RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 01
(Tien Kumalasari)
Suram menjelang malam mulai merayapi bumi, ketika Alvin melangkah perlahan, dilereng sebuah bukit. Ia terpisah dari teman-teman kuliahnya yang sedang mengadakan reuni di sebuah desa, rumah tinggal salah satu diantaranya. Karena acaranya malam, maka mereka menginap di sana.
Alvin tidak tahu, ketika gelap merayap, tiba-tiba ia ingin sekali menyusuri jalanan, ketika teman-temannya sedang beristirahat sambil bersenda gurau.
Semakin gelap terasa, ketika Alvin sudah berjalan jauh. Ia tak tahu berada di mana. Ia seperti menaiki sebuah bukit, yang penuh pepohonan dan sunyi senyap. Tak ada suara. Bahkan suara anginpun tak terdengar.
Alvin baru menyadari bahwa sedang berada di tempat asing, ketika pohon-pohon besar seperti hantu mengitarinya.
Alvin ingin kembali, tapi ia tak tahu jalan. Bahkan ia tak ingat jalan mana yang tadi dilewatinya.
Gelap dan senyap kemudian terasa mencekam. Ketika ia mendongak ke atas langit, tak sebuahpun bintang menghiasi walau langit tampak biru bersih.
Ia tak membawa apapun, misalnya senter untuk penerang jalan. Ia ingat membawa ponsel, lalu bermaksud menghubungi teman-temannya agar menolongnya untuk kembali kepada mereka.
Tapi ponselnya entah mengapa, mati. Alvin putus asa. Ia mulai merasa letih, dan duduk sembarangan disuatu tempat, di bawah sebuah pohon besar.
Ia melihat ke sekeliling, hanya kegelapan yang nampak. Hanya sosok pohon-pohon yang semuanya tampak hitam.
Senyap dan mencekam, Alvin mulai merasa takut. Ia berada di sebuah tempat asing yang menakutkan. Ia seperti dibelenggu oleh sesuatu sehingga tak mampu melakukan apapun. Belenggu itu begitu kuat. Kalau bisa Alvin ingin menangis. Tapi tabu baginya seorang pria menitikkan air mata. Ia hanya menguatkan hatinya, dan mencoba memejamkan matanya. Ia sadar saat itu malam, dan berharap keesokan harinya bisa menemukan jalan pulang.
Tapi dalam memejamkan matanya dan berharap bisa tertidur, Alvin justru melihat ada bayangan-bayangan aneh melintas. Alvin membuka matanya. Tapi hanya kegelapan yang nampak, seperti tadi.
Alvin kembali memejamkan matanya, barangkali ia sudah tertidur dan setengah bermimpi. Tapi ia kembali melihat bayangan aneh. Seperti kilat, seperti kerlip bintang, seperti kunang-kunang berterbangan mengelilinginya. Alvin kembali membuka matanya, dan kembali yang terlihat hanya kegelapan.
Alvin menghela napas kesal. Haruskah segala macam bayangan itu diabaikan saja, agar dia bisa benar-benar tertidur?
Untuk ke tiga kalinya ia memejamkan mata. Kali ini bayangan itu berupa anak-anak kecil yang menari-nari di sekelilingnya. Alvin mendiamkannya, dan membiarkannya. Ia terus memejamkan matanya. Tapi tiba-tiba ia merasa ada yang menggelitik telinganya. Dengan terpaksa Alvin membuka lagi matanya. Ketakutan semakin membuatnya tercekam. Ia berdiri, mengingat-ingat dari mana dia bisa sampai ke tempat itu.
Lalu ia mencoba menyusuri lagi jalan yang entah akan mengantarkannya ke mana. Kali ini jalan yang dilalui bukan hanya terhalang pohon-pohon besar seperti hantu, tapi juga semak-semak yang terkadang berduri. Alvin menahan rasa sakit, dan terus melangkah. Alvin juga merasa kalau jalan yang dilaluinya semakin menanjak. Ini bukan jalan yang tadi dilaluinya.
