MELANI KEKASIHKU 31
(Tien Kumalasari)
Maruti yang baru sadar bahwa wanita itu adalah Anindita, lalu memburunya masuk kedalam, diikuti Melani dan juga Anggoro. Tapi Maruti menahan Anggoro diluar pintu, karena merasa bahwa kalau Anggoro masuk maka Anindita akan berteriak-teriak lagi.
Maruti tertegun. Disebuah kursi diruang tengah, dilihatnya Anindita duduk sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Kedua tangan itu dilepaskannya ketika mendengar langkah mendekatinya.
Maruti mendekat, hatinya tergetar melihat keadaan Anindita yang memprihatinkan. Badannya kurus, wajahnya pucat., matanya menatap kosong.
“Pergiii... pergiiii...” teriaknya histeris.
Menetes air mata Maruti. Ia semakin mendekat, berusaha memeluk adiknya, tapi Anindita menepiskannya.
“Pergiii... mana anakkuuu... pergiii....”
“Anin... Dita sayang.. kamu tidak mengenali kakakmu ? Kamu lupa siapa aku?”
“Pergiiii... kembalikan anakku...”
Maruti meraih lengan Melani yang berdiri dibelakangnya.
“Dita... Anindita.. inilah anak kamu.. Melani... Lihat baik-baik... dia sudah besar, cantik seperti kamu,” kata Maruti lembut.
Melani tak tahan lagi, dia berlutut didepan ibunya dan menubruk pangkuannya.
“Heeeeiiii...”
“Ibu, aku Melani anak ibu.. “
Anindita terdiam. Matanya masih nyalang menyala. Ia tampak marah dan merasa mereka membohonginya.
“Dita sayang, aku adalah Maruti... kakak kamu... apa kamu lupa?”
Anindita terdiam. Matanya terpaku pada gadis yang menelungkup dipangkuannya sambil menangis. Selama ini belum pernah ada yang menangis dihadapannya. Orang yang bertemu selalu menatapnya iba, dan bibik hanya mengucapkan kata-kata menghibur. Kalaupun bibik menangis, tak pernah dia menangis seperti gadis ini, menelungkupkan kepala di pangkuannya. Perlahan tangannya terangkat dan memegang kepala Melani.
“Kamu bukan anakku... anakku masih bayi...” katanya, tidak segarang tadi.
“Ibu, aku sudah besar.”
Melani kemudian berdiri, lalu entah siapa yang menyuruh, dia duduk di pangkuan ibunya. Anindita meredupkan matanya. Melani berada di pangkuannya, lalu menyandarkan kepalanya didadanya. Anindita menekuk tangan kirinya untuk menyangga kepala Melani, seperti kalau ia memangku seorang bayi. Wajahnya tiba-tiba berubah. Ditatapnya Melani dengan tersenyum.
“Apa kamu anakku..?”
“Ibu, aku anakmu...” kata Melani sambil menangis.
“Sayang, bayi kecilku.. kamu sudah kembali...” tiba-tiba Anindita tertawa.
“Bibiiiik...” teriaknya.
Yang dipanggil segera beranjak mendekat, begitu cepat.
“Iya, cah ayu...”
“Bibiik.. bayi kecilku sudah kembali...” katanya renyah. Lalu ia mencium pipi Melani dengan gemas. Air mata Melani terus bercucuran.
“Sayang, jangan menangis... diamlah, ibu akan menggendong kamu,” kata Anindita sambil berusaha berdiri. Tapi mana kuat tubuh kurus kering itu mengangkat Melani yang tinggi dan montok?”
“Aduuh, mengapa bayiku begini berat bibiiik..”
“Cah ayu...”
“Aku bukan cah ayu...” protes Anin.
“Oh, bibik lupa.. iya bu, bayi ibu sudah semakin besar, tentu saja ibu tidak kuat menggendongnya.
“Benarkah ?”
“Dia bahkan sudah bisa berdiri dan berjalan sendiri, dan badannya semakin tinggi...”
“Bayi kecilku... bayiku yang cantik... sudah bisa berdiri...? Biar ibu lihat, ayo turunlah nak...” kata Anindita sambil menurunkan Melani, seperti kalau dia menurunkan anak kecil dari pangkuannya. Melani turun, lalu berlutut didepan ibunya. Air matanya masih mengalir, ia masih terisak.
“Kamu benar bik.. aduh.. bayi kecilku... jangan menangis sayangku.. tak akan ada lagi yang akan menyakiti kita. Kita akan bahagia...” celotehnya sambil mengusap air mata Melani. Melani kembali menelungkup di pangkuan ibunya. Menghabiskan rasa harunya disana.
