JANGAN BAWA CINTAKU 04
(Tien Kumalasari)
Mau tak mau Ika berhenti melangkah, menunggu Dian dan gadis cantik itu mendekat, dengan hati berdebar tak menentu. Aduhai, siapa anak kecil ini, dan siapa yang masih ada didalam mobil? Lalu Ika menghibur hatinya, bahwa pasti banyak mobil dengan warna dan merk yang sama.
“Ibuu...”
“Ya sayang....”
“Ini teman Dian.. yang suka memberi roti.. namanya Dina..”
“Ooh... Dina...” senyum Ika merekah.. lalu Dina menyalami tangan Ika, dan menciumnya.
“Andina..” katanya kemayu.
“Kalian bersama siapa?” dan dada Ika kembali bergetar..
“Kami pulang awal, karena ada rapat disekolah bu.”
“Bagaimana kalian bisa bersama?”
“Mas Dian jalan kaki, lalu Dina minta ibu berhenti..”
“Iya bu.. Dina dijemput ibunya, lalu mengantar Dian pulang,” kata Dian.
Kepala Ika terasa seperti tersiram segayung air es.. mendengar bahwa Dina ternyata bersama ibunya. Siapapun pemilik mobil itu, yang pasti bukan seorang laki-laki yang diduganya adalah Leo.
“Oh, ya ampuun, terimakasih banyak Dina, bersama ibu ya?”
Dan tiba-tiba jantung Ika kembali berhenti ketika melihat siapa yang turun, seorang perempuan cantik, dan ramah, yang sudah dikenalnya. Bu Rina.
“Ya Tuhan... ya Tuhan... Dina ini anaknya bu Rina?” pekik batinnya tanpa bisa mengatakan apa-apa ketika bu Rina mendekatinya.
“mBak...” sapanya sambil tersenyum.
“Mm... bu.. Rina?”
“Ternyata dia anakmu? Dina sangat dekat dengannya,” kata bu Rina sambil menyalami Ika dan menggenggam tangannya.
“Ter.. terimakasih banyak bu... telah sudi mengantarkan anak saya.. tadi ban sepedanya kempes, jadi dia jalan kaki.”
“Anak-anak dipulangkan awal, karena gurunya ada rapat, lalu wali kelas Dina menelpon aku. Jadi aku segera menjemputnya, tapi dijalan Dina melihat Dian berjalan kaki, lalu meminta aku berhenti, dan mengantarkannya pulang,” kata Rina panjang lebar.
“Terimakasih banyak.. terimakasih.. mm.. silahkan duduk.. bu,” masih gugup Ika ketika mempersilahkan tamunya duduk.
“Tapi ini sudah siang, barangkali tidak lama lagi suamiku akan pulang untuk makan siang.”
“Ooh..”
“Ibu.. bolehkah Dina bermain disini?”
“Lain kali saja Dina, nanti bapak mencari kita.”
“Biar bapak menjemput Dina kemari, ya bu..”
Jantung Ika kembali berdegup kencang mendengar kata-kata Dina. Kalau bapaknya menjemput, bukankah ia akan bertemu. Jangaaan.. jangaaan... do’anya dalam hati.
“Dina.. lain kali pasti ibu akan mengantar kamu main kemari, sekarang kan belum pamit sama bapak, nanti kalau bapak pulang mencari kita bagaimana?”
Dina mengangguk, lalu menyalami Ika dengan manis.
“Dina pulang dulu ya, mas Dian.. Dina pulang dulu..” kata Dina sambil menyalami Ika dan Dian.
“Terimakasih sayang, sudah berbagi roti setiap hari sama mas Dian,” kata Ika lembut. Agak tenang hatinya ketika bu Rina menolak permintaan anaknya.
“Ibu punya roti banyak kok.. ya kan bu..”
“Iya.. iya.. sudah ya mbak.. kami pamit dulu. Saya juga berterimakasih, Dian sering membantu Dina menggarap pekerjaan rumahnya.”
“Iya bu Rina, sama-sama..”
“Senang anak-anak kita bersahabat .”
Ika mengantarkan mereka sampai naik keatas mobilnya. Ketika melangkah kembali kearah rumah, Ika benar-benar gelisah.
“Jadi Dina itu anaknya Leo.. ya Tuhan, apa artinya semua ini? Saudara sedarah, kemudian bersahabat. Mengapa.. mengapa.. Tapi aku tak ingin bertemu dia.. aku jangan sampai bertemu dia..aku benci semuanya.. aku benci..” jerit batin Ika.
“Ibuuu.. tadi sepeda Dian kempes, jadi Dian kesekolah dengan berjalan kaki.”
“Iya, ibu baru tahu ketika pulang. Ayo ganti baju dulu dan makan, ibu mau ke tukang tambal ban, supaya besok kamu tidak harus jalan kaki.”
“Nanti biar Dian saja yang membawa ke tukang tambal. Bukankah sebelum perempatan itu ada?”
“Iya nak, boleh, nanti ibu temani. Sekarang ganti bajumu, lalu kita makan. Yuk..”
