JANGAN BAWA CINTAKU 03
(Tien Kumalasari)
Ika memekik tertahan. Sebagian perasaannya menahan sakit, tapi sebagian lagi menahan keinginan menghindar dari Leo yang tampaknya bersiap-siap turun dari mobil untuk menolongnya.
Rina yang melihatnya dari jauh segera berlari mendekat, dan lebih dulu menolong Ika bangkit.
“Gimana sih mbak nggak usah terburu-buru lah. Ada yang luka?” tanya Rina.
“Tidak.. tidak.. terimakasih.”
Leo yang sudah turun segera membantu mendirikan lagi sepeda motor yang roboh. Terburu-buru Ika memakai helmnya, membenarkan letak keranjangnya .. lalu menstarter sepeda motornya, dan memacunya menjauh.
“Eh, ya ampun.. kenapa tukang sayur itu seperti dikejar setan begitu?”
“Perempuan aneh, dibantuin kok seperti melihat setan begitu..”
“Takut sama kamu rupanya mas, habis tadi kamu melototin dia karena motornya ada ditengah gerbang.”
“Enggak lah, masa aku melotot..”
“Tapi mas kelihatan marah, sambil menuding-nuding sepeda motornya..”
“Ya salah sendiri, mengapa naruh sepeda motor sembarangan.”
“So’alnya dia pikir cuma sebentar, cuma meletakkan belanjaan pesanan aku.”
Leo tak menjawab, segera masuk kembali ke mobilnya, lalu memasukkannya ke halaman. Tapi ada juga di pikiran Leo, mengapa penjual sayur itu tampak ketakutan dan ingin segera lari dari hadapannya.
“Masa sih hanya karena aku menuding-nuding motornya saja dia ketakutan sampai seperti melihat hantu ?” pikirnya.
Rina membawa keresek belanjaannya kebelakang, lalu menata meja makan untuk sarapan suaminya sebelum berangkat bekerja.
***
Ika berhenti diantara kerumunan ibu-ibu yang menunggu diujung sebuah gang. Tempat itu agak luas, sehingga Ika selalu menggelar dagangannya disitu. Begitu turun, Ika langsung mengambil sebuah keresek berisi minuman bekalnya. Tanpa menyapa ibu-ibu lebih dulu, dia langsung menenggak minumannya begitu saja, sambil menata nafasnya yang terengah-engah.
“mBak Ika kenapa? Agak pucat begitu?”
“Iya, seperti ketakutan.. ada apa?”
“O, pasti dikejar anjing piaraan pak Nurman disebelah timur gang itu, anjingnya galak. Tapi didalam kerangkeng, nggak bakalan mengejar sih.”
“Bukan bu.. bukan dikejar anjing, dan bukan apa-apa.. saya hanya takut kesiangan..” jawab Ika sekenanya.
“Walaah, ini masih pagi kok mbak Ika.. ayo.. aku bantu menata dagangannya..” kata ibu yang lain. Sudah biasa begitu, kalau Ika datang, lalu menggelar tikar, pasti beberapa ibu ikut menata sayur dan semua dagangan, lalu berebut memilih. Rame sekali. Bebarapa sa’at lamanya Ika terhibur dengan celoteh ibu-ibu yang membeli dagangannya, juga kesibukannya mengambilkan dan membungkus. Ia juga berhasil mengibaskan wajah tampan yang sangat dibencinya, yang tiba-tiba saja muncul disekitarnya. Di tempat dia menjajakan sayur, dan dijalan ketika hampir menabrak anaknya. Aduhai. Seandainya tak ada kesibukan itu pasti Ika akan terus menerus menyesali pertemuan demi pertemuan dengannya.
“mBak Ika, saya mau ikan segarnya. Ini nila bukan?”
“Iya bu, itu Nila.. kalau yang ini mujair.”
“Saya lebih suka nila, lebih berdaging ya..” kata ibu yang lain.
“Benar.. saya juga .. itu ibu ambil semua?”
“Nggak bu, saya setengah kilo saja, yang makan cuma saya dan suami.”
“Baiklah, saya separo, bu Umi separo ya mbak Ika..”
“Ya bu, biar saya bungkus sekalian. Ini sudah dibersihkan, ibu tinggal mencucinya lagi atau memotong-motongnya kalau ingin.”
“mBak Ika, besok aku mau dibawakan ayam utuh ya, bisa kan ?”
“Tentu saja bisa bu, mau buat ikan panggang utuh ya?”
“Iya, kalau bisa dibelah sekalian..jadi aku tinggal memberi bumbu.. “
“Enaknya diungkep dulu bu, jadi bumbunya lebih meresap.”
“Benar.. wah.. jadi ikutan pengin jeng..”
“Yang sudah dipotong-potong juga enak, dibumbui dulu lalu dipanggang..”
“Jangan lupa bawa lalapan lengkap, mentimun, kemangi, dan sebagainya ya.”
