Friday, November 5, 2021

MELANI KEKASIHKU 18

 

MELANI KEKASIHKU  18

(Tien Kumalasari)

 

Anggoro menatap mereka, yang tampaknya sedang berbincang serius. Tapi karena tempat duduknya agak jauh, jadi Anggoro tidak bisa dengan jelas mendengar apa yang mereka bicarakan.

Anggoro justru agak memiringkan tubuhnya, agar Santi tidak bisa melihat dirinya.

Ia langsung meneguk minumannya dan menyantap makanan yang dipesannya.

Sambil mekan itu Anggoro terus mengingat-ingat, dimana dia pernah melihat wajah laki-laki itu.

“Apakah Santi berselingkuh? Tapi sikap mereka bukan seperti orang yang sedang bermesraan,” bisik batin Anggoro.

Angoro masih saja sesekali melirik kearah Santi dan temannya. Mereka masih berbicara serius, seperti sedang membicarakan hal penting. Tak ada kecurigaan bahwa mereka pasangan selingkuh. Laki-laki itu biar tubuhnya gempal, tapi wajahnya sama sekali tidak tampak menarik. Tak mungkin Santi menyukainya. Tapi Anggoro heran, ada hubungan apa dan sedang membicarakan apa mereka itu.

Begitu cepat Anggoro menyelesaikan makannya, dan bersiap untuk pergi, tapi tiba-tiba dilihatnya Santi melambaikan tangannya ke arah pelayan, dan itu berarti dia akan menoleh ke arah di mana dia duduk. Anggoro menarik buku menu yang masih tergeletak didepannya, membukanya dan dihadapkannya ke arah mukanya sehingga menutupi keberadaannya.

Setahunya tadi tampak sudah makan, mengapa pesan lagi? Jadi dia akan berada disini lebih lama kalau tambah pesanan. 

Anggoro melihat pelayan itu sudah pergi dari hadapan Santi, lalu mereka tampak bicara lagi. Anggoro meletakkan selembar ratusan, melambai ke arah pelayan kemudian berdiri dan berlalu.

Ia bergegas ke arah mobilnya yang diparkirnya agak jauh dari rumah makan itu, karena parkiran penuh. Karena itulah barangkali mengapa Santi tidak melihat bahwa mobilnya ada disitu. Ia juga melihat mobil Santi terparkir agak jauh dari tempatnya memarkir mobilnya sendiri.

***

Anggoro kembali mengendarai mobilnya dan entah mengapa ia ingin melewati bekas rumahnya lagi.

Ia mengentikan mobilnya diseberang jalan, dan memandangi ayunan yang telah kosong. Gadis belia itu tak ada lagi disana.

Ia suka melihat ayunan itu, dan membayangkan kembai saat dimana dia dulu sering mengayun Anindita yang duduk diayunan itu sambil tertawa-tawa kecil, apalagi kalau dia mengayunnya terlalu kencang. Pekik-pekik nyaring itu melintas kembali, membuat dadanya berdegup tak menentu. Dulu, betapa dia sangat menyayangi Anindita. Gadis cantik yang sedikit  cerewet dan manja, tapi selalu menjadi ibu rumah tangga yang membuatnya bahagia.

Entah darimana datangnya angin ribut itu, dan setan apa yang menggelitik hati Anindita sehingga tega melakukan perbuatan yang sangat menghancurkan hatinya.

Anggoro memukul kemudi mobilnya dengan keras, kemudian menjatuhkan kepalanya dengan bertumpu pada kedua telapak tangannya. Tak terasa air matanya menetes.

Sesungguhnya dia sangat mencintai Anindita. Dan sesungguhnya pula ia tak bisa menyayangi Santi seperti rasa sayangnya kepada Anindita. Santi selalu ingin menguasainya, dan tak pernah menyadari kesalahannya. Semula Anggoro hanya menganggapnya sebagai pelarian, tapi kemudian menikahinya karena ia tak punya pilihan lain, karena begitu pintarnya Santi merayunya sehingga membuatnya terhanyut.