***
Pagi itu Ika merasa sangat gelisah. Dia sudah berbohong, dengan mengatakan kepada Rina bahwa dia tidak jualan hari ini, hanya karena menghindari bertemu dengan Leo. Tapi ternyata Allah menghendaki lain. Anaknya Leo sahabat Dian. Dan kemungkinan bertemu pasti akan ada, apalagi Rina sudah tahu dimana rumahnya.
Kalau nanti Rina tahu bahwa dia berjualan, tidak seperti apa yang dia katakan kemarin, apa yang harus dikatakannya?
“Aduuh.. ternyata berbohong itu juga menyiksa. Seperti menghambat langkah aku. Seperti dikejar-kejar sesuatu yang membuat aku takut,” bisiknya dalam hati, sambil menata dagangannya dipagi buta itu.
Tapi setelah dipikirnya masak-masak, Ika kemudian menyiapkan apa yang dipesan Rina kemarin. Wanita itu baik, mengapa harus menjadi korban kebohongannya? Tapi Ika kemudian mencari akal, bagaimana caranya supaya ia bisa menyerahkan pesanannya tanpa harus pergi kerumah Rina.
“Adakah yang bisa membantu ya? Semoga ada anak-anak lewat, atau seseorang yang bisa memberi aku pertolongan,” batinnya.
Ika hampir sampai dirumah Leo. Hatinya kebat-kebit tidak karuan. Ia berhenti agak jauh dari sana. Keresek berisi pesanan telah ditentengnya, tapi ia tak ingin masuk. Ia menoleh kekiri dan kekanan, barangkali ada yang bisa dimintai pertolongan.
“Duuh... siapa ya... sungguh aku tak ingin masuk kesana.”
Beberapa sa’at lamanya Ika hanya termangu. Tapi tiba-tiba dilihatnya seorang laki-laki mendorong gerobak sampah. Ika menunggu sampai tukang sampah itu mendekat.
“Pak, bolehkah saya minta tolong?” sapanya sambil membuka dompetnya, mengambil uang sepuluhan ribu.
“Iya bu, “ tukang sampah itu berhenti.
“Minta tolong ya pak, berikan bungkusan belanjaan ini kerumah itu, yang gerbangnya cat hitam itu.”
“O, rumah pak Leo ?”
“Iya..pak, katakan kalau saya sedang tergesa-gesa, jadi tidak bisa kesana.”
“Oh, iya bu, baiklah.”
“Terimakasih ya pak, ini sekedar untuk beli teh hangat ya pak,” kata Ika sambil mengulurkan bungkusan dan uang kepada tukang sampah itu.”
“Terimakasih banyak bu.”
Ika merasa lega, lalu dia menstarter motornya dan siap menjajakan dagangannya ketempat lain.
***
“Lho.. ini apa pak?” tanya Rina ketika melihat tukang sampah memberikan bungkusan belanjaan.
“Ini bu, tukang sayur minta tolong agar saya memberikan pesanan ibu.”
“Lho, mana tukang sayurnya? Katanya nggak jualan hari ini.”
“Sudah pergi bu, katanya sedang terburu-buru atau bagaimana, gitu.”
“Oh, ya sudah, terimakasih ya pak. Ini untuk bapak..” kata Rina sambil mengulurkan selembar uang untuk si tukang sampah.
“Bu, tadi mbaknya yang tukang sayur itu sudah memberi saya uang.”
“Tidak apa-apa, ini dari saya, terima saja, jangan pernah menampik rejeki.”
“Baiklah bu, terimakasih banyak, saya permisi,” kata tukang sampah sambil berlalu.
“Aku kira benar-benar nggak jualan, tapi kok ini membelikan pesananku juga. Baik sekali mbaknya itu, rupanya dia khawatir aku tidak bisa memasak kalau dia tidak membelanjakan pesananku. Tapi berarti aku berhutang dong. Nanti aku mau kerumahnya saja untuk membayar, sekalian mengajak Dina, pasti dia senang,” gumamnya sambil membawa belanjaan itu ke belakang.”
***
“Aku menjemput Dina, ternyata sudah pulang,” kata Leo ketika pulang makan.
“Lho, kan aku sudah mengirim pesan ke mas, bahwa Dina sudah aku jemput karena pulang lebih awal?” jawab Rina.
“Masa? Aku nggak baca pesan kamu sih.”
“Ibu guru rapat semua,” celetuk Dina.
“Enak dong cepat pulang.”
“Tadi Dina mampir kerumah mas Dian.”
“Siapa tuh?”
“Itu, yang setiap hari Dina beri roti..”
“O, anak kelas enam yang sering ngajarin kamu?”
“Iya pak. Tadi karena mas Dian jalan kaki, lalu Dina minta agar ibu mengantarnya pulang.”
“Apa dia tidak dijemput?”
“Biasanya naik sepeda kok pak.”
“O..”
“Mas tahu nggak, yang namanya Dian itu ternyata anak tukang sayur yang sering aku titipin belanjaan.”
