MELANI KEKASIHKU 32
(Tien Kumalasari)
Abi heran, malam-malam begini Indi menanyakan Andra.
“Iya, kenapa?”
“Nggak, aku juga belum merasa pasti, apa yang aku maksud itu Andra teman kamu atau Andra yang lain.”
“Ada apa sih?”
“Tadi dia menemukan dompet aku yang jatuh di rumah makan. Ia memperkenalkan namanya Andra. Aku ingat ketika pada suatu hari aku makan siang bersama kamu, kamu menelpon atau ditelpon seseorang yang namanya Andra. Apakah dia Andra yang menemukan dompet aku, atau bukan ya?”
“Haaa... kelihatannya kamu suka sama dia?”
“Ah, bertemu juga baru sekali..”
“Tapi tertarik kan?”
“Abi, kamu itu ditanya malah ngeledekin aku.”
“Soalnya aku belum pernah tahu kamu tertarik kepada seseorang. Tapi ini kayaknya perhatian banget.”
“Dia teman kamu atau bukan ya?”
“Mana aku tahu? Teman aku itu, orangnya tinggi, setinggi aku kira-kira, tapi badannya gedean aku. Terus... dia ganteng.. dan dia itu seorang pengusaha muda dari sebuah perusahaan properti.”
“Tolong tanyain deh. Apakah dia pernah menemukan dompet seorang gadis di rumah makan. Kalau iya, berarti dia itu yang aku maksud.”
“Kalau ‘ya’ kenapa?”
“Ya udah, nggak apa-apa. Cuma pengin nanya saja kok.”
“Kalau nggak ada maunya mana mungkin dibela-belain malam-malam begini nanya.”
“Maunya tuh ya berkenalan saja. Apalagi kalau dia teman kamu.”
“Baiklah, besok pagi aku tanyain dia. Kalau ya, kamu harus traktir aku lho ya.”
“O, beres kalau cuma nraktir. Kamu paling makan hanya sepiring lontong gado-gado, segelas jus alpukat. Ya kan?”
Abi tertawa. Tapi pertanyaan Indi sangat menarik baginya. Kalau benar dia Andra kakak sepupunya Melani, pasti gampang mendekatkan mereka. Dia senang kalau Andra mendapatkan jodohnya.
“Ada apa Bi, Indi menelpon?” tanya bu Cokro penasaran.
“Cuma nanya nama teman Abi saja kok bu.”
“Kirain dia suka sama kamu.”
“Ibu selalu begitu. Kan ibu sudah tahu kalau dia nggak suka sama Abi, dan Abi juga sudah punya pilihan lain. Abi harap ibu tidak berubah pikiran ya.”
“Nggak.. nggak. Ibu nggak akan berubah pikiran, kecuali kalau Indi benar suka sama kamu.”
“Syukurlah tidak. Terimakasih ibu,” kata Abi sambil beranjak ke kamarnya.
***
“Sudah, ibu jangan sedih begitu, kan sudah ketemu Anindita?” tanya Panji malam itu ketika Maruti tak juga bisa memejamkan matanya.
“Benar mas, cuma dia belum juga mengenali aku, walaupun ingat bahwa kakaknya bernama Maruti.”
“Dia itu sakitnya sudah lama. Mana bisa sekonyong-konyong bisa menerima semuanya? Kamu sendiri bilang bahwa Melani harus bersikap seperti bayi ketika mendekati ibunya, baru ibunya bisa menerima.”
“Iya sih.”
“Kalau begitu bersabarlah sebentar, aku yakin kalau semuanya akan baik-baik saja.”
“Tadi Andra bertanya, apakan Anindita akan kita bawa saja kerumah, tapi aku kira masih sulit, ya kan mas?”
“Tentu saja masih sulit. Sangat sulit, mengingat dia belum sepenuhnya normal. Jadi biarkan saja dulu disana, sesekali kita akan menengoknya, dan pelan-pelan mendekati dia.”
