Wednesday, July 20, 2022

KEMBANG CANTIKKU 26

 

KEMBANG CANTIKKU  26

(Tien Kumalasari)

 

Purnomo sudah selesai mandi, berganti pakaian tidur, lalu duduk di sofa, di samping Qila.

“Makanlah, bukankah kamu lapar?” tanya Qila sambil mengambilkan piring untuk Purnomo.

“Biar aku mengambilnya sendiri. Aku butuh makan lebih banyak supaya kuat malam ini,” katanya sambil melirik ke arah Qila. Qila membalasnya dengan senyuman penuh arti. Keduanya makan dengan nikmat.

Acara selanjutnya adalah menghabiskan malam dengan acara asyik masyuk tanpa mengingat apapun yang terjadi diluar sana. Sama sekali tak mengerti bahwa panggilan tilpun yang kemudian di rejeck Qila adalah panggilan kecemasan karena mertua Purnomo memasuki masa kritis.

***

Heru merasa sangat kesal. Ia menjauh dari ibunya yang menangis tak henti-hentinya, karena dokter sudah mengatakan bahwa mereka angkat tangan, dan tak mungkin bisa menyelamatkan ibunya yang penyakitnya sudah parah.

Berkali-kali Heru menelpon, tapi ponsel ayahnya mati sejak dia menelpon yang pertama kali.

Ia terpaksa kembali mendekati ibunya.

“Kemana bapakmu?” tanya Hartati sambil mengusap air matanya.

“Entahlah Bu, Heru juga tidak tahu. Mungkin ada pekerjaan yang sangat mendesak.”

“Malam-malam begini?”

Heru tak menjawab. Adakah urusan pekerjaan yang harus dilakukannya di tengah malam buta, di saat istrinya sedang meratapi keadaan ibunya yang kritis?

“Aku tidak mengerti bapakmu. Sungguh aku tidak mengerti. Apa yang membuatnya bersikap seperti itu?”

Seorang perawat keluar dari ruang ICU.

“Ibu Purnomo?”

“Ya,” Hartati berdiri dan berjalan mendekat ke arah pintu.

“Ibu anda ingin bicara, silakan masuk.”

Hartati bergegas masuk, lalu menatap ibunya yang terbaring pucat.

“Ibuuu,” tangis Hartati.

“Jangan … menangis … “ katanya terbata dengan napas tersengal.

“Ibu sembuh ya, ibu harus sembuh …”

“Ibu … sudah tua … jaga anak … dan … suami.”

“Ibu …”

“Mana .. Pur …?”

“Dia … sedang ada urusan. Ibu sembuh ya …”

“Heru …”

Heru yang sejak tadi diam, mendekati neneknya, memegang tangannya.”

“Anak … baik … jaga … orang tua … mu …”

Heru mengangguk lemas, membiarkan air matanya menitik.

“Jangan … menangis. Laki-laki … pantang menangis …”

Heru mengusap air matanya.

“Ibu … harus … per …gi … jaga.. suami … anak ..mu .. juga..”

“Ibu ….”

Lalu mata tua itu terpejam. Tanpa terpenuhi keinginannya bertemu Purnomo, menantu yang disayanginya, iapun pergi. Hartati terkulai, Heru dengan cekatan menangkap tubuh ibunya yang tiba-tiba pingsan.

***

Dipagi buta itu, Purnomo bangkit dari ranjangnya. Matanya masih ingin membawanya tidur, karena lelah menggayuti tubuhnya. Ia meraih ponselnya, yang ternyata mati. Ia menghidupkannya, tanpa tahu kapan ponsel itu diam tak hendak menyampaikan pesan pada dirinya yang sedang dimabuk nafsu.

Ia terkejut melihat beberapa panggilan dari Heru, sejak ia belum lama sampai di rumah itu. Setelahnya ada berpuluh panggilan tak terjawab, semuanya dari Heru.

Tiba-tiba rasa cemas menyergapnya.

Purnomo melompat turun dari tempat tidur, Setengah berlari ke kamar mandi, hanya membasuh wajahnya, kemudian memakai baju yang diambil sembarangan dari dalam almari.

“Maas,” terdengar rintih lelah dari atas ranjang …

“Tidurlah, aku harus kembali ke rumah sakit…”

“Maaas,” kali ini tangan Qila terangkat dan menggapai ke arah Purnomo, tapi Purnomo tak mempedulikannya. Ada perasaan tak enak yang membuatnya harus kabur dari rumah itu, menuju ke rumah sakit.