“Oh ya? Kamu tadi ketemu?”
“Ya ketika mengantar Dian pulang itu, ibunya sudah siap mau menjemput ke sekolah, karena katanya ban sepedanya kempes. Jadi aku ketemu deh. Ee... ternyata dia.”
“Tadi Dina mau main disana dulu, supaya nanti bapak menjemput. Tapi nggak boleh sama ibu.”
“Kalau Dina mau main, harus bilang dulu sebelumnya. Mana Dina belum makan juga kan?”
“Lain kali boleh kan main kesana?”
“Ya, kalau Dina libur, ibu antar kesana.”
“Benar?”
“Iya Dina. Oh iya, nanti ibu mau kesana, mungkin agak sorean.”
“Horeee.. Dina ikut kan?”
“Boleh..”
“Ngapain sore-sore main kerumah tukang sayur?”
“Tadi itu dia harusnya nggak jualan, tapi karena aku sudah nitip pesanan, dia belanjakan juga, dan belanjaan itu dititipkan di tukang sampah, jadi aku belum membayar pesananku itu.”
“Ooh, baik sekali dia, mau diantar?”
“Nggak usah, aku sendiri saja sama Dina.”
***
Sore itu Ika lebih banyak melamun. Setelah mandi dia duduk termenung didepan rumah. Banyak yang dipikirkannya. Kedekatan anaknya dengan anaknya Rina, membuatnya was-was kalau suatu ketika harus bertemu dengan Leo. Ia sudah berjanji pada dirinya bahwa dia tak ingin bertemu. Dia tak ingin pertemuan itu akan mengorek kisah lama yang kembali menimbulkan luka. Apalagi Leo sudah punya isteri yang dia kenal baik. Seperti apa nanti pertemuan diantara keduanya, sungguh akan membuatnya risau.
“Jangan-jangan nanti akan merusak rumah tangga mereka kalau sampai bu Rina tahu. Tapi bagaimana caranya menghindar ? Sekolah Dian dan Dina.... Oh ya, bukankah Dian sudah hampir ujian dan kalau dia lulus, dia harus berpindah sekolah?” gumamnya.
Ika tersenyum, merasa agak lega. Tapi bukankah Rina sudah tahu rumahnya ? Dan senyum itu menghilang tiba-tiba.
“Apa yang harus aku lakukan? Aku tinggal disini sejak Dian belum lahir, haruskah pindah lagi? Bisakah mendapatkan rumah yang nyaman dan sewanya terjangkau oleh aku?”
“Ibuuu...” tiba-tiba Dian sudah ada didekatnya.
“Ada apa ? Kamu kalau memanggil ibu pasti deh sambil berteriak, ibu jadi kaget.”
Dian meleletkan lidahnya.
“Ma’af...” kata Dian sambil memeluk ibunya dari belakang
“Ibu sedang ngapain ?” lanjut Dian.
“Tidak ngapa-ngapain.. Lagi duduk-duduk saja. Habis kamu kan lagi belajar.. nanti ibu mengganggu dong.”
“Sudah selesai..”
“Bagus, ayo duduk disini sama ibu.”
“Bu.. besok kalau lulus, Dian mau melanjutkan kemana ya?”
“Terserah kamu, mau melanjutkan kemana? Kalau bisa ya sekolah negri, biar biayanya nggak begitu mahal..”
“Kata bu guru, karena nilai Dian bagus, besok pasti bisa masuk ke sekolah negri .”
“Syukurlah, anak ibu harus pintar..”
“Nanti kalau Dian sudah lulus.. nggak akan ketemu lagi sama Dina..”
“Oh iya ya.. kamu suka ya punya adik seperti Dina?” kata Ika, yang dalam hati mengatakan bahwa gadis itu memang adiknya seayah.
“Dia itu lucu.. “
“Iya, cantik dan lucu...”
“Mas Diaaaan...!”
Ika dan Dian menoleh. Dilihatnya Dina berlari-lari kecil menuju kearah rumah.
“Baru diomongin... dia muncul,” kata Dian sambil tertawa.
Rina tampak berjalan dibelakang Dina yang sudah mendahului.
Setelah Dina menyalami Ika, kemudian Ika berdiri menyambut kedatangan Rina.
“Sedang sibuk mbak?” tanya Rina setelah dipersilahkan duduk di teras.
“Tidak bu, sedang santai bersama Dian. Dari mana bu?”
“Dari rumah. Tadi kan belanjaannya mbak kirim melalui tukang sampah, jadi aku belum membayar kan mbak?”
“Oh.. iya, ma’af ya bu, tadi saya sedang terburu-buru.”
“Tidak apa-apa, aku yang minta ma’af, karena merepotkan .. maunya nggak jualan tapi terpaksa membelanjakan pesanan saya.”
“Cuma sedikit kan bu, nggak apa-apa..”
“Ini uangnya mbak..” kata Rina sambil mengeluarkan selembar uang ratusan ribu.”
“Saya ambilkan kembaliannya dulu bu.”