Anggoro mengangkat kepalanya, dan menatap kembali ayunan yang sudah dipercantik disekelilingnya.  Dan dipenuhi tanaman-tanaman bunga.

“Anindita, kemana kamu bawa anakku?” bisiknya sambil menstarter mobilnya.

Alangkah pahit kenyataan yang diterimanya.

“Salah apa aku Anindita, sehingga membuat kamu berpaling?” bisiknya sambil menjalankan kembali mobilnya.

Tiba-tiba Anggoro teringat sesuatu. Foto-foto yang dikirimkan seseorang waktu itu. Foto yang menunjukkan ketika Anindita sedang berada dalam pelukan laki-laki asing....

“Ya Tuhan. Laki-laki itu,” kata Anggoro berteriak.

Laki-laki di restoran itu orangnya. Orang yang berselingkuh dengan isterinya.

Anggoro dengan cepat memutar mobilnya, menuju ke arah rumah makan dimana dia melihat Santi bersama laki-laki itu.

“Ya, dia laki-laki laknat itu. Aku akan menghajarnya. Dan dia pasti tahu dimana Anindita bersama anaknya berada,” kata Anggoro geram.

“Mengapa Santi bersikap baik sekali sama dia? Apa Santi memang sudah kenal sebelumnya?”

Anggoro berhenti tepat didepan rumah makan itu, karena parkiran sudah sepi. Ia langsung melompat keluar.

Ia masuk ke dalam rumah makan dan melihat ke arah meja, dimana tadi Santi menemui laki-laki itu. Tapi dengan sangat kecewa Anggoro tak lagi melihat ke duanya disana.

“Aduuh, sudah pergi,” keluhnya lunglai.

***

Anggoro memasuki halaman rumahnya, dan melihat mobil isterinya sudah berada didalam garasi.

“Ia harus mengatakan semuanya,” gumam Anggoro sambil masuk kedalam rumahnya.

“Baru pulang mas?” sambut Santi sambil bergelayut manja seperti biasanya.

Anggoro menangkapnya dingin. Ia duduk di sebuah kursi dan melepas sepatunya. Santi berjongkok membantu melepaskannya, bak seorang isteri yang sangat menghormati dan menyayangi suaminya.

“Semoga mas belum makan..” kata Santi sambl mengangkat sepatu dan kaosnya, meletakkannya di tempat biasa.

“Sudah,” jawab Anggoro singkat.

“Yaah, mas mengecewakan aku deh. Seharian aku didapur, memasak enak buat mas, dengan harapan kita akan makan bersama dengan enak.”

Anggoro menatap Santi yang berdiri dihadapannya, sambil sebelah tangannya memegangi tangan Anggoro.

“Tolong dong mas, cicipi masakan aku, jangan sia-siakan usaha aku untuk menyenangkan mas,” rengeknya manja.

“Kamu memasak?” tanya Anggoro yang tentu saja tidak percaya.

“Iya, mas pikir  bibik ? Dia hanya bersih-bersih rumah lalu pulang belum lama sebelum mas pulang.”

“Kamu masak dari pagi ?”

“Iya dong mas, aku suruh bibik belanja, dan aku memasaknya. Ada opor ayam dan sambal goreng ati kesukaan mas.”

“ Kamu bohong kan?”

“Mas kok gitu? Mas kira bibik yang memasak ?”

“Kamu tadi pergi kan ?”

“Gimana sih mas, aku memasak dari pagi tahu. Gara-gara aku sudah lama tidak memasak buat mas, tadi tuh pengin sekali masak.”

“Bohong !!”

“Mas !!”

“Kamu makan siang dengan seorang laki-laki tadi!”

Sekarang mata Santi membulat sepenuhnya. Menatap suaminya dengan rasa tak menentu. Bagaimana dia bisa tahu? Tapi lagi-lagi bukan Santi kalau tak bisa menjawabnya.

