Thursday, July 31, 2025

MAWAR HITAM 28

 MAWAR HITAM  28

(Tien Kumalasari)

 

Andira terkejut melihat ponsel suaminya terjatuh. Ia kemudian membantu memungutnya, dan melihat wajah suaminya sedikit pucat.

“Mas, ada apa? Ini tadi telpon dari siapa?”

Andira ingin membuka ponselnya untuk mengetahui siapa yang menelpon, tapi Andra mengambil ponsel itu dan mematikannya.

“Dari siapa sih?"

"Urusan kantor.”

“Mas kelihatan panik, ada apa?”

“Bukan panik, aku kesal kalau urusan beginian disampaikan saat aku tidak sedang ada di kantor.”

“Ya sudah, tidak usah marah. Bisa diselesaikan besok kan?”

“Ya, besok saja. Baiklah, ayo kita …. eh, aku belum membayar di kasir tadi,” kata Andra yang tiba-tiba bingung sehingga transaksi di kasir terhenti.

“Maaf … maaf,” katanya sambil mengeluarkan sejumlah uang.

Pegawai kasir itu tersenyum. Untunglah tidak ada yang mengantre untuk membayar.

Begitu selesai, Andra segera menarik tangan istrinya, diajaknya keluar.

“Kita mau ke mana lagi Mas?”

“Pulang saja, atau … kamu pengin ke mana lagi?”

“Nggak. Atau pengin makan di luar?”

“Nggak usah, kasihan simbok sudah memasak untuk kita, sayang juga kalau dibuang kan?”

“Iya benar. Lagipula aku kan tidak bisa lagi makan sembarang jajanan. Dirumah lebih sehat, simbok pasti sudah menyediakannya.”

“Bagus sekali, jadi kita pulang ya, mungkin aku akan ke kantor sebentar, untuk menyelesaikan urusan ini tadi.”

“Itu lebih baik, daripada wajah Mas keruh begitu, tampaknya memang terbebani sekali sih Mas.”

“Tidak, jangan khawatir,” kata Andra sambil merangkul pundak sang istri untuk menenangkannya.

Mereka pulang ke rumah.

Andira yang begitu bersemangat untuk mencoba baju-bajunya, lalu mengijinkan suaminya kembali ke kantor untuk menyelesaikan urusannya.

***

Simbok membantu nyonya majikan untuk mengenakan baju-bajunya, tersenyum senang ketika Andira kemudian memberikan baju-bajunya untuk dirinya. Terkekeh-kekeh simbok ketika memasukkan baju bekas Andira ke tubuhnya, karena tentu saja baju itu begitu longgar dan nyaris merosot ke bawah kalau tidak segera dipeganginya.

“Mbok, bawalah ke tukang jahit, suruh mengecilkan baju-baju itu sehingga pas untuk kamu pakai.”

“Iya, Nyonya. Kalau tidak dikecilkan, lalu simbok nekat memakainya, bisa menjadi bahan tertawaan.”

“Sekarang aku sudah punya baju-baju yang pas untuk tubuhku. Semoga sebentar lagi aku bisa lebih kecil lagi.”

“Iya, Nyonya. Seperti itu lho, foto Nyonya ketika menikah, masih kelihatan ramping,” kata simbok sambil menuding ke arah meja di kamar itu, dimana ada foto ketika Andira menikah.

“Iya, semoga bisa kembali sekecil itu lagi ya Mbok.”

“Kalau Nyonya tertib menjalani puasa makan enak, pasti bisa.”

Andira tertawa mendengar istilah simbok tentang ‘tertib puasa makan enak’.

“Sekarang saya menata meja untuk makan malam dulu Nyonya.”

“Nanti saja Mbok, mas Andra sedang kembali ke kantor, tadi tampaknya ada urusan yang sangat penting.

“Tuan selalu sibuk dengan pekerjaannya. Tidak seperti orang biasa, yang kalau sudah pulang kerja, lalu istirahat dan tidur dengan nyenyak.”

“Mas Andra itu kan seperti ayahku Mbok, kalau sudah kerja lupa segalanya. Tadi marah-marah karena mendapat telpon ketika sedang belanja, aku kira dia mendiamkannya saja, ternyata dia juga memikirkan pekerjaan itu, lalu begitu sampai di rumah langsung pergi ke kantor. Tidak ada capek-capeknya.”

“Nanti kalau sudah pulang, Nyonya pijitin ya, kalau sudah dijamah istri, capeknya pasti hilang.”