“Masa sampai pagi akan terus begini. Pasti aku akan menemukan jalan pulang, ketika hari mulai terang.” gumamnya pelan.
Tiba-tiba ia melihat sebuah lentera di kejauhan. Alvin mengerjap-ngerjapkan matanya. Takut salah. Tapi semakin diamati, semakin jelas bahwa itu adalah lentera. Sepertinya lentera minyak, di sebuah rumah. Benarkah?
Alvin bernapas lega, akhirnya ia menemukan rumah orang, yang bisa dimintai pertolongan. Bergegas langkahnya menuju ke arah lentera itu, mengibaskan rasa sakit yang menusuk kakinya tangannya ketika ia menyibakkan semak yang terkadang ada durinya.
Lentera itu seperti penunjuk jalan bagi langkahnya. Tak kenal lelah ia terus melangkah. Kelihatannya dekat, tapi setengah jam dia berjalan, rumah berlentera itu belum juga bisa didatanginya.
Alvin memejamkan matanya, dan berhenti melangkah. Barangkali bayangan lentera itu hanyalah halusinasi.
Tapi ketika ia membuka matanya, lentera itu kembali tampak. Ia meneruskan langkahnya. Lelah dan letih diabaikannya.
Akhirnya rumah berlentera itu semakin kelihatan jelas. Barangkali sepuluhan langkah lagi ia sampai ke rumah itu.
Alvin merasa lega. Harapan mendapat pertolongan membuatnya semakin bersemangat.
Tiba-tiba ia mencium aroma sesuatu. Wangi, sedap. Ia ingat, di rumah neneknya juga tercium wangi seperti ini. Kata sang nenek, wangi ini muncul dari pohon kenanga yang ditanam dekat rumah.
Ketika semakin dekat, ia melihat sebuah halaman, dengan rumah mungil di tengah-tengahnya. Adakah pohon kenanga di halaman itu? Alvin malah mencari keberadaan pohon itu. Tapi ia tak menemukan. Ketika ia melangkah sampai ke beranda rumah itu, ia melihat ke kiri dan ke kanan. Tak ada siapapun, tapi rumah itu terbuka pintunya? Jam berapa ini? Mengapa sang penghuni belum tidur di malam kelam seperti ini?
Aroma wangi kenanga semakin tercium tajam.
Alvin merasa lega, karena kalau penghuni rumah masih terjaga, ia tak usah sungkan untuk bertanya.
Tapi sebelum ia membuka mulutnya, sebuah bayangan melintas di depannya, seperti kilat. Lalu seorang wanita cantik dengan pakaian seperti pakaian di jaman kuno berdiri di hadapannya. Rambut wanita itu terurai sampai ke kakinya.
Aroma kenanga semakin menusuk.
“Mm … maaf,” dengan gagap Alvin membuka mulutnya.
Wanita itu tertawa. Barisan giginya yang seputih mutiara berkilat bagai cahaya yang menerangi kegelapan.
“Apakah Anda takut?” tanya perempuan itu lembut, terdengar seperti alunan sebuah kidung.
“Ti … tidak. Mm … maaf, apakah saya boleh bertanya?”
“Mengapa tidak? Tapi Anda kelihatan sangat lelah, masuk dan duduklah. Pembantu saya akan membuatkan minuman untuk Anda,” kata perempuan itu yang kemudian mendahului masuk, lalu duduk di sebuah kursi rotan berukir indah, di sebuah ruangan.
“Duduklah.”
Alvin sangat lelah. Permintaan agar duduk itu membuatnya tak sungkan untuk segera menghempaskan pantatnya di kursi rotan dengan kayu berukir itu.
“Simbook, buatkan minuman untuk tamu kita,” perempuan itu berteriak.
Hanya dalam hitungan detik, seorang perempuan tua muncul membawa baki. Ia terbungkuk-bungkuk, karena ia memang seorang yang bongkok.
Tanpa suara ia meletakkan cangkir di hadapan majikannya dan juga untuk tamunya.
