Tuesday, December 20, 2022

KANTUNG BERWARNA EMAS 13

 

KANTUNG BERWARNA EMAS  13

(Tien Kumalasari)

 

Nurani keluar dari halaman sekolah, mencari sosok yang biasanya nangkring di atas sepeda motor, dibawah pohon waru di sebelah timur gerbang. Tapi matanya tak menangkap sosok itu. Ia menoleh ke arah lain, yang terlihat adalah sebuah langkah tegap gagah dari seorang laki-laki yang selalu membuat jantungnya berdebar. Andre, sedang melangkah mendekati dengan senyuman yang entah mengapa, sebenarnya tak pernah bisa dilupakannya, membuat Nurani benci kepada dirinya sendiri atas perasaan itu.

Nurani ingin pergi, tapi sosok yang sudah semakin dekat itu memanggilnya.

“Mengapa dia ada disini? Bersama bapak kah?” kata batinnya sambil terpaksa menunggu laki-laki itu sampai ke dekatnya.

“Nur, kok seperti orang bingung begitu?”

“Bersama bapak?”

“Tidak. Bapak tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, menyuruh aku untuk menjemput kamu.”

“Mana mas Rian?” mata Nur kembali lagi mencari-cari.

“Rian tidak bisa menjemput, dia ada kelas sampai sore.”

Nurani mengerti. Rupanya Rian sudah mengabari bapaknya bahwa tidak bisa menjemput, lalu bapaknya menyuruh laki-laki tampan ini untuk menjemputnya. Lelaki idola bapaknya. Aduhai. Nurani memarahi dirinya sendiri, mengapa jantungnya harus berdetak begini kencang?

“Nurani, mengapa bengong. Ayo mau pulang atau tidak?”

“Sebenarnya saya bisa pulang sendiri,” jawabnya lirih.

“Lhoh, pulang sendiri? Kalau diculik orang, bagaimana?” canda Andre yang merasa lucu melihat wajah Nurani yang sedikit kemerahan. Bukan hanya karena panas yang mulai terik, tapi juga karena perasaan yang entah apa namanya.

“Aku mendapat tugas menjemput Nurani, kalau tidak bisa melakukannya, aku bisa dipecat lhoh,” kata Andre masih dengan candanya, kemudian melangkah ke arah mobil. Nurani terpaksa mengikutinya.

Andre membukakan pintu mobil untuk Nurani, di samping kemudi, kemudian dia sendiri naik ke sampingnya.

Nurani hanya diam di sepanjang perjalanan, kemudian terpekik ketika mobil itu berhenti di sebuah rumah makan.

“Kok berhenti di sini?”

“Sekalian makan siang, nggak apa-apa kan?”

“Aku sudah masak untuk makan siang.”

“Tapi kan bisa dimakan nanti. Siang ini, makan siang di luar saja. Kan Rian juga pulangnya nanti sore,” kata Andre yang nekat membukakan pintu untuk Nurani, sehingga terpaksa Nurani turun.

Andre mengajaknya masuk, dan mencari meja yang agak dipinggir bagian dalam, sehingga tidak terganggu oleh  orang-orang yang hilir-mudik keluar masuk ke rumah makan itu.

“Mau makan apa?” tanya Andre.

“Terserah saja.”

“Nasi ayam, nasi langgi, atau yang kuah-kuah?”

“Yang bukan nasi.”

“Selat segar? Gado-gado? Beefsteak kentang?”

“Selat saja.”

“Baiklah, aku ngikut. Kayaknya sedap nih. Minumnya?”

“Jus jambu.”

“Baiklah,” kata Andre sambil menuliskan pesanannya, lalu diberikannya pada pelayan.

Tiba-tiba ponsel Andre berdering, dari pak Candra.

“Ya Pak.”

“Andre, kamu sudah ketemu Nurani?”

“Kami sedang di rumah makan.”

“Bagus, aku harus menyelesaikan pekerjaan aku dulu. Apa dia senang?”

“Ini, kalau Bapak mau bicara,” kata Andre sambil menyerahkan ponselnya kepada Nurani.

“Nur?”

“Ya Pak.”

“Syukurlah kamu sudah bersama Andre. Makan yang banyak ya, di rumah paling kamu sendirian, karena Rian akan pulang sore.”

“Iya.”

“Ya sudah. Nanti mau langsung pulang, atau mampir ke kantor bapak?”

“Kantor Bapak?” tiba-tiba terbersit keinginan Nurani untuk bisa melihat kantor ayahnya. Selama ini ia belum pernah ke sana.