“Tidak, biar saja nitip disini, kan aku masih mau pesen untuk besok pagi..” kata Rina sambil mengulurkan selembar catatan belanjaan.
Tuh kan.. Ika kembali merasa bingung. Mau menolak, harus dengan alasan apa lagi..kalau tidak ditolak, sungguh dia segan datang kerumahnya. Mana banyak sekali pesanannya kali ini.
“mBak, ini agak banyak, karena nanti sore mertua mau datang bersama saudara-saudaranya suami, jadi aku masak agak banyak.”
Mertua... mertua.. mertua... Ika teringat, ketika itu berharap bisa menjadi menantunya setelah Leo melakukan hal terkutuk itu, tapi wanita cantik yang duduk didepannya itulah yang kemudian menjadi menantunya. Ada rasa teriris yang terasa perih, merajang hatinya.
“Apakah uangnya kurang ya mbak?”
“Tidak, itu gampang bu.. “ kata Ika dengan wajah sedikit suram.
“mbak tidak keberatan kan, saya nitip belanjaan terus?”
“Oh, tidak bu.. tentu saja tidak,” jawaban itu bertentangan dengan isi hatinya, karena sungkan, dan karena tak mendapatkan alasan untuk menolaknya.
“Atau saya tambah lagi saja uangnya, daripada ...”
“Tidak.. ini cukup bu, gampang kalau kurang,” kata Ika memotong ucapan Rina.
“Baiklah, terimakasih ya mbak. Aduh, kita sudah saling kenal tapi kok aku belum tahu nama mbaknya ya..”
Ika tertegun. Kalau dia mengatakan namanya, lalu Leo tahu, dan mengingat nama itu, bagaimana? Mungkin juga tidak teringat, tapi rasanya Ika tak ingin mengatakannya.
“Boleh tahu namanya mbak?”
“Oh, iya.. saya... mm.. saya.. panggil saja saya.. Yanti..”
“O, mbak Yanti, nah enak jadinya.. tidak hanya mbak.. mbak.. saja.. Kan mbak Yanti sudah tahu nama saya? Atau belum ? Saya bu Leo.. atau panggil saja saya bu Rina, karena orang-orang memanggil saya dengan nama itu.”
“Bu Leo..? Tidaaak.. menyebut nama itu saja aku merasa sakit..” kata batin Ika.
“Iya, bu Rina.. saya sudah tahu, dari tetangga bu Rina yang sering belanja kepada saya.”
“Oh, gitu ya.. Syukurlah. mBak Yanti disini tinggal sama Dian, dan suami? Atau Dian punya saudara ?”
Duuh.. suami? Suami apa.. tak ada yang mau menjadi suami aku.. Ika kembali merasa perih, lalu ia berdiri, bermaksud menyembunyikan air mata yang mulai mengambang.
“Eh, mbak Yanti.. mau kemana?”
“Sebentar bu..” kata Ika sambil terus masuk kedalam. Diruang tengah dilihatnya Dian dan Dina sedang duduk berdua sambil melihat-lihat gambar dari buku yang dimiliki Dian. Ika mengacuhkannya, langsung kebelakang, pura-pura membuat teh untuk tamunya. Ia mengambil dua buah cangkir, sambil mengusap air matanya. Ia menghela nafas berat, sambil mengaduk gula yang dibubuhkannya kedalam teh hangat yang akan disuguhkannya kepada tamunya.
“Aku tak boleh memperlihatkan perubahan sikap ini, aku harus bisa menahannya,” gumamnya pelan sambil membawa nampan dengan cangkir-cangkir diatasnya.
“Lhoooh.. ternyata mbak Yanti repot-repot..”
“Nggak apa-apa bu, cuma air saja.. silahkan bu.”
“Terimakasih mbak.”
“mBak Dina.. ini minum tehnya..” teriak Ika.
“Iya.. nanti dulu bu,” Dina menjawab sambil berteriak dari dalam.
“Biarkan saja mbak..” kata Rina sambil menghirup teh nya.
Tiba-tiba telpon Rina berdering.
“”Hallo mas.. apa? Oh.. ya ampuun..kunci mobil mas terbawa aku? Ma’af.. tadi tergeletak didepan lalu aku memasukkannya kedalam tas. Baiklah.. oh, mau menyusul kemari? Nggak apa-apa, susul saja kemari, sudah tahu tempatnya?”
Dan tiba-tiba jantung
Ika seperti berhenti berdetak. Kedua telapak tangannya terasa dingin.
***
Besok lagi ya.
Mtnuwun mbk Tien
ReplyDeleteSelanat malam
DeleteTrimakasih Jangan Bawa Cintaku 04 dah tayang.
DeleteSmg bunda Tien selalu diberi kesehatan.
Selamat mb.Nani juara 1
Salam NKRI ....
DeleteTerima kasih mbak Tien ... atas hadirnya JBC 04.
ADUHAIIIIII ...
Salam hangat kami dari Yogya.