“Iya mas.”
“Ya sudah tidurlah. Kamu harus senang, karena si anak hilang sudah bisa diketemukan. Rencana kamu apa? Besok mau kesana lagi?”
“Besok aku mau masak rendang daging kesenangan Anindita. Semoga dia mau dan bisa mengingat masakan kesenangannya ini.”
“Bagus, memang harus pelan-pelan cara dia mengingat masa lalunya. Sekarang kamu tidur ya, ini sudah larut malam.”
Maruti mengangguk, mencoba memejamkan matanya. Panji memeluknya, untuk membuat isterinya merasa tenang.
***
Malam itu Anindita tidur dengan sangat nyenyaknya, karena pengaruh obat yang diminumnya. Melani yang sejak sore dipaksa untuk tidur disampingnya, turun perlahan dari pembaringan. Di ruang tengah dilihatnya bibik tidur di kursi panjang, tanpa bantal. Melani masuk kembali ke kamar dan mengambil bantal yang tadi dipakainya, lalu diberikannya pada bibik.
Bibik membuka matanya ketika Melani meletakkan bantal diatas perutnya.
“Bik, pakailah bantal itu.”
Bibik bangkit, menatap Melani yang duduk di kursi di depannya.
“Mengapa belum tidur nak ?”
“Belum bisa tidur. Hari ini sungguh luar biasa. Ini bantalnya, pakailah bi, dan bibik tidurlah.”
“Tidak nak, bibik belum bisa tidur. Nak Melani benar, hari ini sungguh merupakan hari yang luar biasa. Ibu Dita bisa bertemu keluarganya kembali. Bibik sangat senang, penderitaan ibu Dita selama bertahun-tahun akan segera berakhir.”
“Aku ingin mendengar cerita bibik. Bukankah banyak cerita bibik dari ketika aku masih bayi sampai hari ini?”
“Apa nak Melan belum ngantuk ?”
“Belum bik, berceritalah, selagi ibu sedang tidur.”
“Setiap sudah minum obatnya, ibu pasti tidur. Kalau tidak minum obat, ibu terus menerus mengajak mencari bayinya yang hilang.”
Melani merasa matanya terasa panas. Bayangan ketika ibunya kehilangan bayinya, terasa mengiris iris jantungnya. Betapa sedih dan sakitnya kehilangan bayi yang masih sangat kecil.
“Ada orang yang memfitnah bu Dita. Dia mengirimkan foto-foto seorang laki-laki yang sedang bersama bu Dita. Bapak marah sampai meluap-luap dan mengusir bu Dita dan bayinya. Saya merasa kasihan, menemaninya pargi dari rumah. Bu Dita seorang wanita yang baik. Pergi dari rumah selalu bersama suaminya, atau sama bibik. Bagaimana mungkin dia bisa berhubungan dengan seorang laki-laki?”
Melani mengusap air matanya.
“Kami menyewa sebuah rumah sederhana. Dan malapetaka itu terjadi ketika seorang wanita cantik menculik nak Melani. Bu Dita sangat sedih, menangis menjerit-jerit. Bibik menghiburnya sekuat tenaga, tapi betapa susah menghilangkan kesedihan yang bertubi-tubi. Terusir dari rumah tanpa merasa bersalah, lalu kehilangan anak satu-satunya yang sebenarnya bisa menjadi penghiburnya ketika itu. Lalu bu Dita seperti orang bingung, lupa segala-galanya. Bibik membawanya ke rumah sakit dan dirujuk ke dokter jiwa. Bibik bekerja apa aja demi semua itu. Tapi tak membuahkan hasil. Lalu bibik membawanya kemari.”
Melani merasa sedih. Ia juga teringat cerita simbok ketika seorang wanita cantik menyerahkan dirinya yang masih bayi, dan menjerit-jerit ketakutan dalam gendongan wanita itu. Beruntung simbok sangat menyayanginya dan menganggapnya sebagai anak kandungnya.
