MELANI KEKASIHKU 33
(Tien Kumalasari)
“Bibiiik.. mengapa kamu sekarang suka bengong bik? Mana, biar aku bantu, kelamaan anaknya keburu rewel bik..” kata Anindita kesal.
Bibik tentu saja gugup. Padahal botol itu baru saja dia beli untuk menghindari kemarahan majikannya. Sementara tadi dia bilang sudah dicuci.
“Ibu, ini kan pekerjaan bibik, jadi biar bibik saja mengerjakannya. Ini, ibu makan saja dulu nasi liwetnya. Nanti begitu selesai, susu itu pasti sudah siap.”
“Tapi kalau kamu kelamaan, Melani keburu rewel, dan sekarang aku nggak kuat menggendongnya lagi. Kamu sanggup, menggendongnya?”
“Nanti kalau nak Melani rewel, biar simbok menggendongnya, ayo sekarang ibu makan saja, nasi liwetnya bibik siapkan di meja,” kata bibik sambil menuntun Anindita ke meja makan.
“Bibik sekarang bandel ya,” gerutu Anindita walaupun dia menurut didudukkan.
“Nah, sudah, ini sendoknya, kuah sambel goreng bibik tuang sekalian ya..” kata bibik sambil melayani Anindita, kemudian beranjak ke dapur. Dia segera mencuci botolnya sampai bersih, kemudian membilasnya dengan air matang. Lalu ia membuat susunya didalam gelas, dan dituangkannya ke dalam botol. Sambil mengerjakan itu, simbok senyum-senyum sendiri, membayangkan majikannya akan memaksa Melani untuk minum dari botol yang disiapkannya.
“Kasihan majikanku, semoga segera pulih. Ya Allah... tolong sembuhkanlah orang baik ini,” bibik berbisik dalam doa,
“Bibiiik... aku sudah selesai...” tiba-tiba Anindita berteriak. Bibik segera mengelap botolnya, dan membawanya ke ruang makan.
“Biik, mengapa botol ini tutupnya jadi biru? Bukannya tadinya warna kuning?”
Bibik tertegun. Botol dengan tutup kuning itu sudah puluhan tahun lewat, tapi majikannya masih ingat juga? Rupanya segala sesuatu tentang Melani masih melekat erat di benak Anindita.
“Bu, maaf, botol yang tutup kuning itu sudah usang. Sebenarnya tadi simbok beli baru, supaya nak Melan senang.”
“Tadi kamu bilang sudah kamu cuci..” Anindita cemberut karena merasa dibohongi.
“Betul bu, tapi bibik pikir, nak Melan akan suka dengan warna ini. Lebih bagus kan?”
“Tapi belum tentu juga dia suka, karena karet kempongnya ini kalau baru rasanya lebih keras, bukan?”
“Ooh, bibik kira tidak, ini bibik pilih yang empuk kok.”
“Baiklah, nanti kalau Melani nggak mau, pakai saja yang lama. Aku nggak mau dia rewel.”
Bibik berdebar, botol yang lama, tentu sudah sejak dulu dibuangnya.
Anindita membawa botol itu ke kamar, tapi Melani tidak ada.
“Lhooh, mana bayi kecilkuuu? Bibiiiik...!!” teriaknya.
“Ibu, aku didepan...” Melani berteriak dari arah kamar tamu.
Anindita melangkah cepat ke arah depan, seperti sangat khawatir. Lalu dilihatnya Melani duduk di kursi.
“Anak ibu, bayi kecilku.. sayangku... cintaku... ibu khawatir sekali. Syukur kamu tidak rewel, cantik... ini, susu kamu ibu bawakan.
Melani terbelalak melihat ibunya membawa sebotol susu yang diacungkan ke arahnya. Masa dia harus minum susu dari botol ?
“Bayi kecilku, susunya sudah siap, ayo minum.,” kata Anindita sambil duduk di samping Melani, kemudian membuka tutup botol dan berusaha memasukkannya ke mulut Melani.
“Ibu... ibu.. aku sudah besar..” pekiknya.
“Biarpun sudah besar harus tetap minum susu, ayo minumlah nak, jangan membuat ibumu sedih... ayolah.”