Selamat malam....Terima kasih Bunda Tien,, semoga Bunda sehat selalu & tetap semangat Aamiin 💗💗💗
DeleteHey Guys..... edit profilmu biar Bunda Tien & semua Reader mengenalmu.... Dengan cara : ketuk UNKNOWN,,, lalu ketuk EDIT PROFIL, lalu isi biodata & sertakan foto termanismu yaa,, tenang ga ada semut kok,, jadi amaaaan.... lalu ketuk SIMPAN... cukup pakai jari saja yaa, jangan pakai palu,, nnt hapenya pecah he he he he.... mudahkan...... Kalau belum bisa juga,, nnt dech aku maen ke rumahmu 🤣🤣🤣
Okeyy Guys,, salam ADUHAI 💗💗💗
Hatur nuhun, Nini Tien Kumalasari, wilujeng wengi.
DeleteBarakallahu fiikum
JBC Eps_04 sdh tayang, marinkira baca dan ikuti bagaimana sikap Leo setelah tahu bahwa Ardian itu darah dagingnya.
Selamat juga buat Itu Nani Nur A'ini ternobatkan sebagai juara 1 menyongsong kehadiran JBC_04.
DeleteTd sdh tayang 3 menit lho kok blm ada yg koment... Langsung tak koment Kek
DeleteSelamat Mb Nani juara 1
DeleteMatr nuwn Bunda Tien
Sehat selalu Bunda
Aamiin..
Horeee
DeleteUti Nani no 1
Selamat
Matur nuwun jbc04nya
ReplyDeleteBelum bertemu juga hari ini.
DeleteIngin tahu, bagaimana Leo kalau ketemu mantannya. Harusnya merasa bersalah, harusnya menafkahi, pokoknya bertanggung -jawablah. Tidak mungkin kalau sampai lupa/pangling.
Menunggu permainan Leo - Ika akan dibawa kemana, ikut saja pokoknya.
Salam sehat mbak Tien ...dari sragentina selalu Aduhaiiii.
Akhirnya tayang juga episode ke 4....
ReplyDeleteAlhamdulillah ...mb Tien JBC 04 sudah hadir..
ReplyDeleteSalam hangat dari Jakarta...sukses selali
Alhamdulillah yg ditunggu tayang juga... terimakasih Bu tien
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah JBC 04 dah tayang
ReplyDeleteMksh bunda Tien,ttp sehat,bunda mang luar biasa setia menghibur para penggemar
Salam hangat dari Jogja
Salam ADUHAI...selalu ajah
Alhamdulillah JBC~04 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien..🙏
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Banten, Purwodadi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Selamat malam Ibu Tien.. trimakasih cerita nya
DeleteSelamat beristirahat
Ketinggalan.....
DeleteSalam aduhai .... Inu
Dag dig dug dag dig dug teruuuuus pecah nih jantungku,,, ikut gelisah,,, tiada taraaaaaa.... Buat makan opo yo,,, bakso kali,,, okey cuuuuzzz ... Berangkaattttt.....
DeleteHalooow juga mbak Tien.... matur nuwun sapaannya...
DeleteSemoga senantiasa sehat wal Afiat dan berbahagia bersama keluarga,...
Hmmmmm.... Ika..Ikaaa....kok jd salting seh...awas nti malah ada yg curiga loh....semakin hot critanya nie mbak...enak di bacanya pas lg hujan deres
Lanjut mbak...Semangaaat💪💪 Doaku selalu urk kesehatan dan kebahagiaan mbak Tien👐🤲
Salam sayang yg aduhai dr Surabaya🤗😘😍❤️
Ini daftar yg mau ikut audisi pemeran di sinetron "JANGAN BAWA CINTAKU" ya..😆☺️☺️
DeleteSalam sehat buat semuanya..
JBC benar2 mengiris-iris hati...
DeleteMbak Ika silahkan pakai masker biar Leo nggak mengenalimu
This comment has been removed by the author.
DeleteAlhamdulillah.........
DeleteYang ditunggu tunggu sudah hadir
Matur nuwun sanget Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Alhamdulillah telah hadir. Dan bisa komen awal...
ReplyDeleteMakasiih bu, salam sehat tuk ibu dan. Klg.. Tak lupa tuk para penggemar semuanya
Salam aduhai..
Alhamdulilah jbc04 sdh tayang.. nwn mb Tien ...slm seroja sll🙏
ReplyDeleteMakasih Bun Tien,... selalu sehat ya Bun Tien beserta sel klg,. Aamiin YRA.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Purwodadi
Alhamdulillah JANGAN BAWA CINTAKU Eps 04 sudah tayang, matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalam sehat, bahagia, dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Alhamdulillah JBC 04 sdh tayang....
ReplyDeleteTrmksh mb Tien 🙏
Hah ... kelewatan lagi hik..hik..
ReplyDelete“Iya.. iya.. sudah ya mbak.. kami pamit dulu. Saya juga berterimakasih, Dina sering membantu Dian menggarap pekerjaan rumahnya.”
ReplyDeleteTerbalik nama, seharus nya
“Iya.. iya.. sudah ya mbak.. kami pamit dulu. Saya juga berterimakasih, Dian sering membantu Dina menggarap pekerjaan rumahnya.”
