebuah kampung, teman-teman Alvin kehilangan Alvin, dan bersama penduduk sekitar mencarinya sampai ke bawah bukit.

“Ke mana dia?”

“Mengapa tiba-tiba pergi?”

“Ada apa dengannya?”

Beribu pertanyaan terlontar dari teman-teman Alvin, yang kelelahan mencari sahabat mereka.

“Jangan-jangan dia naik ke bukit itu.”

“Mana mungkin?”

“Untuk apa naik ke bukit? Malam-malam pula.”

“Sendirian pula.”

“Bagaimana kalau kita coba-coba mencarinya ke atas.”

“Ide yang tak masuk akal. Masa Alvin ke sana sendirian?”

“Bagaimanapun kita bisa mencobanya. Anak itu kan suka iseng.”

Tapi ketika mereka mau menaiki bukit, beberapa penduduk melarangnya.

“Jangan.”

“Cari mati apa? Kalau kalian naik, bisa dipastikan kalian tak bisa pulang."

“Itu Bukit Senyap. Tak ada mahluk berani naik ke sana.”

“Bukit Senyap?”

Bergantian teman-teman Avin menyebut nama bukit aneh itu.

“Ada apa? Banyak binatang buas?”

“Bukan binatang buas. Binatang buas kita bisa mengatasinya.”

“Lalu apa?”

“Ayo kita pergi dari sini saja,” ajak salah seorang penduduk yang menarik salah seorang teman Alvin, mengajaknya pergi, sehingga yang lain mengikutinya. Tapi pertanyaan tentang hal berbahaya yang menakutkan selalu menjadi pertanyaan mereka.

“Apa apa sih?”

“Apa yang berbahaya selain binatang buas?”

“Mahluk halus.”

“Haaa?” sekarang mereka memekik bersama-sama.

“Mahluk halus seperti apa?”

Ketika sampai kembali ke rumah, seorang tua dari penduduk sekitar mengatakan, bahwa di puncak bukit ada penunggunya.

“Bagaimana kalau Alvin naik ke sana?”

“Penunggunya seperti apa?”

“Ujudnya seperti perempuan tua yang wajahnya menakutkan. Ada yang menyebutnya Nenek Wungkuk atau Mbok Wungkuk.”

“Dia tidak sendiri. Ada yang lain berupa perempuan secantik bidadari. Berbau harum seperti bunga kenanga. Ada lagi yang lain. Entahlah, yang penting jangan ke sana."

“Bapak pernah melihatnya?”

“Tidak. Sudah bertahun-tahun cerita itu diketahui semua penduduk di sini. Kalau ingin melihat kebenarannya, silakan kalian membuktikannya sendiri.”

“Apa?”

“Bagaimana kalau Alvin naik ke sana?” salah seorang temannya khawatir.

“Ya ampun, jangan dong.”

“Aku mengira dia mendahului pulang.”

“Mengapa mendahului?”

“Tadi siang dia bilang ogah menginap. Kalau mau menginap dia akan pulang sendiri, karena neneknya ada di rumah, dia lama sekali belum bertemu sang nenek, jadi kangenlah. Begitu. Tapi dia tuh tadi masih ragu. Mau ikut teman-temannya atau pulang duluan.”

“Tapi kenapa nggak bilang-bilang kalau pulang”

“Coba kamu telpon dia.”

“Sudah aku telpon berkali-kali, ponselnya mati.”

“Aduuh, kenapa Alvin ini?” keluh teman-temannya.

“Kalau dia pulang, lalu naik apa? Mobil kita masih ada di sini.”

“Mungkin kendaraan umum.”

”Ya ampuun, bagaimana sih Alvin ini?”

Celoteh teman-teman yang kecewa diteruskan sampai pagi, sementara para penduduk yang tadi ikut mencari sudah pulang ke rumah masing-masing.

***

Matahari yang muncul terasa remang, karena rimbunnya pepohonan yang berada di sekitar Bukit Senyap.

Tapi kehangatan matahari pagi menyusup diantara dedaunan, menghangatkan sisa malam yang dingin menggigit tulang.

Alvin menggeliat. Ada mimpi yang membuatnya terlena. Rasanya enggan membuka mata karena kehangatan yang menyengat tubuhnya.

Ketika ia mengubah posisi tidurnya untuk miring ke kanan, tangannya bermaksud menggapai guling, atau apalah, pokoknya yang bisa didekapnya, tapi alangkah terkejutnya ia karena ia memeluk sesuatu yang keras dan dingin. Sebongkah batu.