Melani terpaksa membuka mulutnya dan menyedot susunya. Tiba-tiba Melani merasa sedih. Begitu parah sakit ibunya, sebelah tangannya meremas tangan ibunya, dan tak terasa air mata mengalir dengan derasnya.
“Cintaku, bayi kecilku... mengapa menangis? Nggak enak ya, pakai botol baru? Bibiiiik... ambil botol yang lama, Melani menangis biiik.”
“Ibu, jangan ganti. Melani tidak mau lagi minum dari botol..”
“Nggak enak bukan, botol baru, aku sudah bilang sama bibik tadi, biar diambilkan botol kamu yang tutupnya kuning ya..”
“Tidak.. tidak.. Ibu, sekarang aku sudah besar, aku mau minum susu dengan gelas saja,” rintih Melani pelan, penuh harap agar ibunya mau mengerti.
“Minum dengan gelas? Biasanya kamu menangis dan tidak mau meminumnya kalau pakai gelas.”
“Sekarang Melani sudah besar, ibu. Tidak mau minum dengan botol lagi,” katanya masih terisak.
“Benar, kamu mau minum dengan gelas? Ini di tuang di gelas, begitu?” kata Anindita sambil memiringkan wajahnya untuk menatap Melani, seperti sedang membujuk seorang anak kecil.
Melani mengangguk, sambil mengulurkan botol itu ke arah ibunya.
“Bibiiiik.... ambilkan gelas saja, bayi kecilku sudah besar, mau minum dengan gelas saja,” teriaknya.
Bibik bergegas datang sambil membawa gelas kosong.
“Tuang di gelas saja.”
“Baiklah.”
Bibik menuangkan susu itu ke dalam gelas kembali.
“Sudah, ini sayang, cintaku... minum dengan gelas begini?”
Melani mengangguk haru. Bagaimanapun ia sangat merasakan betapa besar kasih sayang ibunya, dan itu sangat menyentuh perasaannya, membuat dadanya terasa sesak dan selalu ingin menaangis. Ia menerima susu segelas yang di berikannya dan meneguknya habis, agar ibunya senang. Dan itu benar, Anindita bertepuk tangan memuji, lalu mencium pipi Melani bertubi-tubi.
“Bayiku sudah besar, anak pintar.. sayangku.. Begitu cepatnya kamu menjadi besar,” katanya sambil menatap Melani dengan mata berbinar. Melani merasa, mata itu tak lagi tampak kosong. Ada binar bahagia disana.
“Semoga ibu cepat pulih, ya Allah,” doanya dalam hati.
“Sekarang saatnya ibu minum obat ya,” kata bibik sambil membawa botol dan plastik berisi obat.
“Obat lagi bik?” tanyanya dengan mulut cemberut.
“Iya bu, supaya ibu selalu sehat,” kata bibik yang tak pernah mengatakan ‘supaya ibu cepat sembuh’ karena Anindita akan menjawab bahwa dia tidak sakit.
“Ibu minum obatnya ya, biar Melani yang meminumkan,” kata Melani sambil menatap ke arah bibik. Bibik segera memberikan sebotol kecil obat yang sudah ada didalam tangannya ke arah Melani.
Anindita tertawa.
“Bayi kecilku mau meminumkan obatku?”
“Ibu, aku sudah besar. Mengapa ibu selalu lupa?”
“Iya, ibu selalu lupa. Baiklah, mana obatnya? Biar aku selalu sehat kan?”
Melani mengambilkan dua macam obat yang disodorkan bibik lalu memberikannya pada ibunya, berikut segelas teh yang sudah disiapkan di meja.
“Sekarang ambilkan buburnya bik, biar aku suapi bayi kecilku.”
“Bu, aku sudah besar, aku bisa makan sendiri.”
“Oh, ya ampuun, ibu sungguh pelupa.”
Melani tersenyum ketika melihat ibunya memukul keningnya sendiri dengan telapak tangannya. Didekatinya ibunya dan dipeluknya erat.
Anindita tertawa senang.
“Bayi kecilku ....”
“Ibu lupa lagi..?”
“Bayi keciku sudah besar..”
Melani memeluk ibunya lebih erat.
***
“mBak, bagaimana kalau aku ke rumah bibik lagi?” tanya Anggoro pagi itu.
“Iya, aku juga berencana mau ke sana sama mas Panji, tapi aku selesaikan masak dulu. Aku mau bawa rendang kesukaan Anindita.”
