Tuesday, April 12, 2022

BUKAN MILIKKU 36

 

BUKAN MILIKKU  36

(Tien Kumalasari)

 

Gemetar tangan Retno ketika memegangi ponsel itu. Semua orang yang ada di ruangan itu mendengarnya, karena sebelum menyerahkannya kepada Retno, Sapto telah menyalakan speakernya.

“Dan ingat, jangan sampai melaporkannya pada polisi, karena kalau kamu melaporkannya, maka bayimu tak akan selamat.”

“Satu lagi, aku akan menghubungi kamu lagi, dan saat itu kamu sudah harus bisa memutuskan, menceraikan suami kamu, dan bayimu kembali, atau tetap bersama suamimu dan jangan pedulikan nasib bayimu.”

Penelpon itu menutup ponselnya tiba-tiba.

“Penculik itu minta imbalan, aku harus bercerai dari kamu Mas,’ kata Retno sambil menangis.

“Kurangajar. Ini pasti dia,” geram Sapto.

Ia langsung berlari keluar dari ruangan dengan kemarahan yang meluap-luap.

Retno sedikit lega, anaknya selamat. Tapi ia terkejut ketika penculik itu meminta imbalan harus bercerainya dia dari Sapto.

“Jahat sekali dia.”

“Mungkinkah Kori? Tapi Kori menginginkan bayi itu. Mana mungkin akan mengembalikannya padaku?” gumam Retno sambil terisak.

“Orang jahat bisa saja memiliki keinginan yang aneh-aneh."

"Orang yang menginginkan aku bercerai adalah ayah mertuaku. Tapi dia juga akan meminta bayiku. Mungkinkah dia?”

“Ingat Ret, ayahmu juga menginginkan kamu bercerai darinya. Itu membuat aku sangat heran. Ada orang tua ingin anaknya bercerai dari suaminya. Bukannya berharap anaknya  bisa menemukan kebahagiaan dalam berkeluarga.”

“Maksud Ibu, bapak yang menculik bayiku?”

Wahyudi yang ada di ruangan  itu tak berkomentar apapun. Dia juga tak bisa menebak-nebak begitu saja. Karenanya ia beranjak keluar dari kamar. Budi mengikutinya, karena ada telpon dari kantor polisi.

Wahyudi ikut mendengarkan ketika Budi menerima telpon.

“Ya Pak, ada berita baik?”

“Tidak. Wanita itu turun, dan langsung memasuki gang kecil itu. Dan polisi sudah bertanya ke setiap penduduk di sepanjang gang itu, tak ada yang memiliki bayi, dan tak ada yang melihat salah seorang dari mereka pulang membawa bayi.”

“Ya Tuhan,” keluh Budi.

“Tapi kami akan terus menyelidikinya. Mungkin wanita itu tinggal di dekat daerah situ.

Budi menghempaskan tubuhnya di kursi, Wahyudi mengikutinya.

“Kelihatannya mudah, ternyata tetap saja jalan buntu,” keluh Budi.

“Apa katanya?”

“Wanita itu tidak tinggal di gang, di mana mobil itu menurunkannya.”

“Rupanya penculik itu sudah memperhitungkan semuanya. Segala kemungkinan sudah diperkirakan. Dia kabur dari gang itu.”

“Kasihan mbak Retno. Ia pasti sangat tertekan. Itu dua pilihan yang berat.”

“Bukankah eh maaf.. ayah mertuanya berharap Retno dan suaminya bercerai?”

“Mas Sapto tak akan mau. Dia menyayangi mbak Retno sejak mbak Retno hamil.”

“Lalu ayah mertuanya  mempergunakan cara ini?”

“Ini juga agak membingungkan, karena bapak menginginkan bayi itu. Dan penelpon itu mengatakan akan mengembalikan bayinya bila mbak Retno mau bercerai dengan suaminya.”