Andira tersenyum, ia mengumpulkan baju-baju yang sudah dibeli.

“Biar saya cuci dulu, Nyonya, langsung distrika, baru Nyonya bisa memakainya.”

“Ya sudah terserah kamu saja, tolong rapikan semuanya.”

***

Bagus masih ada di dalam kamar Sinah, sepulang dari rumah sakit. Ia sudah mendapat obat, dan harus istirahat.

“Mengapa kamu bilang kalau kamu hamil? Bukankah dokter mengatakan bahwa kamu hanya sakit lambung karena makan tidak teratur?”

“Biar saja. Aku belum ingin bercerai dari pak Andra. Aku harus punya kedudukan terhormat di perusahaan itu. Enak saja dia menceraikan aku.”

“Apa dia akan mempercayai begitu saja apa yang kamu katakan?”

“Dia itu pengusaha tapi bodoh. Lihat saja, sekarang aku menjadi begini karena aku berhasil membodohi dia.”

“Benarkah?”

“Tentu saja benar, sekarang aku harus bisa mencapai keinginanku. Yang pernah aku mimpikan sejak lama harus bisa menjadi kenyataan. Itu sebabnya aku minta kamu bisa menyingkirkan Dewi.”

“Lalu apa yang akan kamu lakukan? Dengan status kamu nanti sebagai istri pak Andra, apa kamu bisa menggaet Satria, pacar Dewi?”

“Nanti akan ada caranya. Kamu cukup menjalankan apa yang aku perintahkan.”

“Sebenarnya aku masih kangen sama kamu.”

“Yang tadi sudah cukup. Kamu lupa Bagus? Kamu harus bisa melakukan tugas itu dengan baik? Jangan berharap apapun kalau kamu belum berhasil dan membuat aku senang.”

Tiba-tiba orang kepercayaan Sinah mengetuk pintu.

“Bu Mawar, pak Andra menunggu Ibu diluar.”

“Apa? Mengapa menunggu diluar?” sambil bertanya itu Sinah memberi isyarat kepada Bagus agar keluar secepatnya melalui pintu belakang.

“Saya sudah memintanya masuk, beliau tidak mau.”

“Suruh masuk saja, katakan kalau aku sedang sakit,” katanya setelah yakin bahwa Bagus sudah benar-benar menghilang dari kamarnya.

“Baik.”

Pembantu Sinah kembali menemui Andra yang masih duduk di kursi pengunjung rumah makan.

“Bapak diminta masuk, bu Mawar sedang sakit.”

Biasanya Andra langsung masuk ke dalam, tapi kali itu ia merasa tak ingin berbicara di dalam.

Dengan enggan Andra segera masuk ke kamar Sinah, dan melihat Sinah sedang berbaring sambil memeluk guling.

“Kamu bicara tentang apa? Waktu itu aku sedang bersama istriku.”

“Ya ampun Mas, aku bilang bahwa aku hamil. Itu kata dokter tadi. Tentu aku panik, karena Mas bilang sudah menceraikan aku.”

“Walaupun kamu hamil, aku tidak harus menjadikan kamu istriku.”

“Mengapa begitu? Masa bayi ini akan terlahir tanpa ayah?”

“Kalau benar kamu mengandung, bayi itu bukan anakku.”

“Mas mengingkarinya? Kalau begitu anak siapa yang ada di dalam kandunganku ini?”

“Mana aku tahu?”

“Aku menjadi istri Mas selama ini, lalu aku hamil, bagaimana Mas bisa berkata begitu?”

“Apa kamu tahu? Aku ini mandul.”

“Apa?”

“Aku tidak bisa punya anak, dan sedang berusaha agar istriku segera hamil, tapi belum aku lakukan. Jadi terserah kamu bilang apa.”

“Mas Andra, kalau bukan anakmu, lalu ini anak siapa?”

“Anak siapa, hanya kamu yang tahu. Yang jelas bukan anakku. Jangan bermimpi dan mengada-ada,” katanya sambil membalikkan tubuhnya.

“Kamu bohong Mas, ini anakmu. Aku hanya melayani kamu!” Sinah berteriak.

Andra meneruskan langkahnya, tapi sebelum mencapai pintu, ia melihat sepasang sepatu laki-laki tergeletak di dekat ranjang. Baru saat mau keluar dia melihatnya.

“Sepatu itu milik siapa?” katanya, lalu melanjutkan langkahnya keluar, setelah membanting pintunya keras sekali.

