ADA MAKNA 14
(Tien Kumalasari)
Apakah ada nama yang sama? Dan titel yang sama pula? Mengapa Emmi masuk ke situ? Apa hubungannya dengan dokter itu, dan jauh-jauh datang ke Semarang karena dokter Guntur? Aku harus mencari tahu.
Wahyu ragu-ragu, antara ikut masuk ke dalam atau lebih baik tidak. Tapi bukankah dia sedang mencari ayah Reihan yang seorang dokter dan bernama Guntur?
Beberapa saat lamanya Wahyu termangu, dan melupakan Reihan yang sedang menunggu kepastiannya untuk dirawat di ruang apa dan klas berapa.
Ia juga lupa untuk menelpon kembali ibunya, dan hanya mengirimkan pesan singkat ketika tadi sudah menelponnya dan belum pernah diangkat.
Tiba-tiba pintu terbuka, dan seorang perawat keluar. Wahyu menghentikannya.
“Suster, yang sakit di dalam situ siapa?”
“Dokter Guntur, Anda mengenalnya?”
“Apakah dia berasal dari Balikpapan?”
“Balikpapan?” tanya suster itu heran.
“Dia pasien kiriman dari rumah sakit di Wonosobo.”
“Oh, Wonosobo? Saya kira dari Balikpapan.
Wahyu membalikkan tubuhnya sambil berpikir.
“Mengapa Emmi ada di dalam ruangan itu? Bukankah tadi itu Emmi? Atau bukan? Emmi, anaknya Kinanti kan?”
Tiba-tiba Wahyu teringat perkataan ibunya tentang Kinanti yang membuat sang ibu bercerai dari suaminya, yang ayah dari Reihan.
"Apa? Jadi benar, Kinanti kan ibunya Emmi, lalu di dalam itu adalah Guntur yang dulu suami ibunya. Tentu saja ada hubungannya. Bukankah ayah Reihan direbut oleh Kinanti? Dan ayah Reihan itu Guntur? Dokter Guntur? Lalu Emmi adalah anak Kinanti?"
Wahyu kembali lagi melangkah ke arah ruangan dimana ada dokter Guntur di dalamnya. Ia mengetuk pintu, kemudian tiba-tiba masuk.
Emmi menoleh dan melihat Wahyu masuk ke ruangan itu. Tentu saja Emmi terkejut.
“Kamu?” kata Emmi pelan, sambil melirik ke arah ayahnya yang tampak tertidur. Lalu ia beranjak menjauh, agar tidak mengganggu.
“Emmi? Mengapa kamu ada di sini?” tanya Wahyu yang kemudian juga membuat suaranya menjadi pelan. Lalu selanjutnya mereka bicara pelan.
“Ini, ayahku,” kata Emmi dengan wajah muram. Ia masih teringat Wahyu yang masih suka merayunya sementara sudah punya calon istri.
Wahyu tertegun. Ayah Emmi? Jadi benar, ayah Reihan adalah suami ibunya yang bercerai dengan ibunya akibat Kinanti, sehingga Emmi dan Reihan adalah saudara satu ayah?
Wahyu menatap laki-laki yang terbaring lemah dengan mata tertutup rapat. Dialah laki-laki yang dicarinya sampai ke Balikpapan.
"Tapi mengapa perawat tadi mengatakan bahwa pasiennya adalah dokter Guntur yang dikirim dari rumah sakit di Wonosobo? Oh ya, bukankah setelah dari Balikpapan kemudian dia pindah lagi ke Jawa atau entah di mana?" Wahyu masih terus berpikir.
“Kalau tidak berkepentingan, silakan keluar. Ayahku baru saja bisa tidur, jangan sampai dia terganggu,” katanya sambil menunjuk ke arah pintu.
“Tapi dia adalah juga ayah adikku, yang beberapa waktu yang lalu aku cari sampai ke Balikpapan. Dia ayah tiri aku.”
Sekarang Emmi lah yang terkejut. Apa Wahyu mengigau? Ayah Guntur adalah ayah tirinya? Yang dicari sampai ke Balikpapan?
“Kamu heran? Coba kamu bertanya pada dia.”
Emmi menoleh ke arah ayahnya, masih tertidur pulas. Rasa heran masih memenuhi hatinya.
“Bukankah dia dokter Guntur? Dulu dia suami ibuku. Lalu ….”
Wahyu merasa sungkan untuk mengatakan bahwa suami sang ibu direbut oleh Kinanti, ibu Emmi.