Maruti mengusap air matanya. Anindita belum mengenalinya, tapi dia sudah bisa menerima ‘bayi kecilnya’.
“Mengapa banyak orang disini bik, lihat, Melani rewel. Mereka sangat berisik. Suruh mereka pergi.”
“Dita, kamu melupakan kakak kandung kamu? Kakak yang sangat mencintai kamu? Kamu lupa sama mbak Marutimu ini?” Maruti tak tahan lagi. Ia mendekat dan berusaha memeluk adiknya.
“Kakak kandungku? Ia namanya Maruti... mbak Maruti. Jangan berisik, anakku sedang rewel,” katanya sambil menutupkan jari telunjuknya didepan mulutnya.
Maruti terus mendekat.
“Anindita.. aku boleh memeluk kamu? Aku kangen sekali Dita... “ kata Maruti terisak.
“Sssst...” Anindita kembali meletakkan telunjuknya dibibirnya.
“Pelan-pelan saja, bayi kamu tidak akan rewel..” kata Maruti yang nekat memeluk Anindita erat, dan menangis mengguguk di pundaknya.
Anindita mengerutkan keningnya.
“Apakah kamu bayi? Mengapa menangis?”
“Aku senang akhirnya bisa ketemu kamu Anindita. Lama sekali kamu meninggalkan aku. Aku kangen Dita...”
“Ssst, sudah, bayiku sedang rewel...”
Maruti melepaskan pelukannya. Dilihatnya Anindita mengelus kepala Melani, mengangkat kepala itu dengan lembut, kemudian mengusap air matanya dengan ujung lengan bajunya.
“Cuup ya, jangan menangis lagi, akan aku usir mereka yang membuat berisik dirumah ini. Ya,” katanya lembut.
Maruti mundur, lalu kembali ke ruang depan. Semuanya ada disana, kecuali Melani yang masih berada diruang tengah.
Anggoro menundukkan kepalanya. Wajahnya tampak murung.
“Anggoro, selangkah kita sudah maju. Anindita sudah kita ketemukan. Walau aku kecewa karena Anindita belum sepenuhnya mengenali aku. Aku pikir kamu tidak usah terlalu sedih. Kamu harus mengerti. Trauma yang dideritanya selama bertahun-tahun, luka karena kamu pernah mengusirnya, belum bisa hilang dari ingatannya. Luka itu sangat parah, barangkali butuh waktu untuk membuatnya pulih,” kata Maruti walau sebenarnya dia juga sedih.
“Dosaku terlampau besar mbak,” kata Anggoro sedih.
“Bu Dita sangat membenci bapak. Dia sakit hati karena bapak mengusirnya tanpa belas. Dia sangat terluka,” kata bibik memberanikan diri.
“Iya bik, aku merasa bersalah karena terburu nafsu. Tapi aku harus berterimakasih karena kamu selalu menemaninya, dalam keadaannya yang seperti itu.”
“Saya sangat menyayangi ibu Dita. Dia majikan yang sangat baik. Dia pergi tanpa dosa yang dituduhkannya.”
“Aku tahu bik,” Anggoro mulai terisak lagi.
“Tapi ada yang berbeda dengan pertemuan ini. Bu Dita bisa menerima nak Melani, walau harus dianggapnya masih bayi. Lalu dia tidak mau saya memanggilnya ‘cah ayu’ seperti biasanya. Saya harus memanggilnya ‘bu Dita’. Itu artinya dia sudah sadar bahwa bibik ini adalah pembantunya. Bukan ibunya.”
“Semoga selalu ada perubahan yang mengarah ke kesembuhannya ya bik,” kata Anggoro.
“Kamu harus bersabar, ada saat dimana dia akan sembuh, sadar, lalu akan bisa memaafkan kamu.”
“Biar aku temui dia lagi ..”
“Jangan Ang, nanti dia berteriak-teriak lagi. Dia belum bisa menerima kamu saat ini. Kamu harus bersabar. Demikian juga aku.”
“Lalu apa yang harus kita lakukan bu? Kita bawa tante Anindita dan bibik ke rumah kita?”
“Aku kira sulit ya Ndra, coba bapakmu ada, pasti bisa memberi masukan.”
“Menurut saya, tante, sebaiknya biarkan dulu ibu Anindita disini, syukur-syukur Melani mau menemaninya. Pasti akan ada kemajuan kalau Melani selalu bersamanya,” kata Abi, yang disambut anggukan kepala oleh Andra dan juga Maruti.