Alvin melirik ke arah perempuan yang menyajikan minuman itu. Wajahnya keriput, mata satunya buta. Dua buah giginya menonjol keluar. Alvin merasa ada yang membuat bulu kuduknya merinding.
“Minumlah. Itu tadi pembantuku. Namanya mbok Wungkuk.”
Alvin merasa lega ketika perempuan bernama mbok Wungkuk itu tak tampak lagi. Ia datang secepat kilat, dan pergi dengan kecepatan yang sama.
“Oh iya, bolehkah kita berkenalan? Namaku Kenanga.”
”Kenanga … aroma wangi yang tercium bukankah aroma kenanga?”
Wanita itu kembali tertawa. Alvin terpesona melihat deretan gigi itu. Berbeda dengan ketika ia melihat gigi mbok Wungkuk.
“Iya, tentu saja. Aroma kesukaan aku, dan itu pula sebabnya namaku adalah Kenanga.”
“Nama saya Alvin.”
“Bagus sekali. Sekarang minumlah dulu. Anda kelihatan lelah.”
“Alvin meraih cangkir antik itu dan meneguk minumannya. Rasa hangat merayapi seluruh tubuhnya. Nikmat sekali minuman itu. Bukan teh biasa, ada sesuatu yang dicampurkan sehingga terasa lebih nikmat.”
“Bagaimana? Anda suka?”
Alvin tahu, tanpa dijawabpun Kenanga pasti tahu bahwa dia suka. Cangkir bekas minumnya sudah kosong.
“Enak sekali.”
“Biar simbok membuatnya lagi.”
“Jangan.” kata Alvin tergesa-gesa. Ia tak suka kalau mbok Wungkuk kembali muncul. Sungguh perempuan tua itu membuat bulu kuduknya merinding.
“Sebenarnya saya ingin bertanya,” lanjutnya.
“Bertanya tentang apa?”
“Saya tersesat. Tolong tunjukkan jalan keluar dari sini.”
Kenanga kembali tertawa.
“Ini puncak sebuah bukit. Jauh dari keramaian. Anda kelihatan sangat lelah, mandi dan berganti pakaian dulu dan istrirahatlah. Besok pagi kita bicara lagi.”
“Mandi? Ganti pakaian?”
Alvin melihat ke arah bajunya yang kotor, dan celananya yang robek di sana-sini.
“Jangan khawatir, akan aku siapkan baju ganti setelah Anda mandi.”
“Adakah baju untuk saya?”
“Tentu saja. Jangan Anda kira aku akan menyiapkan baju perempuan seperti milik saya,” katanya sambil kembali tersenyum.
“Tapi ….”
“Mboook, siapkan air untuk mandi. Tamu kita akan mandi.”
“Eit, jangan. Biar saya mandi sendiri.”
“Tentu saja Anda akan mandi sendiri, simbok hanya menyiapkan airnya, agar badan Anda terasa segar. Bukan untuk memandikan Anda.”
Alvin menahan senyumnya. Tak bisa dibayangkan, bagaimana kalau dia dimandikan oleh simbok tua yang kelihatan sangat aneh dan menakutkan itu.
“Tampaknya simbok hampir siap, silakan mandi, saya akan menyiapkan baju ganti untuk Anda,” kata Kenanga sambil beranjak masuk ke kamar.
Tapi kemudian dia kembali lagi, lupa mengatakan kepada Alvin, di mana letak kamar mandinya.
“Alvin, kamar mandinya ada di sana, simbok sedang menyiapkan air hangat untuk Anda,” kata Kenanga sambil menunjuk ke sebuah tempat diujung ruangan.
“Nanti ada pakaian yang sudah aku siapkan. Pakai saja,” lanjutnya.
Alvin heran, rumah ini tadinya kelihatan kecil, tapi ternyata memiliki ruangan yang luas. Ada ruang tengah di mana tadi dia disuguhin minum, ada kamar-kamar berjajar berhadapan di sebelahnya, lalu kamar mandinya agak jauh dari kamar.