“Iya benar, dia suka sekali rendang. Kalau dia memasak rendang rasanya enak sekali,” kata Anggoro dengan wajah sedih.
“Simbok sudah aku suruh menyiapkan baju ganti untuk Melani. Sejak kemarin dia disana dan tidak membawa ganti selembarpun.”
“Aku berpikir akan mencarikan rumah kontrakan untuk mereka. Rumah yang lebih nyaman.”
“Mas Panji juga berpikir begitu, tapi sulit apa tidak mengajak mereka pindah? Kalau mau itu bagus. Tadi Melani mengirim pesan ke Andra, bahwa dia akan membeli kasur untuk simbok, juga bantal, karena semalam simbok tidur di kursi.”
“Kalau belum mau pindah, beli juga kasur yang lebih bagus untuk Anindita dan Melani. Aku tidak sampai hati melihat kehidupan mereka seperti itu. Sangat memprihatinkan.”
“Kamu harus ingat, mereka menjalani hidup sederhana selama bertahun-tahun. Seumur Melani, ya kan?”
“Iya benar,” kata Anggoro sedih.
“Semua sudah berlalu, sekarang kita harus berusaha membenahi mana yang salah dalam hidup kita. Aku juga sedih karena dia adikku satu-satunya, tapi ini semua sudah terjadi. Semoga semuanya akan menjadi lebih baik.”
“Bu, itu baju-baju Melani sudah simbok siapkan,” kata simbok dari arah dapur.
“O iya mbok, taruh disini saja, biar nanti aku bawa.”
“Baiklah, sama mau bilang, rendangnya sudah matang, kompornya sudah saya matikan.”
“Bagus mbok, sudah simbok icipin rasanya? Ada yang kurang?”
“Tidak bu, sangat enak, ibu pintar sekali masak.”
“Simbok ini, bukankah simbok juga pintar memasak? Ya sudah, kami akan bersiap-siap kesana sekarang. Simbok dirumah saja dulu ya, kami mau melihat suasana ibunya Melani bagaimana, suka tidak kalau banyak orang yang datang kesana, karena kemarin dia bilang tidak suka. Katanya berisik.”
“Iya bu, simbok bisa mengerti. Saya siapkan rendangnya di rantang ya bu.”
“Iya mbok, terimakasih, jangan lupa baju-baju Melani taruh disini, nanti kelupaan.”
“Aku bantu menyiapkan mobilnya ya mbak.”
“Iya, mas Panji juga sedang mandi tuh.”
***
“Ndra, kamu dimana ?” tanya Abi ketika menelpon Andra.
“Aku di kantor. Kenapa?”
“Aku kira ke rumah bibik.”
“Tidak, bapak yang mau ke sana. Mau ada tamu nih, jadi salah satu harus datang ke kantor.”
“Oh, jadi ini lagi sibuk?”
“Belum, baru ngomong-ngomong sama Sasa. Ada apa? Kalau mau ketemu Melani datang saja, nak ganteng,” ledek Andra.
“Iya, nanti gampang, aku cuma mau nanya nih. Apa kamu pernah menemukan dompet seorang gadis disebuah rumah makan?”
“Iya, pernah. Kenapa? Ada uangnya yang hilang?” kata Andra terkejut.
“Bukan,” Abi tertawa.
“Aku kaget kamu bertanya begitu. Tapi, eh.. kok kamu tahu?”
“Gadis itu Indi, teman aku.”
“Oh... benarkah? Gampang dong kalau mau ketemu dia.”
“Lhoh, kamu tertarik sama dia?”
“Dia cantik, gesit, dan tampak dewasa. Sayang kenal hanya sekilas.”
“Nanti aku akan lebih mendekatkan kalian.”
“Benarkah?”
“Iya. Sementara itu dulu, lain kali kita ngobrol lebih lama, takut mengganggu, aku juga mau ke kantor sebentar, lalu ke rumah bibik.”
Andra menutup pembicaraan sambil tersenyum. Bagaimana mungkin tiba-tiba Abi bisa tahu tentang penemuan dompet itu, apakah gadis temannya itu yang bercerita? Dan bagaimana caranya tiba-tiba dia menceritakannya pada Abi?