“Lalu bercerai? Lalu pergi jauh?” sambung Emmi yang masih belum mengerti, tapi kemudian pikirannya mulai berjalan. Kemungkinannya, ibunya dicerai oleh ayahnya, untuk menikah dengan ibunya Wahyu, lalu bercerai lagi. Bapak Ardi pernah bercerita sekilas bukan? Yang ketika ia meminta penjelasannya maka bapak Ardi mengatakan kalau orang dewasa itu rumit. Ini sumber kerumitannya. Dan ini sebabnya maka sang ibu tidak suka dia berhubungan dengan Wahyu. Ingin rasanya dia segera melihat ayahnya bangun, lalu menanyakan semuanya. Tapi ia tak tega membangunkannya melihat keadaan sang ayah yang kelihatan lemah.
“Kamu masih belum percaya?” tanya Wahyu yang juga ingin agar segera bertanya kepada laki-laki yang sedang terbaring lemah itu.
“Dia sakit apa?” lanjutnya.
Emmi menunduk. Ia sedang berpikir tentang ‘kerumitan orang-orang dewasa’ yang terjadi pada orang tuanya.
“Aku tadi tidak sengaja melihatmu, lalu memanggilmu tapi kamu tidak mendengar, jadi aku mengikuti kamu sampai di sini. Semoga dialah ayah Reihan yang aku cari.”
"Reihan kecelakaan, mungkin tangannya patah, belum jelas. Itu sebabnya aku ada di rumah sakit ini,” lanjutnya karena melihat Emmi tidak berreaksi pada keterangannya.
Kemudian ponselnya berdering, dari ibunya. Wahyu beranjak keluar untuk menerima telpon.
“Emmi, aku pergi dulu, nanti aku kembali,” katanya sambil mengangkat ponsel dan keluar dari ruangan.
Emmi mendiamkannya. Ia masih terkejut dengan kejadian tentang Wahyu yang mengaku bahwa ayah Guntur adalah ayah tirinya.
“Aku bingung … “ gumamnya. Lalu ia menelpon Ardi.
“Ya Emmi, ada apa? Ayah Guntur baik-baik saja kan? Bapak hampir sampai di rumah, ini sudah memasuki kota, ada apa dengan ayahmu?” tanya Ardi yang tiba-tiba mengkhawatirkan sahabatnya.
“Sedang tidur dan kelihatan pulas.”
“Syukurlah, pasti hatinya senang bisa bertemu anak-anaknya.”
“Ada lagi kejadian yang membingungkan.”
“Apa yang membingungkan?”
“Seseorang tiba-tiba datang, dia teman Emmi yang sering menelpon Emmi, yang Emmi pernah cerita sama ibu ketika Emmi ikut ziarah ke makam ayahnya.”
“O, itu anak Zaki? Dia datang menemui kamu? Ibumu sudah pernah memperingatkan kamu tentang_”
“Ini tidak ada hubungannya dengan hal itu. Tiba-tiba dia mengaku kalau ayah Guntur adalah ayah tirinya.”
“Apa?” sebenarnya Ardi sudah tahu. Ia hanya terkejut karena mereka bisa bertemu di situ.
“Ayah Guntur adalah ayah dari adiknya yang bernama Reihan, yang saat ini ada di rumah sakit karena lengannya patah. Jadi secara kebetulan dia melihat Emmi, lalu tidak menduga kalau ayah Guntur ada di situ, padahal dia sudah pernah mencarinya sampai ke Balikpapan. Emmi pernah cerita pada ibu.”
“Ya Tuhan ….”
“Bagaimana cerita sebenarnya? Emmi sangat bingung.”
“Dia anak Wanda. Bukankah ibunya bernama Wanda?”
“Entahlah, Emmi belum pernah menanyakannya.”
“Iya, Wanda adalah ibunya. Dia yang membuat ibumu kemudian bercerai dengan ayahmu.” Akhirnya Ardi mengatakan cerita sebenarnya, karena tak ingin Emmi kebingungan memahami apa yang terjadi.
”Apa?”
“Itulah yang terjadi. Maaf bapak harus mengatakannya. Nanti bapak juga mau bilang kepada ibumu kalau bapak sudah mengatakannya pada kamu. Kamu akhirnya juga harus tahu.”
Emmi terdiam. Ia kembali menoleh ke arah ayahnya, yang masih tampak pulas.
“Ayahmu tidak mengatakannya pada kamu?”
“Ayah Guntur masih tertidur. Bahkan tidak tahu kalau ada anak tirinya datang. Emmi juga melarang Wahyu untuk mengganggunya.”
“Ya sudah, semuanya sudah terjadi. Tak ada yang perlu disesali. Jangan membuat ayahmu bersedih karena menyesali semua yang telah dilakukannya.”