“Bibik banyak berkorban untuk ibu, dan simbok juga banyak berkorban untuk aku,” kata Melani yang terus mengucurkan air mata.”
“Ya sudah, sekarang nak Melani jangan lagi menangis. Bukankah semuanya sudah berlalu? Penjahat yang melakukan semua itu juga sudah tertangkap. Bibik mendengar ketika nak ganteng menceriterakannya tadi.”
Melani tersenyum mendengar bibik memanggil Abi nak ganteng. Ibunya juga mengenal Abi sebagai nak ganteng, dan ia bersyukur ibunya tidak mengusir Abi seperti kepada yang lainnya.
“Ibu juga menyebut dia sebagai nak ganteng.”
“Bu Dita mengenalnya sebagai orang baik yang telah menolongnya ketika kami di rumah sakit,” kata bibik.
“Syukurlah.”
“Sekarang nak Melani tidur ya, nanti kalau bu Dita bangun dan melihat nak Melani tidak ada, pasti teriak-teriak.”
“Ibu biasa bangun tengah malam?”
“Tidak sih, setelah minum obat biasanya tidur nyenyak sampai pagi. Lalu rewel mengajak mencari nak Melani, lalu bibik membujuknya agar makan dulu, lalu minum obat, setelah itu tidur lagi. Begitu terus nak.”
“Baiklah, bibik juga harus tidur sekarang.”
“Pakai saja bantalnya, bibik tidak usah memakai.”
“Jangan bik, disana kan ada kasur, jadi tanpa bantal juga tidak apa-apa. Besok Melani akan membeli kasur untuk bibik, dan menata semuanya. Tapi tentu saja kalau ibu sedang tidur,” kata Melani sambil berdiri. Bibik menerima bantal itu dengan penuh haru. Dia juga berdiri lalu memeluk Melani dengan penuh sayang. Ia teringat, bayi kecil Melani, dia yang menggendongnya kemana-mana.”
“Bayi kecil yang cantik, sekarang sudah dewasa. Syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
“Tidurlah bibik..” kata Melani sambil mengusap pipi bibik yang mulai keriput dimakan usia.
***
Pagi hari itu Anindita bangun. Ia menoleh ke sampingnya, dan mengelus pipi Melani dengan lembut.
“Bayi kecilku.. bayi kecilku..” bisiknya sambil terus mengelus pipi Melani yang masih pulas.
Anindita bangkit dan turun dari pembaringan.
“Bibiiik... “ teriaknya.
“Ya, bu Dita, jawab Bibik Asih dari arah dapur. Rupanya dia sedang membuat minuman.
“Biiik...”
“Ya...” bibik bergegas mendekat.
“Kamu sudah menyiapkan susu untuk Melani?”
Bibik gelagapan. Tentu saja dia tak mempersiapkan apa yang diminta. Hidup yang serba kekurangan, mana mungkin sempat menyiapkan susu?.
“Biiik.. kok diam. Pasti kamu kehabisan susu untuk Melani dan lupa beli. Ya kan ?”
“Oh.. eh.. iya bu.. bibik lupa, akan bibik belikan dulu sebentar.”
“Botol susu sudah dicuci ?”
Lagi-lagi bibik terpana. Botol susu..?
“Bibiiik, mana.. biar aku saja yang mencuci botolnya, sementara kamu beli susunya.”
“Mm.. itu.. itu bu... botolnya sudah bibi cuci bersih.. sekarang ibu duduk saja disini, bibik siapkan teh hangat untuk diminum. Kalau mau mandi, sudah bibik siapkan semuanya. Handuk dan baju ganti untuk ibu. Sekarang bibik keluar untuk membeli susu dan botol.”
“Kenapa botolnya harus beli? Botolnya kan sudah ada?”