Dalam perjalanan Purnomo mencoba menghubungi Heru, tapi Heru tak mengangkat ponselnya. Berkali-kali dilakukannya, tetap tak ada respon dari panggilan itu. Lalu ia menelpon istrinya. Tetap sama. Istrinya juga tak menjawab panggilannya.

Purnomo memacu mobilnya. Bayangan-bayangan menakutkan merayapi benaknya.

“Pasti terjadi sesuatu … pasti terjadi sesuatu …” gumamnya cemas. Ada sedikit sesal ketika dia terpaksa meninggalkan rumah sakit demi Qila. Tapi rengekan Qila terus menerus mengaduk perasaannya, dan itu membuatnya memilih memenuhi panggilan Qila.

Sekarang sesal itu sedang mengganggunya, membuatnya terus memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Disebuah pertigaan seorang anak kecil tiba-tiba melintas. Purnomo sangat gugup, tapi dia sempat membanting laju mobilnya ke arah kiri jalan, lalu menabrak sebuah pohon, membuat mobil itu berhenti dalam keadaan ringsek, dengan tubuh Purnomo terkulai di dalamnya.

Hirup pikuk orang  disekelilingnya yang menyaksikan kecelakaan itu sama sekali tak terdengar olehnya. Purnomo pingsan dengan luka-luka  di tubuhnya.

***

Jenazah nenek sudah di semayamkan di rumah. tapi keberadaan Purnomo belum mereka ketahui. Heru merasa sedih melihat keadaan ibunya. Dalam keadaan seperti ini harusnya ayahnya mendampingi.

Namun sampai sang nenek dimakamkan, Purnomo belum tampak batang hidungnya. Ketidak adanya suami di sampung Hartati juga menimbulkan pertanyaan diantara kerabat dan pelayat.

Setelah selesai upacara pemakaman, Heru langsung pergi menuju ke rumah baru ayahnya. Ia harus memaksa ayahnya pulang, kalau perlu dengan kekerasan. Karena kelakuan ayahnya dianggapnya sudah keterlaluan.

Heru sama sekali tak menyangka, bahwa ayahnya bisa melakukan hal sekejam itu.

Sepanjang perjalanan itu, hatinya diliputi oleh amarah yang hampir mendidihkan darahnya.

***

Begitu ia sampai dirumah itu, ia tak melihat mobil ayahnya, tapi ia melihat mobil lain yang pastinya mobil perempuan yang bersama ayahnya sejak dua hari yang lalu.

Heru langsung masuk, karena pintu depan tidak terkunci. Ia juga langsung masuk ke kamar tanpa mengetuk pintunya, namun ia tak melihat ayahnya di kamar itu. Wanita cantik itu sedang duduk menyilangkan kakinya di sofa, berpakaian sangat tipis dan membuatnya kesal, Heru memalingkan wajahnya, ketika wanita itu menyapanya dengan manis, sambil berdiri.

“Hai tampan, kamu suka sekali tiba-tiba datang kemari dan membuatku terkejut,” katanya sambil mendekat.

“Di mana ayahku?”

Qila menatapnya heran. Ia mengelus pipi Heru, yang kemudian Heru menepiskannya dengan kasar.

“Kamu tidak tahu di mana ayahmu? Tadi, pagi-pagi buta dia sudah pergi.”

“Pagi-pagi buta?” tanya Heru yang mau tak mau menoleh ke arah Qila, sambil menekan segala perasaan aneh yang memenuhi dadanya.

“Iya, pagi-pagi buta. Katanya mau ke rumah sakit.”

“Apa?”

Qila semakin mendekati Heru.

“Aku kesepian karena ayahmu pergi, maukah kamu menemani aku sehari ini saja?” rayunya.

Qila bukanlah gadis ingusan yang tidak bisa menangkap gelagat laki-laki yang menatapnya. Ia tahu Heru tergoda oleh kecantikannya, atau entahlah apanya, walau laki-laki muda itu bersemangat menepiskannya.

Heru mendengus, lalu keluar dari kamar begitu saja. Ia bergegas ke depan, dengan perasaan bingung. Perempuan itu pasti tidak berbohong. Ayahnya pergi ke rumah sakit sejak pagi buta, seperti janjinya sebelum pergi. Tapi mengapa sampai siang hari, bahkan sampai selesai pemakaman neneknya, ayahnya belum juga datang?

Heru membuka pintu mobilnya, tapi ia terkejut karena perempuan itu merangkul pinggangnya.

“Lepaskan!” katanya sambil melepaskan kedua tangan Qila dengan kasar, lalu masuk ke dalam mobil.