Sinah terpana di ranjangnya. Ia bangkit dan melihat sepatu Bagus masih tertinggal di dekatnya. Rupanya karena tergesa-gesa, Bagus lari melalui pintu belakang, tanpa mengenakan sepatunya. Sinah sadar, pasti ada yang dipikirkan Andra tentang sepatu itu. Andra pasti mengerti. Seorang laki-laki sudah masuk ke kamarnya, bahkan sudah pasti menaiki ranjangnya. Wajah Sinah memerah, karena marah.

“Dasar bodoh! Bodoh! Bagaimana aku bisa bertemu orang bodoh seperti kamu, Bagus!!” umpatnya berulang-ulang.

***

Sementara itu Andra pulang dengan melenggang. Ia tak harus khawatir, sepatu laki-laki di kamar Sinah, adalah bukti bahwa ada laki-laki lain yang sering menyambangi Sinah. Kalau dia hamil, mengapa harus dia yang menjadi ayah bayi itu? Kenyataan bahwa dirinya lemah, sedikit sekali kemungkinan bahwa Sinah hamil karena dirinya.

***

Andira senang ketika Andra pulang tak lama setelah kepergiannya.

“Kok sudah pulang Mas?”

“Iya, aku lapar sekarang, simbok sudah menata makan untuk kita?” jawabnya sambil tersenyum, lalu mendekati istrinya, duduk lalu meraih bahu sang istri.

“Mbok, kita mau makan sekarang ya,” teriaknya.

“Mengapa baju yang tadi dibeli belum dipakai?”

“Mau dicuci dulu sama simbok, jadi baru besok bisa memakainya.”

“O, begitu?”

“Urusannya sudah selesai?”

“Sudah. Bukan hal berat.”

“Kalau bukan hal berat mengapa sampai menelpon Mas diluar jam kerja?”

“Hanya sebuah kekhawatiran .. tidak usah dipikirkan.”

Walau begitu Andra masih merasa khawatir. Ia berhadapan dengan perempuan licik seperti Sinah. Walau diijinkannya bekerja di kantornya adalah disebutkan permintaan terakhir, tapi tak mungkin Sinah berhenti begitu saja.

Perkataan bahwa dia hamil, lalu menuntut agar dia menikahinya secara resmi, sudah dipatahkannya dengan kenyataan bahwa dia ‘mandul’ dan dengan adanya sepasang sepatu laki-laki di dekat ranjang Sinah.

Tapi apakah Setelah itu Sinah bisa menerimanya, lalu tidak akan lagi membuat ulah? Andra menyesali dirinya sendiri yang tak punya keberanian untuk berterus terang tentang apa yang terjadi, paling tidak kepada istrinya terlebih dulu.

“Makan sudah siap, Nyonya.”

“Mas, ayo kita makan.”

Andra mengikuti istrinya yang menarik tangannya dengan hangat. Ketulusan cinta sang istri membuatnya semakin takut kehilangan.

Ketika duduk, seperti biasa ia melihat piring untuk sang istri hanya berisi sayur dan buah, yang kemudian Andira duduk di depannya, sambil menikmati sajian khusus itu dengan mata berbinar.

Andra menatapnya trenyuh. Begitu besar keinginannya untuk menyenangkan sang suami, dengan membuat tubuhnya bisa menarik seperti dulu.

Andira baru mencomot sepotong buah, kemudian melayani sang suami dengan mengambilkan nasi dan sayur.

“Kamu tidak ingin ini?” tanya Andra sambil menunjuk ke arah sepotong daging dimasak rendang.

Andira menggeleng, dia malah mencomot lagi sepotong mentimun muda, yang dikunyahnya dengan nikmat.

“Andira, apakah kamu mencintai aku dengan sepenuh hatimu?” tiba-tiba kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Andra.

Andira menatapnya dengan membulatkan matanya.

“Pertanyaan apa itu? Setelah bertahun-tahun kita berumah tangga, tiba-tiba Mas menanyakan hal bodoh seperti itu?”

“Cinta kan bisa saja luntur.”

“Itu cinta yang palsu. Cintaku bukan palsu. Mas adalah segalanya bagiku. Mas saja yang terkadang mengabaikan aku, dengan alasan pekerjaan. Mas tahu, terkadang aku menangis kalau saat aku sangat kangen pada Mas, lalu Mas tidak peduli, lalu pergi begitu saja, dan alasannya sama, tentang pekerjaan.”

“Maaf Andira, aku janji tak akan mengulanginya.”