Budi menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Semula kasus itu dikiranya bisa begitu mudah terurai begitu mobil itu ditemukan. Ternyata tidak semudah yang dibayangkannya.

Wahyudi teringat apa yang dikatakan pak Kartomo tadi, bahwa dia berharap agar Retno kembali kepada dirinya. Wahyudi bersedia, kalau memang Retno menderita. Tapi kalau dia merasa bahagia bersama suaminya? Sungguh berdosa kalau dia mengganggunya. Cinta adalah melihat orang yang dicintai merasa bahagia. Ia ikhlas mengorbankan hatinya demi kebahagiaan Retno.

“Apa yang harus kita lakukan?”

“Menunggu. Semoga polisi segera berhasil menguak kejahatan ini,” kata Budi lesu.

“Bagaimana dengan ancaman yang tadi kita dengar bersama? Berarti penjahat itu akan mengembalikan bayi itu dengan suatu syarat.”

“Syarat yang berat. Kalau polisi lebih dulu bisa menangkap penjahat itu, maka ancaman tidak akan berlaku lagi, ya kan?”

“Benar. Semoga polisi bekerja lebih cepat.”

***

“Kori, kamu mau kemana ?” tanya pak Siswanto ketika melihat Kori tampak sudah bersiap akan pergi.

“Mau ke rumah sakit Pak.”

“Mau apa kamu ke sana?”

“Mau ketemu mas Sapto, dia tidak pulang sejak kemarin.”

“Kamu tidak usah ke rumah sakit, aku sudah pulang,” tiba-tiba Sapto sudah memasuki rumah, dan berkata-kata dengan wajah gelap.

“Mas Sapto?” Kori ingin memeluk Sapto, tapi Sapto mendorongnya keras, sehingga Kori hampir jatuh terjengkang, kalau pak Siswanto tidak menahan tubuhnya.

“Sapto ! Apa-apaan kamu ini? Isteri kamu sangat merindukan kamu, dan kamu melakukan hal kasar yang hampir membuatnya jatuh!!” hardik pak Siswanto dengan menatap tajam anaknya.

“Rindu apa. Aku tidak akan berbaik hati lagi sama kamu Kori. Aku sudah tahu betapa jahatnya kamu!”

“Aku melakukan apa Mas? Berhari-hari aku hanya di rumah saja,” kata Kori sambil menahan tangis.

“Kamu diam di rumah, tapi kamu melakukan sebuah kejahatan yang amat terkutuk!”

“Mas, aku melakukan apa?” kini jatuhlah tangis Kori, sambil berusaha mendekati suaminya. Tapi Sapto mundur beberapa langkah sehingga Kori tak bisa menyentuhnya.

“Tuduhan apa yang kamu katakan kepada isteri kamu Sapto! Kamu keterlaluan!”

“Ada apa ini? Ada apa kok ribut sekali?” kata bu Siswanto yang baru keluar dari kamar, bersiap akan pergi.

“Anakmu itu Bu, begitu kejamnya kepada isterinya sendiri,” kata pak Siswanto.

“Sapto, Ibu baru mau berangkat ke rumah sakit. Kenapa kamu marah-marah?”

“Menantu Ibu ini membuat gara-gara. Dialah yang menculik Qila, lalu mengancam Retno.”

“Apa?”

“Mas!! Kamu kejam menuduh aku begitu. Bukankah aku memang menginginkan bayi itu, mengapa aku menculik lalu mengancam Retno?”

“Tanyakan kepada diri kamu sendiri, mengapa kamu melakukannya?!”

“Tidaaaak. Bapaaak, tolonglah, Kori difitnah Bapak,” tangisnya sambil menubruk ayah mertuanya.

“Sapto !! Tuduhanmu tidak beralasan. Kamu jahat kepada isteri kamu sendiri. Katakan, apa karena perempuan bernama Retno itu maka kamu menuduh yang bukan-bukan? Atau apakah Retno memang bermaksud memfitnah Kori?” kata pak Siswanto dengan wajah merah padam.