“Mas, itu berkasnya di tandatangani dulu, kok ngelamun setelah menerima telpon? Pakai senyum-senyum pula?”
“Enggak, itu.. Abi lucu. Nanti saja ceritanya, mana yang harus ditanda tangani?”
***
Anindita tertidur pulas. Selalu begitu setelah minum obatnya. Melani menatap wajah yang masih tampak cantik itu dengan iba. Perlahan dia mencium pipinya sambil berlinang air mata.
“Ibu, sudah terlalu lama ibu menderita. Setelah ini ibu harus bahagia ya?” bisik Melani dengan suara bergetar.
Melani keluar dari kamar sambil mengusap air matanya.
“Nak Melan, diluar ada tamu,” kata bibik sambil berjalan kearah depan. Melani mengikutinya.
Bibik membuka pintu, dan terlihatlah Maruti, Anggoro dan seorang lagi laki-laki gagah, bibik belum tahu karena kemarin laki-laki itu tidak ada.
“Silahkan masuk bu,”
“Bude, pakde.. bapak..” kata Melani sambil mencium tangan-tangan mereka. Anggoro memeluknya erat.
“Bagaimana ibu kamu?”
“Tidur. Sehabis minum obat lalu tidur,” kata Melani sambil mempersilahkan mereka duduk.
“Simbok bagaimana?” tanya Melani yang tentu saja tak bisa lupa sama simboknya.
“Simbok baik-baik saja. Dia membantu bude memasak tadi. Ini bik, bawa ke belakang, aku memasak rendang untuk Anindita. Dulu dia sangat suka rendang. Aku juga sekalian bawa nasinya dan ada juga lauk lainnya,” katanya kepada bibik sambil menyerahkan barang-barang bawaannya.
“Terimakasih bu, saya baru mau belanja. Ibu sudah membawa makanan.”
“Aku mau melihat Dita,” kata Panji yang kemarin tidak ikut ke rumah bibik.
“Mari pakde, tapi tidurnya nyenyak sekali,” kata Melani. Anggoro mengikutinya.
Panji dan Anggoro berdri didepan pintu. Menatap haru pada wajah cantik yang tergolek pulas. Tampak seperti tak ada apapun yang terjadi. Tampak seperti tak ada beban yang menggayuti. Dia, Anindita yang mereka kenal, bukan wanita dengan tatapan mata kosong dan bersikap tak ramah ketika Anggoro menemuinya.
Mereka kembali duduk karena tak ingin mengganggu tidurnya.
Bibik menyuguhkan teh hangat yang diletakkannya di meja. Lega rasanya melihat keluarga majikannya datang dengan penuh perhatian.
Hari itu Melani tak perlu pergi untuk membeli kasur untuk bibik, karena tak lama setelah ayah dan bude pakdenya datang, ada kiriman kasur dan bantal yang diperlukannya. Satu buah yang kecil untuk bibik, dan yang besar untuk Melani dan Anindita.
Rupanya sebelumnya mereka belanja dulu untuk keperluan itu, dan barang-barang yang dibeli sudah langsung dikirim.
Mereka belum menata barang-barang itu, dan masih disandarkan di dinding.
“Bibiiiik...” semuanya terkejut mendengar teriakan Anindita. Ketika bibik mendekat, dilihatnya Anindita sudah berdiri di pintu.
“Siapa berisik diluar ? Mana bayi kecilku yang sudah besar?” tanyanya sambil berjalan keluar. Ia melihat ke arah semuanya yang duduk disana. Anggoro tak tahan melihatnya, ia berdiri dan berusaha mendekat. Tapi tiba-tiba Anindita berteriak.
“Pergiiiiii.... pergiiiiii...”
Melani berlari mendekat lalu memeluk ibunya, Ia menuntunnya kedalam, dan mengajaknya duduk. Mata Anindita merah seperti marah.
“Ibu, jangan ibu marah sama bapak,” katanya sambil memeluk erat ibunya.
***
Besok lagi ya.
Hai mana botol susunya mbok
ReplyDeleteMelani cantik udah gak ngompol yah
Mksh bunda bikin penasaran aj seh
Horeeee....ADUHAI
This comment has been removed by the author.
DeleteYogja lagi...yogja lagi....