Qila yang tak tahu malu, melongok di kaca jendela mobil.

“Akan aku buat agar kamu merindukan aku,” bisiknya sambil tersenyum memikat.

Heru tak melihatnya sedikitpun. Ia menstarter mobilnya dan keluar dari halaman, dengan berbagai perasaan memenuhi benaknya.

Qila yang tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, kembali melenggang masuk ke dalam rumah, setelah sekali lagi menoleh ke arah jalan, dan tak lagi melihat bayangan mobil Heru.

***

Heru memacu mobilnya, dan beribu pertanyaan memenuhi benaknya.

“Kemana perginya bapak? Dari pagi buta sudah meninggalkan rumah itu menuju rumah sakit, mengapa sampai nenek selesai di makamkan, bapak belum juga tampak.”

Perasaan khawatir tiba-tiba terasa menyengat dadanya.

“Apakah bapak mengalami kecelakaan? Tadi orang-orang kantor juga menanyakan keberadaan bapak, sampai bingung aku menjawabnya.”

Tiba-tiba ponsel Heru berdering, dari nomor tak dikenal. Heru mengangkatnya, siapa tahu ada keterangan tentang ayahnya.

“Apa saya terhubung dengan keluarga bapak Purnomo?”

“Ya, benar. Saya Heru, anaknya.”

“Saat ini pak Purnomo ada di rumah sakit pusat setelah mengalami kecelakaan.”

“Kecelakaan? Kapan?”

“Sudah pagi tadi. Kami baru bisa menghubungi saudara karena baru menemukan ponsel pak Purnomo yang terlempar saat kecelakaan, lalu menghubungi nomor yang tertera.”

“Bagaimana keadaan ayah saya?” tanya Heru dengan dada gemuruh cemas.

“Sedang dirawat, silakan anda menemuinya di rumah sakit.”

Penelpon itu menutup ponselnya, lalu Heru memacu mobilnya ke arah rumah sakit pusat yang tidak lagi jauh dari tempatnya sekarang berada.

***

Ketika Heru sampai di rumah sakit, Purnomo masih ada di ruang UGD. Heru mendekat, dan melihat kepala ayahnya terbalut verband karena luka-lukanya. Tapi ia melihat mata ayahnya terbuka.

“Bapak?”

“Ah, kamu Her. Untunglah kamu segera datang. Aku ngebut karena melihat beberapa panggilan dari kamu yang tak terjawab, karena ponselku mati. Mobilku ringsek, untunglah aku masih selamat, karena bagian kiri mobil yang terhantam pohon.”

“Bagaimana keadaan Bapak?”

“Kepalaku masih sedikit pusing, tapi kalau boleh aku ingin pulang saja, rasanya aku masih kuat.”

“Tidak bisa begitu. Harus bertanya dulu pada dokter, apakah Bapak boleh pulang, atau tidak.”

“Aku menghawatirkan keadaan nenek kamu.”

“Bapak tidak usah khawatir, nenek sudah tenang disana.”

Mata Purnomo terbelalak.

“Apa maksudmu?”

“Nenek sudah dipanggil.”

“Nenek kamu meninggal?”

Heru mengangguk. Mata Purnomo berkaca-kaca. Bagaimanapun ibu mertuanya sangat menyayanginya dan sangat dekat dengannya. Ia juga menyayanginya sebagai ganti ibunya sendiri yang telah tiada. Sungguh alangkah menyesalnya ketika tak sempat melihatnya sebelum meninggal.

“Aku tak sempat melihatnya, dan meminta maaf padanya. Aku mengabaikannya, tak mengira dia separah itu.”

“Disaat terakhirnya, nenek tak mau disentuh oleh tangan Bapak yang kotor oleh dosa maksiat,” kata Heru pelan, menahan kesal yang sudah lama menghimpitnya.

Purnomo mengerutkan keningnya. Alangkah sakit mendengar ucapan anak laki-lakinya.

“Maaf Pak, Heru berkata yang sebenarnya.”

“Selamat sore Pak,” kata perawat yang tiba-tiba sudah ada diantara mereka.

“Ya sus?” kata Heru.

“Karena masih ada beberapa pemeriksaan, dokter menyarankan agar pak Purnomo dirawat.”

“Baiklah kalau itu memang harus dilakukan. Pilihkan kamar terbaik untuk ayahku.”

“Baik Pak.”

Purnomo hanya diam. Ia sedang mengurai ucapan anaknya yang membuatnya sakit hati.