“Ya ampun mas, jadi kamu melihatnya? Mas juga sedang makan disana?”

Anggoro melotot memandangi isterinya. Telah berbohong, tapi sama sekali tak menunjukkan rasa menyesal atau malu karena ketahuan berbohong. Santi tersenyum merekah.

“Aduh mas, sesungguhnya ini akan Santi buat supaya mas Anggoro jangan tahu terlebih dulu, malah mas Anggoro sudah melihatnya.”

Anggoro mendelik.

“Apa maksudmu ?”

“Sebenarnya ini akan Santi buat kejutan bagi mas.”

“Kejutan apa? Dengan laki-laki yang dulu berselingkuh dengan isteriku?”

“Oh, bagus mas mengingatnya.”

“Kata-kata kamu ngaco. Aku mau ketemu laki-laki itu, dan menanyakan dimana Anindita dan Melani.”

“Iya, aku tuh sebenarnya menemui dia juga untuk itu. Untuk membantu mas. Maksud Santi tadi akan Santi jadikan kejutan. Gitu lhoh. Malah mas sudah tahu. Apa mas marah karena cemburu?”

“Tidak, cemburu untuk apa? Lalu apa hasilnya pertemuan kamu dengan setan alas itu?”

“Sayangnya dulu itu dia hanya iseng mas. Kebetulan Anindita menanggapi, ya sudah, jalan saja. Jadi dia tidak tahu dimana Anindita dan anaknya.”

Braaakk!

Anggoro membanting pintu kamar mandi ketika dia memasukinya.

“Maas, kok marah sih !” teriak Santi dari luar.

“Aku bilang sama dia, dan minta supaya ikut mencari, kalau bisa ketemu, Santi menjanjikan uang yang banyak. Ini demi kamu mas!”

Tak ada jawaban, lalu tak lama kemudian terdengar shower mengguyur.

Santi mengangkat bahu sambil meleletkan lidahnya.

“Bodoh !!” umpatnya pelan tapi tandas.

“Aku suruh dia mencari Anindita dan melenyapkannya. Aku suruh dia mencari Melani dan melenyapkannya juga," lanjutnya sambil menutup pintu kamar, tak kalah kerasnya.

Lalu Santi beranjak ke ruang makan, dan duduk sambil menikmati nasi opor dan sambel goreng ati yang tadi dimasaknya. Eh, bukan, dibelinya.

***

Sambil mengguyur tubuhnya, Anggoro mulai merasakan keanehan atas sikap Santi sore itu. Pura-pura memasak, ternyata ketemuan sama laki-laki itu, Dan bilang akan membantunya? Bisakah dia percaya? Tidak, ia harus ketemu laki-laki itu dan menanyakannya sendiri setelah menghajarnya. Anggoro sungguh geram.

Setelah mandi dan berganti pakaian itu, ia mencari isterinya. Kesal sekali ketika melihat Santi enak-enak makan sendiri dan merasa tak berdosa setelah membohonginya. Entah dengan maksud apa, nyatanya Santi telah berbohong, dan Anggoro sangat membencinya.

“Mas, ayo kesini mas, ini, piring mas sudah Santi siapkan,” kata Santi dengan senyum paling manis yang dimilikinya.

“Anggoro menatapnya kesal.

“Ayo dong mas, cicipi masakan isteri kamu.”

“Masakan siapa? Kamu pesan di rumah makan itu, lalu mengakuinya sebagai masakan kamu? Dasar pembohong.”

“Mas, jangan begitu dong mas. Apapun yang terjadi, aku sudah menyiapkan makan siang untuk mas.”

“Ini sudah sore, aku ingin kamu mengatakan dimana rumah laki-laki itu.”

“Untuk apa mas?”

“Aku harus menghajarnya.”

“Jangan begitu dong mas, dia itu laki-laki. Laki-laki itu kan sama saja dengan kucing. Dimana ada ikan asin yang bisa disantap, maka dia menyantapnya,” kata Santi seenaknya.