DeleteMatur nuwun bu Tien
WORO-WORO
DeleteDiberitahukan kepada sahabat-2 blogger, (sebenarnya agak sungkan menyampaikannya), bahwa sudah 3 minggu ini laptop baru bu Tien (Cindera mata dari WAG PCTK saat milad ke 72 thn yll) terbakar mainboardnya, untuk itu perlu penggantian spare part yang terbakar (sayangnya di blog bu Tien tdk bisa tayang gambar/foto). Untuk perbaikannya perlu dana +/- 4 jutaan.
Oleh karena itu, yuk kita bantu biaya servicenya, agar bu Tien tetap "heppy" menulis cerbung buat kita², laptop yang dipakai sekarang sdh tua, layar LCD sdh retak jika PLN mati, ya ikut istirahat menulisnya. Bagi yang ada kelapangan rezki, dan berkenan membantu biaya perbaikan laptop dimaksud, mohon transfer langsung ke rekening BCA bu Tien, nomor rekening 0780131454 an Rd Ayu Sudartini.
Atas perhatian, bantuan dan kerjasamanya disampaikan rasa hormat dan terimakasih banyak. Semoga Allah membalas Anda dengan rezeki yang lebih banyak dan berkah. Aamiin.
In sya Allah
DeleteWaduh, mas kakek..
DeleteIn syaa Allah siaaap...
DeleteBiar laptop yg baru bisa segera dipakai lagi
Yey, juara lagi... Bu Tien bkn nambah penasaran. Mas Abi g asyeek tuh, ngomongin Indi ke Andra ada Shasa
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien sayang.. ❤️😘
ReplyDeleteSlmt juara 1...
ReplyDeleteTrnksh mbu tien.... sht trs...
Terima kasih Bu Tien
ReplyDeleteYeeeee.....gasik
ReplyDeleteAlhamdulillah MK 32
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Maaf MKb33
ReplyDeleteAlhamdulillah MK33sudah tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah, sudah terbit Terima kasih mbak Tien salam sehat dan salam ADUHAI..
ReplyDeleteMelani 😘😘
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda melani udah tayang 🙏🙏🙏
Hooreeeee sdh tayang emka 33 sdh tayng gasik
ReplyDeleteTrmksh mb Tien smg sehat sll
Salam ADUHAI
Horeeeee.
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien.
Alhamdulillah terima kasih mbak Tien cerbungnya aduhai, smg sll Sehat ²
ReplyDeleteAlhamdulilah sudah hadir. Mksh Bu Tien
ReplyDeleteAlamdulillah
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien selalu sehat dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan bersemangat dalam berkarya ... Salam 🙏🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah MK33 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulillah,matur nuwun Bu Tien..
ReplyDeleteSenantiasa sehat,Aamiin
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Trmksh mb Tien mk 33 nya...makin penasaran akankah Anindita bs pulih spt sediakalw? Slm seroja utk kita semua🙏
ReplyDeleteSamu2 ibu Sapti
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Melani sudah sampai di alamat.
ReplyDeleteDitaaaa.... cepat sembuh dong sayang, semua orang berharap begitu.
Sip Abi membantu Andra pdkt dengan Indi.
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
ADUHAI pak Latief
DeleteAlhamdulillah MK 33 sdh tayang, maturnuwun Bu Tien 🙏,bahagia selalu,salam sehat beserta keluarga, semangat dan ADUHAI selalu
ReplyDeleteSelalu Aduhai Yangti
DeleteAlhamdulilah...MK 33 dah tayang...
ReplyDeleteAlhamdululah terima kasih bu tien, smg bu tien sehat selalu ...salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh tayang,salam sehat bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah, sdh tayang yg ditunggu....
ReplyDeleteMakasih Bu Tien....
Salam sehat selalu
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh tayang 33....suwun bu Tien...sehat selalu
ReplyDeleteWow..makin seru..dan agak lama ini ceritanya bu cantik memang aduhai.. salam sehat selalu bu cantik Amin YRA 🙏 mr.wien
ReplyDeleteSalam sehat mr. Wien
DeleteAlhamdulillah MELANI sdh tayang, suwun mbak Tien...salam sehat selalu
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Terimakasih bu Tien, salam sehat selalu.