Ia belum beranjak dari temat duduknya. Katanya mbok Wungkuk sedang menyiapkan air. Biarkan dia selesai dulu, daripada nanti berpapasan. Entah mengapa, Alvin merasa ngeri setiap kali menatap mbok Wungkuk. Bukan karena dua giginya yang nongol saja, tapi mata satunya yang redup tanpa cahaya, juga membuat perasaan Alvin sedikit takut.
Ia melihat ke sekeliling ruangan. Tak ada foto-foto di pajang seperti kebanyakan rumah yang dia temui, seperti juga rumah orang tuanya. Tembok yang berwarna gelap. Lampu minyak di setiap sudut ruangan, membuat kegelapan agak berkurang.
Ketika ia sedang mengamati sekeliling ruangan, mbok Wungkuk muncul. Alvin terkesiap. Ia tak mengatakan apa-apa, hanya jari tangannya menunjuk ke arah kamar mandi.
Alvin menelan ludahnya. Mungkin maksud mbok Wungkuk adalah tersenyum, tapi wajahnya justru terlihat menyeramkan.
Alvin mengangguk tapi tak berani menatapnya lagi. Ia berjalan ke arah kamar mandi, yang ternyata lumayan luas. Ada jembangan berisi air yang mengepulkan asap, menguarkan wangi segar, lagi-lagi wangi kenanga lebih dominan. Ia melihat bunga-bunga di jembangan itu.
Alvin melepaskan pakaiannya yang ternyata kotor dan ada yang sobek di sana-sini.
Tanpa ragu dia masuk ke dalam jembangan, dengan airnya yang hangat. Kesegaran menyusupi seluruh aliran darahnya. Alvin bahkan tidak berpikir, bagaimana seorang gadis hidup di tengah belantara bersama pembantunya yang menurutnya sedikit mengerikan. Ia hanya merasa nyaman, dan merasa menemukan sesuatu saat galau dan panik ketika kehilangan arah.
***
Alvin sudah mengeringkan tubuhnya, dan memakai pakaian yang siap di dalam kamar mandi itu. Lalu terpikir olehnya, kapan kenanga memasukkan ganti pakaiannya ke dalam?
“Ya Tuhan, apa dia melihatku ketika tanpa busana di dalam jembangan itu? Aku tak mendengar apapun.”
Walau begitu dia mengenakan pakaian yang sudah siap itu, yang berupa sarung dan pakaian dalam, serta baju yang mirip beskap, tapi tetap saja dipakainya karena hanya itu yang ada.
“Istirahatlah di kamar itu.”
Alvin hampir terlonjak karena tiba-tiba saja Kenanga sudah ada didepannya. Apakah Kenanga bisa terbang? Pikir Alvin.
“Terima kasih.”
Alvin memasuki ruangan yang lumayan besar, dan lagi-lagi aroma kenanga menguar. Ruangan yang temaram, karena hanya dihiasi lampu minyak di sudut ruangan. Hanya ada satu lampu minyak di situ.
Ada pembaringan dari besi yang besar. Alvin kemudian merasa diserang kantuk karena barangkali kelelahan.
Tanpa dipersilakan, Alvin langsung membaringkan tubuhnya di pembaringan. Begitu empuk, nyaman dan hangat. Kerlip lampu minyak terlihat berkedip dan bergoyang, padahal tak ada angin menerpa. Alvin tak peduli, ia segera terlelap.
Entah berapa lamanya ia terlelap, ketika pada suatu saat ia mengalihkan posisi tubuhnya, ia menyentuh sesuatu yang hangat.
Mata Alvin terbelalak. Kenanga tidur di sisinya, dengan posisi menghadap ke arahnya.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah cerbung baru sudah tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah wa'syukurillah yang ditunggu-tunggu sdh hadir.
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien, dakam SEROJA
Alhamdulilah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien. Semoga sehat selalu
Terimakasih bunda tien semoga bunda tien dan pak Tom selalu sehat
ReplyDeleteAlhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " PONDOK KENANGA DI BELANTARA ~ 01 " sudah tayang perdans
ReplyDeleteSemoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin
" RUMAH KENANGA DI BELANTARA " Maturnuwun ,apa ada Rizki,Citra,Misnah,Misdi di cerbung ini nggih Bunda di akhir cerita.