“Iya, kalau mau ini sudah ada kemanginya, dimasukkan kulkas besok masih segar bu, tapi jangan lupa dibungkus kertas koran dulu,” kata Ika.
“O, gitu ya..”
“Iya, kalau dibungkus koran tidak cepat layu.. masih segar kalau hanya sehari dua hari.”
“Hm, terimakasih, mbak Ika ini masih muda tapi pintar ya.”
“Saya kan biasa jualan sayur bu, jadi tahu bagaimana merawatnya,” jawab Ika.
Agak lama Ika berada ditempat itu, karena banyak ibu-ibu merubungnya untuk belanja. Dagangannya juga hampir habis, alamat dia bisa segera pulang dan memasak untuk sang buah hati.
***
“Mas Diaaaan...” teriak Dina ketika sa’at istirahat tiba.
Ardian mendekat. Gadis mungil cantik itu setiap istirahat selalu mencarinya, hanya untuk memberinya sepotong roti bekalnya.
“Ya, Dina.. nggak bisa ngerjain PR lagi ?”
“Bisa kok.. ini .. ada roti untuk mas Dian..”
“Dina, mas Dian sudah membawa bekal, makan saja rotinya untuk kamu sendiri.”
“Tapi ibu membawakan dua iris roti selai strobery.. enak mas.. kata ibu, untuk Dina satu, untuk mas Dian satu..”
“Tapi mas Dian sudah membawa bekal, untuk istirahat ke dua nanti, so’alnya nanti ada tambahan pelajaran.
“Roti juga ?”
“Bukan, nasi.. kamu mau?”
“Nggak ah, tapi roti sama nasi kan beda... ayolah mas Dian, terima saja, kan sudah dibawain sama ibu.”
“Dina, kamu selalu baik sama mas Dian..”
“Kan mas Dian juga selalu baik sama Dina.”
Entah mengapa, Dina sangat dekat dengan Dian. Keduanya memiliki rasa saling memperhatikan. Apakah karena ada ikatan darah diantara keduanya, entahlah.. Usia yang berbeda sekitar tiga tahunan tak membuat ada jarak diantara mereka. Pastilah keduanya sama-sama tidak mengetahui bahwa ada benang-benang halus yang mengikat mereka, dan Allah kemudian mempertemukannya, karena Dia memang harus menuntun mereka untuk bertemu. Entahlah..
“Ini mas, ayo kita makan sama-sama..” kata Dina yang kemudian menarik Dian agar duduk disebuah bangku dibawah pohon rindang. Mereka tak menghiraukan teman-teman mereka yang bermain dihalaman.
“Enak kan ?”
“Iya enak sekali. Terimakasih Dina. Kamu punya adik?”
“Mas Dian punya adik ?”
“Tidak..”
“Sama.. aku juga tidak punya adik.”
“Kamu itu adikku..” kata Dian tanpa sengaja.
“Aku nanti mau bilang sama ibu, bahwa aku punya kakak Dian.”
“Ibumu pasti tidak suka.”
“Suka kok..”
“Kamu kan anak orang kaya.”
“Mas Dian anak orang miskin ?”
Dian mengangguk. Karena dia berangkat kesekolah dengan sepeda, sedang banyak teman-teman atau murid disekolahnya yang selalu diantar dan dijemput mobil.. maka Dian merasa bahwa dia anak orang miskin.
“Memangnya kalau miskin tidak punya roti ?” tanya Dina polos.
“Aku jarang makan roti.”
“Nanti aku bilang sama ibu, supaya setiap hari memberi roti pada mas Dian.”
“Tidak usah, aku malu dong.”
“Tidak apa-apa, ibu punya roti banyak kok..”
“Jangan Dina, nanti aku dimarahi ibuku sendiri..”
“Nggak apa-apa.. nanti aku bilang sama ibu..” kata Dina yang kemudian berlari, mendekati teman-temannya yang lain.
***
Ika memasak didapur, ia tak ingin Dian kecewa karena tak ada tempe goreng kesukaannya. Apapun sayurnya, ia selalu menanyakan, adakah tempe goreng? Lalu Ika tersenyum sendiri. Tapi ketika tiba-tiba pinggang kanannya terasa sakit, Ika teringat ketika berada dirumah bu Rina dan melihat Leo. Gara-gara ketakutan maka ketika dia sedang menuntun sepeda motornya, tanpa diduga sepeda motor itu roboh kekanan dan dia menjatuhinya. Pinggangnya entah terantuk apa, rasanya sangat nyeri. Barangkali memar, ia belum melihatnya. Lalu ia mengelusnya perlahan, sebelum melanjutkan memasak.
“Mengapa aku harus ketemu lagi sama dia?” keluhnya lirih.
Ika membalik tempe yang sedang digorengnya, takut gosong seperti nasib daging ayamnya kemarin.
“Aduh, padahal bu Rina memesan belanjaan lagi untuk besok pagi. Apa yang harus aku lakukan? Aku sudah menyanggupinya dan dia sudah menitipkan uang sebagian,” gumam Ika.