“Sapto, ada apa sebenarnya?” tanya bu Siswanto bingung.

“Qila diculik. Lalu ada orang menelpon Retno. Ia menyuruh Retno menceraikan Sapto, kalau ingin bayinya kembali. Sudah jelas dia pelakunya,” kata Sapto sambil menuding ke arah Kori.”

“Tidaaak. Aku tidaaak. Bapaaak, jangan percaya. Kori tidak melakukannya,” tangis Kori semakin keras.

“Kamu membenci Retno, dan ingin aku menceraikan dia bukan? Lalu kamu menemukan jalan untuk itu.”

“Bohong !!”

“Dengar Kori, bukan Retno yang akan aku ceraikan, tapi kamu !!” kata Sapto keras dan tandas.

“Maaas !!”

“Sapto, apa kamu sudah gila? Kori menginginkan bayi itu, mengapa dia menculik lalu mengancam Retno?”

“Kita buktikan saja. Polisi sedang menyelidiki kasus ini. Yang jahat pasti akan tertangkap,” kata Sapto sambil melangkah pergi.

“Adduuh, bagaimana ini, aku bingung. Ya sudah, aku ke rumah sakit saja dulu,” kata bu Siswanto yang juga bergegas keluar rumah.”

“Bapak, hentikan mas Sapto. Mengapa Kori yang harus diceraikan? Kori tidak menculik bayi itu Bapak, sungguh.”

“Kamu tenang saja. Nanti Bapak yang akan mengatur semuanya. Sekarang kamu istirahat dulu di kamar. Bapak akan pergi sebentar. Ada urusan bisnis yang harus Bapak tangani.”

***

“Ibu, apa yang harus Retno lakukan?”

“Kamu tenang Retno, menunggu polisi mengungkap masalah ini.”

“Tidak Bu, Retno kasihan pada Qila.”

“Jadi kamu memilih bercerai dengan suami kamu?”

“Retno ingin Qila kembali Bu..

“Iya, Ibu tahu, bersabarlah. Semoga polisi lebih dulu bisa menemukan anakmu.”

“Bu, Retno tidak sabar Bu …” Retno mulai kembali menangis.

Bu Kartomo mengelus kepala anaknya, berusaha menenangkannya.

Dokter yang visite pagi itu juga minta agar Retno merasa lebih tenang. Perawat melaporkan bahwa Retno mengeluarkan banyak darah.

“Ibu harus bisa tenang ya, supaya segera pulih. HB ibu menurun, dan Ibu merasa lemas bukan? Kalau ini berlangsung terus menerus maka kemungkinan besar Ibu Retno harus transfusi darah,” kata dokter mengingatkan.

Dokter menginstrusikan kepada perawat agar memberikan suatu obat untuk Retno, kemudian berlalu.

“Retno, dengar kata dokter. Kamu harus segera pulih,” kata bu Kartomo setelah dokternya pergi.

“Bagaimana Retno bisa tenang bu, Retno kehilangan anak,” tangisnya.

“Selalulah berdoa ya nak, Allah pasti akan menolong kita.”

“Retno, bagaimana keadaanmu Nak?” tiba-tiba bu Siswanto sudah ada didekat mereka, merangkul Retno sambil berlinang air mata. Sapto berdiri di belakangnya.

“Ibu,” hanya itu yang di ucapkan Retno, selebihnya adalah tangisan.

“Sabar ya Ret, percayalah bahwa yang jahat akan segera mendapat peringatan dari Allah.”

“Mas Sapto ….”

Sapto mendekat.

“Apakah sebaiknya kita turuti saja kemauan penculik itu?” tangisnya.

“Sabar Retno, polisi sedang melakukan tugasnya.”

“Aku tak bisa sabar Mas, lebih baik kita berkorban, agar anak kita kembali. Bukankah yang terpenting adalah keselamatannya?”