“Tanganku kotor oleh dosa maksiat … “ gumamnya lirih sambil mengangkat sebelah telapak tangannya. Tapi kemudian wajah cantik itu melintas. Menyunggingkan sebuah senyuman yang memikat. Purnomo menghela napas. Alangkah susahnya mengibaskan bayangan itu. Alangkah susahnya meninggalkannya seandainya itu harus dilakukannya. Tidak. Qila harus menjadi miliknya. Kalau perlu dia akan menikahinya.

“Suster, mana ponselku?” tanyanya kepada suster yang sedang memesankan kamar inap untuk dirinya.

“Ada Pak, di atas meja di sebelah Bapak, mau dipakai sekarang?”

“Tidak, tolong nanti dibawa ke kamar inap saya juga.”

“Tentu saja Pak.”

Heru sudah keluar dari kamar, dan menelpon ibunya untuk memberitahu bahwa ayahnya mengalami kecelakaan dalam perjalanan kembali ke rumah sakit.

***

Sementara itu Qila yang gelisah di kamarnya ingin menghubungi Purnomo, tapi seperti pesan Purnomo di hari sebelumnya, bahwa dia tak boleh sembarangan menelpon, karena bisa saja Purnomo sedang ada di dekat istrinya.

Qila berbaring di sofa dengan gelisah, kemudian ia bangkit dan mengambil kunci mobilnya. Ia mengganti bajunya dengan yang lebih pantas, kemudian keluar dari kamar. Ia ingin berjalan-jalan saja, daripada menunggu tanpa tahu sampai kapan Purnomo akan kembali. Tiba-tiba ponselnya berdering. Qila hampir bersorak ketika melihat wajah tampan itu tampak di layar ponselnya.

“Hallo sayang, kamu sudah hampir kembali?” sapanya renyah.

“Tidak Qila, aku di rumah sakit.”

“Masih di rumah sakit juga? Apa ibu mertua kamu menangis seandainya kamu meninggalkannya semalam saja?” kesalnya.

“Qila, aku kecelakaan.”

“Apa? Kecelakaan? Pantas tadi si tampan Heru mencari kamu kemari. Lalu kamu ada di rumah sakit mana?”

“Di rumah sakit pusat.”

“Di Jogya?”

“Di Solo. Tapi kamu nggak usah datang kemari, tinggal saja di rumah, dan doakan agar besok aku bisa pulang.”

“Ya ampun Mas, tapi aku ingin melihat kamu, sebentar saja.”

Lalu Qila menutup ponselnya, dan Purnomo tak sempat lagi melarangnya, karena batery di ponselnya mati.

*** 

Hartati yang mendengar bahwa suaminya kecelakaan, menjadi panik. Ia menyesal telah menyalahkan suaminya yang dianggapnya tak perhatian, ternyata ia sebenarnya ingin datang setelah pergi entah kemana, tapi kemudian menemui kecelakaan.

Ia menangis di samping Purnomo yang saat itu telah di pindahkan ke kamar inap.

“Maaf ya Mas, aku telah salah menilai kamu. Ternyata kamu seperti ini, Mas. Bagaimana rasanya Mas, mana yang sakit?” tangis Hartati.

“Sudah … sudah … aku tidak apa-apa, mengapa menangis? Aku menyesal tidak bisa menunggui ibu.”

“Tidak apa-apa Mas, ibu pasti mengerti kalau Mas sangat sibuk, sampai bingung  membagi waktu diseling kesibukan Mas,” kata Hartati, tulus.

Heru memalingkan muka.

Tiba-tiba ….

“Maas …” Qila muncul dengan wajah memelas. Terkejut melihat Hartati di samping ranjang Purnomo. Hartati juga terkejut melihat wanita cantik yang tiba-tiba muncul.

“Siapa dia?” katanya sambil menuding ke arah Qila.

Heru yang melihat suasana akan menjadi keruh, segera maju, menggandeng lengan Qila sambil tersenyum.

“Ini pacar Heru Bu,” katanya.

***

Besok lagi ya.

 


39 comments:

  1. Replies
    1. Apa kubilang kemarin si kecil mungil selalu nongkrongin di depan gerbang tienkumalasari22.blogspot com
      Mung aku sing isa mbalap kancil iki senajan nganggo teklek

      Delete
  2. Alhamdulillah..
    Mtnuwun mbk Tien....🙏🙏

    ReplyDelete
  3. Hore. Hore ,,,,,jeng Iin.ndedepi

    ReplyDelete
  4. Kapan yo aku bisa juara 1?
    Imposibele.

    ReplyDelete
  5. Waduuh.... makin asyiiikk trs... terima kasih Mbu Tien...