Ia membalik tempe gorengnya sekali lagi sebelum mengentasnya.
Ketika selesai menata nasi dan lauk di atas meja, Ika duduk termenung di kursi. Berpikir untuk menghindari pertemuan dengan Leo. Sekali dua kali ia berhasil menghindar, lalu bagaimana besok pagi, atau lusa kalau bu Rina masih ingin menitip lagi seperti yang sudah?.
Ika beranjak berdiri ketika kembali pinggangnya terasa nyeri. Ia mengambil handuk dan baju untuk ganti, lalu masuk kekamar mandi. Ia harus melihat seperti apa luka dipinggang kanannya.
Dan memang benar, pinggang yang terasa nyeri itu meninggalkan bekas kebiruan yang mungkin karena terlambat ditangani, kebiruan itu sudah menjadi ungu. Ika merabanya dan menggigit bibir menahan sakit.
“Aduh, aku harus mengobati dengan apa ini?”
Selesai mandi Ika mencari obat gosok, barangkali dengan itu rasa sakitnya bisa berkurang.
“Adduh.. ternyata diraba saja terasa sakit.”
Perlahan Ika menggosok memar itu dengan obat gosok yang hangat.
***
“Ibu.. tadi mas Dian sudah Dina beri roti, bukan separo seperti biasanya, tapi utuh,” celoteh Dina ketika selesai makan siang itu.
“Anak pintar. Ibu senang kamu menjadi anak yang baik hati dan suka berbagi.”
“Dia itu anak orang miskin..”
“Eeh.. mengapa Dina bilang begitu? Nggak boleh lho.”
“Iya bu, dia sendiri yang bilang.”
“Jangan lagi mengatakan dia miskin, nanti dia malu, kemudian tidak mau lagi berteman dengan kamu.”
“Mau kok. Dia baik..”
“Benar, tapi nggak boleh bilang begitu lagi, ya?”
“Besok ibu beri lagi dua roti untuk bekal ya bu?”
“Iya sayang, jangan khawatir, sekarang ibu mau istirahat, dan kamu juga harus bobok siang.”
“Bolehkah mas Dian menjadi kakaknya Dina?”
“Boleh saja..”
“Besok aku mau bilang kalau ibu tidak marah.”
“Memangnya kenapa ibu marah?”
“Tadi mas Dian bilang kalau ibu tidak suka, karena dia miskin.”
“Tidak, ibu tidak akan marah, ibu suka kamu banyak teman, apalagi dia pintar.”
“Baiklah.. sekarang aku mau bobok.. besok aku mau bilang sama dia bahwa ibu tidak akan marah kalau aku punya kakak mas Dian.”
Rina tersenyum, terkadang Rina heran, seperti apa sih yang namanya Dian, kok Dina begitu suka dan baik hati sama dia?
***
“Ibuuu....” begitu teriak Dian setiap kali pulang sekolah.
“Dian, kamu baru pulang?”
“Kan aku sudah bilang kalau hari ini ada tambahan pelajaran?”
“Oh iya, ibu lupa.. Ganti baju dan cuci kaki tangan, ayo ibu temenin makan.”
“Dian masih kenyang bu, kan tadi ibu membawakan bekal untuk Dian.”
“Kan dimakan sa’at istirahat tadi? Kok masih kenyang?”
“Tadi, Dina memberi Dian roti lagi. Dan tadi itu rotinya besar, utuh, tidak seperti biasanya dibagi dua sama dia.”
“Aduuh.. mengapa dia sangat baik sama Dian?”
“Nggak tahu tuh bu, aku sudah menolak, dia memaksa. Katanya hari ini ibunya membawakan dua roti, yang satu untuk Dian.”
“Memangnya kamu kenal sama ibunya?”
“Ya tidak bu..”
“Ya sudah, tidak apa-apa, asalkan diberi, dan bukan karena kamu yang minta. Karena menolak pemberian itu juga tidak baik.”
“Ya bu.”
“Ganti baju dan cuci kaki tangan nak.”
Dian meletakkan tas sekolahnya kemudian setengah berlari ke kamar mandi.
***
Pagi itu seperti janjinya, Ika membelanjakan pesanan Rina, tapi sampai didepan gerbang, dia ragu-ragu untuk melangkah masuk. Ada rasa was-was kalau bertemu lagi dengan Leo. Ika sudah berjanji dalam hati, bahwa ini yang terakhir dia menerima pesanan Rina, karena dia tak ingin terganggu oleh pertemuannya dengan Leo.
Cukup sudah semuanya, dan Ika berharap ia tak akan lagi bertemu dengannya.
Dia mundur dari gerbang itu, agar tak menghalangi seandainya ada mobil mau masuk ataupun keluar.
Tapi tetap saja hatinya berdebar tak karuan. Bagaimana.. bagaimana.. bagaimana.. itu terus yang dipikirkannya.
Ketika dia masih saja membawa keresek berisi pesanan Rina, dan tak segera masuk, seseorang tiba-tiba menyapanya.