“Iya, tentu Retno. Baiklah, kita serahkan semuanya kepada Allah, semoga yang terbaiklah yang nanti akan kita lakukan,” kata Sapto sambil memeluk isterinya. Bu Siswanto dan bu Kartomo duduk di sofa, membiarkan suami isteri itu mencurahkan segala perasaannya. Keduanya tak tampak bicara, tenggelam dalam kesedihan masing-masing.

***

“Mas, Mas Yudi ada dimana?” tanya Wuri ketika menelpon Wahyudi.

“Aku masih di rumah sakit, tapi menunggu diluar.”

“Sama mas Budi?”

“Mas Budi sedang ke kantor sebentar. Tadi aku juga ke kantor, lalu kembali lagi ke rumah sakit.”

“Jadi Mas ada di dalam kamar mbak Retno?”

“Tidak, aku menunggu di luar. Sedang ada ibunya Retno dan ibu mertuanya di dalam. Nggak enak aku.”

“Bagaimana kabarnya? Sudah ada perkembangan?”

“Belum ada Wuri, polisi sudah menyusuri gang dimana wanita penculik itu turun dari taksi. Tapi belum menemukan siapa dia dan dimana dia tinggal.”

“Wah, pintar sekali penculik itu.”

“Ya. Kamu sedang membantu ibu?”

“Sudah hampir selesai, aku mau menyusul ke rumah sakit.”

“Naik apa?”

“Naik sepeda motor saja.”

“Naik ojol atau taksi, nanti pulangnya aku boncengin.”

“Nggak usah, kalau Mas harus pergi ke mana, atau aku harus pulang lebih dulu, nanti jadi repot semuanya. Biar aku naik sepeda motor saja.”

“Baiklah, terserah kamu saja. Tapi hati-hati ya.”

“Iya Mas.”

Wahyudi menutup ponselnya. Ia kagum pada Wuri. Ia sangat perhatian, bukan hanya kepada dirinya, juga kepada orang lain. Terkadang dia mengesalkan, karena cerewet dan kadang tidak terkendali, tapi hatinya sungguh lembut dan baik. Wahyudi sering merasa terhibur dengan kecentilan dan kecerewetannya. Tadi sengaja Wahyudi tidak menceritakan tentang ancaman dari penjahat itu, agar Wuri tak panik mendengarnya.

***

Bu Siswanto masih berada di kamar Retno, ketika pak Siswanto menelponnya.

“Bu, kamu di mana?”

“Masih di rumah sakit. Kenapa?”

“Pulanglah, aku menghawatirkan Kori. Aku berusaha pulang cepat, ternyata tak bisa. Ada urusan yang harus aku sendiri yang menyelesaikannya.”

“Memangnya kenapa Kori?”

“Dia sedang tidak tenang. Di rumah tidak ada orang.”

“Kan ada Asih?”

“Kori mana mau ditemani Asih?”

“Ya sudah, aku akan segera pulang.”

Bu Siswanto menutup ponselnya.

“Mau pulang dulu Bu?” tanya bu Kartomo.

“Iya. Syukurlah, Retno sudah bisa tidur.”

“Iya Bu, rupanya dokter memberikan lagi obat penenang. Kalau tidak dia sangat gelisah dan menangis terus.”

“Bisa dimaklumi Bu, namanya juga kehilangan anak. Tapi saya minta maaf, harus pulang lebih dulu ya Bu.”

“Iya Bu, disini sudah ada nak Sapto juga yang ikut menjaga.”

“Iya, syukurlah, saya merasa tenang karena ada suaminya. Semoga semua segera membaik.”

“Ibu perlu saya antar?” tanya Sapto.

“Tidak, ibu naik taksi saja. Entah mengapa, ibu merasa lebih baik segera pulang.”

“Baiklah, saya antarkan ibu ke depan sampai taksinya datang.”

Bu Siswanto mengangguk.

“Menurutmu, Kori kah pelakunya?” tanya bu Siswanto dalam perjalanan keluar.