“Aku setuju Abi, usulmu bagus. Aku kira Melani tidak akan keberatan,” kata Maruti.
“Benar nak ganteng, usul nak ganteng sangat bagus. Semoga dengan adanya nak Melani, bu Dita akan semakin baik.”
Maruti berdiri, menggamit lengan Andra dan mengajaknya melangkah ke belakang untuk menemui Anindita.
Anindita yang masih mengelus kepala Melani mengangkat wajahnya. Maruti melihat, wajah itu tak sepucat tadi.
“Aku sudah bilang, jangan berisik,” kata Anindita sambil meletakkan lagi jari telunjuk di mulutnya.
“Melani, maukah kamu menemani ibu kamu disini?”
Melani menoleh ke arah budenya, lalu mengangguk mantap. Ia sangat merindukan ibunya, dan apapun keadaannya dia akan selalu menemaninya.
“Melani bayiku, tentu saja dia akan bersamaku,” sergah Anindita dengan nada kesal.
“Iya Anindita, tentu saja. Oh ya, kamu ingat bayiku waktu kamu mau pergi? Dia sudah besar, lihat, bayi aku sudah besar, ingat namanya? Dia Andra Purnama,” kata Maruti sambil menarik Andra agar mendekat.
“Kamu.. bukan nak ganteng...”
Maruti ingat, tadi bibik memanggil Abi dengan sebutan nak ganteng.
“Bukan, nak ganteng menunggu didepan, ini bayiku, kamu pernah menggendongnya dulu sebelum pindah ke Jakarta.”
Anindita memandang Andra, lalu Andra mendekat dan berusaha meraih tangan Anindita untuk diciumnya. Tapi Anindita menepiskannya.
“Sudah.. sudah.. pergilah, nanti bayiku rewel lagi.”
Maruti menarik Andra, diajaknya keluar.
“Bibik, sungguh kami berterimakasih karena kamu selalu menemani Anindita, tolong jaga terus dia bersama Melani. Penuhi apapun keinginannya,” kata Maruti sambil memberikan sejumlah uang.
“Ini, untuk apa?”
“Belilah apa saja, atau makanan apa saja yang Anin inginkan. Atau barangkali dia memerlukan sesuatu. Kami akan sering datang kemari, memantau perkembangan Anindita. Kalau perlu dia akan kami bawa ke dokter yang lebih bisa menangani.”
“Baiklah bu, percayalah saya akan selalu menjaganya.”
Ketika mereka keluar, Abi memerlukan masuk ke dalam. Ia harus melihat Melani dan berpamitan.
Begitu masuk, Anindita menatapnya dan bergumam lirih.
“Nak ganteng...”
“Ibu, saya pamit dulu,” katanya.
Anindita mengangguk.
“Nak ganteng,” gumamnya sekali lagi.
Melani menoleh kearah Abi, mengusap air matanya dan tersenyum manis sambil mengangguk, kemudian Abi berlalu. Ada rasa lega menyelimuti perasaannya, karena berhasil mempertemukan orang-orang yang merasa kehilangan, walaupun keadaannya belum memuaskan.
***
“Telpon dari siapa Sa?” tanya Laras ketika baru saja menutup ponselnya setelah menerima telpon.
“Dari mas Andra.”
“Ada apa? Tentang telponnya Abi yang barusan kamu ceritakan ?”
“Kita harus ikut bersyukur bu, mas Abi bisa menemukan tante Anindita.”
“Benarkah?”
“Iya, mas Andra baru saja pulang dari rumah bibik dan tante Anindita ada disana.”
“Pasti senang sekali bisa ketemu keluarganya.”
“Tidak bu. Tante Anindita belum sepenuhnya bisa menerima mereka.”
“Belum bagaimana ?”
“Tante Anindita kan terguncang jiwanya karena hilangnya Melani, jadi belum mau menerima keluarganya. Tapi Melani ditinggal disana.”
“Apakah dia tidak mengenali anaknya juga?”
“Tentu saja tidak bu, kan waktu diculik, Melani masih bayi. Sekarang sudah menjadi gadis dewasa. Tapi Melani kemudian bisa mengambil hati tante Anindita, entah bagaimana caranya. Kata mas Andra, Melani harus berpura-pura jadi bayi.”
“Berpura-pura jadi bayi?”
“Iya, dia minta dipangku ibunya, dan tante Anindita merasa bahwa ia benar-benar sedang memangku anak bayinya.”