“mBak Ika, kok nggak masuk? Itu pesenan bu Rina kan ?”
Ika menoleh, dan seorang pelanggannya lewat, membuatnya malu.
“Oh, iya.. iya bu, takutnya bu Rina tidak ada dirumah,” jawabnya sekenanya.
“Ada kok, baru saja aku melihat dia berdiri di teras.”
“Baiklah,” lalu mau tak mau Ika melangkah memasuki gerbang, dan terburu-buru masuk. Seperti kemarin mobil Leo tidak terparkir di halaman. Ika khawatir akan berpapasan lagi dengannya. Itu sebabnya dia cepat-cepat masuk, meletakkannya di teras, lalu membalikkan tubuhnya untuk segera keluar.
“Lho, mbak.. kok buru-buru, aku kan belum bayar?” teriakan itu membuat langkahnya terhenti.
“Ini, sudah aku siapkan uangnya, kok belum-belum mau pergi.”
Ika terpaksa kembali.
“Ma’af bu, so’alnya saya juga sudah janji datang pagi-pagi untuk seorang pelanggan.”
“Ya sudah, tapi ini diterima dulu uangnya, sama catatan belanjaan untuk besok pagi.”
“Tapi bu.. ini.. eh.. besok.. ma’af.. saya tidak bisa.. “
“Tidak bisa? Kenapa?”
“Besok.. ss..saya.. tidak jualan..”
“Kenapa?”
“Ada.. keperluan bu.. ma’af sekali.”
“Oh, baiklah.. ya sudah.. lusa saja kalau sudah jualan, bawa saja catatannya.”
Aduuh... Ika mengeluh dalam hati. Mau tak mau ia menerima catatan itu, sambil mencari jalan.. bagaimana caranya memberikan belanjaan pesanannya tanpa dia harus datang kesana.
Ia bergegas keluar, dan beruntung tidak berpapasan dengan pemilik wajah ganteng yang sangat dibencinya.
***
Ketika sampai dirumah, Ika terkejut ketika melihat sepeda Dian masih berada didalam rumah. Ika mengamati sepeda itu, dan ternyata ban depannya kempes.
“Aduuh, pasti Dian kesekolah dengan berjalan kaki. Kasihan sekali, udara sangat panas begini.”
Ika ingin pergi ketempat tukang tambal ban, tapi ia memilih memasak dulu, lalu akan menjemput ke sekolah Dian nanti sa’at dia pulang.
Begitu selesai memasak, Ika menurunkan keranjang belanjaannya, lalu mengeluarkan sepeda motornya.
“Jangan sampai terlambat, supaya Dian tak perlu pulang dengan berjalan kaki,” gumamnya pelan.
Namun ketika dia sedang menstarter sepeda motornya, dilihatnya sebuah mobil berhenti. Berdebar hati Ika karena seperti mengenal mobil itu. Ia ingin kembali masuk kerumah, ketika sebuah teriakan terdengar.
“Ibuuuu..”
Ika menoleh, dan melihat Dian turun dari mobil bersama seorang gadis kecil.
***
Besok lagi ya.
Terima kasih bu Tien.
ReplyDeleteAlhamdulillah....JBC 03 sdh tayang
DeleteMaturnuwun mbk Tien telah menghibur secara gratis... tis
Smg selalu sehat dan mendapat ridho dr Allah SWT,Aamiin YRA
Alhamdulillah...
DeleteJBC_03 sudah tayang.
Terima kasih bu Tien, yang selalu setia menghibur kita semua. Semoga bu Tien selalu diberikan sehat jasmani rohani, Istiqomah dalam beribadah. Sehat terus dan terus sehat. Aamiin.
Selamat malam....Terima kasih Bunda Tien,, semoga Bunda sehat selalu & tetap semangat Aamiin 💗💗💗
DeleteHey Guys..... edit profilmu biar Bunda Tien & semua Reader mengenalmu.... Dengan cara : ketuk UNKNOWN,,, lalu ketuk EDIT PROFIL, lalu isi biodata & sertakan foto termanismu yaa,, tenang ga ada semut kok,, jadi amaaaan.... lalu ketuk SIMPAN... cukup pakai jari saja yaa, jangan pakai palu,, nnt hapenya pecah he he he he.... mudahkan...... Kalau belum bisa juga,, nnt dech aku maen ke rumahmu 🤣🤣🤣
Okeyy Guys,, salam ADUHAI 💗💗💗
Selamat mas Samiadi ... Juara 1
DeleteSelamat Mas Samiadi.... Juara 1
DeletePanik abis hihihi mau coment malahan dibaca yaach kalah berebut coment no 1 d salam NKRI Aduhai dari Cibubur
DeleteAlhamdulillah...JBC lanjutan udah tayang lg
ReplyDeleteMksh bunda Tien,sehat selalu dgn tulus ikhlas menghibur para penggemarnya
Salam hangat dari Jogja
Buat smw penggemar Salam ADUHAI...
