ADA CINTA DI BALIK RASA 22
(Tien Kumalasari)
Wajah Usman gelap seperti mendung. Ia sama sekali tak pernah bermimpi akan memperistri Estiana. Walaupun cantik, tapi ia tak berselera. Tadi kan dia karena terpaksa. Terdesak oleh dorongan yang tak diketahui dari mana datangnya.
Pertama wajah cantiknya bukan termasuk seleranya, kedua ia tahu perempuan itu mata duitan. Ia sudah tahu sejak dia memperalat sakitnya Marjono untuk meminta uang dan uang. Ia menurutinya, karena dia menginginkan Anjani. Dan sekarang harapan tentang Anjani hanya tinggal harapan. Bukan hanya karena Marjono akan memberinya sejumlah uang sebagai penukar uang yang sudah dikeluarkannya selama ini, tapi juga kekecewaan Marjono, apalagi Anjani ketika mengetahui apa yang terjadi siang hari itu di rumahnya.
“Mas Usman jangan begitu. Lagipula aku bisa menjadi istri yang baik kok. Bukankah aku juga bisa memuaskanmu?” kata Estiana yang benar-benar tak punya malu. Ia kemudian berdiri dan duduk di dekat Usman. Dekat yang sangat dekat, sehingga membuat Usman kegerahan.
“Bu Esti, aku mohon ibu segera pergi. Bawa uang itu dan jangan pernah menginjakkan kaki di rumah ini lagi.”
“Ya ampun Mas, benar-benar kamu tega?”
“Aku masih banyak urusan,” kata Usman tandas.
Ia sudah hampir berdiri ketika tiba-tiba Erma muncul dari pintu depan. Ia masuk lalu berhenti di dekat sofa, di mana Usman dan Estiana duduk berdekatan.
“Papa gimana sih, sebenarnya yang akan menjadi istri Papa itu gadis bernama Anjani, atau ibunya?”
“Diam kamu.”
“Kok Papa marah sih?”
Usman berdiri, dan kemarahannya memuncak ketika melihat Estiana menangis tersedu-sedu.
“Hei, ada apa kamu?”
“Kamu tega sekali, Mas.”
“Aku banyak urusan. Jadi lebih baik kamu segera pergi.”
“Iya, ketika Erma sampai di kantor tadi, sekretaris Papa berpesan bahwa kalau Erma ketemu Papa, Erma diminta mengingatkan Papa, bahwa Papa sedang ditunggu.”
“Baik, aku segera ke kantor.”
Tapi ketika ia melihat Estiana masih terisak di atas sofa, ia segera minta kepada Erma agar mengusirnya.
“Suruh dia pergi, kalau tidak mau juga, minta satpam agar melakukannya,” lalu Usman keluar, menghampiri mobilnya dan pergi.
Erma menatap Estiana heran.
“Mengapa Ibu masih di sini? Papa sudah mengusir Ibu kan?”
“Baru tadi papamu bilang sayang sama aku, sekarang dia mengusir aku.”
“Benarkah? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa Anjani menolak, lalu Ibu menawarkan diri untuk menggantikannya?”
“Papamu sangat kejam.”
“Papa kelihatannya tidak suka pada Ibu. Jadi lebih baik Ibu pergi.”
“Kamu juga tidak ingin aku berada di sini?”
“Papa tidak mau, jadi aku ngikut saja. Papa bahkan menyuruh aku memanggil satpam. Apa itu yang ibu inginkan?”
Estiana sudah kehabisan kata-kata. Usman saja tak luluh, apalagi anaknya. Estiana merasa sakit hati. Ketika siang tadi Usman begitu manis terhadapnya, sekarang mengapa bisa seakan membencinya?
Estiana lupa, bahwa itu bukan kemauannya sendiri, tapi dorongan dari obat yang diminumnya tak sengaja.
Sambil mengusap air matanya, Estiana meraup amplop berwarna coklat itu, dan membawanya pergi. Ia tak membawa apapun ketika pergi dari rumah Marjono, kecuali selembar baju yang melekat di tubuhnya.
Lalu Estiana teringat akan barang-barangnya yang masih tertinggal di sana, dimana Anjani berjanji akan mengumpulkannya dan melemparkannya keluar. Apakah sekarang bajunya berserakan di pelataran rumah Marjono?