“Ya Tuhan, kasihan sekali Dita. Mungkin karena bertahun-tahun tertekan. Tapi semoga semuanya cepat berlalu, dan dengan adanya Melani Anin akan cepat pulih.”
“Aamiin.”
***
“Melani ditinggal di tempat ibunya yang gila itu?” tanya bu Cokro ketika Abi menceritakan semuanya.
“Bu, ibu Dita tidak gila. Ia hanya sakit ingatan karena tertekan. Tadi juga dia sudah agak berubah. Cuma belum semuanya bisa diterima.”
“Mungkin dengan adanya Melani di dekatnya, dia akan segera pulih,” sambung pak Cokro.
“Benar pak. Semuanya berharap begitu.”
“Lalu kapan kita akan ketemu pak Anggoro?” tanya bu Cokro.
“Belum sekarang bu, soalnya om Angoro lagi tertekan juga, setelah isterinya belum mau menerimanya.”
“Hm, kamu memiliki keinginan yang sulit,” gerutu bu Cokro.
“Sulit bagaimana sih bu?” tanya pak Cokro.
“Ya sulit sih pak, melamar kesana melamar kesini. Tidak bisa langsung berbicara lalu merencanakan bagaimana kelanjutannya.”
“Sabar dong bu, jangan tergesa-gesa. Nanti juga kita akan segera sampai di tujuan kita.”
“Aku tuh jadi orang kok nggak sabaran.”
“Mulai sekarang harus belajar sabar. Kita kan sudah tua, harus bisa mengendapkan perasaan yang meluap-luap, artinya harus sabar itu tadi. Ya kan bu?”
Tiba-tiba ponsel bu Cokro berdering.
“Dari siapa nih, seperti nomornya jeng Yayuk. Jangan-jangan mau nyambung lagi nih pembicaraan tentang perjodohan,” gumam bu Cokro.
“Ibu ada-ada saja,” omel pak Cokro.
“Ya jeng..” sambut bu Cokro gembira.
“Bu, saya Indi...”
“Oh, ya ampuun.. nak Indi ? Bagaimana nak? Ada pesanan dari ibu?”
“Tidak bu, saya mau ketemu Abi.”
“Abi? Ada.. ada.. ini dia didekat ibu. Bi, dari Indri..” kata bu Cokro akhirnya kepada Abi.
Abi menerimanya dengan ogah-ogahan.
“Ya Indi, ada apa?”
“Duuh, jawabnya seperti lagi ngantuk begitu? Memangnya ini jam berapa?”
“Iya, sudah mau tidur nih.”
“Aku cuma mau tanya Bi, kamu kenal seseorang yang namanya Andra?”
***
Besok lagi ya.
***
Besok lagi ya
Trimakasih bu Tien
ReplyDeleteMelani sdh tayang
Selalu aduhai hai hai
Alhamdulillah MK 31 sdh tayang.. horreeeyy...
DeleteTerimakasih bunda Tien sayang..
Tetap Aduhaaaai bunda ❤️😘
Woooo mbk Wiwik juara 1 lagiii...
DeleteYeee Bunda Wiwik juaraa...
DeleteHatrict......bgmn nich Yogja kok keduluan bu Lurah Ngasem??
DeleteSelanat jeng wiwik
_“Pergiiiii... pergiiiii....” teriaknya seperti orang ketakutan, lalu berlari masuk kedalam. (eMKa_30)_
DeleteAlhamdulillah lanjutan MK eps 30 sdh tayang Bagaimana kelanjutannya yuk kita baca sama².
Terimakasih bunda.
Selamat malam tetap semangat, dan ADUHAI
Jogja lg vokus buat cucu dulu
DeleteYg pntg ttp ikutin aj
ADUHAI
HOREEEEEE.....
Matur nuwun Mbak Tien
DeleteSugeng daluuu.... sedoyo kadang kinasiiih.... Sugeng Dalu mbak Tien Mugi tansah pinaringan keberkahan sehat bugar bahagia sejahtera.....
DeleteADUHAI 👍❤️❤️💪
Matur nuwun mbak Tien-ku Melani sudah berkunjung
ReplyDeleteMaturnuwun mbk Tien
ReplyDeleteMakasih Bunda
ReplyDeleteTerimakasih Bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien 😊🌹🌹🌹
Matur nuwun Mbak Tien
ReplyDeleteAsyik aku oleh gasik,Matur nuwun jeng Tien
ReplyDeleteHoreeee trmksh mb Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien MK 31
Salam sehat dan aduhai dari Purworejo
Waaah.... akhirnya yg ditunggu muncul.