Maaf ya bu.. jika aku lancang 😊
Terimàkasih banyak mbak Triniel. Sudah diperbaiki tuh.
DeleteSalam ADUHAI ya
Makasih bu tien ceritanya bagus...salam sehat
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien sudah terbit JBC 4...makin penasaran saja.
ReplyDeleteSemoga bu Tien tansah sehat dalam lindungan Allah SWT
Salam dari Moedjiati Pramono, Tangerang Selatàn
wadoooooh, jantungku kok yang empot2an yah, denger mas Leo mo nyusul istrinya dirumah Tukang Sayur.....
ReplyDeleteHadeeh bikin penasaran aj bunda Tien
ReplyDeleteTau deh apa kelanjutannya tar kita tunggu aj
Yg pntg bunda Tien ttp sehat njih
Salam ADUHAI...
Terima kasih Mbak Tien utk JBC 4, slmt malam... salam Aduhai dari Semarang
ReplyDeleteMatur nuwun... Mbak tien... Smg selalu sehat jasmani rohani ekonomi semakin berimajinasi
ReplyDeleteAlhamdulillah eps 04 sdh tayang dan sepertinya Leo akan ketempat Ika utk mengambil kunci mobilnya yg di bawa Rina... Apakah akan ada peristiwa besar ...tentu Bu Tien bisa membuat cerita ini lebih menarik lagi... Kita tunggu saja...dan salam sehat selalu buat Bu Tien... Aamiin
ReplyDeleteAlhamdulillah JBC 04 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, semoga sehat selalu
Salam Aduhai dari Bekasi
Aduuh...Leo mau nyusul istri dan anaknya ke rumah Ika....akan terjadikah pertemuan antara Ika dan Leo yang telah merusak hidupnya....penasaran....tunggu besok ya
ReplyDeleteMbak Ika wanita yg tegar,jgn bingung dg kedtgan Leo,tetaplah jadi dirimu yg kuat
ReplyDeleteMaturnuwun ibu Tien,selalu kutunggu episode selanjutnya,salam aduhai
leo ga tau kali ya kl dia punya anak dari Ika
ReplyDeleteYeayyy.... JBC 04....terimakasih bunda Tien... Sehat sll... Semangat bunda 😘😘😘
ReplyDeleteJantung ku juga serasa berhenti berdetak. Ibu bisa aja bikin henti jantung nih...
ReplyDeleteMatur nuwun jeng Tien JBC 04 sdh hadir ..ikut deg ..deg..kan ...gimana Leo kalo ketemu Ika ...sabar ya mbak ika bsk kalo ketemu Leo ...jangan sampai pingsan mbak ika ....Sugeng ndalu jeng Tien ..smg sehat sll ....Salam ADUHAI....
ReplyDeleteTerimakasih mBak Tien JBC keempat sudah tayang,
ReplyDeletesehat sehat selalu doaku; Hua ha ha ha ha, kok bisa ya..
ngapain?
kaya lagu legendaris..
deg deg plas ..deg deg plas..
wish mbuh kuwi nganggo jopa japu ... ? .. aja aja pen e diababi disik ...
hush nulise ora nganggo pen .. mung nutuli nganggo driji,
nyetipe..
pada nganggo driji,
wis tho gelem maca ngono, ora ya ngono ..
wis gratis.. isih crigis ...
ADUHAI..
Crigis rapapa supaya sampurna sing maca ben kaya nguruti kacang pak Tukiii...
DeleteNyetipi saiki dadi yen suk wayahe ngumpulke PR re ra ana salahe
Malah ngrusuhi sing maca ya.. pada mbatin
DeleteIki pada ndleming apa.. mung crigis wae.. surasane ngalor ngidul.. buntute endi, sirahe endi.. kaya entung cekel pucuke bonggole obah, cekel bonggole pucuke obah,
olehe mbiji mung sing favorit tok.. ben wae lah nggo gayeng gayeng .. nggrenyem.
Mesthi nggawe mumet...yen jagongan kira2 apa nyambung ya
DeleteAnggep wae rekaman rusak,kudu ditegesi kaya ratu, ratu kui kudu tegel, mengko mari slengekane. Jare Handoko; Danang kui slengekan kudu ketemu karo ratu, nganti kewetu ngomong karo ibune yen klepek klepek tenan, dadi lan marine anggone slengekan, miturut buku primbon sang putri ngono kuwi.
DeleteMatursuwun bu Tien
ReplyDeleteTerima kasih ibu..setelah idtirahat akhirnya JBC 04 bisa tayang malam ini. Apakah nanti Leo akan ketemu Ika? Apa yang akan terjadi? Semoga Ika tenang menghadapi sang mantan yang akan datang menjemput anak dan istrinya. Salam swhat buay bu Tien..dan awlanat mrnukis karya karya indah
ReplyDeleteAlhamdulillah ketiduran, jadi telat bacanya.aturnuwun mbak Tien. SALAM ADUHAI SELALU.