Hadeeh bunda Tien mang sukanya bikini Pena saran pembaca aj
DeleteAdanya aliran darah yg sama ttp aj keterkaitannya
Dgn ttp berbagi roti,meskipun Ika ttp kokoh maunya pasti ada jln krn Rina sbnrnya juga baik
Disitulah luar biasa bunda Tien bikini deg2an penggemarnya
Happy always bunda
Salam ADUHAI...😍😍
Salam NKRI ... ADUHAIIIIII.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien ... atas hadirnya JBC 03.
Salam hangat kami dari Yogya.
Alhamdulillah.........
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu sudah hadir -*JBC 03* matur nuwun sanget Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam NKRI Aduhai dari Cibubur
Matur nuwun jbc3
ReplyDeleteTernyata belum bertemu dengan sang mantan...saya pastikan harus bertemu...loh kok harus-harus...iya, kan inti ceritanya ya disitu...bukankah begitu mbak tien-ku...cuma, kalau dijujug, dijujug, tidak sampai 10 episode sudah selesai, padahal pasti semua suka yang panjaaanggg, lama baru selesai.
DeleteSaya pikir" mbak Tien ini mumpuni dalam banyak hal, begitu variatif gambarannya, tokoh ini sifatnya begini, tokoh itu begitu, apalagi masalah Keputren, tentang masak memasak, serba tahulah.
Salam sehat mbak Tien Kumalasari, dari sragentina selalu Aduhaiiii.
Mas Latief.. salam ADUHAI
DeleteAlhamdulillah ... barakallah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien jbc 03 telah tayang, semoga bu tien sehat2 selalu
Selamat malam buat semua penggemar cerbung selamat beristirahat
Assalamu'alaikum
Trimakasih Jangan bawa cintaku 03 dah tayang.
ReplyDeleteSmg bunda Tien sll diberi kesehatan.
Selamat p.Samiadi juara 1
TKS Bu Tien, JBC 03 sdh hadir.
ReplyDeleteAlhamdulillah JBC 03 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, semoga sehat selalu
Salam Aduhai dari Bekasi
Alhamdulillah ...mb Tien JBC 03 sudah hadir..
ReplyDeleteSalam hangat dari Jakarta...sukses selalu
Alhamdulillah JBC sudah tayang. Maturnuwun Ibu Tien, semoga Ibu dan keluarga sehat selalu.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTerimakasig bu Tein
ReplyDeleteWiih... Met malam semuanya
ReplyDeleteLumayan cerbungnya bikin terkuya kuya..(.hehehe opo iku..)
Matur nuwun... Mbak tien... Sng sehat selalu...
ReplyDeleteAlhamdulillah JBC 3 sdh tayang,terima kasih bu Tien,salam sehat selalu
ReplyDeleteJBC 3 membuat penasaran ...Leo ataukah Rina? Mbak tien salam ADUHAI
ReplyDeleteOrg tuanya konflik...anaknya akur...
ReplyDeleteJangan jodohkan anak2 mereka b Tien...😔
.
Gak boleh ....kan 1 bapak
DeleteMatur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Purwodadi
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 .
ReplyDeleteKoq blum ada ya.
Trims bu tien
Smoga sehat selalu ...
DeleteTrimakasih mbak Tien..
ReplyDeleteJBC03..mulai seruu..lanjuut mbak Tien..
Salam sehat dr bandung..🙏
Terimakasih bu Tien malem minggu tetap terbit
ReplyDeleteWahh... apa yg aka terjadi selanjutnya..?
ReplyDeleteApakah Leo masih mengenali Ika ?
Hanya Ibu Tien yag tahu.. 😉
Alhamdulillah JBC .3 udah tayang.....matur suwun bu tien. ..salam Aduhay ..
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Banten, Purwodadi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Ya Allah... Bertemu lagi......
DeleteIkut...Deg deg an....
🎶 Bukanlah perpisahan yang akan ku tangisi...
Namun pertemuan yang ku sesali.....
Du du du du du du du du .... 🎶
Ikut mewek.. Du du du ...hu hu hu huuuuuu.........
😭😭😭😭😭
Bunda...mana tissu... manaa...... tissuuuu........
Rina kalau tahu Ika pernah ada hubungan dg Leo ... mungkin trs pingsan.
DeleteADUHAII ... SALAM NKRI.
Kalau sampai ketemu pasti Leo masih ada perasaan sama Ika, tapi Ika sebaliknya benci sekali dengan Leo. Rina yang baik hati suatu hari sakit keras dan Ika menjadi penolongnya tetapi Rina tidak tertolong lalu meninggal. Karena anak2 mereka bersahabat ( lalu tahu bahwa mereka bersaudara ) akhirnya Ika dan Leo tumbuh rasa cinta yang dulu. Tapi pasti tidak mulus nanti ada tokoh lelaki lain yang suka dengan Ika...hanya Bu Tien yang tahu kelanjutan ceritanya.... Alhamdulillah Bu Tien salam Seroja dan ADUHAI
DeleteHahaaa... siap mbak Ika..