ReplyDeleteSalam sehat ibu Sri
DeleteMakasih Bu Tien MK33 udah hadir.... sehat Bu tien
ReplyDeleteSami2 ibu Suparmia
Delete𝑾𝒂𝒅𝒖𝒉 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉𝒂𝒏 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒉𝒂𝒓𝒖 𝒎𝒆𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒂𝒏 𝑨𝒏𝒊𝒏𝒅𝒊𝒕𝒂.
ReplyDelete𝑺𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒊𝒏𝒈𝒂𝒕𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒈𝒆𝒓𝒂 𝒑𝒖𝒍𝒊𝒉 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊.
𝑺𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒃𝒖𝒂𝒕 𝑩𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒚𝒈 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒓𝒂𝒎𝒖 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒊𝒌..
𝑨𝒂𝒎𝒊𝒊𝒏 𝒀𝑹𝑨.
Salam ADUHAI bapak Indriyanto
DeleteMakasih mba Tien. Salam hangat dan selalu aduhai
ReplyDeleteAssalamualsikum wrwb
ReplyDeleteSfuhdi mbak tTien...
Botol,, mana botol ,,,, eh sakah , dokter santi ,,
Sssa ,,, oh ..
Mbak tien dapat sakam Aduhai dari anggota Cerbung Cah C,,,semoga mbak Tien dan kita semua senantiasa sehat ,,,🤲🤲🤲 aamiin ,,,🙏🏻
DeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh Sampaikam kepada anggauta cerbung cah C, salam hangat juga buat ibu Susi
Kaca mata,,mana kaca mata ?? Tulisan jadi salah samua??😭😭mohon maaf mbak Tien, gara2 jacamata ikut terbawa di rumah bibik di pakai mainan oleh bayi Melani ,,,😁😁😁
DeleteAlhamdulillah, MK Eps 33 sudah tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun mBak Tien Kumalasari.
Semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia bersama keluarga tercinta, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.
Salam hangat mas Dudut
DeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteSemoga semuanya bahagiaaa
ADUHAI ibu Yulie
ReplyDeleteAlhamdulillah... Makasih bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Hestri
DeleteMakasih dah tayang bunda salam sehat selalu
ReplyDeleteTasikmalaya menyimak banyak penggemar cuma tidak muncul di ruang ini
Sami2 ibu Engkas, salam hangat buat Tasikmalaya. Yuk munculin dong
DeleteTerima kasih Bu Tien, bahagia, sehat dan sukses selalu....
ReplyDeleteSami2 ibu Rosen
DeleteAamiin
Terima kasih mbak Tien
ReplyDeleteSami2 KP LOVER
DeleteAlhamdulillah sdh tayang, sebentar lagi komplet bahagia semua.
ReplyDeleteTks bunda Tien. Sukses selalu..
Sami2 ibu Handayaningsih
DeleteMatur nuwun
Trimakasih mbak Tien..MK33nya..
ReplyDeleteSangat prihatiiiiin dengan Dita...😰😰😰
Semoga segra pulih kesadarannya dan memaafkan Anggoro..sehingga hidup bahagia..
Salam sehat selalu dan aduhaiii mbak Tien..🙏😘🌹
Sami2 ibu Maria
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Terima kasih Mbak Tien , MK 33 sdh tayang dan sdh dibaca ... tambah asyik & seru aja ceritanya ... Salam Sehat & Aduhai buat Mbak Tien & keluarga .
ReplyDeleteSami2, salam sehat juga ibu Enny
DeleteMatur nuwun.... Mbak Tien. Apakah Agus dan Laras tidak punya anak? Di MK ini anak Agus dg dr Santi itu Sasa. Sasa kok tidak punya adik Ajinomoto atau Miwon.... ha...ha... ha... semakin Aduhai
ReplyDeleteMemang tidak.
DeleteADUHAI ibi Nanik
Lo kok Botol nya tutup nya merah...eee pergi2 yaa Anggoro binun hahahha akan kah secepatnya sadar ..terapinya Melani anaknya .kan setresnya krn ilangnya anaknya...hahahha Bisa2nya Bu Tien yaa ..terima kasih pokoknya makin buat seru ...Andra apa akan sama Indri ????
ReplyDeleteADUHAI ibu Yanti
ReplyDeleteIbu Rosenrina, terimakasih perhatiannya
ReplyDeleteMatur nuwun. MK33 sudah hadir. Salam sehat kagem Ibu. Depok, 22 Nov.2021.