ReplyDeleteNggih ngaten niku kemawon mBah, maca dongeng; santai, onten lho mBah maca dongeng digathuke nganggo 'miturut' mpun Jian; marake ora nyaman blas ..sajak kaya iyak-iyak-o padahal umpama di iyaki ora wurung mesti; ora bisa cek nyandak, akeh lupute..
DeleteDian dan Dina semakin akrab berteman.. sementara ibu Dian semakin kacau hatinya karena sudah mengetahui hubungan antara Bu Rina dengan pak Leo. Salam sehat dan terima kasih mbak Tien sengan JBC 4.
ReplyDeleteYeayyy.... JBC 04....terimakasih mbak Tien sayang... Sehat sll... Semangat salam NKRI aduhaai salam dari Cibubur
ReplyDeleteMet malem semuanya.. alhamdulillah JBC'04 sdh ditengah kita.
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien...Salam Sehat
Alhamsulillah
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien cerbungnnya
Salam hormat dari Purworejo
Bunda terima kasih jbc nya
ReplyDeleteBunda terima kasih jbc nya
ReplyDeleteDag digduk hatinya,gimana kalau ketemu dengannya...bersbunyi nggak mungkin...
ReplyDeleteMenemui nggak sudi. Bingung.... Bingung...jadinya......tolong ....tolong....
Alhamdulillah,terima kasih bu Tirn cerbung JBC nya
ReplyDeleteAlhamdulillah ... barakallah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien jbc 04 telah mengudara, semoga bu tien sehat2 selalu, ku menanti episode jbc berikutnya
Selamat malam buat semua penggemar cerbung selamat beristirahat
Assalamu'alaikum
Malam Bunda,sehat selalu dan tetap semangat.
ReplyDeleteTerima kasih untuk JBC 04.
Met istirahat ya Bun.
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun...
Mugi2 tansah sehat...
Trimakasih mbak Tien..
ReplyDeleteJbc 4..buat sangu tidur..
Duuh..dag dig dug ika..kasiaan..moga ada jln klr...
Salam sehat selalu dr bandung..🙏
Warraaaaow... Ikaaaaa, Ikaaaa... Dikau tuh judul-nya maju kena mundur kena... 🤕🤦♀️ Wis kamu ngumpet dirumah-ku aja sini... Hehehehe...
ReplyDeleteTERIMA KASIH ya, Bunda Tien... Jadi kepo, si Ika mau motah gimana lagi nih untuk menghindari Leo.
Kami mendoakan, semoga Bunda Tien sehat wal'afiat selalu yaaaaah...
Alhamdulillah JBC 4 hadir.sehat selalu ..eee nama ku🤭🤭🤭🤲🤲🤐semakin seru juga ya..apa lagi anak2 berteman .gimana keseruan jika bertemu aduh .bisa2 Dian di tanya2 oleh Leo .semoga saja tdk bertemu. Kelar donk...sehat selalu u bu Tien ..Aamiin .aku br baca juga sambil solat mlm.lanjut ngaji ..Aamiin
ReplyDeleteSalam ADUHAI ........
ReplyDeleteSalam sehat buat semuanya serta terima kasih, mbak Tien tetap setia menghibur kita ......
✍️ #Catatan untuk Cerbung : #Jangan_Bawa_Cintaku
ReplyDelete- part : 4 ...
By : Bu Tien Kumalasari.🎉
👉
#Bu Tien Kumalasari,
Saya #senang dan tertarik sekali atas dialog ini :
"Jadi Dina itu anaknya Leo.. ya Tuhan, apa artinya semua ini.? Saudara sedarah,
kemudian bersahabat. Mengapa .. mengapa..."
👉
Iya Bu Tien,
"Pertanda apa.?
Saya senang sekaligus #sedih... Kenapa..?
Dian dan Dina adalah #anak yg suci dan tidak bersalah serta tidak minta dilahirkan ke dunia yg fana ini.
Tapi kedua anak yg suci itu berbeda #statusnya dalam perspektif Islam.😥
Dian adalah anak #Haram dan Dina adalah anak #Halal...🙏
Siapa yg salah..?
Yang pasti kedua anak itu Dian dan Dina lahir dari #Rahim yg suci...👍
... Pertanyaan yg penuh berjuta tanda tanya dalam lika-liku hidup dan kehidupan ini ...
Dan sadarkah Leo (?) ... bahwa dia sedang menarik benang merah dalam kehidupannya.? Aduhai, siapa yang bisa menjawabnya...🤔🤭🎉
Bagaimana pertemuan Ika dan Leo?
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Salam hangat selalu
✍️ #Catatan untuk Cerbung : #Jangan_Bawa_Cintaku
ReplyDelete- part : 4 ...
By : Bu Tien Kumalasari.🎉
👉
#Bu Tien Kumalasari,
Saya #senang dan tertarik sekali atas dialog ini :
"Jadi Dina itu anaknya Leo.. ya Tuhan, apa artinya semua ini.? Saudara sedarah,
kemudian bersahabat. Mengapa .. mengapa..."