“Tutup mulut kamu. Mengapa kamu membela dia? Katakan dimana rumahnya!”

“Kalau rumahnya aku tidak tahu mas.”

“Kalau tidak tahu, bagaimana kamu bisa menghubunginya?”

“Dia itu kan petualang mas, dia bisa tinggal dimana saja. Aku tidak tahu dimana rumahnya.”

“Kalau begitu katakan nomor kontak dia, atau kamu yang menelponnya supaya dia mau menemui aku.”

“O, gitu ya?”

“Cepaaatt !! Siapa namanya?”

“Boni mas.”

Anggoro sangat marah dan merasa dipermainkan. Tapi mendengar suaminya berteriak, Santi segera bangkit dan mengambil ponsel di dalam tasnya.

“Manaaa?”

“Sebentar mas, sabarlah sedikit, ponselku terselip dimana ya?”

Anggoro merebut tas yang semula dipegang Santi, menuangkan isinya, dan tak ada ponsel didalamnya.

“Kamu jangan mempermainkan aku Santi. Dari tadi aku tidak percaya apa yang kamu katakan.”

“Dimana ya ponselku?”

Santi mondar mandir di ruang tengah, masuk kekamar, masuk lagi ke ruang makan, tapi ponsel itu tidak ditemukannya.

“Manaa?”

“Sebentar mas, aku lupa menaruhnya. Oh, tunggu, aku tadi didapur menelpon teman aku,” kata Santi sambil bergegas ke dapur.

Ia menemukan ponselnya, mencari nomor Boni, lalu menghapusnya diam-diam.

“Ya ampuun, ternyata disini mas, sebentar. Mana ya nomor telpon Boni.. sebentar..”

Anggoro bersedakap dan menyandarkan tubuhnya di pintu dapur, melihat Santi mencari-cari nomor Boni.

“Manaaa?”

“Lha kok hilang ya nomornya?”

“Apa katamu ?”

“Hilang mas, sungguh tidak ada lagi. Sebenarnya tadi masih bisa aku pakai untuk menghubungi dia, kok tiba-tiba hilang. Ini pasti ulah dia.”

“Ulah dia bagaimana ?”

“Tadi dia meminjam ponsel aku, lalu mengotak atiknya, rupanya dia menghapus nomor kontaknya.”

Kemarahan Anggoro meluap. Ia merasa dipermainkan. Semua yang dikatakan Santi tak ada yang dipercayainya.

“Mas, sabar ya, nanti aku coba bertanya sama temanku. Dia kenal sama Boni, siapa tahu dia punya nomor kontaknya.”

Anggoro tak menjawab sepatah katapun. Ia mengambil dompet dan kunci mobilnya, kemudian keluar rumah dan pergi begitu saja.

“Kurangajar kamu Anggoro. Setan apa yang tiba-tiba membuatmu tiba-tiba bersikap seperti ini?”

Santi kembali ke ruang makan dan menghambur-hamburkan piring dan lauk yang semula ditata rapi diatas meja, sambil berteriak-teriak seperti  orang kesurupan.

***

Anggoro menjalankan moblnya pelan.  Ia kembali melintasi jalan ke arah rumah lamanya. Hari mulai gelap. Ia berhenti didepan rumah itu persis, bukan di seberang jalan. Ia melihat rumah itu terang benderang. Ada lampu taman dihalaman, menerangi ayunan yang membuatnya terus memikirkan Anindita.

Tiba-tiba tersesit keinginannya untuk turun, dan memasuki lagi halaman rumah itu.

Anggoro turun, dan benar-benar berjalan kesana. Langkahnya sangat pelan, lalu berjalan mendekati ayunan itu. Anggoro menyentuhnya perlahan, dan mengayunkannya.

“Jangan terlalu cepat mas... auuw.. mas Anggoro nakaal.. berhenti... maaas.”