ReplyDeleteAlhamdulillah.......
ReplyDeleteMtur nuwun Bun......
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng selami2nyo.....
Assalamualaikum wr wb. Banyak hal yg bisa dipetik dari cerita sampai di episode 33 ini yaitu kesabaran. Dan kesabaran itu hrs di minta dgn do'a yg khusyuk kpd Allah Swt, agar setiap hari bisa menanamkan kesabaran di qolbu. Kesabaran itu penting untuk menghadapi berbagai macam kehidupan yg baik maupun yg buruk. Maturnuwun Bu Tien setiap cerita yg dihadirkan, selalu mengandung filosofi kehidupan. Semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon wilujeng ing sadoyonipun. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dan aduhai dari Pondok Gede... M
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
ReplyDeleteAamiin ya robbal alamiin
Matur nuwun pak Mashudi
Ibu Nina Setyaningsih, terimakasih banyak atas perhatiannya 🙏🙏
ReplyDeleteKl baca tuh jd ngekek aj
ReplyDeleteLg bayangin dot
Pastinya bunda Tien gemujeng sndri deh
Skrg Melanie udah gak ngompol lg
Seru deh pokoknya
Mksh bunda....Horeeeee...ADUHAI
Salam ngekek, jeng Maimun
ReplyDeleteTerimma kasih bunda Tien .. Salamaduhai dri skbmi🥰
ReplyDeleteUcapan *_Terimakasih & Penghargaan setinggi-tingginya_* kepada:
ReplyDelete1. Ibu drg. Isdarmirah Daly; (PCTK)
2. Ibu Enchi Sri Rahayu; (PCTK)
3. Ibu Umi Iswardono; (PCTK)
4. Bpk. Antonius Sarjo; (PCTK)
5. Ibu Heni Marheni; (PCTK)
6. Ibu Nani Nur'aini Siba; (PCTK)
7. Bpk. Djoko BS/Kakekhabi; (PCTK)
8. Ibu Iyeng Santoso; (PCTK)
9. Bpk. Bambang Subekti; (PCTK)
10. Ibu Kusumawati Prayogo; (PCTK)
11. Ibu Jalmi Rupindah; (PCTK)
12. Ibu Rosen Rina (blogger)
13. Ibu Nina Setianingsih (blogger);
14. Ibu Eny Libra ( PCTK)
Atas kesediaannya ikut membantu biaya perbaikkan LAPTOP ACER (cindera mata WAG PCTK ke bu Tien) yang terbakar mainboardnya.
Semoga Allah mengganti dengan
rezki yang lebih banyak dan berkah. Aamiin ya Robbal'alamin.
*_siapa menyusul_* ???
WORO-WORO
ReplyDeleteDiberitahukan kepada sahabat-2 blogger, (sebenarnya agak sungkan menyampaikannya), bahwa sudah 3 minggu ini laptop baru bu Tien (Cindera mata dari WAG PCTK saat milad ke 72 thn yll) terbakar mainboardnya, untuk itu perlu penggantian spare part yang terbakar (sayangnya di blog bu Tien tdk bisa tayang gambar/foto). Untuk perbaikannya perlu dana +/- 4 jutaan.
Oleh karena itu, yuk kita bantu biaya servicenya, agar bu Tien tetap "heppy" menulis cerbung buat kita², laptop yang dipakai sekarang sdh tua, layar LCD sdh retak jika PLN mati, ya ikut istirahat menulisnya. Bagi yang ada kelapangan rezki, dan berkenan membantu biaya perbaikan laptop dimaksud, bagi blogger mohon transfer langsung ke rekening BCA bu Tien, nomor rekening 0780131454 an Rd Ayu Sudartini.
Bagi anggota WAG PCTK ke BRI Norek 014001006493532.
Atas perhatian, bantuan dan kerjasamanya disampaikan rasa hormat dan terimakasih banyak. Semoga Allah membalas Anda dengan rezeki yang lebih banyak dan berkah. Aamiin.
Saya sudah tf ke rek BCA.
DeleteAlhamdulillah, Terima kasih ibu Tien, aduhai banget. Salam sehat selalu, aamiin
ReplyDeleteMalam Bunda
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat dalam berkarya.Salam ADUHAI.....