ReplyDeleteMatur nuwun bu.. selak kepingin tau anindita ini.. xixixi
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien 👍👍🙏
Alhamdulillah MK Eps 31 sudah tayang.
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien Kumalasari.
Semoga kita semua tetap sehat, bahagia bersama keluarga dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
Alhamdulilah. Mksh Bu Tien sehat selalu.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMstur nuwun bi Tuen
Alhamdulillah....matur nuwun ibu
ReplyDeleteSemoga selalu sehat
Salam dari magrlang
Looo ya taaa,,aku ditrombol sama Kakek Habi,,,,😀😀😀😀
ReplyDeleteturnuwun.Mbak Tien
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien......
ReplyDeleteTrima kasih Bu Tien semoga selalu sehat, salam aduhai dr Pasuruan
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang 🙏
ReplyDeleteTerima kasih, semoga bunda Tien sehat selalu.
Aninditaaaa, Melani udah gedeee, sudah ga bayi lg 🥺🥺
Aduhai bunda 🥰
AFUHAI ibu Wahyu
DeleteAlhamdulillah MK sudah tayang, semoga anindita cepat pulih, dengan hadirnya Melani didekatnya.
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien.
Maturnuwun Bu Tien 🙏 MK sdh tayang ,salam sehat semangat dan selalu ADUHAI.....
ReplyDelete𝑾𝒐𝒖𝒘𝒘𝒘...𝑰𝒏𝒅𝒊 𝒏𝒂𝒏𝒚𝒂𝒊𝒏 𝑨𝒃𝒊 𝒂𝒑𝒂 𝒌𝒆𝒏𝒂𝒍 𝑨𝒏𝒅𝒓𝒂...𝒉𝒆..𝒉𝒆.
ReplyDelete𝑴𝒔𝒕𝒖𝒓 𝒔𝒖𝒘𝒖𝒏 𝑴𝑲 31 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝑰𝒏𝒅𝒊 𝒂𝒅𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝑨𝒏𝒅𝒓𝒂 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑩𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝑳𝒆𝒃𝒊𝒉 𝑨𝒅𝒖𝒉𝒂𝒊 . ..
𝑺𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒃𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝑲𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂.
𝑨𝒂𝒎𝒊𝒊𝒏 𝒀𝑹𝑨🙏🙏🙏
Aamiin
DeleteMatur nuwun pak Indrianto
Selamat siang bu Tien saya Yayuk Masdar penggemar cerbung ibu, ikut gabung disini boleh? salam kenal
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba,
Selamat siang bu Tien, saya Yayuk Masdar dari Malang pennggemar & pengepul cerbung bu Tien, boleh ikut bergabung ?, salam kenal
DeleteMatur Nuwun atas sapaan dan MK 31 nya..
DeleteSemoga mbak Tien selalu sehat dan produktif dg cerbung2nya.. aamiin
Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..senantiasa sehat nggih,Aamiin.
ReplyDeleteAamiin
DeleteNuwun ibu Rini
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina,
Aduhai bu Tien. J. Wiwiek juara lagi. Om kakek kalah lagi. Nah Indi msduk dng menanyakan Andra. Wuadul...gimana badib Sasha bu Tien? Salam aduhai
DeleteHallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....
Alhamdulillah MK~31 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien..🙏
ReplyDeleteMatur nuwun mbakyu Tien..salam ADUHAI
ReplyDeleteSami2 bapak Wirasaba
DeleteMatur nuwun Bu Tien.....sehat sehat terus Bu tien
ReplyDeleteSami2 ibu Suparmia,
DeleteAamiin
Top markotop bu cantik... membuat air mataku mengalir deras..haru..gembira..sedih dan indah.. salam sehat selalu bu cantik Amin YRA 🙏 mr.wien
ReplyDeleteSalam ADUHAI mr. Wien
DeleteTerharu biru...dan senang juga, Melani dah diterima ama ibunya
ReplyDeleteterimakasih mbak Tien, cerbungnya sangat menghibur dan membuat penasaran
sehat-sehat ya mbak Tien..salam aduhaiii
Salam ADUHAI ibu Alfes
DeleteMatur nuwun, mbak Tien.
ReplyDeleteSalam sehat selalu ...
Alhamdulillah MK.31 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulillah, makasih Bu Tien...
ReplyDeleteSalam sehat selalu.....