Suara memekik-mekik manja itu terngiang kembali di telinganya, mengusik hatinya yang terasa semakin gundah.

“Siapa ya?” terdengar suara nyaring dari teras. Anggoro menoleh, dilihatnya gadis belia yang tadi siang ditemuinya.

“Ini om yang tadi nak..”

“Oh...” Icha, gadis itu, menatap Anggoro. Dan kembali menatap mata sendu di wajah laki-laki gagah itu.

“Maaf, saya selalu teringat ayunan ini. Saya dulu pemilik rumah ini.”

“Itu om yang membuat ?”

“Iya. Untuk isteri om.”

“Icha, siapa dia?” terdengar suara laki-laki dari depan rumah.

“Ini pak.. om..yang dulu punya rumah ini.”

Seorang laki-laki sebaya Anggoro turun dari teras.

“Ini pak Anggoro ya?” rupanya pemilik rumah itu masih ingat Anggoro.

“Iya. Ini pak Sumanto? Rupanya bapak masih tinggal dirumah ini, saya kira sudah ganti pemilik.”

“Sangat lama tidak bertemu ya pak, silahkan duduk. Beberapa hari setelah kami pindah kemari, ada seorang ibu-ibu datang, katanya akan mengambil barang majikannya yang tertinggal,” kata pak Sumanto setelah Anggoro duduk.

“Apa?”

“Rupanya dia pembantu dirumah ini dulu.”

“Benarkah? Apakah pak Sumanto tahu dimana mereka tinggal?”

***

Besok lagi ya.

 

 

 

67 comments:

  1. MK 18 tayang Alhamdulillah

    Hadeeh kesel deh dokter Santi kok trus mw cari dukun segala seh

    Gak mau sadar diri deh jahat amat

    Stress dia tuh
    Sehat selalu bunda Tien
    ADUHAI

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah lampune urip, Melani jadi bisa hadir. Manusang bu Tien. slm sehat tetap semangat

      Delete
    2. Selamat jeng Iin....aku ketiduran tadiinya soh mai ikutan balapan.
      Gpp ada yang makili.

      Matur nuwun bu Tien, eMKa-18 sampun tayang, trus piye ya bareng Anggoro ngonangi dewe, yen Santi karo priya liya?????
      Yuk kita baca sama-sama.

      Delete
  2. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien

    ReplyDelete
  3. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah ....

      Yang ditunggu tunggu telah hadir.....
      Matur nuwun bu Tien ....
      Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
      Aamiin..... .

      Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN.


      Delete
  4. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo

    ReplyDelete
  5. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah...
    Maturnuwun Bu Tien...

    ReplyDelete
  7. Sebagai dokter aku nelangsa banget... oh Santi...Santi... bikin malu aja sih kamu...

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah MK 18 sdh tayang, maturnuwun Bu Tien ๐Ÿ™, semoga sehat beserta keluarga, semangat dan tetap ADUHAI

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah tayang mk 18 ditunggu2 harap2 cemas hehehe mstur nuwun

    ReplyDelete
  10. Semakin seru,..trims Bu Tien sehat selalu

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah Melani sudah datang. Suwun mbak Tien

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah MK18 sdh dibaca,,,kasihan Anggoro,,smg bisa berjumpa dg Melani n Anindita,,agar dpt berkumpul kembali

    Matur nuwun bu Tien yg penuh semangat n Sabar memenuhi keinginan pembaca
    Sehat wal'afiat selalu bu Tien ๐Ÿค—๐Ÿ™

    ReplyDelete
  13. Horeeee MK 18 sdh hadir tdk jadi libur...

    Trmksh mb Tien smg sehat selalu dan bahagia bersama kel tercinta...

    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  14. Terima kasih mbak Tien. Semoga mbak Tien sehat² selalu.

    ReplyDelete
  15. Salam kenal mb Tien
    Saya penggemarmu low
    Selalu menunggu kehadiranmu
    Melani Kekasiku penuh misteri

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal kembali.
      Tapi siapa nih. Jangan unknown domg

      Delete
  16. Trimakasih mbak Tien..MK 18nya..