“Entahlah Bu, Sapto juga bingung. Kalau itu Kori, mengapa dia akan mengembalikan bayinya. Ancaman agar Retno berpisah dari Sapto itu sepertinya dari Kori. Tapi kan dia menginginkan bayi itu, mengapa harus mengembalikannya?”

“Ibu juga bingung. Walau Ibu tidak suka melihat sikap Kori yang selalu mengadu kepada ayahmu, tapi Ibu juga ragu menuduhnya begitu saja.”

“Kalau benar iya, Sapto benar-benar akan menceraikannya.”

“Sebaiknya menunggu polisi bisa menemukannya. Semoga penculik tidak mendesak lagi untuk sementara ini.”

Sapto hanya mengangguk sedih.

***

Bu Siswanto turun dari taksi, melihat Asih di halaman.

“Kamu mau kemana Sih?”

“Ini Bu, Bu Kori minta dibelikan rokok.”

“Rokok? Sejak kapan Kori merokok?”

“Nggak tahu Bu, baru kali ini Asih disuruh membelikan. Tapi beberapa hari ini Asih sering menemukan puntung rokok di teras ketika sedang bersih-bersih.”

“Ya ampun, anak itu. Tingkahnya aneh-aneh saja. Ya sudah belikan sana Sih, nanti marah-marah dia kalau kamu tidak segera beli.”

“Iya Bu, Asih ke warung dulu.”

Bu Siswanto berjalan memasuki rumah, dan langkahnya terhenti ketika ia mendengar Kori sedang bertelepon dengan seseorang, suaranya cukup jelas. Yang membuat bu Siswanto kaget adalah ucapan terakhir yang didengarnya.

“Kan sampeyan sudah tahu bahwa sesungguhnya saya tidak menginginkan bayi itu? Buat apa saya susah-susah merawat bayi?”

***

Besok lagi ya.

56 comments:

  1. Replies
    1. Yei, p. Bambang juara. Ma kasih bu Tienku BM 36 tayang

      Delete
    2. Alhamdulillah BM sudah tayang lagi. Terimakasih bu Tien.
      Selamat oak Bambang.

      Delete
    3. Selamat pa Bambang Subekti juara bari balapan menjemput kehadiran BM_36.

      Matur nuwun bu Tien.
      Sugeng dalu sugeng aso salira

      Delete
    4. Selamat....isa juara 1 Mas Bambang
      Sekarang larinya kenceng


      Mtnuwun mbk Tien

      Delete
  2. Yes SDH tayang
    Matur suwun bunda Tien
    Salam Aduhai

    ReplyDelete
  3. Alhamdulilah matur nuwun mbak Tien Kumalasari salam sehat dan aduhaai dari Cibubur

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah
    Yg di tunggu2 sdh hadir
    Matur nuwun bu Tien

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah..BM sdh hadir..
    Terima kasih Bu Tien..
    Semangat dan sehat selalu..
    Salam*ADUHAI*

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah, jadi penasaran banget kelanjutannya...

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah ...sdh tayang. Bu Tien bisa bikin pembaca makin penasaran

    ReplyDelete
  8. Matur nuwun bu Tien. Sedikit demi sedikit mulai terurai siapa yang menculik bayinya Retno. Sepertinya Kori kerjasama dengan pak Kartomo, lha koq bisa bisanya pak Kartomo mau menikahkan Retno dengan Wahyudi, sementara Retno baru saja melahirkan dan belum cerai dari Sapto. Salam sehat selalu. Salam penasaran

    ReplyDelete
  9. Maturnuwun, mb Tien
    Wah bikin deg2an... Kori mgkn dia salah satu yg jahat.
    Untung bu Sis mendengar
    Kasihan Qila.
    Semoga Sapto tetap sama Sapto
    Salam manis nan aduhai
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah BM36, sdh hadir.
    Matur nuwun mb. Mbak Tien, salam sehat dan bahagia selalu.