“Iya, biar Andre membawamu menemui bapak, nanti kamu pulang bareng bapak, bagaimana?”

“Terserah Bapak saja.”

“Baiklah, berikan ponselnya pada Andre.”

“Ya Pak.”

“Andre, setelah makan, ajak Nurani ke kantor ya. Dia belum pernah melihat kantor kita.”

“Baik Pak.”

“Ya sudah, habiskan dulu makanannya.”

Mereka kemudian asyik makan setelah pesanan dihidangkan.

“Kata bapak, kamu pinter masak.”

“Tidak. Biasa saja. Semua perempuan bisa masak.”

“Belum tentu. Ada yang suka, ada yang tidak lho.”

“Saya sudah terbiasa masak sejak lama.”

“Ibu mengajari?”

“Saya sering membaca di buku masakan, lalu mempraktekkannya.”

“Hm, bagus. Sesekali boleh dong, ikut mencicipi masakan kamu.”

“Silakan saja,” jawab Nurani sambil tersenyum.

Andre terpana. Ada gingsul di gigi Nurani yang menambah manis wajahnya setiap kali tersenyum, bahkan tertawa.

“Kapan mengundang aku makan?”

“Tanyakan pada bapak,” jawab Nurani tersipu.

Mengapa sih, Andre selalu menatapnya begitu? Debar hati Nurani begitu menghentak setiap kali matanya bertemu. Apa gara-gara ayahnya menjodoh-jodohkannya? Nurani merasa aneh. Ia ingin seorang laki-laki yang seperti Rian. Apakah Andre memenuhi kriteria yang diinginkannya? Yang jelas Nurani belum ingin memikirkannya.

“Mengapa harus bapak yang mengundang?”

“Itu kan rumah bapak, bukan rumah aku,” jawabnya polos, membuat Andre tertawa. Jawabannya tidak salah. Memang itu bukan rumah Nurani, karena memang masih rumah ayahnya.

“Baiklah, berarti aku akan minta bapak untuk mengundang aku makan di rumah. Aneh tidak sih, minta diundang?”

“Nggak, nanti aku bilang sama bapak.”

“Nah, itu baru bagus.”

“Besok mau ngelanjutin kuliah ke mana?”

“Ah, SMA saja belum kelar. Belum terpikirkan sih.”

“Ya nggak apa-apa dong dipikirkan sekarang. Bukankah nantinya Nurani juga yang akan menggantikan bapak?”

“Nggak. Kan ada mas Rian.”

“Bapak bilang, Rian nggak mau. Bidangnya berbeda, katanya.”

“Menurut aku, mas Rian lebih pantas, dia pintar.”

“Dia lebih suka di perusahaan otomotif.”

“Tidak bolehkah seorang insinyur teknik bekerja di kantor bapak?”

“Boleh saja, tergantung bapak dan Rian sih. Cuma kayaknya Rian merasa lebih cocok di bidangnya sendiri.”

“Entahlah, aku belum ingin memikirkannya.”

“Baiklah, selesaikan saja SMA nya dulu, semoga lancar.”

Nurani mengangguk, lagi-lagi ia tersenyum, dan lagi-lagi Andre terpesona.

***

Nurani sangat kagum ketika ayahnya membawa berkeliling kantor. Belum banyak  yang tahu, bahwa pimpinan mereka memiliki lagi seorang gadis yang sangat cantik. Nurani membalas anggukan setiap karyawan yang menyapanya, dengan sopan, tak lupa dengan senyuman ramah dan bersahabat.

Begitu pak Candra sudah membawanya menjauh ke bagian lain, para karyawan berkasak kusuk memuji. Sudah cantik, santun dan ramah kepada semua orang.

“Beda dengan Karina ya? Dia tuh cantik, tapi matanya galak, dan agak sombong. Mentang-mentang anak bos besar.”

“Jauh, lagian Nurani masih kecil, masih pakai seragam SMA tuh. Tapi tampak seperti sudah dewasa ya?”

“Iya, benar. Semoga kelak juga akan ikut membantu ayahnya di sini.”

“Apa? Siapa yang akan membantu di sini?” tiba-tiba terdengar suara lantang, yang ternyata adalah suara Karina. Kesal hatinya mendengar semua orang memuji-muji Nurani.

“Maksud kalian, Nurani? Kalian harus tahu, dia itu gadis bodoh. Kalian tahu kan, dia masih memakai seragam SMA? Padahal dia itu seumuran sama aku, hanya terpaut sedikit, malah tuaan dia. Kok bisa masih SMA, itu kan menunjukkan bahwa dia bodoh?” omelnya menjelek-jelekkan Nurani.