ReplyDeleteMatur nuwun, Bu Tien
ReplyDeleteHamdallah episode perdana cerbung Pondok Kenanga Di Belantara...sdh tayang. Terima kasih Bunda Tien..Salam sehat penuh semangat nggeh...πͺπͺππ☂️☁️ππ
ReplyDelete
ReplyDeleteAlhamdullilah
Matur nuwun bu Tien
Cerbung *RUKAH KENANGA DI BELANTARA 01* sdh hadir...
Semoga sehat dan bahagia
bersama keluarga
Aamiin...
Mka bun episode pertama pondok kenanga di belantara sdh tayang, sehat" ya bun....selamat malam
ReplyDeleteAlhamdulillah cerbung baru
ReplyDeleteTerima kasih bunda tien
Semoga sehat walafiat bahagia bersama keluarga tercinta
Salam aduhai hai hai
Alhamdulilah cerbung baru sudah tayang, maturnuwun bu Tien... semoga bu Tien selalu sehat dan penuh keberkahan aamiin yra ... salam hangat dan aduhai aduhai bun
ReplyDeleteAlhamdullilah bunda..terima ksih cerbung barunya..slmt mpm dan slmt istrhat..slm seroja sll unk bpk bersama bpkππ₯°πΉ❤️
ReplyDeleteAlhamdulillah PONDOK KENANGA DI TENGAH BELANTARA~01 telah hadir. Maturnuwun, semoga Bu Tien beserta keluarga tetap sehat dan bahagia, serta senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT.
ReplyDeleteAamiin YRA.π€²
Matur nuwun Bu Tien atas cerbung barunya, semoga Ibu sekeluarga sehat wal'afiat....
ReplyDeleteWaduh...Alvin...mirip hidup di alam lain, masuk kedaerah nya bangsa Lelembut namanya Kenanga..bisa pulang kah....dia?
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun bunda Tien π
ReplyDeleteSemoga bunda sehat dan bahagia selalu bersama keluarga, aamiin π€²πΌππ₯°
Maturnuwun Bu Tien cerbung barunya, mungkin lebih deg2an critanya, tapi mesti menarik dan penasaran jika ada tulisan besuk lagi....
ReplyDeleteSehat selalu Bu Tien agar dpt menulis cerbung terus...
π
Alhamdulillah cerbung baru telah tayang mksh Bu Tien smg sll diberikan kesehatan
ReplyDeleteπ·πͺ΄π·πͺ΄π·πͺ΄π·πͺ΄
ReplyDeleteAlhamdulillah ππ¦
Cerbung baru PONDOK
KENANGA DITENGAH
BELANTARA telah hadir.
Matur nuwun sanget.
Semoga Bu Tien dan
keluarga sehat terus,
banyak berkah dan
dlm lindungan Allah SWT.
Aamiinπ€².Salam seroja π
π·πͺ΄π·πͺ΄π·πͺ΄π·πͺ΄
Beda banget sama cerita bu Tien yang sebelum nya... Serem baca nya tapi pinisirin....
ReplyDeleteAlhamdulillah... cerbung baru sudah tayang. Meski ceritanya seram dan merinding tetap penasaran. Terimakasih bunda Tien, sehat dan tetap semangat menulis cerita yg membuat pembaca deg2an dan penasaran.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku cerbung baru Rumah Kenanga Di Tengah Belantara telah tayang.
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semua cerbung berakhir menyenangkan, dan terima kasih cerbung baru muncul lebih cepat
ReplyDeleteWaah...cerbung barubterbit sesuai janji ya...terima kasih, ibu Tien...semoga makin sehat dan pulih ya...rupanya kali ini bu Tien menulis genre misteri, beda dengan biasanya, tapi saya yakin akan penuh drama dan konflik yang seru pastinya....hehe...ditunggu selalu, bu.ππ»πππ
ReplyDelete