“Terima kasih Mas. Tapi mengapa tiba-tiba Mas menanyakan tentang cinta aku? Apakah selama ini Mas menganggap bahwa aku tidak bersungguh-sungguh mencintai?”

“Kalau misalnya aku melakukan kesalahan, apakah kamu masih akan tetap mencintai aku?”

“Tergantung kesalahannya apa.”

“Kesalahan itu kan banyak. Misalnya mengingkari janji, lupa sesuatu ….”

“Itu kesalahan yang lumrah. Tidak menepati janji kan ada alasannya. Lupa bukan sesuatu yang disengaja. Kecuali kalau Mas selingkuh.”

Andra tersedak sampai terbatuk-batuk.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

 

 

42 comments:

  1. Alhamdulilah, maturnuwun bu Tien " Mawar Hitam episod 28" sampun tayang, Semoga bu Tien selalu sehat dan juga Pak Tom bertambah sehat dan semangat, semoga kel bu Tien selalu dlm lindungan Allah SWT aamiin yra 🀲🀲

    Salam hangat dan aduhai aduhai bun 🩷🩷

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Sri
      Aduhai aduhai

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Mawar Hitam telah tayang

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah MAWAR HITAM~28 telah hadir. Maturnuwun Bu Tien, semoga panjenengan beserta keluarga tetap sehat dan bahagia serta selalu dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin YRA..🀲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Djodhi

      Delete
  4. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien dan pak Tom selalu sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  5. Alhamdulillah, MAWAR HITAM(MH) 28 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah Mawar Hitam udah tayang
    Terima kasih bunda Tien
    Semoga sehat walafiat pak Tom Widayat juga semakin sehat walafiat . Aamiin YRA ....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Endah

      Delete
  7. Dasar Sinah.....
    Jika nggak ngrecokin bukan Sinah, tapi Andra punya bukti kuat, saat ini dia mandul dan ada sepasang sepatu laki-laki di kamar tidur Sinah.....


    Matur nuwun Bu Tien, mugi panjenengan tansah pinaringan rahayu basuki tan ana rubeda tinebihna ing sambikala.
    Sehat...sehat..sehat
    InshaaAllah.... Aamiin πŸ€²πŸ€²πŸ™

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun mas Kakek

      Delete

  8. Alhamdullilah
    Matur nuwun bu Tien
    Cerbung *MAWAR HITAM 28* sdh hadir...
    Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
    Aamiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Wedeye

      Delete
  9. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  10. Terima ksih bunda MH nya..slmt mlm dan slm sht sll unk bunda bersm bpkπŸ™πŸ₯°❤️🌹

    ReplyDelete
  11. πŸŽ‹πŸŒΎπŸŽ‹πŸŒΎπŸŽ‹πŸŒΎπŸŽ‹πŸŒΎ
    Alhamdulillah πŸ™πŸ’
    Cerbung eMHa_28
    telah hadir.
    Matur nuwun sanget.
    Semoga Bu Tien & kelg
    sehat terus, banyak berkah
    & dlm lindungan Allah SWT.
    Aamiin🀲. Salam seroja😍
    πŸŽ‹πŸŒΎπŸŽ‹πŸŒΎπŸŽ‹πŸŒΎπŸŽ‹πŸŒΎ

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun jeng Sari
      Aduhai

      Delete
  12. Ternyata oh ternyata.. Sinah bohong tentang kehamilannya. Ini lebih mudah mudah bagi Andra, karena punya alasan yang kuat.
    Salam sukses mbak Tien yang Aduhai semoga selalu sehat bersama keluarga, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Latief

      Delete
  13. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " MAWAR HITAM 28 " sudah tayang
    Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Herry

      Delete
  14. Terima kasih Bunda, cerbung Mawar Hitam 28...sdh tayang.
    Sehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
    Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedialakala. Aamiin.

    Sinah s tukang bohong.

    Andra nyalinya kecil...tdk berani tegas thd Sinah
    dan tdk berani terus terang ke Andira.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  15. Matur nuwun Bu Tien, ceritanya semakin aduhai...

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien. Sehat2 selalu

    ReplyDelete
  17. Semakin susah Andra berterus terang pada Andira. Seperti iklan lampu, terus terang lampu itu putus terus...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete

MAWAR HITAM 30

  MAWAR HITAM  30 (Tien Kumalasari)   Arum terkejut melihat suaminya mengacungkan sebuah tas, dan sebagian buku yang mungkin tercecer dan di...