    Duuh Anggorooo...pekalah sedikit dgn tabiat buruk Santii..jgn percaya dgn mulut berbisanya itu..
    Sangat mengerikan...senoga dpt ganjaran yg setimpal..
    Anggoro menemukan keluarganya dan bersatu...

    Besook lagiiii...setia menunggu..wlpn 2hr Melani tdk hadir..

    Salam sehat dan aduhaii mbak Tien..๐Ÿ™๐Ÿ˜˜๐ŸŒน

    ReplyDelete
  17. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah sudah tayang, makasih bu Tien.

    ReplyDelete
  19. Matur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah berkunjung ke rumah.
    Makin panas, gara gara si Santi sinting. Ternyata tidak cocok dengan sebutan 'dokter' yang disandang.
    Maaf dokter Dewiyana, tidak usah sewot ya... dulu nama seorang pelakor sama dg istri , sy juga sempat 'eee kok ya sama' ...
    Salam sehat mbak Tien, selalu ADUHAI, ADUHAI.

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah, makasih Bu Tien
    Salam sehat selalu....๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ˜Š

    ReplyDelete
  21. Makasih mba Tien.
    Salam hangat mba dan selalu aduhai

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah ... Terima kasih Bu Tien ... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya ๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™

    ReplyDelete
  23. Kasihan Anggoro, terjebak dalam rumah tangga yang penuh kepalsuan. Koq bisa bisanya memperistri Santi yang egois, temperamental, licik, bahkan sadis. Perlahan lahan tabir mulai terbuka, dengan melihat Santi dan Boni di rumah makan, bertemu pak Sumanto pembeli rumahnya dulu yang ditempati dengan Dita dan Melani yang masih balita dapat diperoleh alamat Dita. aamiin. Matur nuwun bu Tien, semoga sehat selalu dan berkarya yang aduhai. aamiin

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah MK Sudah tayang
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda selalu sehat walafiat
    Salam srhat dan aduhai

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah.. matur nuwun mBak Tien Kumalasari MK Eps 18 sudah tayang.
    Salam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.

    ReplyDelete
  26. Selamat pagi Bunda.
    Alhamdulillah dg perjuangan yg luar biasa akhirnya MELANI tayang juga.
    Sehat selalu dan tetap semangat, jangan lupa bahagia.

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah,baru sempat ketemu Melani..semakin aduhai saja..terima kasih,senantiasa sehat Bu Tien..,Aamiin.

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah, aduh kalau menanti kok mesti ketiduran jadi terlewat bacanya…
    Terima kasih bu Tien semoga sehat selalu, dan semoga tidak ada libur cerita ya bu Tian …oh berharap ๐Ÿ˜Š
    Aduhai semakin seru ceritanya …. Salam bahagia da sukses selalu buat ibu Tien ….๐Ÿ™

    ReplyDelete
  29. Bu Tien semoga sehat selalu berkarya yg ending nya membahagiakannya....hahaha
    Di dunia ini masih banyak dr.Santi yg egois...nyebelin ya...

    ReplyDelete
  30. Matur nuwun Bu Tien, ceritanya semakin seru. Semoga ibu sekeluarga senantiasa sehat penuh barakah, aamiin....

    ReplyDelete
  31. SALAM ADUHAI.
    Sifat dan perbuatan yang tidak terkendali dari Santi, seperti kesurupan bila marah ,,,sayang tidak ketahuan oleh Anggoro. Oadahal bila ketahian maka akan teebongkar segala perangai asli dari Santi. Anggoro betul betul sanga ingin melihat anaknya yang datang dalam mimpinya. Kasihan Anggoro , tapi mengapa setelah sekian tahun baru menyadari bahwa dia punya anak? Itupun tersadar oleh mimpinya. MK 18.
    TERIMA KASIH ,salam sehat dan bajagia selalu mbak Tien.