👉
Iya Bu Tien,
"Pertanda apa.?
Saya senang sekaligus #sedih... Kenapa..?
Dian dan Dina adalah #anak yg suci dan tidak bersalah serta tidak minta dilahirkan ke dunia yg fana ini.
Tapi kedua anak yg suci itu berbeda #statusnya dalam perspektif Islam.😥
Dian adalah anak #Haram dan Dina adalah anak #Halal...🙏
Siapa yg salah..?
Yang pasti kedua anak itu Dian dan Dina lahir dari #Rahim yg suci...👍
... Pertanyaan yg penuh berjuta tanda tanya dalam lika-liku hidup dan kehidupan ini ...
Dan sadarkah Leo (?) ... bahwa dia sedang menarik benang merah dalam kehidupannya.? Aduhai, siapa yang bisa menjawabnya...🤔🤭🎉
Alhamdulillah sudah tayang JBC 04.
ReplyDeleteTerimakasih Bu Tien. Semoga sehat selalu.
Hallo mas...apa....
DeleteOh ya ampun kunci mas terbawa aku?
Nggak apa" susul saja kemari....
Aduh jangan dulu deh bunda..Leo jangan dipertemukan dulu dg Ika,biar bisa puanjaaang ceritanya.
Sepertinya Dina lengket ya sama Dian,apa karena ikatan batin ya krn memang saudara seayah. Tapi khawatir juga nih jangan" nanti Dina kalau dah lulus juga minta sekolah yg dekat dg sekolahnya Dian, jangan",jangan" nanti pacaran.Aduh repot juga ya...
Hanya bunda Tien yg bisa mengurainya...
Smg bunda Tien sehat" selalu.
Salam aduhaii dari Bojonegoro.
Terimakasih bunda Tien, JBC 04 telah hadir.
ReplyDeleteSalam sehat &aduhai selalu dari kota Malang..🙏
Pertama
ReplyDeleteWaduh...bgmn ya sikap Ika fan sikap Rina, jika memang Leo benar akan jemput ke rumah Ika.. Yah tunggu saja lah, bgmn Bu Tien mengolah ceritanya, yg cerdas membuat penasaran pembacanya
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin... Salam sehat...
Alhamdulillah...
ReplyDeleteSeneng baca kelanjutannya...
Hati Ika yg Teriris nyeri setiap nama Leo terucap...
Tidak bisa kubayangkan seandainya itu terjadi padaku...
Mtrswn mbak Tien...cerita apik terjadi disekitar kita
Salam sehat selalu...
Salam aduhai...
Wow....saudara satu ayah, bersahabat, akankah saling jatuh cinta setelah dewasa...??
ReplyDeleteAkankah seperti cerita "Dalam Bening Matamu",
Salam aduhai dari Bandung, semoga Bu Tien sehat2 selalu...😍😍😍
Matur suwun bunda Tien JBC 04 sdh tayang, bikin penasaran kelanjutan ceritanya...
ReplyDeleteSalam tahes ulales bunda dari bumi Arema Malang
ikut deg degkan ....sehat selalu bunda Tien
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien. Semoga mbak Tien sehat² selalu.
ReplyDeleteDetik² menjelang pertemuan yg tdk diharapkan bagi bu tukang sayur. Kasihan mbak ika hidupnya tdk tenang. Kok mbak Tien milih rumah leo yg berdekatan dgn rumah sewaan mbak ika sayur.
Ini bagian yg menegangkan..
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Kalau sdh cinta segitga ini biasanya ada yg hrs berkorban...tergantung Bu Tien kira2 siapa yg jadi korban kan gak mungkin ada polygami...Selamat malam sambil nunggu tayang nya eps 05...Salam A D U H A I.🙏🙏🙏
ReplyDeleteNgintip ah...
ReplyDeleteDan ternyata...blm ada ☺️☺️☺️
ReplyDeleteJangan2 mbak Sayur libur lagi nih, nyari rumah kontrakan baru..
ReplyDeleteinsyaAllah nggak libur
DeleteSabar ya, nunggu lanjutannya
Hanupis kakek..
DeleteSabuaaarrr...
ReplyDeleteWah malam ini episode 5 tdk nongol liburkah mbak Tien? Salam sehat2 dr Tegal
ReplyDeleteTest..
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletetest 2
ReplyDeleteTest..
ReplyDeletePuji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg JBC 04 hadir dgn tetap membuat penasaran bagi penggandrungnya.
ReplyDeleteSalut untuk mbak Ika sdh bisa melalui hdp yg pahit dan sulit dan sering merasa syukur krn punya anak baik, pintar dan ganteng.
Ayo mbak sempurnakan lagi sikap mbak untuk mengusir sakit hati dg mantan, yaitu tampilkan semangat pengampunan ...
Dekati orang2 yg dianggap kuat hati dan imannya/ pemuka umat, lalu sharing untuk menghilangkan beban sakit hati.
Sumonggo ibu Tien, kami tunggu lanjutnya. Matur nuwun Berkah Dalem...