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun bunda Tien..BM 36 telah hadir.

    Salam sehat selalu dan semakin ADUHAI rasanya..

    ReplyDelete
  12. Retno,, tenanglah , banyak orang ada di pihakmu ,,
    Aduhai bunda Tien ,,
    Salam hangat dari kuta Bali

    ReplyDelete
  13. Lha benerkan Kori yang kong kalikong nyulik Qila

    ReplyDelete
  14. Selamat malam Bunda Tien Kumalasari, terima kasih BM udah hadir lagi ,salam Aduhai dari Pasuruan

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah terima kasih Mbu Tien.. BM nya makin sllu ditunggu.... sehat² sllu bwrsama keluarga....

    ReplyDelete
  16. Alhamdullilah BM 36 sdh tayang..terima ksih bunda..makin lm makin penasaran..smg aja yg jahat cpt ketahuan..ksihan retno..salam sehat dan aduhai dri sukabumi unk bunda Tien 🙏🙏🥰🥰

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah BM 36 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  18. 𝐖𝐚𝐡 𝐊𝐨𝐫𝐢 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐝𝐠𝐧 𝐩𝐞𝐧𝐜𝐮𝐥𝐢𝐤𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐚𝐭 𝐭𝐞𝐥𝐩𝐨𝐧 𝐤𝐞𝐛𝐞𝐭𝐮𝐥𝐚𝐧 𝐛𝐮 𝐒𝐢𝐬𝐰𝐚𝐧𝐭𝐨 𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚.

    𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚..🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  19. "Sampeyan" Maksud nya siapa yah? Pa kartomo atau mertua retno?
    Saya duga kori main gila dgn siswanto. Ayah sapto, makanya dia mati²an bela kori. He5x.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kori sedang bicara dengan pelaku penculikan/ suruhannya sy kira.

      Delete
  20. Terima kasih mbak tien. Salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  21. Matursuwun mbak Tien BM 36 telah tayang
    Episode tegang dan jengkel🤣

    ReplyDelete
  22. Terima kasih BMnya sudah hadir, semoga Bu Tien sehat selalu.

    ReplyDelete
  23. Matur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah berkunjung.
    Penjahat menang duluan, lakon menang belakangan.
    Salam sehat dari Sragentina mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  24. Trims Bu Tien BM udah hadir semoga besuk tambah seru......

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah BM 36 dah tayang
    Terimakasih bunda Tien
    Salam sehat fan aduhadari Purworejo

    ReplyDelete
  26. Terima kasih bu tien, salam sehat selalu .... kartomo, pak sis dan kori ... dalang penculikan

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah....
    BM 36 dah tayang mksh bu Tien, mudah2an segera terungkap siapa penculik Qila
    Slamat malam...slamat beristirahat...salam ADUHAI dari blora..

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah yang ditunggu sudah tayang, mksh bunda Tien. Ketahuan juga akhirnya Kori bersandiwara di depan mertuanya, salam sehat selalu dan aduhai..

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien untuk BMnya 🤗💖
    Kori.kori..kamu main-main dg Aqila ya

    Salam Sehat wal'afiat semua ya bu Tien & Salam ADUHAAII

    ReplyDelete
  30. Terimakasih bu Tien.
    Salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah...
    Matur nuwun bu Tien..

    ReplyDelete
  32. Maturnuwun bu Tien...BM36nya...

    Aduhaii sekali peliknya...👏👏👍👍
    Kori tdk menginginkan bayi..tapi mertuanya msh membela kalo Kori menginginkan bayi itu...
    Nah looo...siapa dalangnyaa..

    Lanjuut besok lagi...

    Salam sehat dan aduhaiiii bu Tien..🙏🌷

    ReplyDelete
  33. Kori...
    Terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah, suwun Bu Tien....
    Salam sehat selalu.....😊🙏🙏

    ReplyDelete
  35. Semakin seru....BM selanjutnya ditunggu salam sehat dan aduhai untuk ibu tien

    ReplyDelete
  36. Hayuh pada nggak koordinasi dengan pihak buzer, sana-sini berpanik ria.