Salam sehat pak Prim
DeletePuji Tuhan MK31 sdh hadir dgn tetap bikin haru...
ReplyDeleteRupanya Indi terkesan dgn Andra yg menemukan dompetnya di rumah makan.
Semoga Dita cepat sembuh sadar bahagia bersama Melani dan semua orang2 dekat yg menyayanginya.
Semoga Andra jadian dgn Indi.
Monggo ibu dilanjut aja kami sangat penasaran. Matur nuwun, Berkah Dalem.
Wah nanti endingnya ada 3 pasang nih, abi sama melani, andra dengan indi, tinggal sasa yg mesti bu tien carikan pasangan.
ReplyDeleteTerima kasih bu tien
Sama2 pak Anton
DeleteSemua harus sabar menunggu kesembuhan Dita.
ReplyDeleteWah .. kebetulan Indi menanyakan Andra kepada Abi, biar bu Cokro mantab akan pilihan anaknya.
Salam sehat mbak Tien yang selalu
ADUHAI.
AFUHAI pak Latief
DeleteTerima kasih mbak Tien
ReplyDeleteSami2 KP LOVER
DeleteMatursuwun MK 31 telah tayang
ReplyDeleteMengharu biru rasa...
Semoga segera pulih ingatan Anindita
Salam Aduhaiii mbak Tien yang cantik
Salam ADUHAI ibu Yulie
ReplyDeleteAduhai, air mataku ikut meleleh bu Tien. Makasih bu
ReplyDeleteADUHAI ibu Hestri
DeleteMaturnuwun mbak Tien MK31..
ReplyDeleteTerharuuu...
Prihatiiin dgn kondisi Dita..
Kaget Indi tanya ttg Andra..apakah.....
Jawabannya seniiin yaa..suabaar..
Salam sehat dan sangat aduhaii mbak Tien..🙏😘🌹
Matur nuwun bunda Tien atas hadirnya MK 31...
ReplyDeleteSalam ADUHAI selalu...
Selalu ADUHAI ibu Padmasari
DeletePertemuan Anin dengan keluarga,a bikin baper nih,,,
ReplyDeleteO ya,,
Andra jadian sama Indi ga yaaa,,🧐🧐🧐
Btw Andra juga tertarik sama Indi waktu mengembalikan dompet Indi yang yang jatuh,,
Terus Sasa jadian sama siapa dong,,🙄🙄🙄
Kita tunggu kelanjutannya yaaa,,,
Iyeeeessss,,,
Bunda Tien memang paling bisa mengaduk-aduk perasaan kita,,,🥰
Salam ADUHAI ibu Jen
DeleteAlhamdulilah MK sudah tayang, matur nuwun sanget bu Tien, mugi tansah sehat..
ReplyDeleteAlhamďulilah Melani sudah ketemu Anindita...yang perlu adalah kesabaran..untuk menuju bahagia....
Penasaran làgi
Salam ADUHAI ibu Moedjiati
DeleteAlhamdulillah ....semoga sehat selalu bu Tien, aduhai indah dan mengharukan cerita ìni. Semoga segera terwujut keinginan bu Cokro melamar Melani 🙂
ReplyDeleteADUHAI ibu NW KG
DeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteAlhamdulilah mk 31 sdh tayang.. terlambat bc ketiduran.. nglilir lsg bc mk... Trmksh mb Tien.. slm seroja sll🤲🙏
ReplyDeleteTerharu...nuhun bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Yanti
DeleteAlhamdulilah...terima kadih bu tien semoga sehat sehat... salam aduhai dari pondok gede.... ikut berbahagia dg pertemuan kel melani
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteBu tien , simbok jangan ditinggal kumpulkan dg bibik dan melani ...kasian nanti dia sediiiih
ReplyDeleteAddalamualaikum wrwb,,
ReplyDeleteMbak Tien. Saya kangen dokter santi .. Sasa, semoga hatinya seluas Samidra,,,
Siapa yang akan dimunculkab duluan?
( mama Syafa.. semoga cah bagus Syafa tambah sehat, salam kompak buat Cerbubg Cah C, , mbak Cik Gu Elfi,,maju tterus tulisannya ..)