Tapi banyak orang tak mempedulikan Karina, mereka meninggalkan Karina yang kemudian membanting-banting kakinya karena tak diperhatikan,.

***

“Bagaimana, apa yang kamu pikirkan setelah melihat-lihat kantor bapak?” tanya pak Candra ketika sudah membawa Nurani kembali ke ruangannya.

“Besar, dan luas. Karyawannya banyak. Baik dan ramah semua.”

“Kamu suka besok menjadi pemimpin di sini?”

“Apa? Tidak. Mengapa Bapak mengulang lagi perkataan itu. Nurani mana bisa?”

“Bisa dong, anak bapak masa nggak bisa?”

“Nurani tidak tahu apa-apa tentang perusahaan. Jadi lebih baik mas Rian saja, dia kan pintar dan bisa diandalkan.”

“Tadinya maksud bapak juga begitu, tapi Rian menolak, katanya tidak sesuai dengan bidangnya. Dia insinyur mesin, disini usaha garmen.”

“Bapak harus memaksanya dong.”

Pak Candra tertawa.

“Mana mungkin pekerjaan dipaksa-paksa? Tapi kamu tidak perlu khawatir, Rian pasti juga akan membantu kamu, dan yang lebih utama, Andre tidak akan membiarkan kamu bekerja sendiri. Ya kan Ndre?” katanya kemudian kepada Andre, yang sejak tadi hanya tersenyum-senyum mendengar perbincangan ayah dan anak tersebut. Andre tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.

“Ya sudah, apa kamu capek? Duduklah santai, sambil menunggu bapak.”

“Nurani mau pulang saja.”

“Pulang?”

“Nggak enak di sini bengong.”

“Baiklah, kalau begitu biar Andre mengantar kamu pulang.”

“Dia lagi?” kata Nurani pelan, berusaha melawan debar jantungnya.

Pak Candra tertawa.

“Kenapa kalau dia lagi? Dia sudah selesai, sedangkan bapak belum.”

“Baiklah, aku menunggu Bapak saja.”

Andre menahan rasa kecewanya. Tapi dia sudah bertekat, harus bersabar. Belum waktunya mengejar cinta.

***

Nurani pulang bersama ayahnya, dan tentu saja juga bersama Karina, yang berwajah cemberut karena merasa kalah dari perhatian orang-orang kantor.

“Kenapa sih, kamu ke kantor?” sergahnya ketika dalam perjalanan pulang.

“Bapak yang menyuruh kok.”

“Kamu kan belum pernah ke kantor, kok bisa tahu?”

“Aku dijemput mas Andre,” jawab Nurani santai.

“Apa? Dijemput mas Andre? Kamu mengganggu orang bekerja saja,” kesal Karina.

“Bukan aku yang minta. Dia sendiri menjemput aku.”

“Bapak, mengapa Bapak menyuruh Nurani datang ke kantor?” protes Karina.

“Nurani kan belum pernah ke kantornya bapak, biar dia tahu. Memangnya kenapa?”

“Semua orang membicarakannya, jadi mengganggu pekerjaan mereka,” sungut Karina.

Pak Candra tertawa.

“Membicarakan hal baik atau buruk?”

“Nggak tahu saya Pak, yang jelas mereka pada berkerumun dan meninggalkan pekerjaan mereka.”

“Kan waktu istirahat.”

Karina diam. Panas sekali hatinya mendengar Andre menjemput Nurani, sementara ketika dia pamit pulang dengan alasan sakit, lalu minta diantar Andre, ayahnya menolak, dan menyuruh sopir kantor mengantarkannya.

Nurani tak menanggapi kekesalan Karina. Ia duduk santai menyandarkan tubuhnya di jok belakang, karena Karina memang naik lebih dulu supaya bisa berdampingan dengan ayahnya. Kan dia putri bos perusahaan, dan setiap hari memang begitu. Nurani tak peduli. 

Tak biasanya dia pergi dari pagi sampai menjelang sore. Ia sudah membayangkan pekerjaan apa yang harus dilakukannya begitu sampai di rumah. Membuat minum untuk seluruh keluarga, dan menyajikan cemilan juga. Tapi Nurani lupa, roti di rumah habis, berarti tak ada cemilan di sore itu.

“Bapak, maukah beli pisang goreng?” tanyanya kepada sang ayah.

“Kamu ingin pisang goreng?”