Estiana mencari taksi, dan bergegas kembali ke rumah suaminya, yang memang masih menjadi suami karena proses perceraian belum berlangsung. Ia hanya harus pergi dari rumah itu, dan dia akan menjalani hidup yang entah bagaimana ujudnya. Apalagi setelah Usman menolaknya.
***
Anjani menjadi sangat canggung ketika Wijan memaksa memboncengkannya. Ia tak menyangka Wijan yang seorang pimpinan perusahaan, mau mengendarai sepeda motor bututnya, dan memboncengkannya pula.
“Pak Wijan kok tidak malu, naik sepeda motor butut punya saya ini?”
“Kan aku sudah bilang, panggil aku mas Wijan. Kok bandel sih.”
“Baiklah, mas Wijan. Kok mas Wijan nggak malu, naik sepeda motor, sementara sehari-harinya selalu naik mobil?”
“Dulu ketika aku masih SMA, di rumah ada mobil. Bapak juga menawarkan aku untuk naik mobil, tapi aku dan Nilam memilih naik sepeda.”
“Sepeda motor?”
“Bukan. Sepeda kayuh. Kami berboncengan, dibawah teriknya matahari, bahkan terkadang saat musim hujan. Tapi hujan-hujanan itu menyenangkan.”
Anjani tak menjawab. Ia heran, masa muda Wijan begitu sederhana. Ayahnya kaya raya, tapi dia sekolah dengan mengayuh sepeda.
“Kamu tidak percaya? Tanya saja nanti pada Nilam.”
Anjani tak mengira, keluarga yang begitu terhormat dan kaya raya, tapi hidup begitu sederhana. Ia juga melihat, Nilam setiap hari pulang dan pergi ke kantor hanya naik motor.
“Saya percaya kok.”
“Tapi aku capek.”
“Tuh kan, biar saya membawa motornya, mas Wijan yang membonceng.”
Wijan tertawa keras. Bukankah sangat aneh ketika dia harus membonceng Anjani?
“Katanya capek.”
“Aku melihat sebuah taman yang teduh di depan itu. Kita istirahat sebentar di sana ya.”
“O, modus.” kata batin Anjani. Ia tersenyum lucu.
Wijan benar-benar menghentikan sepeda motornya di dekat taman itu, dan mengajak Anjani duduk di bawah sebuah pohon rindang.
“Sejuk kan hawanya?”
Anjani mengangguk, dan tersenyum. Ia heran merasakan sikap Wijan kepadanya. Apakah Wijan menyukai dirinya? Tiba-tiba wajah Jatmiko terbayang. Mengapa perasaan saat bersama Wijan dan Jatmiko rasanya berbeda?
Di dekat Jatmiko ia merasa sangat bahagia. Debar-debar aneh mengganggunya ketika mata mereka bertatapan. Tapi Wijan yang jauh lebih tampan, sama sekali tak membuat hatinya berguncang. Ia merasa ada tatapan aneh ketika Wijan memandangnya, tapi Anjani tidak merasakan perasaan yang sama.
Apa yang terjadi? Mana mungkin seorang gadis tidak akan jatuh cinta ketika berdekatan dengan Wijanarko, sang pengusaha muda nan gagah dan tampan ini? Tapi nyatanya Anjani tidak begitu. Cintanya entah bersembunyi di mana, Anjani tak tahu.
“Apa yang kamu pikirkan?”
Anjani terkejut. Bayangan Jatmiko lenyap seketika.
“Kamu melamun?”
Anjani tersenyum malu-malu.
“Kamu sudah punya pacar?”
“Ap …apa? Pacar?”
“Kamu melamunkan pacar kamu ya?”
Anjani ingin mengakuinya, bahwa dia memikirkan Jatmiko, tapi apakah Jatmiko sudah menjadi pacarnya? Ketika bertemu, tak pernah ada kata cinta diantara mereka. Ketika mereka berpandangan, Jatmiko hanya menatapnya datar. Senyumnya selalu manis, matanya selalu tampak teduh, tapi ia tak menemukan sesuatu yang membuatnya sangat bahagia. Apakah Miko tidak menyukainya?