Adulhai mbak Tien salam sehat, bakal kangen nantti minggu tutup ,, 🥰🥰🥰
Wah,kaca mataku ,, sampe nulis salamnya keliri,,, assalamualaikum wrwb ,,,
DeleteAduhai mbak Tien ,,🥰🥰🙏🏻
Wa'alaikum salam ibu Susi, salam buat seluruh CAH C, hehee.. apa artinya tuh. Ada yang suka menulis ya? Salam hangat dari Solo
DeleteAduhai mbsk Tien , di group Cerbung cah C ( kami
DeletePunya gruop teman SMP n 1 bojonegoro angkatan 85 pecinta karya mbak Tien) ada teman beliau guru SMP negeri, suka nulis2 tapi belum setingkat mbak Tien namanya Elfi Zuraida saya memanggi mbak Cik Gu Elfi, semoga karyanya nanti juga bisa melejit seperti mbak Tien yang ADUHAI,, kreatit dan senatiasa sehat ,,,🤲🤲🤲
Salam aduhai
ReplyDeleteInsiatif Abi mempertemukan Anggoro,Melani dan Maruti dengan Anindita sudah terjadi, meskipun Anindita hanya bisa menerima kehadiran buah hatinya saja, yang menurut pikirannya adalah bayi kecilnya yang hilang dulu ,Melani. Meski demikian Maruti sangat gembira telah menemukan kembali adik satu satunnya.Sakit hati yang sangat dalam membuat alam sadar Anindita terkubur oleh kesedihan berat yang dideritanya. Anggoro harus menelan semua hadil perbuatannya uang lalu.
Abi sangat puas dan senang bisa mempertemukan keluarga yang terposah lama.
Mk 31. Terima kasih mbak Tien
Sami2 ibuImah.
DeleteADUHAI
Ya Allah bunda...
ReplyDeleteMerinding aku membayangkan pertemuan anindita dan melani.
Mk 31 makin aduhai!
Selamat pagi dan semoga bunda tien beserta keluarga sehat selalu.
Jangan lupa bahagia ya bun. 😊
Sami2 ibu Echy.
DeleteSalam ADUHAI
Sedih sampai meneteskan air mata, pertemuan ibu dan anak yang cukup lama terpisah dengan Lika likunya dan kasih sayang ibu yang luar biasa ,semoga ibu Anin cepat pulih dan mengenali keluarganya ,yuuk kita tunggu MK 32 ,makasih bunda Tien ,salam Aduhai
ReplyDeleteSami2 ibu Werdi
DeleteSalam ADUHAI
Assalamualaikum wr wb. Itulah kepiawaian Bu Tien yg dgn apiknya menyusun cerita yg membuat pembacanya trenyuh, ikut terbawa suasana pertemuan Anindita dgn Melani. Semoga tdk lama Anindita sembuh karena kedekatan emosional dgn Melani sdh nyata dirasakan. Yg membuat penasaran mengapa tiba-2 Indi pengin tahu siapa Andra.. Maturnuwun Bu Tien, ceritanya semakin menarik, seru dan aduhai. Semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon wilujeng ing sadoyonipun. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
DeleteMatur nuwun pak Mashudi,
Aamiin ya robbal alamiin
Alhamdulillah MK31 ,sdh dibaca,,senang,sedih jd satu,,jd ikut mewek juga,,,😔,, ADUHAAII bener bu Tien,,
ReplyDeleteAyooo Kita pesan Buku nya biar tdk penasaran,,,
Sehat wal'afiat semua ya bu Tien
Matur nuwun 🙏🙏🙏
Sami2, ibu Ika Laksmi..
DeleteMatur nuwun dan salam ADUHAI
Sentuhan hati, demi sentuhan kasih dihari hari, tiap ada kekuatiran diyakinkan dengan tindakan yang menjelaskan walaupun sederhana betapa berat tekanan psikologis menahun.
ReplyDeleteMelani pun menumpahkan kemanjaan pada ibunya yang selama ini hanya pada simbok Karti, dari celoteh nya buat bibi Asih sebuah penghiburan yang sangat menyenangkan yang ada derai air mata bahagia bersyukur diasuh orang yang tepat.
Bagaimana tidak, tidak ada seorang pun yang dapat diajak bicara hanya bisa bermuka manis menenangkan, dan memberi pengharapan besok kita cari, disamping merasa bersalah karena kedatangan orang asing yang langsung merebut Melani kecil darinya.
Bertahun tahun bibik Asih selalu mencari celah waktu untuk mendapatkan rejeki demi mempertahankan hidup.
Dan hanya sendiri memutuskan apa yang sebaiknya harus dilakukan.
Semoga komunikasi interaktif; antara ibu dan anak yang secara naluri tersambung dapat mempercepat pemakluman pada penyadaran sang ibu.
Indahnya hidup dalam cinta yang saling menguatkan dan berpengharapan demi masa depan mereka.