Aduh, bibik kelepasan bicara. Ia menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Ia sadar, Anindita belum sepenuhnya sembuh dari sakit jiwanya. Ia harus bisa meladeninya.
“Maaf bu, maksud bibik, beli susunya. Sudah, ibu duduk disini, bibik ambilkan teh nya ya,” kata bibik sambil beranjak ke belakang, lalu kembali dengan segelas teh hangat.
“Ibu, diminum ya teh nya, bibik beli susu dulu, sama beli nasi liwet, ibu suka kan?”
“Aku mau, tapi belikan bubur untuk bayiku.”
“Baiklah, baiklah...” jawab bibik sambil beranjak ke belakang untuk mengambil dompetnya. Untunglah uang pemberian Abi masih ada, ditambah pemberian Maruti kemarin siang.
“Jangan lama-lama, keburu Melani menangis minta susu,” pesan Anindita sambil meneguk teh hangatnya.
“Baiklah bu..” kata bibik sambil menjauh.
Rumah sewa bibik itu amat kecil. Hanya ada satu kamar yang biasanya untuk tidur bibik dan Anindita, sebuah ruangan untuk duduk-duduk dan dapur dibelakang ruang itu. Didekat dapur itu ada kamar mandi.
Melani trenyuh melihat bibik tidur di kursi panjang. Di kamar hanya ada selembar kasur tipis dan dua buah bantal. Ia berjanji akan membelinya saat ibunya tidur.
Ketika Melani membuka matanya, dilihatnya ibunya sudah tak ada lagi disampingnya. Melani bangkit dan berusaha turun, tapi tiba-tiba Anindita masuk kedalam.
“Sayang, cintaku... jangan dulu bangun. Bibik baru beli susu untuk kamu. Jangan rewel ya, bibik kelupaan membeli susu. Tapi sebentar lagi dia pasti datang.”
Melani menatap ibunya dengan iba. Dia masih menganggap dirinya bayi yang akan rewel saat terlambat minum susunya.
“Ibu, aku tidak mau susu..”
“Jangan begitu nak, harus minum susu, supaya kamu cepat besar. Nanti bibik juga akan beli bubur untuk kamu. Kamu suka bubur kan?”
Melani memegang tangan ibunya.
“Ibu, aku sudah besar.”
“Tidak.. tidak... kamu harus nurut. Sekarang kamu mandi ya, aduh.. bibik lupa nggak ya, dia kan harus menjerang air untuk mandiin kamu juga.”
Melani bingung, bagaimana caranya mengingatkan ibunya bahwa dia sudah bukan bayi lagi.
“Sebentar, aku lihat ke belakang ya, sudah ada air hangat untuk kamu belum.”
“Ibu... aku mau pipis...”
“Ya ampuun, anak pintar, kamu tidak ngompol kan? Sini ibu gendong ke kamar mandi,” katanya sambil menarik Melani, dan tetap merasa bahwa Melani adalah bayi kecilnya.
“Ibu, aku sudah bisa jalan sendiri.”
“Masa sih?”
Melani turun dari tempat tidur.
“Bayi kecilku.. kamu bisa jalan sendiri? Aduuh.. kamu memang sudah setinggi ibu. Bagaimana mungkin bisa secepat ini?”
“Itu karena Melani diberi ibu minum susu setiap hari, makan bubur setiap hari, jadi Melani cepat menjadi besar.”
“Anakku... anakku... ibu tidak sadar, kamu sudah besar.”
“Melani mau pipis ya bu.”
“Iya, ayo.. ibu tuntun ke kamar mandi, hati-hati jangan jatuh.”
“Tidak usah bu, Melani sudah bisa. Kemarin ibu harus menggendong Melan, sekarang sudah tidak lagi. Lihat, Melani bisa jalan sendiri kan?”
“Oh.. oh... oh... benar, bayiku sudah besar.”
Melani terus melangkah ke kamar mandi, setelah sebelumnya mencium pipi ibunya dengan lembut.