“Bukan saya Pak, cemilan di rumah tidak ada, Nurani lupa beli. Bagaimana kalau kita mampir beli gorengan saja?”

“Bagus sekali. Aku ingin pisang goreng, dan juga ubi goreng. Sudah lama kita tidak makan makanan itu kan?”

Karina merengut. Apa yang diminta Nurani, selalu dipenuhi oleh ayahnya.

***

Tapi sesampainya di rumah, bukannya ia membantu Nurani di dapur untuk membuat minuman, malah langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia bahkan lupa tentang ibunya. Sudah bangunkah, lalu pergi, ia melupakannya.

Tapi pak Candra yang masuk ke kamar, sangat heran melihat istrinya masih tergeletak di tempat tidur, mendengkur dengan enaknya.

“Bu, kamu dari tadi malam tidur, atau sudah bangun lalu tidur lagi?” tanyanya sambil menggoyang-goyang tubuh sang istri. Tapi yang digoyang tetap bergeming dengan dengkurnya.

“Bu, Bu … bangunlah sebentar saja dan bicara,” kata pak Candra yang menggoyang semakin keras.

“Hmm … jangan ganggu …. Pergilah …” ia hanya menggeliat sedikit lalu membalikkan tubuhnya memunggungi suaminya.

“Bu …!”

“Biarkan aku tidur … ini enak sekali … aku bisa tidur sangat enak… jangan ganggu …”

Pak Candra yang kesal, walau agak heran, kemudian meninggalkannya. Ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Ketika ia keluar, di ruang tengah telah tersedia susu coklat kesukaannya, dan sepiring gorengan yang tadi dibelinya.

“Nur, kemarilah,” panggil pak Candra.

Nurani mendekat dengan masih mengenakan baju sekolah.

“Kamu mandi dulu sana, ganti pakaian kamu, lalu temani bapak minum.”

“Memangnya ibu kemana? Belum pulang?”

“Belum bangun.”

“Belum bangun?”

“Mandi dan temani bapak. Rian sepertinya juga belum datang.”

“Baiklah,” kata Nurani yang mengira, ibunya baru tidur siang dan belum bangun hingga sore harinya, sama sekali tak menduga bahwa tidurnya sudah sejak semalam.

Rian yang baru saja datang, bersorak senang melihat gorengan di atas meja.

“Horee, gorengan,” lalu tangannya mencomot sepotong pisang, yang kemudian ditepis oleh ayahnya.

“Heii, cuci tangan dulu, bapak calon insinyur.”

Rian tertawa, lalu berlari kecil ke arah dapur, hanya untuk mencuci tangannya, kemudian kembali ke dekat ayahnya, menikmati gorengan yang terhidang.

“Lama tidak makan gorengan ya Pak? Ini Bapak yang beli? Masih anget nih.”

“Iya, Nurani tadi yang minta.”

“Siapa menjemput Nurani?”

“Andre, siapa lagi. Bapak lagi sibuk.”

“Syukurlah.”

“Tadi bapak suruh Nurani ke kantor.”

“Benarkah? Dia pasti senang, selama ini belum pernah ke kantor Bapak kan?”

“Iya, senang kelihatannya. Dia kan calon Direktris, dan nanti kamu yang akan mendampinginya.”

“Kok Rian sih, kan Rian sudah bilang, bahwa_”

“Bapak sudah tahu, kamu mau bilang bukan bidangmu bukan? Tapi membimbing adik kamu agar bisa menjadi pimpinan yang baik, kan boleh saja.”

“Baiklah, akan Rian coba.”

“Eeh, ini obat apa?” tiba-tiba terdengar teriakan Nurani.

“Ada apa?”

“Nurani menemukan ini, di depan kamar Karina. Rupanya terjatuh, dia tidak merasakannya.”

“Obat apa ini?” pak Candra mengamati botol kecil yang diulurkan Nurani.

***

Besok lagi ya.

38 comments:

  1. Replies
    1. Selamat Uti Nani Stragen juara 1, menjemput kehadiran Nurani, Rian dan Andre.
      Matur nuwun bu Tien.

      Delete
    2. Blaaiizzz... Konangan obatnya. Matur nuwun Mbak Tien sayang...sehat selalu ya.

      Delete
  2. Alhamdulillah
    Maturnuwun nggih Mbak Tien🌷🌷🌷🌷🌷

    ReplyDelete
  3. 🌹🦋🍃 Alhamdulillah KBE 13 telah hadir. Semoga Bunda Tien sehat selalu dan tetap smangaaats...Matur nuwun. Salam Aduhai🙏🦋⚘

    ReplyDelete
  4. Matur nuwun mbak Tien-ku Kantung Berwarna Emas sudah tayang

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah....matur nuwun ibu

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah, matur nuwun, sehat selalu bunda Tien . .