Gayung bersambut keterpanaan Andra ternyata mengulik hati Indira yang ingin meyakinkan keberadaan sang penggoda hati sampai malam² dilakoni mencari tahu siapakah dia, setelah teringat nama itu pernah terdengar terlontar dari mulut Abisatya sewaktu kebetulan bertemu ketika makan siang di tempat yang sama.
ADUHAI
Indah cerita ini di tuturkan
Terimakasih Bu Tien,
Melani Kekasihku yang ke tiga puluh satu sudah muncul,
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Nanang...ADUHAI.
DeleteAamiin, atas selalu doanya
Terima kasih Bu Tien, terharu dan tidak terasa air mata mengalir 😭😭😭 semangat dan sukses selalu dalam karya ya Bu Tien 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
ReplyDeleteSami2 ibu Rosen
ReplyDeleteADUHAI
Assalamu'alaikum. Alhamdulillah MK 31 sampun katampi. Matur nuwun. Salam sehat.
ReplyDeleteSalam sehat.pak Boediono
Delete😭😭
ReplyDeleteEpisode mengharukan 🙏
Aduhaiii.....mbak Tien sudah mengharu biru para pembaca setia ........
Sasa .....sasa .....nasibmu bagaimana ? Jangan jadi perawan tua ......ada Indri yang naksir Andra .....jangan mau kalau dijodohkan dengan Aries ya ......
Hehee... kan mau dijodohin sama mas Hadi saja?
ReplyDeleteKayaknya cocok ya bu Tien
DeleteAlhamdulillah MK 31 sdh hadir
ReplyDeleteDuuh sediih sekali bikin nangis..
Abi bisa mempertemukan keluarga Melani
Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat selalu.
Aamiin.
Salam ADUHAI selalu
Makin aduhai bund.. Penasaran.. Tgusenin .. Slmseroja dri skbmi🥰🥰
ReplyDeleteBerurai air mata membaca epusode ini
ReplyDeleteAlhamdulillah Anin dah dapat ditemukan
Jln sudah terbentang buat Abi untuk memiliku Melani seutuhnya.
Tapi ibunya Abi kok kayak nggak begitu iklas
Yg ribetlah yg ini yg itu
Apalagi saat Indi tilpun dan menanyakan Andra. Whau bu cokro jadi galau
Sabar Bi badai pasti berlalu...
Salam sehat dan aduhai dari Bojonegoro.
#Melani sdh ketemu ayah bunda nya.
ReplyDeleteRasanya bakal panjang ni cerita, tokohnya banyak... #Sasa juga belum jumpa ayah bundanya, dll. 😀
Sabar saja menunggu Melani tiap malam.
Salam sehat selalu & semangat Bu Tien yg selalu ADUHAI.
🙏☘️
Sasa sudah bersama ayahnya..
DeleteADUHAI pak Rusman
Wah bu Tien pinter bikin baper pembacanya . MK 31 menguras airmata Melani, Maruti maupun Anggoro dan nuga penbaca setia. Saya tdk bisa membayangkan bagaimana stress ya Anindita selama puluhan tahu. Kedatangan Melani semoga bertahap memulihkan ingatannya. Matur nuwun bu Tien..sepertinya akan ada pasangan baru nih..Indiea dan Andra..tapi bagaimana dengan Sasa? Bu Tien yang bisa menggiringnya.
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Noor
ReplyDeleteSalam kembali bu Tien. Semakin banyak pembaca cerber yang disapa menunjukkan semakin penggemarnya. Semoga ibu senantiasa sehat sehingga selalu hadir menyapa dengan cerita, aamiin
ReplyDeleteAamiin
DeleteMaturnuwun ibu Noor
Alhamdulillah, suwun mbak Tien MELANInya
ReplyDeleteMugi tansah pinaringan sehat nggih mbak Tien...
Aamiin.
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Umi
Assalamualaikum ww. Salam Kenal Bu Tien,Semoga Bu Tien Sehat Selalu, Saya Pembaca Setiamu.
ReplyDeleteSalam kenal kembali. Terimakasih perhatiannya..Tapi ini siapa ya. Unknown ?
DeletePeni
ReplyDeleteBu Tien pandai sekali merangkai cerita Saat Hati Bicara (SHB) dg cerita baru dan utk mengingatnya saya hrs baca lagi SHB..
ReplyDeleteSaya nantikan kelanjutan kisah keluarga Galang, Putri, Raharjo dan Retno nya..
Salam Aduhai selalu...