“Baiklah, Emmi akan menunggu sampai bapak terbangun.”
“Kamu istirahatlah sementara ayah kamu masih tertidur.”
Emmi meletakkan ponselnya, dan membaringkan tubuhnya di sofa.
***
Wanda datang tergesa-gesa, karena ia baru saja membuka ponselnya dan menemukan beberapa panggilan tak terjawab, serta pesan singkat yang mengatakan bahwa Reihan terluka karena kecelakaan.
“Apa yang terjadi? Bagaimana bisa seperti ini?” katanya panik.
“Tidak apa-apa Bu, mungkin lengan kirinya retak, atau justru patah, jadi harus menginap karena baru besok diperiksa.”
Wanda segera menemui Reihan, dan melihat sang anak tampak lebih tenang.
“Kamu tidak hati-hati.”
“Baru turun dari taksi ketika sampai di rumah teman, lalu pengendara sepeda motor menabrak Reihan.”
“Sudah lapor polisi? Apakah penabrak itu bertanggung jawab?”
“Kabur.”
“Kurangajar. Tidak ada yang mengejarnya?”
“Suasana jalanan sedang sepi. Reihan diantarkan oleh seorang bapak sampai ke rumah.”
“Kenapa tidak ke rumah sakit langsung?”
“Reihan tidak mau.”
“Lain kali harus hati-hati Rei, biarpun jalanan sepi, tapi kecelakaan bisa saja terjadi.”
“Wahyu belum bercerita tentang ayah Reihan,” tiba-tiba kata Wahyu.
“Apa maksudnya?”
“Ada dokter Guntur dirawat di sini.”
“Apa? Kamu tahu dari mana?”
“Wahyu sudah ke sana, ada Emmi. Ternyata dokter Guntur ayah Emmi.”
“Sudah ibu katakan, Emmi itu memang anak Kinanti. Mana dia? Antarkan ibu ke sana.”
“Dia masih tidur, Emmi melarang Wahyu mengganggunya.”
“Ada siapa saja di sana?”
“Emmi menunggui sendirian.”
“Perempuan jahat itu tidak ada?”
“Maksud ibu, yang namanya Kinanti? Ibunya Emmi?”
“Iya, siapa lagi?”
“Emmi hanya sendirian.”
“Ibu mau ke sana, tunjukkan di mana kamarnya,” katanya sambil bergegas keluar sambil menarik tangan Wahyu. Ia mengabaikan Reihan yang masih berbaring di IGD, menunggu persetujuan keluarganya untuk dipindahkan ke ruang rawat inap.
“Tapi bu, dokter Guntur sedang tidur.”
“Sudah, jangan melarang ibu. Ibu harus bertemu dia,” katanya nekat.
Sementara itu Reihan yang mendengar perkataan kakak dan ibunya juga terkejut. Ada rasa senang mendengar ada ayah kandungnya di rumah sakit ini. Ingin ia bangkit dan menyusul mereka, tapi tangannya terasa sakit.
***
Emmi sangat terkejut, ketika tiba-tiba ia melihat Wahyu kembali. Ia heran Wahyu tidak sendiri.
“Mana Guntur? Mana dia?” kata Wanda begitu masuk ke dalam ruangan.
“Tunggu, apa yang akan Anda lakukan?” kata Emmi sambil menghadang Wanda yang langsung menuju ke tempat di mana Guntur berbaring.
“Guntur. Dia ayah dari anakku. Aku harus bertemu dia.”
“Tapi dia sedang tidur,” jawab Emmi yang kemudian ingat bahwa inilah ibunya Wahyu, yang ternyata bekas istri ayahnya.
“Dia harus tahu, anaknya ada di sini.”
“Bu … tolong.”
Tapi mendengar suara Wanda yang keras, kemudian Guntur terbangun. Ia menatap ke arah orang-orang yang berdiri tak jauh dari dirinya. Ia mengenal Emmi, tapi dua orang lainnya tampak asing. Tidak, wanita asing itu juga dikenalnya. Wajahnya tidak banyak berubah karena dia masih suka berdandan dan masih cantik. Tapi sungguh Guntur tidak ingin bertemu dengannya. Bagaimana tiba-tiba ada di sini?
“Emmi,” Guntur melambai ke arah Emmi.
Emmi mendekat, dan tentu saja Wanda juga ikut mendekat.
“Guntur, ini aku, Wanda. Ada anakmu dirawat di sini," kata Wanda menyela.
Tapi Guntur hanya menatap Emmi.
“Kamu menyuruhnya datang?” tanyanya dengan nada menegur.
“Tidak, Emmi tidak mengenalnya,” jawab Emmi sambil menggeleng.