Anindita tersenyum senang. Dilihatnya Melani memasuki kamar mandi sendiri.
“Ibu Dita sedang ngapain?” tiba-tiba bibik sudah datang.
“Itu, Melani sedang pipis. Mana susunya? Cepat buatkan, kamu taruh mana botol yang sudah kamu cuci? Biar aku bantu supaya cepat. Begitu dia selesai pipis pasti menanyakan susunya,” kata Anindita bersemangat. Rupanya Anindita belum sepenuhnya sadar walau Melani mengatakan dirinya sudah besar. Lagi-lagi bibik gelagapan. Bagaimana nanti memberikan susu dalam botol untuk Melani yang sudah dewasa?”
***
Besok lagi ya.
Yes
ReplyDeleteYess....kembali ke Yogja. Selamat buat jeng Iin tetap eksis ikut balapan dan sering menangnya.
Delete_“Aku cuma mau tanya Bi, kamu kenal seseorang yang namanya Andra?” (eMKa_31)_
Delete*****.
Alhamdulillah lanjutan eMKa_31 sdh tayang. Setelah libur sehari. Semoga bu Tien "fresh lagi" dengan inspirasi baru mengolah lanjutan ceritanya...
Sayangnya LAPTOP baru bu Tien rusak, ini operasional pakai laptop yang lama, yang jika listrik (PLN) ya ikutan wassalam, tertunda kita baca cerbungnya.
Matur nuwun bu Tien, sugeng dalu.
Tetap ADUHAI.
Yes, ttp juara walau dirantau. Ma kasih bu Tien MK 31, seru deh bayi gede mau diminumin susu botol, hehe
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Melani sudah berkunjung
ReplyDeleteTerima kasih bunda 🙏 penasaran bangetttt
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih bunda. Semoga selalu sehat
Deletealhamdulillah ... maturnuwun bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI Mbak Tien
Yes mbak I'in juara 1
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba,
Alamdulillah
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien selalu sehat dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap
Alhamdulillah....
DeleteKesuwun b Tien nama saya masih tercantum dlm daftar...
Salam sehat pemuh semangat dari Rewwin...🌿
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulilah tks bu tien melani adh hadir.... salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Sri
DeleteTerima kasih mbak Tien.
DeleteAlhamdulillah MK 32 sudah tayang ,makasih bunda Tien ,terus sehat dan sehat terus
ReplyDeleteAamiin
DeleteMatur nuwun jeng Werdi
Maturnuwun mbakyu, sampun pun tengga…🙏🙏
ReplyDeleteSami2 pak Bambang
DeleteAlhamdulillah.. Terimakasih bunda Tien sayang❤️😘
ReplyDeleteSehat terus ya bunda.. dan salam Aduhaaaai 🙏
Salam ADUHAI ibu Lily
DeleteTeeima kasih Bu Tien.... Ceritanya semakin seru.
ReplyDeleteAlhamdulillah MK.32 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu.
ReplyDeleteUR.T411653L.
Sami2 ibu Uchu,
DeleteAamiin
Alhamdulillah MK 32 dah tayang Terimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda Tien sekeluarga selalu sehat aamiin
Salam sehat dan aduhai
Aamiin
DeleteSami2 ibu Salamah
Eh tadi dah ngintip belum muncul tahu2 sudah ke sekian yg sdh coment..
ReplyDeleteAlhamdulilah MK 32 sudah hadir. Matur nuwun Bu Tien semoga sehat selalu dan lancar terus.
Aamiin
DeleteSami2 ibu Rochmah
Wah... MK 32 udah tayang. Suwun Bu Tien. Semoga Bu Tien sehat selalu dan tetap semangat dalam berkarya. Amin...
ReplyDeleteSami2.
DeleteTerimakasih ibu Yacinta
Alhamdulillah MELANI sdh tayang, duwun mbak Tien
ReplyDeleteSemoga sehat selalu dan terus berkarya menghibur penggemarnya
Aamiin
DeleteSami2 ibu Umi
Alhamdulillah, semoga Mbak Tien sehat selalu....