Alvin melompat dari tidurnya, dan menyadari bahwa dirinya sedang tidur diatas rerumputan, diantara dua pohon besar di kiri dan kanannya.

“Apa ini? Aku di mana? Bukankah aku tidur di sebuah kasur empuk  dan hangat, lalu gadis itu … Apa? Apa yang aku lakukan? Di mana gadis itu? Ini tempat apa? Bagaimana aku bisa tidur di sini? Rumah kenanga itu?”

Alvin mengendus-endus, mencari bebauan yang semalam membuatnya terdampar di sebuah rumah, berbau harum kenanga, disambut perempuan cantik yang rambutnya tergerai hampir menyentuh lantai.

Lalu dirinya mandi di jembangan penuh bunga, hangat dan nyaman, lalu berganti pakaian yang disiapkan gadis itu.

“Haaa? Bajuku …”

Ternyata Alvin masih memakai bajunya yang kotor dan robek terkoyak onak dan duri.

“Apa ini? Aku hanya bermimpi? Tapi … seperti nyata, ketika aku berbaring di tempat tidur yang nyaman, lalu di sampingku ada gadis itu, lalu dia merayuku, lalu aku lupa segalanya … lalu aku melakukan hal yang seharusnya tak aku lakukan … tapi … dia begitu menggoda … syukurlah hanya mimpi. Aku tidak melakukan dosa apapun. Bukankah itu hanya mimpi?”

Tapi ketika ia berdiri, sesuatu terjatuh dari pundaknya. Alvin memungutnya. Selendang beraroma wangi kenanga tercium dari selendang itu.

“Apa? Ini kan selendang perempuan itu. Bagaimana bisa tersampir di pundakku? Bukankah aku hanya mimpi? Berarti bukan mimpi, tapi nyata. Ya Tuhan, ampunilah hamba.”

Alvin menatap ke sekeliling, apakah karena keasyikan maka ia tak sadar melakukannya di atas rerumputan? Tapi mana rumah kenanga itu? Mana nenek wungkuk itu? Lalu Alvin merinding mengingat perempuan bongkok yang wajahnya mengerikan.

Dengan bergegas dia pergi dari tempat itu. Semua yang dipakai sejak awal masih melekat ditubuhnya, baju kotor yang robek, dan ponsel yang dibawanya masih terselip di kantongnya. Ia juga masih mengenakan sepatu.

Alvin mencoba menyalakan ponselnya, agar bisa menghubungi teman-temannya, tapi tak berhasil. Ponsel itu benar-benar mati.

Alvin melangkah dengan putus asa. Ia baru sadar bahwa telah bertemu dengan mahluk gaib ketika menyadari apa yang pernah dialaminya.

“Aku berada di atas bukit,” katanya ketika melihat hamparan sawah di bawah sana.

Lalu ia bermaksud turun. Selendang milik Kenanga masih tersampir di pundaknya. Ia ingin membuangnya ketika melewati sebuah jurang, tapi tak sampai hati. Jadi ia tetap menyampirkannya dipundak, melingkarkannya di leher, sambil berjalan mengikuti langkah kakinya.

“Pokoknya aku harus turun. Harus turun …" gumamnya terengah.

Ia sudah berjalan jauh, dan rasa lelah sangat membuat kakinya terasa berat.

Lalu betapa terkejutnya Alvin, ketika ternyata dirinya tidak turun, tapi hanya mengitari bukit. Ia ambruk ke tanah berumput tebal, yang tadi dibuatnya alas tidur.

Alvin berteriak sekuatnya.

“Tolooooong. Toloooong.”

Tapi suaranya seperti memantul ke setiap sisi bukit, Hanya dirinya sendiri yang mendengarnya.

Alvin hampir menangis karena putus asa. Lalu dia berteriak lagi.

“Kenangaaaaa, di mana kamu? Tunjukkan jalan pulang untuk aku,”

Tapi suaranya tetap saja menjadi gema yang kemudian membuat kupingnya sakit.

Alvin kembali duduk di rerumputan. Hanya di situ ia bisa duduk nyaman, yang lain adalah tanah berbatu, atau tetumbuhan liar yang rimbun.