DeleteSalam ADUHAI
Tadi malam saya menunggu sapaan Ibu yg aduhai... tapi tertidur..
DeleteBaru saja ingat, saya belum berttrimakasih
Trimakasih ya Bu... 💖💖💖
Malam Bunda sehat selalu dan bahagia bersama keluarga.
ReplyDeleteMakasih untuk cerbungnya.Sikses selalu buat Bunda.
Jbc3... persahabatan terjalin karena kecocokan perasaan satu dengan yang lain. Semoga bisa sampai mereka dewasa. Terima kasih dan salam sehat mbak Tien.
ReplyDeleteJBC 03..malam bunda .sehat2 selalu bu Tien💐🤲🤲Aamiin
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Semakin seruu.
ReplyDeleteHaduh semakin menghindar semakin bertemu ... Semangat mbak Ika...semua akan baik baik saja...mbak Ika pasti bisa
ReplyDeleteTrm.kasih bu Tien slam aduhai
Ceritanya bagus bu tien...trims
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien,JBC3 telah hadir.
ReplyDeleteSalam sehat selalu dari kota Malang..
tak lupa ADUHAI y bun...😍🙏
Alhamdulillah JANGAN BAWA CINTAKU 03 sudah tayang. Matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Alhamdulillah, suwun JBC 03 nya mbak tien. Salam sehat dan semangat sll buat mbak Tien sklg. Tabarokalloh
ReplyDeletePara penggemar sering berlomba komentar no 1..sekarang lomba menebak cerita kelanjutannya seperti apa yang mirip atau sama persis dengan yang ditulis bu Tien itu yang menang...pada berani nggak?
ReplyDeleteSuka senyum/ketawa sendiri baca koment-koment yang berandai-andai cerita selanjutnya seperti apa...ternyata penggemar bu Tien ada bakat terpendam pengarang juga...salam ADUHAI...Bu Tien sehat terus ya...
Klo Mbk Tien Pengarang....
DeleteKlo komentator sukanya ngarang2....hehe
Ayoo.. mas Djuniarto duluan nebak dong..
DeleteSalam ADUHAI
Hahahaha..enggak ah bu matur nuwun takut kuwalat ndisiki kersa bu Tien enak baca yang asli dari bu Tien ada yang bikin haru sedih senang lega😀
DeleteAssyik ... kemungkinan mobil leo mau mengantarkan teman anaknya... aduhai ketemu doong.
ReplyDeleteMakasih bunda tien ... cuma mengira ngira
Salam sehat dari tasikmalaya
Selalu ada Reply Delete ya... kenapa...
ReplyDeleteItu menu Ibuuuu ,, Me N u nu ...Menu.. Semua juga ada,, reply artinya balas, jadi kalau kita mau membalas komen orang kita ketuk itu reply,, dan delete artinya hapus,, kalau kita mau menghapus komen kita ,,itu delete d ketuk,, pki jari saja yaa...tapi,, aku cemas nnt Ibu ketuk pki golok,, haduh , sereeemm.. Kita kalau lihat komen orang pasti adanya reply biar kita bisa balas komen orang... Daaaaaaan pasti tidak ada delete krn kita tidak mungkin menghapus komen orang,, apalagi menghapus kenangan mantan,, ga akan bisaaaaa...oke begitu ya Ibu,,, kalau msh bingung,, nnt kita ketemuan di depan rumah Leo,, sekalian aku mau ketemu Leo,, mau tak jitak kepalanya,,,,
DeleteWahaaahaaa... mas Rinto...
DeleteSalam kocak dan ADUHAI
Maturnuwun ibu Tien...
ReplyDeleteSalam sehat,juga utk semua penggemar cerbung
"Ibuuu...." baca teriakan Dian yang baru turun dari mobil, hati saya ikut mencelos. Gak terbayangkan kalau semua terbuka walaupun harus.
ReplyDeleteSoal olahan kata bu Tien udah jago nya lah. Tapi cerbung yang ini bener bener meng haru biru sejak awal. Terima kasih ya bu... selalu ada pelajaran dan hikmah dalam cerita ibu yang bisa kita ambil. Jazakillah khair
Aamiin jeng dokter..
DeleteSalam ADUHAI
.
Alhamdulillah sudah tayang. Terimakasih Bu Tien. Semoga sehat selalu.