    ReplyDelete
  32. Kegagalan makan bersama kali ini dan kegalauan hatinya yang barusan sempat muncul ketajaman kata-kata Anggoro; "Bagaimana bisa seorang ibu meninggalkan balita nya ibu macam apa kamu ini."
    Tapi jurus-jurus rayuan Santi sudah tidak mampu mengatasi ketidak percayaan Anggoro, setelah melihat sendiri Santi terlihat perembukan serius 'rencana ikut dalam pencarian' yang tentu hanya mereka berdua yang tahu.
    Anggoro mendapatkan keterangan alamat yang sangat minim dari Sumanto(tapi bukan yang terkenal karena kanibal lho ya) yang menempati rumahnya dulu, tapi lumayanlah daripada nggak punya tujuan, awal pencarian.
    Nah baru tahu kata bibinya, kalau Melani direbut Santi yang katanya perintah mu. Mana kamu mau tahu omonganku, membelapun nggak kamu beri kesempatan, jadi Melani selama ini sama siapa?
    Mulai Anin mbingungi kemana Melaniku, disini mereka mulai sadar dari kelicikan Santi, dialah yang membikin berantakan.
    Bekerja pun untuk mempertahankan hidup sudah tidak semangat..
    Adakah niatan untuk menenangkan kegundahan dan curhat pada kakaknya sekalian sudah lama tidak ziarah nyekar dimakam Bu Tejo?
    Ah itu nanti saja dikelanjutan cerita ini..

    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien,
    Melani Kekasihku yang ke delapan belas akhirnya tayang juga..
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta ๐Ÿ™

    ReplyDelete
  33. Assalamualaikum wr wb. Di MK 19, mudah mudahan Anggoro menemukan titik terang dlm mencari Dita dan Melani. Dan juga Anggoro tahu sikao aslinya Santi. Maturnuwun Bu Tien, ceritanya semakin menarik untuk di ikuti. Semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  34. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
    Aamiin Allahumma Aamiin
    Terimakasih pak Mashudi

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah, MK 18 telah tayang, tks bu Tien. Sehat n bahagia selalu.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  36. Alhamdulilah sampun tayang baru baca pagi ini, semakin membuat penasaran saja , smoga mbak,Tien sekelg sehat² sll & happy injih salam aduhaai dari Cibubuf

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam ADUHAI jENG Sis, buku saya kirim hari ini ya.
      2 buku SEKEPING CINTA

      Delete
  37. Aduhai baget bu Tien, Sehat selalu ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Matur nuwun pak Merianto.
      Salam ADUHAI ibu

      Delete
    2. Aduh salah. Kok ibu sih.
      Salam ADUHAI Pak Merianto

      Delete
  38. Selamat pagi sidang pembaca yang terhormat
    Matur nuwun B Tien, ceritanya sangat amat ADUHAI..๐Ÿ‘
    Salam sehat penuh semangat dari Rewwin...๐ŸŒฟ

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah...
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyo nipun ....

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah
    Pas banget munggelnya...lg seru-serunya
    Saabaar....besok lagiiii
    Salam sehat mbak Tien

    Aduhaii

    ReplyDelete
  41. Alhamdullilah .. Mksihmbak Tien.. Smgsehat sll.. Slmseroja dri skbmi๐Ÿ™๐Ÿ™

    ReplyDelete
  42. Alhamdulillah Melani dah tayang
    Aduhai...

    ReplyDelete
  43. Maturnuwun bu Tien๐Ÿ˜Š๐Ÿ™

    ReplyDelete
  44. Slmt mlm .. Terimaksih mbak Tien.. Slmtseroja dri dukabumi๐Ÿ™๐Ÿ™

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 42

CINTAKU JAUH Di PULAU SEBERANG  42 (Tien Kumalasari)   Arum terkejut, sekaligus tersipu. Ia melihat Listyo turun dari mobil dan menghampirin...