ReplyDeleteAamiin
DeleteNuwun Abah
Alhamdulillah .. seneng bisa baca sbelum.tidur .. mkasih mbak Tien, salam ADUHAI
ReplyDeleteSami2 pak Pri
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah sdh tayang, terimakasih bu Tien
ReplyDeleteSalam sehat sekalu
Aduhai sudah besar bayiku, semoga sdh bisa minum susu sendiri tanpa botol ...
Sami2..ibu NW KG
DeleteADUHAI..
Alhamdulillah MK 32 nya dah tayangp
ReplyDeleteMakadih bunda salam sehat selalu
Sami2
DeleteSalam sehat ibu Engkas
Makasih Bu cantik.. menyenangkan.. salam sehat selalu Bu cantik Amin YRA 🙏.mr.wien
ReplyDeleteSalam Aduhai mr. WIEN
DeleteMelani cantik... harus minum susu botol yaa..
ReplyDeleteOoh... kasihan Anindita masih blm pulih ingatannya.
Semoga berakhir bahagia.
Matur muwun bu Tien..
Sami2 ibu Nien
DeleteADUHAI
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien, semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeletesuwun mba Tien... Melani sd bisa jalan sendiri...salam sehat dan bahagia selalu
ReplyDeleteSami2 papa Wisnu
DeleteSelamat menikmati Kekasihku Melani....
ReplyDeleteKesuwun b Tien...
Salam sehat penuh semangat dari Rewwin...🌿
𝑨𝒍𝒉𝒂𝒎𝒅𝒖𝒍𝒊𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒍𝒂𝒏2 𝒊𝒏𝒈𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑨𝒏𝒊𝒏𝒅𝒊𝒕𝒂 𝒔𝒅𝒉 𝒂𝒅𝒂 𝒌𝒆𝒎𝒂𝒋𝒖𝒂𝒏.
ReplyDelete𝑺𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒔𝒏 𝒄𝒆𝒑𝒂𝒕 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝑴𝒆𝒍𝒂𝒏𝒊 𝒔𝒅𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒖𝒎𝒑𝒖𝒍 𝒅𝒈𝒏 𝒊𝒃𝒖𝒏𝒚𝒔.
𝑲𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝑨𝒏𝒅𝒓𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝑰𝒏𝒅𝒊𝒓𝒂 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒎𝒖𝒍𝒂𝒊 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒂𝒓𝒊𝒌𝒏𝒚𝒂.
𝑴𝒐𝒏𝒈𝒈𝒐 𝒃𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒅𝒊𝒑𝒖𝒏 𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕 𝒌𝒆𝒎𝒂𝒘𝒐𝒏 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝑨𝑫𝑼𝑯𝑨𝑰.
𝑺𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒖𝒕𝒌 𝑩𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂... 𝑨𝒂𝒎𝒊𝒊𝒏 𝒀𝑹𝑨.🙏🙏🙏👍👍👍
“Nggak, aku juga belum merasa pasti, apa yang aku maksud itu Andra teman kamu atau Andra yang lain.”
Delete“Ada apa sih?”
“Tadi dia menemukan dompet aku yang jatuh di rumah makan. Ia memperkenalkan namanya Andra. Aku ingat ketika pada suatu hari aku makan siang bersama kamu, kamu menelpon atau ditelpon seseorang yang namanya Andra. Apakah dia Andra yang menemukan dompet aku, atau bukan ya?”
“Haaa... kelihatannya kamu suka sama dia?”
“Ah, bertemu juga baru sekali..”
“Tapi tertarik kan?”
“Abi, kamu itu ditanya malah ngeledekin aku.”
“Soalnya aku belum pernah tahu kamu tertarik kepada seseorang. Tapi ini kayaknya perhatian banget.”