ReplyDeleteMemang jika Allah Swt berkehendak mempertemukan hamba-NYA yg sedarah, tdk ada yg bisa menghalangi. Selalu ada hikmah dari setiap cerita Bu Tien. Maturnuwun..semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, semangat dlm berkarya dan berpahala karena bisa menyenangkan orang lain. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.. Salam sehat dari Pondok Gede. Mashudi
ReplyDeleteMemang jika Allah Swt berkehendak mempertemukan hamba-NYA yg sedarah, tdk ada yg bisa menghalangi. Selalu ada hikmah dari setiap cerita Bu Tien. Maturnuwun..semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, semangat dlm berkarya dan berpahala karena bisa menyenangkan orang lain. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.. Salam sehat dari Pondok Gede. Mashudi
ReplyDeletemmng mbk tien pengarang handal selalu episode2 yg ditayangkn membuat kita sakaw ingin terus membaca lanjutannya trm ksh mbk tien ..smg kebaikan mbk dibalas oleh Allah dgn berlipat ganda krn sdh menyenangi hati para pembc
ReplyDeleteMemang jika Allah Swt berkehendak mempertemukan hamba-NYA yg sedarah, tdk ada yg bisa menghalangi. Selalu ada hikmah dari setiap cerita Bu Tien. Maturnuwun..semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, semangat dlm berkarya dan berpahala karena bisa menyenangkan orang lain. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.. Salam sehat dari Pondok Gede. Mashudi
ReplyDelete"Mah, wajah mas Dian itu mirip papa"
ReplyDeleteberani kah Leo yang namanya aja sangar, jujur kepada Rina, akan kah bisa menerima dengan damai kejujuran itu?
Pernik pernik ketakutan Ika akan kehilangan buah hati dan harapan hidup nya bisakah diselamatkan.
Mari kita simak bersama teman teman
Terimakasih mBak Tien JBC ke tiga sudah tayang
sehat sehat selalu doaku
Sugeng enjang mb Tien...
ReplyDeleteWahh...sajake mb Ika gk bs menghindar, anaknya sdh akrab sm ayahnya. Smg mereka bs dipertemukan dg baik, tanpa konflik yg berkepanjangan.
Salam aduhai mb Tien..💞💞💞
Dan salam NKRI buat PCTK👍👍👍
Wah pasti saya coment yg terakhir baru sempat baca pagi ini.
ReplyDeleteTerima kasih jeng tien salam sehat
Sebenarnya Ika sudah menutup rapat" kisahnya bersama Leo juga sudah berusaha menghindarinya tapi ketemu lagi dan ketemu lagi.
ReplyDeleteBegitupun antara Dian dan Dina ada ikatan batin yg kuat,keduanya memiliki rasa saling memperhatikan.
Pun tanpa sengaja terjadi celoteh diantara mereka:
- Bolehkah mas Dian menjadi kakaknya Dina.
_ Kamu itu adikku kata Dian.
Bagaimana dengan Leo...apakah Leo benar"tidak mengingat kisah di masa lalunya,tidakkah dia merasa bersalah sedikitpun kalau pernah menaburkan benih di rahim Ika....
Kalau Leo sama sekali tidak peka ibarat hatinya terbuat dari batu.
Sabar ya Ika...
Apakah yg mengantar Dian itu Leo dan Dina bunda....
Bagaimanakah reaksinya Leo bila nanti benar"ketemu Ika dan tahu bahwa Dian adalah anaknya Ika.
Sadarkah Leo bahwa Dian adalah buah cinta mereka berdua bersama Ika...
Konflik msh panjang nggih bunda, baru aja eps 03 tapi udah bikin dag dig dug...
Smg Ika kuat dan tabah menjalani kerasnya hidup ini dlm membesarkan anaknya..
Smg bunda Tien sehat" sll sehingga tiap hari bisa menghadirkan cerbung yg luar biasa ini scr gratis tis tis
Salam aduhaii dari Bojonegoro🙏🙏🙏
Jeng Wiwik..
DeleteSalam ADUHAI dari Solo.
Terima kasih mbak Tien ceritanya. Sangat membuat penasaran.
ReplyDeleteSaya ingin tahu bgmn sikap leo. Setelah tahu bahwa dian adalah anak leo hasil menodai ika.
Semoga mbak Tien sehat² selalu. Salam sejahtera utk mbak Tien dan keluarga.
O.. o.. akhirnya Ika ketemu sama Leo... gimana ya kelanjutannya?
ReplyDeleteMakin tidak sabar Mbak Tien menunggu lanjutannya.
Semoga Mbak Tien selalu sehat. Salam seroja selalu yg Aduhai dari Semarang.
Jeng Ira..
DeleteSalam ADUHAI yaaa..
Salam Aduhai selalu, Mbak Tien.
DeleteAlhamdulilah.
ReplyDeleteMatur nuwun mbk Tien yang Aduhai.....
ReplyDeleteBagaimana jika Ika dan Leo tidak dipertemukan sekarang...buat Rina dan Leo penasaran dan mengagumi kebaikan dan kepandaian Dian, dan bermaksud membantunya....
Maaf masukan saja njih...
Semoga mbk Tien tetap semangat berkarya.