“Guntur, kamu tidak mengenali aku? Ini aku, Wanda. Kamu tidak ingin melihat anakmu? Reihan sudah besar. Dia sudah SMA, tapi dia sedang dirawat karena kecelakaan. Ini Wahyu, kamu juga tidak ingat? Dia sudah kuliah, hampir selesai. Besok dia ujian skripsi,” katanya panjang lebar sambil kemudian menarik Wahyu untuk mendekat.
“Panggil dia bapak, Wahyu,” perintahnya kepada Wahyu.
“Bapak,” kata Wahyu pelan. Guntur bergeming.
“Guntur, kamu sakit apa? Katakan sesuatu, jangan diam saja.”
“Bu, tolong pelan-pelan, ayah sedang sakit dan sebenarnya tak boleh diganggu,” kata Emmi yang tak tahan mendengar ‘ocehan’ Wanda, wanita yang pernah dilihatnya di area pemakaman.
“Apa katamu? Aku ini bukan orang lain baginya. Aku ini adalah ibu dari anak kandungnya,” hardiknya tanpa mengingat kalau sedang berada di ruang sebuah rumah sakit. Tentu saja Wanda ingat, Emmi adalah gadis yang disukai Wahyu, tapi yang ditentangnya keras-keras ketika tahu bahwa dia adalah anak Kinanti.
“Tapi ayah sedang sakit,” pinta Emmi yang masih bersabar mengingat kondisi sang ayah. Padahal sebenarnya dia ingin mencari lakban untuk mengunci mulut Wanda yang berteriak-teriak tanpa sungkan.
“Dia akan senang kalau melihat anaknya. Nanti akan aku bawa dia kemari. Guntur, Reihan sangat merindukan kamu. Karena itu aku pernah menyuruh Wahyu untuk mencari kamu, yang kabarnya kamu bekerja di rumah sakit di Balikpapan. Tapi tidak ketemu. Kami kehilangan lacak, tidak tahu kamu berada di mana. Dan sekarang ini, tiba-tiba takdir menemukan kamu dan anakmu yang sejak lahir kamu tinggalkan. Kamu senang kan?” Wanda semakin nerocos tanpa henti. Emmi menatapnya geram. Padahal sang ayah tak sepatahpun menyahut. Entah apa yang dipikirkannya. Jangan-jangan kedatangan Wanda memperparah sakitnya.
“Guntur, jangan diam saja. Bukankah kamu senang mendengarnya?”
Guntur hanya menatap Wanda tanpa menjawab.
“Wahyu, tolong minta kepada perawat, agar membawa Reihan kemari,” titahnya kepada Wahyu. Wahyu bergegas keluar, dan Emmi kemudian mendekati sang ayah dari arah samping yang berbeda. Ia mengelus tangan sang ayah dengan lembut, sambil mengulaskan senyuman.
“Bapak tenang ya.”
Guntur menatap Emmi, membalas senyuman sang anak.
“Ambilkan aku minum,” katanya pelan.
Emmi beranjak mengambilkan gelas dan sedotan, tapi Wanda kemudian buru-buru mendahuluinya.
“Biarkan aku melayaninya,” katanya tanpa sungkan, dan gelas itu sudah ada ditangannya, membuat Emmi surut melangkahkan kakinya.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah....
ReplyDeleteEpisode 14 sdh hadir.....
Matur nuwun mas Kakek
DeleteTerimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda selalu sehat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
Matur nuwun mbak Tien-ku Ada Makna sudah tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " ADA MAKNA 14 "
ReplyDelete๐ท๐น ๐๐๐Semoga Bunda selalu sehat wal afiat ๐คฒ
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
Alhamdulillah, matur suwun bu Tien..
ReplyDeleteSalam sehat dari mBantul ๐คฒ
Sami2 pak Bam's
DeleteSalam hangat dari Solo
Matur nuwun, Bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Anik
DeleteMatur suwun Bu Tien.
ReplyDeleteSami2 pak Indriyanto
Delete
ReplyDeleteAlhamdullilah
Matur nuwun bu Tien
Cerbung *ADA
MAKNA 14* sdh hadir...
Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
Aamiin...
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
๐ชป๐ซ๐ชป๐ซ๐ชป๐ซ๐ชป๐ซ
ReplyDeleteAlhamdulillah ๐ ๐
Cerbung ADA MAKNA_14
sudah tayang
Matur nuwun sanget.
Semoga Bu Tien & kelg
sehat terus, banyak berkah
& dlm lindungan Allah SWT.