    Hambok sudah data yang ada dikumpulin ke buzer; nanti kan diolah dan dengan cepat tertangani, wuah nama besar bakal rusak, bisnispun bisa hancur kalau perlakuan nya tidak manusiawi, dan diketahui publik, istilah nge-trend nya tidak punya moral, halah sok moralis lha wong tidak sedikit yang harusnya menjaga moral buat contoh panutan aja bisa mlétho.
    Mlétho itu bahasa apa tå, wis gimana malah katanya berdalih khilaf, buat membela diri.

    Lha lupa ya, itu godaan dunia memang bikin ngiming ngimingi, padhaké bocah cilik di pamèri jajan.

    Trus butå cakil piyé?

    Oh nggih;
    Cakil niku nganèhi anèhi, nikå rak wayang tå dèn ngantèn; hambok crigis nganti jangguté mbalap nggih mokal saged ngowahi pakêmé dhalang.
    Cèn rêmêné nggawé gendrå thok, nganti ruwing(héboh).

    ADUHAI

    Haduh Bu Sis denger sendiri keterlibatan Kori dari pembicaraan telepon nya, moga moga slamet slamet aja, kan yu Asih lagi nggak di rumah, la kalau Kori nekat kan bisa Bu Sis diplêkotho, semoga nggak terjadi yang anèh anèh.

    Yu Asih ya cuma gemeter tå yå lihat majikan sampai semaput gitu..

    Wuri menemukan apalagi tuh apa cuma mau menyawang ke hènsoman mas Budi,
    apa pak Kartomo pura pura menemukan bayi Retno, yang didapat dari perempuan; perempuan yang mencurigakan di sal bayi, dan Wuri melihat pemandangan itu?

    semoga aja.

    Kok bisa bayi nggak nangis sudah berapa jam nggak minum asi hayo; apa dibikin rada semaput, kaya ayam di beri brambang.
    Hé hé hé kulinå nyambêr ayam ya?
    Iya, ayam gorèng tapi.

    Semoga saja, biarlah hati bicara kan cintaku ada diantara mega, anya tau, kan bukan milikku.


    Terimakasih Bu Tien,

    Bukan milikku yang ke tiga puluh enam sudah tayang.

    Sehat sehatlah selalu doaku,
    sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏🏻

    ReplyDelete
  37. Makasih mba Tien.
    Salam hangat selalu.
    Tetap aduhai

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah BM 36 sdh tayang. Matursuwun bu Tien
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  39. Dasar bpk nya Retno yaa pancet ae gak tahu malu ketahuan biar di penjara . Tp kok bisa kosong perawat yak .. ahh namanya haluu.. trims bu Tien

    ReplyDelete
  40. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo, Bam's,

    ReplyDelete
  41. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Supralina, Endang Mashuri, Rin,

    ReplyDelete
  42. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem Massachusetts, Bantul, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  43. Assalamualaikum wr wb. Mulai sedikit terkuak kasus hilangnya Qila..bisa di duga Kori kerjasama dgn orang lain yg menculik bayi Retno dan semuanya skenario pak Siswanto.. Mudah mudahan kasus ini sgr dibongkar polisi... Maturnuwun Bu Tien, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede
    ..

    ReplyDelete
  44. makin seru... tks bu Tien.. semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  45. Selalu ku tunggu Bu Tien...salam aduhai...

    ReplyDelete
  46. Terimakasih Bunda Tien
    Semakin seruuu...
    Sehat2 selalu ya Bun...
    Salam aduhaiii 🙏🙏🌹

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 13

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  13 (Tien Kumalasari)   “Kamu tidak menjawab pertanyaanku, Tangkil? Apa yang kamu lakukan di sini?” Tangkil...