“Kok diam? Kalau memang punya pacar, katakan saja. Aku tidak apa-apa kok. Kan aku hanya bertanya.”
“Tidak.”
“Tidak apa?”
“Tidak … punya … pacar.”
“Benarkah?”
“Mengapa mas Wijan menanyakannya?”
“Hanya ingin tahu saja.”
Anjani tersenyum. Terkadang Wijan bersikap aneh, tapi dia baik kok. Kata batinnya.
“Kamu berkeringat. Tunggu sebentar,” kata Wijan yang kemudian berdiri, lalu pergi menjauh, entah pergi ke mana.
Anjani urung mengamatinya, tapi tiba-tiba ponselnya berdering. Anjani berdebar. Dari Jatmiko.
“Miko?”
“Kamu lagi di mana?”
“Aku … baru saja mengantar bapak ke notaris … lalu ….”
“Lalu ke mana?”
“Ini … mau pulang ….”
“Aku baru pulang dari tugas luar kota, nanti sore aku akan mengajak kamu jalan.”
“Baiklah, aku tunggu,” jawab Anjani dengan gembira.
“Tapi nyamperin Nilam dulu ya?”
Senyuman Anjani menghilang tiba-tiba, Mengapa harus bersama Nilam? Anjani ingin berduaan, lalu menumpahkan perasaan yang mungkin terpendam, biarpun tidak harus mengungkapkannya dengan kata-kata.
“Anjani … kamu masih di situ?”
“Eh … apa … iya … iya ….” jawabnya, masa ia akan menolak?
“Kamu seperti tidak sedang konsentrasi dengan telponku?”
“Ini, sedang … sedang di … jalan … eh, di … toko … beli sesuatu,” jawab Anjani sekenanya.
“Baiklah, setelah nyamperin Nilam, aku ke rumah kamu, kita jalan-jalan, pasti rame, ya kan? Bagaimanapun, Nilam telah berjasa mempertemukan kita, jadi kita akan selalu bersahabat.”
Anjani membenarkan. Memang karena Nilam, kemudian mereka bisa bertemu. Tapi ketika ingin berduaan … alangkah tidak nyaman kalau ada orang ke tiga.
“Anjani ….”
“Eh, iya … baiklah.”
Anjani belum sempat menutup ponselnya ketika Wijan tiba-tiba sudah ada di belakangnya.
“Bertelpon dengan siapa?”
“Oh, ini … teman kok. Bawa apa itu Mas?”
“Es krim buat kita,” kata Wijan sambil mengulurkan es krim berbentuk contong ke arah Anjani, sedangkan dia sudah memegang satu untuk dirinya sendiri.
Anjani tersenyum. Kekesalan karena ajakan Jatmiko untuk bersama Nilam, perlahan lenyap. Wijan sangat menyenangkan. Ia merasa seperti anak kecil yang sedang ngambeg, lalu dihibur dengan sebuah es krim yang lezat. Ia menjilatinya dengan nikmat.
“Terima kasih," katanya disela-sela keasyikannya menjilat es krim.
Udara yang gerah lalu terasa segar. Keduanya menikmati es krim sambil berbincang ringan.
“Kapan bapak dioperasi?”
“Minggu depan.”
“Aku akan menemani kamu menunggui bapak operasi.”
“Ah, merepotkan dong Mas, bukankah mas Wijan harus bekerja?”
“Tidak apa-apa. Kenapa sih? Nggak suka? Apa ibumu akan marah, kalau kamu ditemani teman laki-laki? Karena … pak Usman?” kata Wijan berterus terang.
“Apa? Tidak … tidak, ibu saya sudah pergi. Tidak ada pak Usman,” kata Anjani dengan wajah berbinar.
“Pergi ke mana?”
“Ceritanya panjang. Kapan-kapan saya akan cerita. Yang jelas tidak ada lagi hubungan dengan mereka.
Wijan mengangguk mengerti. Tidak semua tentang Anjani harus diketahuinya. Tapi Wijan senang melihat Anjani tampak senang.