    ReplyDelete
  7. Matur nuwun bu tien, smg barokah .. aaamiin

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah KBM 13 sudah tayang terimakasih bunda Tien

    ReplyDelete

  9. Alhamdulillah KANTUNG BERWARNA EMAS~13 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah... terimakasih bunda Tien,salam dan aduhai selalu.

    ReplyDelete
  11. 𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙈𝙗𝙖𝙠 𝙏𝙞𝙚𝙣...

    ReplyDelete
  12. Makin seru.....makin penasaran
    Alhamdulillah, matursuwun bu Tien, salam sehat selalu

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah mbak Tien Kumalasari, terima kasih cerbung nya oke, semoga selalu sehat²

    ReplyDelete
  14. Ternyata langsung obatnya diketemukan. Tapi baru episode 13, penjahat masih lama gentayangan.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  15. Matur suwun bunda Tien
    Salam Tahes Ulales bunda dan tak lupa selalu Aduhaiiii

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah, KANTUNG BERWARNA EMAS (KBE) 13 telah tayang,terima kasih bu Tien salam sehat, sejahtera dan bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah... matur nuwu bu Tien, salam sehat dari mBantul

    ReplyDelete
  18. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman, Caecilia RA, Mimiet, Sofi, Mamacuss, Manggar Ch.,

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah Maturnuwun .Mbak Tien KBE bikin pinisirin hi hi hi.semoga selalu sehat & tetap semangat

    ReplyDelete
  20. Hallo juga Bu Tien..
    Terima kasih sapaannya
    Alhamdulillah KBE 13 sdh hadir
    Semoga Ibu sehat dan bahagia selalu
    Aamiin

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah non Cantik berhati emas sudah tayang....

    Panjangnya cerita serasa sedikit sekali....

    Terimakasih Bu Tien....

    Semoga Bu Tien sekeluarga sehat selalu....

    ReplyDelete
  22. Terima kasih... Bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  23. ,Nah mulai cari tahu obat apa ini, yah nunggu lagi.
    Karina langsung masuk kamar, nggak perduli yang biasa ngebangunin belum bangun bangun, obat yang dibawa; terjatuh sampai nggak ngerti, saking suntuknya kenapa Andre yang nganter Nurani ke kantor.
    Aduh manjanya anak boos yang ini.
    Sampai mengadu sama bapaknya; semua membicarakan Nurani jadi ending topik pembicaraan antar karyawan; santun, ramah, nggak sombong rajin menabung hé hé hé hé.
    Ah namanya sensi ya tetep aja kejadian kecil dibesar besarin.
    Sutik ngithik ithik ati, Karina mau mengadu sama Amirah; nah baru tahu biyungnya masih tidur, baru nyadar kalau itu efek obat yang membuatnya tidur seharian.
    Apalagi bapaknya ngasih tunjuk ini obat sejenis morpine dapat dari mana ini, bisa bermasalah kalau kamu kecanduan.
    Biyungnya masih nyenyak sejak semalam, bangun bangun keinget arisan, ribut persiapan.
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Kantung berwarna emas yang ke tiga belas sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  24. Alhamdulilah..
    Tks bunda Tien..
    Semoga sehat dan berbahagia selalu..
    Salam aduhai dari sukabumi

    ReplyDelete
  25. Terimakasih Bu Tin Kumalasari ... KBE 13 sdh hadir ... Tambah asyiik ceritanya ... Smg bu Tin & kelrg happy & sehat sll ... Salam Aduhai .

    ReplyDelete
  26. Terima ksih bunda Tien..KBE 13 sfh hadir..smg bunda sht sll🙏🥰🌹

    ReplyDelete
  27. Senjata makan tuan.
    Ketahuan nih .
    Makasih mba Tien

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien salam sehat wal'afiat

    Bisa donk ,,,aduhai ,buTien
    Nah ketahuan deh obat nya ,,,,
    Jd nunggu lg deh,,,,🤗🥰

    ReplyDelete
  29. Sugeng Dalu bu Tien
    Edisi nunggu malam ini

    ReplyDelete

SENANDUNG KECILKU

SENANDUNG KECILKU (Tien Kumalasari) Hai senja, kau datang ketika merah jingga mewarnai langit dibarat sana ada senandung kecil berkumandang ...