Aamiin.Salam seroja ๐ฆ๐
๐ชป๐ซ๐ชป๐ซ๐ชป๐ซ๐ชป๐ซ
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng Sari
Aduhai
Alhamdulilah, maturnuwun bu Tien " Ada Makna 14 " sampun tayang, Semoga bu Tien sekeluarga sll sehat, selamat berbuka puasa dan selamat menjalankan ibadah di bulan Ramadhan . aamiin yra ๐คฒ๐คฒ
ReplyDeleteSalam hangat dan aduhai aduhai bun ๐ฉท๐ฉท
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sri
Aduhai 2x
Alhamdulillah tayang gasik
ReplyDeleteTetima kasih bunda Tien
Semoga sehat walafiat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien❤️๐น๐น๐น๐น๐น
Sami2 ibu Susi
DeleteAlhamdulillah ADA MAKNA~14 telah hadir.. maturnuwun.Bu Tien ๐
ReplyDeleteSemoga Bu Tien tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga.
Aamiin YRA ๐คฒ
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Wanda adalah gambar wanita yg tidak punya harga diri. Bagaimana Wahyu mau menghargainya sbg ibu?
ReplyDeleteHanya ibu Tien yg akan menguraikan dg jelas. Selamat malam untuk para pembaca.
Malam ibu Rosie
DeleteTerima ksih bundaku AM 14 nya..slm seroja dan tetap aduhai unk bund sekeluarga๐๐ฅฐ❤️๐น
ReplyDeleteSami2 ibu Farida
DeleteAduhai
Wah wah...si Wanda kok masih tebal muka gitu ya? Memalukan berebut Guntur ah...๐
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien. Salam hormat.๐๐ป
Sami2 ibu Nana
DeleteSalam hangat
Waw..
ReplyDeleteIni Guntur jadi raja bertambah pelayan sampai rebutan, tuh kan Wanda terus nerocos persis laporan pandangan mata pertandingan sepak bola di radio; kan masih ada yang tersisa, berharap kerinduan anaknya bisa menjadikan alasan, hah ..yang bรชnรชr ini bakal minta sal nya minta berdekatan.
Ya nggaklah penyakit dalam negeri sama penyakit luar negeri kan beda-beda, nanti kalau ketularan gimana, ya pindah di negeri laen donk.
Hi hi
Jalan jalan ketemuan ayah Guntur sambil berlibur di hari minggu ternyata tidak seperti yang dibayangkan, Emmy ngebelain bisa nungguin ayah nya; terganggu rombongan W lagi, apa itu Wanda dan Wahyu lah, terus R kelupaan. Ih dianggap WWF ya, habis ngeselin.
Yaudah nungguin lagi, hih.. Kinanti di ceritain Ardi; perkembangan terakhir suasana di ruang perawatan, gimana ya, ya nggak gimana² kalau sudah masa lalu ya udah, masak mau tayang ulang.
Malah ayah Ardi seolah memberi kejelasan tentang ibunya Wahyu, iya ya; yang ngrebut siapa, perolehan Kinanti dua poin, sedang dia satu aja masih lebih muda, terus siapa yang merebut. Ya bรชnรชr, kata ayah Ardi; rumit.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Ada Makna yang ke empat belas sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
๐
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun mas Crigis. Hehee
Alhamdulillaah " Ada Makna- 14" sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
Aamiin Yaa Robbal' Aalaamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ting
Alhamdulillah "am~14" sdh tayang.
ReplyDeleteMatursuwun Bu Tien, salam sehat selalu๐
Sami2 ibu Umi
DeleteTerima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Yati
Alhamdulillaah
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien sehat wal'afiat semua ya, ๐ ๐ค๐ฅฐ๐
Waduh racunnya Wanda mulai lagi , ๐คญArdi kamu kemana ,,,,seru nih
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ika
Alhamdulillah, ADA MAKNA (AM),14 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Uchu
Matur nuwun Bu Tien, tetap sehat wal'afiat njih Ibu....
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Reni
Sebaiknya Wanda dilaporkan saja kepada satpam, biar diseret keluar kamar perawatan.
ReplyDeleteSetelah Guntur ketemu semua anaknya apa segera sembuh, atau justru makin parah ya..
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Latief
Terima kasih, ibu. Makin seru ceritanya.
ReplyDeleteSami2 ibu Linatun
DeleteAlhamdulillah Ada Makna sdh hadir lagi.. semakin seru ..semakin penasaran kelanjutan ceritanya .
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien ๐๐
Sami2 ibu Ega
DeleteWanda itu memang betul-betul seorang trouble maker
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien...
Hehee...
DeleteTerima kasih Mas MERa
Terimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda Tien selalu sehat