***
Marjono sudah sampai di rumah, dan merasa lega karena semuanya sudah selesai. Rumah sudah dibayar, dan dia akan segera mengurus rumah yang akan dibelinya. Ia melihat kamar tamu yang terbuka, ia mendekat dan melongok ke dalam. Terlihat ranjang yang berantakan, dan sepasang sepatu yang tertinggal. Marjono tak terusik dengan pemandangan itu. Tapi ia kemudian mengambil sepatu itu, lalu membawanya keluar. Ketika ia akan melemparkannya ke halaman, dilihatnya Estiana berdiri di depan tangga teras.
“Mau apa kamu kembali? Ini, ada sepatu tertinggal,” katanya sambil melemparkan sepatu ke bawah tangga.
“Aku mau mengambil barang-barangku,” katanya sambil melirik ke arah kopor besar yang teronggok di sudut teras.
“Oh ya, tentu. Bawa saja. Anjani sudah menyiapkannya sejak tadi,” kata Marjono yang kemudian membalikkan tubuhnya, lalu masuk ke rumah dan menutup pintunya, seakan takut kalau Estiana kembali masuk ke rumah.
Estiana menghela napas. Ia mendekati kopor dan membukanya. Hal yang pertama kali dicarinya adalah perhiasan. Ia mengumpulkannya dari uang pemberian Usman ketika memberikan uangnya untuk pengobatan Marjono. Dan Estiana merasa lega ketika melihat kotak yang berisi perhiasan-perhiasan itu. Tak ada yang tertinggal. Ia menutup kopornya dan pergi. Ia tak ingin kembali, karena ia membayangkan kehidupan Marjono yang sudah tidak akan seperti dulu lagi. Hidup sederhana bukan lagi impiannya. Tapi Estiana belum menemukan cara untuk mendapatkan kehidupan mewah seperti yang diinginkannya, setelah Usman menolaknya.
Ia menarik kopornya dan mengambil sepatu Usman yang tertinggal. Lumayan, itu sepatu mahal. Dijual di tukang sepatu bekas pasti masih ada harganya.
***
Suri sedang menunggui Nugi yang sedang belajar, ketika tiba-tiba mendengar bel tamu berdering. Suri ingin berdiri tapi Nugi lebih dulu berlari ke arah depan. Lalu teriakan nyaring bocah cilik ganteng itu terdengar.
“Ada pacar mbak Nilam!!”
Suri berdiri dan melangkah ke depan. Dilihatnya Jatmiko berdiri di depan teras.
“Bu, ini pacar mbak Nilam. Biar Nugi beri tahu ya,” katanya sambil berlari masuk ke dalam. Suri geleng-geleng kepala.
“Nak Miko, silakan masuk. Kok berdiri saja di situ,” kata Suri ramah.
“Di sini saja Bu, saya hanya ingin mengajak Nilam jalan.”
“Oh, baiklah, akan saya panggilkan dia,” kata Suri dengan wajah berseri.
Di kamar Nilam, Nugi sedang mengoceh membicarakan Jatmiko, yang disebutnya sebagai pacar Nilam. Membuat Nilam kemudian menjewer telinganya.
“Jangan bicara sembarangan.”
“Mbak Nilam kok marah, mas Miko saja nggak marah ketika Nugi bilang pacar mbak Nilam,” kata Nugi sambil mengelus telinganya yang kena jewer.
“Dia itu bukan pacar mbak Nilam, tahu!”
“Nilam, ditungguin nak Jatmiko, tuh,” tiba-tiba Suri sudah muncul di depan kamar Nilam.
“Sebentar.”
“Kok belum siap? Apa nak Jatmiko belum ngabarin kalau kamu mau diajak jalan?”
“Sudah kirim pesan.”
“Cepat bersiap, kasihan kalau dia kelamaan menunggu.”
Nilam mengangguk, dalam suasana hati yang sedang gundah, siapa tahu Jatmiko bisa menghibur.
Ia berganti baju dan melangkah keluar. Dilihatnya Jatmiko dengan pakaian rapi, kaos putih bergaris merah biru di lengan pendeknya. Ketika berdiri, Jatmiko kelihatan gagah dengan jean biru yang dikenakannya.
Tatapan matanya itu, membuat Nilam kemudian mengalihkan pandangannya.
***
Besok lagi ya.