Nah sepertinya Indira tertarik sama Andra begitu juga sebaliknya...Moga2 jodoh ya..
Lalu bagaimana dengan Sasa mungkin nanti Sasa akan dipertemukan dengan kakaknya Indira siapa tahu ternyata Indira punya kakak yang saat ini masih kuliah di luar negeri...he..he.Ngarep.com.
Kita tunggu saja kelanjutannya dari Bu Tien pasti ADUHAI...
Salam sehat selalu buat Bu Tien dan Keluarga...Aamiin YRA
Trmksh mb Tien emka 32 nya sdh tayang
ReplyDeleteSalam sehat dan bahagia bersama kel tercinta
Salam ADUHAI
Alhamdulillah Melani secara bertahap mulai bisa meyakinkan Anindita kalau dia sudah besar. Wah jangan jangan besok diberi botol susu..lucu juga. Semoga Melani bisa menjelaskan kalau sudah besar sudah tidak minum susu pakai botol tetapi pakai gelas. Wah seru nih. Semoga ingatan Anindita mulai muncul dengan adanya Melani dan bibik yang sabar meladeni. aamiin
ReplyDeleteTrims Bu Tien untuk cerita hari.ini..,lanjut terus Bu tien
ReplyDeleteSemoga Sehat Selalu Mba Tien,Rasanya Gak Sabar Menunggu Kelanjutannya.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien semoga sehat walafiat
Terima kasih Bu Tien semoga selalu sehat n tetap semangat, salam hangat dari Pasuruan
ReplyDeleteAlhamdulillah MK Eps 32 sudah tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari
Terima kasih Bu Tien...semangat dan sukses selalu dalam karya dan pelayanan...
ReplyDeleteMa kasih Bunda
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Met istirahat
Alhamdulillah, terima kasih....
ReplyDeleteMelani mimik susu pake dot... Pasti lucu..tapi bikin nyesek.. trenyuh .😢😢
ReplyDelete“Itu, Melani sedang pipis. Mana susunya? Cepat buatkan, kamu taruh mana botol yang sudah kamu cuci? Biar aku bantu supaya cepat. Begitu dia selesai pipis pasti menanyakan susunya,” kata Anindita bersemangat. Rupanya Anindita belum sepenuhnya sadar walau Melani mengatakan dirinya sudah besar. Lagi-lagi bibik gelagapan. Bagaimana nanti memberikan susu dalam botol untuk Melani yang sudah dewasa?”
ReplyDeleteSedikitnya ada 8 koreksi, terakhir yang diatas ini "Anindita" seharusnya "Melani"
Monggo bu dikoreksi sdh ada di japri bahan koreksinya.
Selamat malam selamat beristirahat, semoga mimpi indah.
Alhamdulillah MK 31, maturnuwun Bu Tien 🙏, penasaran episode selanjutnya 😀, semoga sehat selalu beserta keluarga Bu,dan selalu ADUHAI
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien
Semoga bu tien sehat2 n selalu dalam lindungan Allah SWT
Aduh jd mundur ,😀 episode 32 yg betul , pangapunten Bu Tien 🙏..semangat menunggu kelanjutan ceritanya 😀😀
ReplyDeleteTrimakasih mbak Tien MK32nya..
ReplyDeleteSangat trenyuuuuh....😰😰😰
Salam sehat dan aduhaii sekali mbak Tien..🙏🌹😘
Alhamdulillah,semakin ADUHAI ceritanya,terima kasih Bu Tien..sehat selalu nggih,Aamiin.
ReplyDeleteAamiin
DeleteMatur nuwun ibu Rini
Alhamdulillah, MK sudah tayang...
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, salam sehat selalu...🙏
Ayo Abi bantu kakak sepupu berjodoh dengan Indri, dorong mereka berdua.
ReplyDeleteMelani boleh ngedot lagi deh, kalau saya sudah tidak.