“Bagaimana aku bisa sampai di tempat ini? Teman-temanku pasti bingung mencari, demikian juga orang tuaku juga akan kehilangan aku,” sekarang Alvin benar-benar menitikkan air mata. Ia bingung bagaimana kakinya bisa membawanya ke tempat asing yang menyeramkan seperti tempat ini. Ia lelah, juga lapar. Ia mencari-cari dengan matanya, barangkali ada pohon buah-buahan yang bisa dimakan. Tapi ia tak melihatnya. Hanya pohon-pohon besar yang entah pohon apa, yang pasti umurnya sudah tua, berdiri tegak tak bergoyang. Suasana sangat sunyi.

Tiba-tiba ia melihat seekor kera mendekat. Alvin ketakutan. Darimana datangnya kera besar yang hampir sebesar orang hutan ini. Apakah dia akan datang menyerangnya, atau mencabik-cabik kulit dagingnya, menghirup darahnya. Untuk lari jelas tak mungkin. Kera itu semakin dekat.

Alvin menutup wajahnya, siap menunggu dan pasrah pada apa yang akan terjadi.

Tapi tak ada suara apapun. Alvin membuka matanya perlahan, kera itu membawa setandan pisang masak, diletakkan begitu saja di depannya, kemudian dia membalikkan tubuhnya, berjalan terbungkuk-bungkuk. Dan entah bagaimana, tiba-tiba kera itu lenyap begitu saja.

Kera itu bongkok? Alvin tiba-tiba teringat mbok Wungkuk. Apakah dia menjelma menjadi kera?

Tapi perut laparnya memaksa tangannya meraih pisang itu. Lalu dimakannya dengan lahap. Tiga buah pisang dihabiskannya. Lalu ia menekuk kedua kakinya dan merangkulnya, menyembunyikan wajahnya diantara lututnya.

“Apakah aku akan habis di tempat ini? Tidak, aku harus berusaha untuk keluar. Mustahil tak ada jalan keluar dari sini.”

Karena kekuatannya sedikit pulih, Alvin berdiri, dan mencoba lagi berjalan. Ia mengambil beberapa buah pisang lagi dimasukkan ke dalam sakunya, barangkali dia kelaparan di jalan lagi. Ia terus berjalan, menyibakkan semak yang melintang, tak peduli lagi pedih perih pada kaki dan tangannya.

Karena lelah, Alvin hanya bisa berjalan pelan. Di depannya, ia melihat sebuah sungai kecil. Alvin mendekat, dan untunglah tidak begitu sulit. Ia duduk di sebuah batu, kemudian melepas sepatunya, lalu menceburkan kakinya dan menggoyang-goyangkannya. Air dingin itu menyegarkan tubuhnya. Kalau pantas ia ingin masuk ke dalam sungai, berendam ber-lama-lama.

Ia menoleh ke kiri dan ke kanan. 

"Bukankah tak ada siapa-siapa di tempat ini? Kalau aku mandi dan melepas pakaianku, tak akan ada yang melihatnya."

Dengan keyakinan bahwa tak akan ada orang yang melihatnya, Alvin melepas pakaiannya, meletakkannya di atas batu. Kemudian ia masuk ke dalam sungai yang tidak begitu dalam. Hanya sampai ke dadanya. Alvin berendam di sana, sambil menggosok-gosok tubuhnya, yang kemudian terasa perih karena ada luka-luka di sana-sini. Tapi Alvin tak peduli. Daripada lukanya terkena kotoran dan infeksi, lebih baik dia membersihkannya. Bukankah air sangat bening dan tidak tercemari oleh polusi?

Sejenak Alvin menghilangkan rasa sedihnya. Tapi tak lama berendam, Alvin segera naik ke atas, menuju ke arah batu di mana ia meletakkan baju-bajunya. Walau kotor, tapi baju itu kering kan?

Tapi betapa terkejutnya Alvin, ketika melihat tak ada apapun di atas batu. Bajunya lenyap entah kemana.

Alvin celingukan mencari, barangkali ia lupa meletakkan di batu yang lain. Tapi baju dan celananya benar-benar tak ada.

Alvin kembali menceburkan tubuhnya ke dalam sungai. Tiba-tiba ia merasa ada yang mengawasinya. Alvin merendam tubuhnya semakin dalam. Hanya kepalanya saja yang tampak. Rasa malu meliputi perasaannya. Dan tiba-tiba juga, ia mendengar suara mengikik, seperti tawa beberapa orang perempuan.

“Celaka. Ada yang melihatku?”

***

Besok lagi ya.