Trmksh mb Tien
ReplyDeleteSami2 Yangtie
Delete💓🌷💓🌷💓🌷💓🌷
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏🌸🦋
ACeDeeR_22 sdh tayang.
Estiana bener2 kena batunya.
Diusir Marjono dan Anjani.
Usmanpun tak sudi
memperistri dirinya.
Wijan gercep mendekati
Anjani, tp Anjani msh
ter bayang2 trs wajah Miko.
Sdgkan Miko, pdkt trs ke
Nilam, semoga msg2 berjodoh
dg pasangan yg tepat yaa...
Matur nuwun Bu Tien
yang baik hati.
Hiburan yg di tunggu2
setiap hari oleh para penggemar.
Semoga Bu Tien sehat2
selalu bersama kelg tercinta.
Salam aduhai...😍💞
💓🌷💓🌷💓🌷💓🌷
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu sari
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien 🙏
Sami2 ibu Indrastuti
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku acdr tayang
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien sayang. Salam sehat selalu ya.
DeleteSami2 jeng Ira
DeleteSugeng ndalu Bunda Tien.
ReplyDeleteHamdallah cerbung Ada Cinta di Balik Rasa..22 telah tayang. Matur nuwun
Estiana muka tebel, rai gedhek..sdh bikin aib keluarga, sdh tdk di pake dan sdh di beri uang imbalan oleh nak Usman, tapi msh tdk tahu malu...😁😁
Alhamdullilah
Semoga ALLAH memberikan..kesehatan yang sempurna kagem Bunda Tien....tercinta..Salam sehat selalu 🤲❤
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Munthoni
ReplyDeleteAlhamdullilah
Ada Cinta Dibalik Rasa 22 telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga sehat bahagia bersama keluarga
Aamiin...
.
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
Yessss,
ReplyDeleteSugeng Dalu Bu Tien. 🙏
Sugeng dalu Prisc21
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteNuwun ibu Tutus
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteNuwun ibu Atiek
DeleteAlhamdulillah ..... Trimakasih Bu Tien ... semoga bu Tien sehat selalu
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endang
Alhamdulillah ACDR 22 ,sampun tayang matur nuwun,mugi bunda Tien tansah kaparingan kasarasan,.
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Isti
Alhamdulillah tayang gasik... matur nuwun bunda Tien, smg sehat2 sllu
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Wiwik
Alhamdulillah ADA CINTA DIBALIK RASA~22 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
ReplyDeleteAamiin yra..🤲
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
🦋🪿🦋🪿🦋🪿🦋🪿🦋
ReplyDeleteALHAMDULILLAH ADA CINTA DIBALIK RASANYA Episode_22
SUDAH TAYANG.
Matur nuwun bu Tien.......
"𝘔𝘢𝘴 𝘜𝘴𝘮𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶. 𝘓𝘢𝘨𝘪 𝘱𝘶𝘭𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘪𝘴𝘵𝘳𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘬𝘰𝘬......"
𝘋𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘌𝘴𝘵𝘪𝘢𝘯𝘢 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘨𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘥𝘪𝘳𝘪...
SALAM ADUHAI,
dari mBandung 🥰🥰
🦋🪿🦋🪿🦋🪿🦋🪿🦋
Matur nuwun mas Kakek
DeleteNuwun bu Tien ,,tayang awal. Wah hebat juga ternyata Wijanarko dan Jatmiko sama sama agresip he he .. Semoga orang baik ketemu orang baik. Pak Marjono segera operasi dan sembuh karena sudah tidak ada Estiana si pengeret mata duitan. Aamiin. Salam sehat selalu katur bu Tien yang selalu semangat berkreativitas menghibur pecinta cerber di Kejora Pagi
ReplyDeleteSami2 ibu Noor
DeleteMatur nuwun ugi
Alhamdulillah, sehat selalu mbakyu... 🥰
ReplyDeleteAamiin
DeleteMatur nuwun jeng Kun
alhamdulillah
ReplyDeletematurnuwun bunda
Sami2 ibu Nanik
DeleteAlhamdulillah.semoga Bunda selalu sehat wal afiat . Yang terjadi terjadilah. Maturnuwun 🌹🌹🌹🙏
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
Alhamdulillah.