    ReplyDelete
  6. Alhamdulilah..cerbungnya sdh tayang..
    Terimakadih bunda Tien...

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah sudah tayamg KC 26
    Terimakasih bunda Tien cerbungnya Semoga bunda Tien sekeluarga selalu sehat walafiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU~26 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah KC 26 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu dan bahagia bersama keluarga
    Aamiin

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU 26 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu
    Semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  12. Matur nuwun mbak Tien-ku Kembang Cantikku sudah tayang.
    Ini pacar Heru (?????) Demi sang ibu, Heru rela mengaku sbg pacar Qila. Awas!!! Jangan sampai terjerat rayuan maut Qila.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah, Kembang Cantik 26 sudah hadir.
    Terimakasih mbak Tien Kumalasari, semoga kita semua tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal 'Alaamiin.

    ReplyDelete
  14. Terimakasih bund... Salam sehat🙏

    ReplyDelete
  15. Waduh sesama bus kota dilarang saling mendahului.
    Gimana nich kok busak busuk, hey piyé maksudé.
    Ya maunya membusak yang busuk.
    Dah biarin tenang dulu jangan di doa-in yang busuk busuk ya.
    Jorkan saja namanya juga sesama bus kota.
    Kan habis manis sepah dibuang, ya jangan eman² tå yå.
    Lha piyé kalau nggak gitu ribut di rumah sakit tå ya, kan harap tenang. Disekolah juga gitu; harap tenang ada ujian.
    Wuah semangkin menggelayut manja senyum segar mata berseri, nah trus oper perseneling rendah jalan menanjak.
    Yang di gelayuti suebel setengah mati, tapi harus tetep simpati; maunya kan bersihallow menenangkan emosi Hartati.
    Hati Qila membumbung tinggi, Ru itu singa lapar lo Ru.
    Langsung kamu diprogram sama Qila bikin password yang rumit biar nggak bisa di hack orang bahkan sama Purnomo sekalipun; dia itu orang partikelir yang berpengalaman lho Ru.
    Maumu kan sesaat itu, buat Qila itu gerbang yang masuk dunia laen yang mengasyikan.

    ADUHAI



    Terimakasih Bu Tien,

    Kembang cantikku yang ke dua puluh enam sudah tayang.
    Sehat-sehat selalu doaku, sejahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah, matursuwun bu Tien

    ReplyDelete
  17. Terima mksih bunda KCnya..slm sehat sll dan slmt mlm slnt istrhat..🙏😍😘

    ReplyDelete
  18. Kemungkinan besar si qila tertarik sama Heru... jangan mau heruuu!!! Dasar qila wanita ganjen...
    Ehhh ko terobsesi bunda tien yg pinter buat cerita

    ReplyDelete
  19. "Ini pacar Heru Bu," ambyar .... bu tien gitu lho, bisa aja.

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah
    Terimakasih bu Tien, salam sehat selalu

    ReplyDelete
  21. Heru memang bijak, tapi Qila malah diuntungkan...
    Terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah Siip bu Tien...terima kasih 💐💐💐

    ReplyDelete
  23. Aduh Heru......itu yg diinginkan Qila. Semoga Heru bisa menyadarkan Qila. Makin seru ceritanya makin gak sabar nunggu episode berikutnya. Salam sehat selalu Bu Tien.🙏

    ReplyDelete
  24. Qila makin gila aja, orang kok gak punya urat malu sama sekali.
    Emang itu yg diinginkan Qila pasti dia langsung nyosor ma Heru.
    Tahan uji ya Heru jangan sampai tergoda mesti Qila nyosor duluan.

    Makasih bu Tien makin seru deh ceritanya
    Moga bu Tien sehat sll, salam dari Bojonegoro

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah, sudah tayamg KC 26, matur nuwun, makin aduhai.
    Semoga bunda Tien sayang sekeluarga selalu sehat walafiat dan bahagia bersama keluarga tercinta.

    Reply

    ReplyDelete
  26. Jangan sampai Heru dijebak sama Qila. Menjijikkan.
    Makasih mba Tien .
    Salam sehat selalu.
    Aduhai.

    ReplyDelete
  27. Jijik tuh tingkah si Qila terhdp Purnomo..makin bikin penasaran..smg Purnomo sadar..mksih bunda🙏🙏

    ReplyDelete
  28. Jinjay Qila tak tau malu.trima kasih bu Tien

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 37

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  37 (Tien Kumalasari)   Laki-laki yang baru saja membuka pintu itu adalah Sulistyo. Matanya menatap gadis y...