50 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah eRKaDeBe_02 sudah tayang....
      Matur nuwun bu Tien.....
      Salam SEROJA

      Delete
  2. πŸ“πŸ«πŸ“πŸ«πŸ“πŸ«πŸ“πŸ«
    Alhamdulillah πŸ™πŸ˜
    Cerbung PeKaDeBe_02
    sampun tayang.
    Matur nuwun Bu, doaku
    semoga Bu Tien selalu
    sehat, tetap smangats
    berkarya & dlm lindungan
    Allah SWT. Aamiin YRA.
    Salam aduhai πŸ¦‹πŸŒΉ
    πŸ“πŸ«πŸ“πŸ«πŸ“πŸ«πŸ“πŸ«

    ReplyDelete
  3. Assalamualaikum bu Tien, maturnuwun cerbung " Rumah Kenanga di Tengah Belantara 02 " sampun tayang...
    Semoga ibu Tien serta Pak Tom dan amancu selalu sehat dan penuh berkah aamiin yra .. salam hangat dan aduhai aduhai bun πŸ€²πŸ™πŸ©·πŸ©·

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Sri
      Aduhai aduhai

      Delete
  4. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " RUMAH KENANGA DITENGAH BELANTARA ~ 02 " sudah tayang.
    Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin

    ReplyDelete
  5. Matur nuwun mbak Tien-ku Rumah Kenanga Di Tengah Belantara telah tayang

    ReplyDelete
  6. Alhamdullilah..terima ksih bunda cerbungnya..slmt mpm dan slmt istrht..salam seroja unk bundabersm bpkπŸ™πŸ₯°πŸŒΉ❤️

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah RKDTB episode 2 sdh tayang mksh Bu Tien smg sll diberikan kesehatan untuk sekeluarga

    ReplyDelete
  8. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  9. Wah.. Joko Tarub-nya terbalik. Apa Alvin diajak pulang salah satu gadis cantik.. apa rumah mereka hanya satu semacam asrama..
    Salam sukses mbak Tien yang Aduhai, semoga selalu sehat bersama keluarga, aamiin.

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA~02 telah hadir. Maturnuwun, semoga Bu Tien beserta keluarga tetap sehat dan bahagia, serta senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin YRA.🀲

    ReplyDelete
  11. Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien dan pak Tom selalu sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  12. Matur nuwun Bu Tien, salam sehat bahagia dari Yk...

    ReplyDelete

  13. Alhamdullilah
    Matur nuwun bu Tien
    Cerbung *RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 02* sdh hadir...
    Semoga sehat dan bahagia
    bersama keluarga
    Aamiin...



    ReplyDelete
  14. Mks bun RKDB 02 sdh tayang, smg bunda dan pak Tom sll sehat....semangat terus bun

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Supriyati

      Delete
  15. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda Tien
    Semoga sehat walafiat
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Endah
      Aduhai hai hair

      Delete
  16. Bukan Joko Tarub,tapi gadis tarub🫒 maturnuwun Bu Tien cerbungnya telah tayang,semoga ibu sehat bahagia,semangat menulis untuk pembaca2 pecinta cerbung...πŸ™

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah, PONDOK KENANGA DITENGAH BELANTARA (PKDB)02 telah tayang , terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien

    ReplyDelete
  19. Terima kasih Bunda, serial baru cerbung Rumah Kenanga Ditengah Belantara....02..sdh tayang.
    Sehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
    Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedia kala. Aamiin.

    Waduh...Alvin bar Indehoi di rumah Kenanga. Kelihatannya lelembut tsb suka sama Alvin. Ini yang Alvin tidak bisa pulang, apalagi pakaiannya juga di umpetin sama lelembut s Kenanga tsb. Piye iki..😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  20. Matur nuwun, ganti tema agak horror, terima kasih

    ReplyDelete
  21. Alvin terjebak di bukit Senyap. Penasaran menunggu cerita besok... Terimakasih bunda Tien, sehat dan bahagia selalu bersama keluarga tercinta... Alhamdulillah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Komariyah

      Delete
  22. Alhamdulillah... Masih bs mengikuti walau kadang terbata... Sehat selalu mbakyu... Mtnw

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah. Bagaimana keadaan jeng? Selalu sehat ya jeng

      Delete

RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 02

  RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA  02 {Tien Kumalasari)   Alvin mengundurkan badannya ke sisi lain untuk menjauhi sosok yang tergolek di s...