Salam ADUHAI
Baru 3 episode menemani Ika membesarkan buah cintanya seorang diri sudah membuat hati ikut terbawa perasaan....ikut merasakan betapa sakitnya hati Ika ketika Leo mengabaikan tanggung jawabnya setelah menodai dan mananam benih di rahim Ika...kemudian nasib telah kembali membuka luka hati yang begitu dalam yang iya coba obati...semoga Ika tidak harus terpuruk makin dalam karena Leo yang akhirnya mengetahui bahwa Dian adalah darah dagingnya kemudian ingin mengambilnya dari Ika...semoga tidak demikian....salam ADUHAI dari Situbondo
ReplyDeleteIni pasti libur tidur aaah,👍👍masa Leo ma Ika ketemu dulu ..muter2 dulu donk bu Tien ..biar tambah seru,,🙏🙏😌🏃🏃🏃
ReplyDeletePiye toh Bu, gak muter2 ae Ika tibo sak kranjange opo maneh muter2... Tambah ngelu...🤣😀😁
DeleteSugeng dalu bu Yanti..salam kenal......
Menunggu JBC 04
ReplyDeleteSedulur2....malam ini JBC libur
ReplyDeleteMonggo selamat tidur gasik
LHO.....
Delete[14/3 21.38] Djoko Budi Santoso: Sugeng dalu, bu Tien.
ReplyDeleteMalem Senin libur, punapa tayang JBC_04??
[14/3 21.41] Tien Kumalasari: Libur njih.. nyuwun pangapunten..
[14/3 22.05] Djoko Budi Santoso: Nggih monggo soale bar niliki "ngintip blogspot" blm ada yang woro-woro yen libur.
Terimakasih kasih Bu Nani sdh woro-2 disini.
Salam Aduhai Mba Tien, Terima kasih semoga Mba Tien sehat selalu dan tetap memberikan kisah yang baik... tugiman di bandung
ReplyDeleteTapsiranku...
ReplyDeleteRina ngundang Ardian untuk bantu Dina belajar dirumah..
Tambah asyik kan...
Salam aduhai ......
ReplyDeleteMbak Tien melihat usia Dian dan Dina hanya 3 tahun, berarti selang 2 tahun Leo menikahi Rina setelah mencampakkan Ika, yang dia mengatakan belum siap untuk menikahi Ika. Betapa kejamnya Leo ( yang katanya tak pandai berbohong ), Rina cantik dan baik hati. Ika type wanita yang setia tetapi gigih tak mudah putus asa.
Pameo "Lelaki yang baik ketemu Perempuan yang baik" ditabrak dikisah ini ......
Bagaimana kelanjutanya ....?
Hanya mbak Tien yang bisa menyelesaikannya ....konflik Rina yang cantik dan baik melawan Ika yang cantik, setia dan gigih .....
Ambyaaaaar hatiku .......
Aduhai .....
Wah..... mantab mas Hadi komennya.
DeleteSalam NKRI buat bu Tien Kumalasari, semoga di Senin malam ini JBC_04 tayang "gasik" karena kemarin sdh tdk tayang, sehingga menjadi obat penasaran bagi para penggemar cerbung Tien Kumalasari. Aamiin.
He he he kuatirnya terjadi yang namanya SORGA YANG tak DIRINDUKAN .......Rina ternyata mengidap Ca kakek Habi.....
Deletesemakin ambyaaaar .........
Aki Encung biar tambah seru kan klu minggu Libur dulu ..biar fress ..tambah penasaran ..yaa hahaha aku langsung tidur juga semalam,,,😀😀👍
ReplyDeleteSambil nunggu episode 4 yang tentunya sangat mendebarkan bagi pembaca. Pertanyan akan muncul " apakah Leo masih ingat Ika? Akankah Leo tahu bahwa Dian adalah darah dagingnya? Akankan rahadia yang tersimpan rapat, luka yang telah mengering akan trrbuka? Tunggu episodw selannutnya. Teeima kasih bu Tien yang telah membawa pembaca ikut terhanyut, yang dag dig dug menunggu kepastian apa yang akan terjadi. Semoga bu Tien aelalu sehat sehingga dapat terus menulis, berkarya, berbagi cerita untuk kita semua. Semoga cerber ini dapat memberikan pendidikan kepada anak dan cucu agar berhati hati dalam bergaul. Semangat ibu untuk senantiasa berkarya.
ReplyDeleteNgintip lagi ngintip...penasaran
ReplyDeleteYg antar Dian siapa ya...apa Leo..?
Trus.. bagaimana dengan Ika..?
Pembaca diajak perpikir..
Dah dik Duk derr..
Semoga bunda Tien sehat Selalu..
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun Bun. ..
Sehat selalu...
Makasih mba tien slm sehat sll dri sukabumi.. Muuaahh🥰🥰
ReplyDeletePuji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg JBC 03 hadir dgn tetap membuat penasaran bagi penggandrungnya.
ReplyDeleteDian dan Rina yg dekat rupanya memang krn ada ikatan benih yg sama.
Semoga mbak Ika hatinya tetap baik, bisa bersyukur dgn Dian yg tumbuh baik, ganteng, pintar dan mampu berteman baik juga. Semoga bisa berdamai dgn masa lalunya juga termasuk berdamai hati dgn Leo.
Sbg umat yg baik, selalu bersyukur dlm suka maupun duka.
Matur nuwun ibu Tien, sumonggo kerso lanjutnya...