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
ADUHAI pak Latief
DeleteAssalamuslaikum wrwb
ReplyDeleteAduhai mbak Tien ,,,
Simboknya Melani mana??
Salam sehat buat Encil, Selat dan senantiasa Aduhai mbak Tien ,,🥰🥰
Simboknya diganti mbok sabar..😄😄
DeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....
Aamiin
DeleteMatur nuwun wo
Terima kasih mbak Tien
ReplyDeleteSami2 KP LOVER
DeleteTrmksh mb Tien mk sdh hadir..slm seroja sll...
ReplyDeleteSami2 jeng Sapti
DeleteMakasih mba Tien. Salam sehat selalu dan tetap aduhai
ReplyDeleteTetap ADUHAI ibu Sul
DeleteAlhamdulillah MK 32 dah tayang terimakasih bu Tien
ReplyDeleteSemoga bu Tien sekeluarga selalu sehat aamiin
Salam aduhai
Salam ADUHAI ibu Sri
ReplyDeleteSemoga bu Anin cepat pulih kembali kesehatan jiwanya. Matur nuwun. Boediono H. Depok.
ReplyDeleteLalu bagaimana dengan Sasa mungkinkah nanti Sasa akan dipertemukan dengan kakaknya Indira siapa tahu ternyata Indira punya kakak yang saat ini masih kuliah di luar negeri...he..he.Ngarep.com....Mau nya pembaca Pak Boed
DeleteADUHAI Pak Indriyanto..
DeleteSami2 pak Boediono
DeleteAssalamualaikum wr wb. Senang di episode 32 ini, pelan-pelan, Anindita sdh mulai sadar dan mudah mudahan cepat sembuh dari sakit jiwanya. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
ReplyDeleteAamiin ya robbal alamiin.
Matur nuwun pak Mashudi, salam sehat kembali
Koq p. Indriyanto pirso kalau Indira punya kakak yg msh kuliah di LN? Apa bu Tien maringi pirso...he he...Salam sehat n tetap semangat.
ReplyDeleteHanya kira2 saja
DeleteMasya Allah... terharu, sekaligus lucu bagian yang ini.
ReplyDeleteIndi, semoga kamu memang berjodoh dengan andra.
Tapi gimana dengan sasa?
Sama siapa dia?
Aduhai! Penasaran bun.
Ramai
ReplyDeleteWORO-WORO
ReplyDeleteDiberitahukan kepada sahabat-2 blogger, (sebenarnya agak sungkan menyampaikannya), bahwa sudah 3 minggu ini laptop baru bu Tien (Cindera mata dari WAG PCTK saat milad ke 72 thn yll) terbakar mainboardnya, untuk itu perlu penggantian spare part yang terbakar (sayangnya di blog bu Tien tdk bisa tayang gambar/foto). Untuk perbaikannya perlu dana +/- 4 jutaan.
Oleh karena itu, yuk kita bantu biaya servicenya, agar bu Tien tetap "heppy" menulis cerbung buat kita², laptop yang dipakai sekarang sdh tua, layar LCD sdh retak jika PLN mati, ya ikut istirahat menulisnya. Bagi yang ada kelapangan rezki, dan berkenan membantu biaya perbaikan laptop dimaksud, mohon transfer langsung ke rekening BCA bu Tien, nomor rekening 0780131454 an Rd Ayu Sudartini.
Atas perhatian, bantuan dan kerjasamanya disampaikan rasa hormat dan terimakasih banyak. Semoga Allah membalas Anda dengan rezeki yang lebih banyak dan berkah. Aamiin.
Salam aduhai.
ReplyDeleteMelani terpaksa harus bersikap seperti anak kecil....karena gangguan jiwa yang diderita oleh ibunya (Anindita).
Terima kasih mbak Tien sehat selalu.
Salam.aduhai terima kasih bu Tien ..wah Melani bayi besar ..cepat buat sadar aah🤭🤭😇😇😢
ReplyDelete