ReplyDeleteAda yg *ceblok demen* nich ... ayo Nilam sama Miko saja biar Wijan dg Anjani ..
Syukron nggih Mbak Tien .. smg kita semua selalu sehat Aamiin.🌹🌹🌹🌹🌹
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Susi
Smg sht sll
ReplyDeleteAlhamdulillah... maturnuwun bu Tien.
ReplyDeleteSami2 ibu Ratna
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga ibunda Tien selalu sehat
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
Jatmiko semakin dekat dg Nilam
ReplyDeleteTerimakasih Bunda Tien sehat selalu
Sami2 ibu Nanik
DeleteMiko PDKT dengan Nilam, Wijan dengan Anjani. Sudah tidak ada penghalang, apa akan lancar lancar saja?
ReplyDeleteBaru pertengahan episode, masih banyak kemungkinan terjadi. Kejutan apa yang akan datang ya...
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Latief
Matur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Anik
DeleteTerima kasih Bunda Tien Kumalasari
ReplyDeleteSami2 ibu Mundjiati
DeleteTerima ksih mbu tien... mkin rumit dan asyik keadaan empat hati yg saling berlawanan... seht sllu mbu tien brsama kluarga trcnta
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun pak Zimi
Matur nuwun jeng Tien
ReplyDeleteSing bar tindak tindak yaaa
Sami2 mbak Yaniiiik
DeleteAyo neng Sala neh
Terima kasih ibu Tien, semoga selalu srhat dan
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Dpr
Aamiin Ya Robbal Alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun pak Arif
Aamiin Ya Robbal Alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Sri
Aduhai deh
Teeima kasih Bu Tien.
ReplyDeleteSami2 ibu Yati
DeleteMtr nwn Bu Tien. Sehat sll.
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Alhamdulillah, matur nuwun bunda Tien.
ReplyDeleteSemoga bunda selalu sehat dan bahagia. Aamiin 🤲🏽😘
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ermi
Ahaahaaahaaa.... Belum waktunya cinta berlabuh... sabaaaaaar ❤️❤️
ReplyDeleteTur Nuwuun mbak Tien 🙏😘❤️
Semoga senantiasa sehat ya mbak..
Salam Aduhai dr Surabaya 🙏
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Dewi
Matur nuwun Bu Tien. Semoga di cerita lain ada tokoh ibu tiri yang baik hati.....hehe. Salam sehat dan bahagia dari Yk ....
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Reni
Baiklah
Aamiin Ya Robbal Alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Ting
Seru nih episode...dobel "tumbu entuk tutup" ya...asyiikk...😀
ReplyDeleteTerima kasih, bu Tien...salam sehat selalu.🙏
Setelah di dalam mobil Miko baru bilang kalau mau nyamper Anjani, bikin aneh rasanya; tapi alasan Miko bertemu Anjani karena Nilam, itu perlu disyukuri ini ketemu bersama sebagai tambah sahabat, itu saja dan itu okelah bisa diterima biasa alasannya seribu satu macam asal bisa berdekatan dengan Nilam.
ReplyDeleteAdakah ceplas-ceplos Nilam yang mengatakan Wijan ada simpati pada Anjani. Ya kaya pesan titip kakaknya Wijan jangan dikecewakan, karena Nilam sangat sayang pada kakaknya.
Kaya sudah pasti aja, coba kalau Miko tahu Usman sudah diusir dari rumahnya.
Anjani jomblo nich.
Akankah Miko merapat ke Anjani. Jika dia tahu Usman sudah di luar area?
Yang jelas Anjani masih datar datar saja pada Wijan, maklum pertemuan perdana.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Ada cinta dibalik rasa yang ke dua puluh dua sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan jangan lupa bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien.
ReplyDeleteSemoga bunda selalu sehat dan bahagia. Aamiin 🤲🏽😘
Reply
Lg galau nih Anjani & Nilam ,, 🤩🤩🤭
ReplyDeleteAlhamdulillah , matur nuwun Bu Tien
Salam sehat wal'afiat selalu 🤗🥰
Terimakasih Mbak Tien...
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
ReplyDeleteSalam hangat selalu, aduhai