JANGAN BAWA CINTAKU 02
(Tien Kumalasari)
Ika mengenali laki-laki itu, lelaki yang dibencinya setinggi langit sedalam lautan. Ia berharap tak akan pernah bertemu lagi dengannya. Tapi siang ini laki-laki itu sedang mengangkat tangannya dan siap menampar anaknya. Kemarahan Ika memuncak.
“Anak ini adalah darah daging kamu!!” tapi teriakan itu hanya dilontarkan dalam hati. Ia menatap laki-laki itu dengan mata berapi-api, lalu menggandeng tangan anaknya ke pinggir, yang masih dengan erat menggenggam setang sepedanya. Ika berusaha menyembunyikan wajahnya dari laki-laki itu.
Melihat seorang perempuan menggandeng anak kecil itu, si pengemudi kemudian kembali ke mobilnya dan berlalu.
“Apa kamu terluka?” kata Ika sambil mengamati bagian-bagian tubuh anaknya.
“Tidak bu..”
“Mengapa kamu mau menyeberang? Kalau kembali ke sekolah kan tidak harus menyeberang?”
“Mau mencari ibu.”
“Mencari ibu ke seberang?”
“Barangkali ibu masih jualan di gang itu.”
“Ya ampuun, mengapa juga kamu mencari ibu?”
“Mau minta uang bu, uang untuk bayar sekolah hilang,” katanya lirih, takut ibunya marah.
“Dian, uang kamu tidak hilang. Kamu tinggalkan di meja, lalu ketika pulang, ibu melihatnya, kemudian ibu membayarkannya ke sekolah kamu.”
“Ibu dari sekolah Dian?”
“Iya.. mencari kamu disekolah tidak ada.”
“Dian pulang mau mengambil uangnya..”
“Anak baik, ya sudah, semuanya sudah beres, uang sekolah sudah ibu bayarkan, sekarang kamu harus kembali kesekolah bukan?”
“Iya bu..”
“Kamu bisa kesekolah sendiri?”
Dian mengangguk. Setelah bertemu ibunya ia merasa lebih tenang. Kemudian ia mencium tangan ibunya dan kembali mengayuh sepedanya ke sekolah.
Titik air mata Ika menatap punggung anaknya yang mengayuh sepedanya kembali ke sekolah.
Tak tega Ika menstarter sepeda motornya, mengikuti Dian dari belakang, sampai masuk kehalaman sekolah.
***
Sampai masuk kedalam rumah, hati Ika masih diliputi perasaan tak menentu. Ia melihat Leo, dan hampir memakinya ketika melihat dia nyaris menampar anaknya. Untunglah masih terlintas diotaknya bahwa ia tak ingin dikenali laki-laki yang sangat dibencinya itu.
“Dia masih seganteng dulu, tapi lebih matang. Apakah dia sudah punya isteri? Sudah punya anak? Seperti apa isterinya, seperti apa anaknya? Bahagiakah hidupnya?”
Lalu Ika marah kepada dirinya sendiri karena ia kembali memikirkan Leo.
“Huh.. benci.. benci.. benciii!” teriaknya dalam hati.
Setelah membersihkan diri dikamar mandi dan berganti pakaian, Ika melihat sisa sayur yang bisa dimasak. Dilihatnya jam yang ada didinding, dan ia merasa masih cukup waktu untuk memasak. Ada sawi, wortel dan ayam. Ia akan memasak ca sawi dan ayam. Tapi ia lupa menyisakan tempe untuk Dian. Pasti dia protes karena tak ada tempe goreng dimeja makan.
“Ya sudahlah, nanti aku ganti dengan ayam goreng saja. Lalu aku bilang.. ma’af ya le.. ibu lupa menyisakan tempe untuk kamu..”
Tapi sambil memasak itu bayangan laki-laki tampan yang nyaris menghajar anaknya kembali merayapi benaknya. Perasaan kesal dan marah membakar hatinya. Peristiwa buruk dan perlakuan yang semena-mena sa’at itu, membuat hidupnya sengsara, batinnya menderita, dan membuat anak semata wayangnya tumbuh tanpa tahu siapa yang mengukir jiwa raganya. Ika merajang sayuran dengan gemas, seperti merajang-rajang tubuh laki-laki yang pernah dicintainya.
“Hiih... hiihh.. hihhhh... !!” ucapnya dengan gemas, dan sayur yang seharusnya dirajang agak kasar kemudian menjadi irisan-irisan halus, bukan seperti yang diinginkannya.
Lalu ia juga merajang bumbu-bumbunya dengan gemas.
“Auuuwww !” tiba-tiba Ika berteriak. Darah menetes dari jari telunjuknya yang terluka.
Ika berlari ketempat dia menyimpan obat-obatan. Rasa perih bukan hanya pada jarinya, tapi juga hatinya.
“Ya Tuhan.. apa yang terjadi pada diri aku ini? Mengapa tiba-tiba aku bertemu dia.. lalu mengingatnya kembali, lalu kebencian yang sudah lama mengendap menjadi tumbuh kembali,” bisiknya sambil membalut luka dijarinya, tapi tak mampu membalut luka dihatinya.
“Yaaah...!” lalu Ika berteriak lagi, ayam goreng yang hanya dua potong itu hangus dalam penggorengan, ketika dia sibuk merawat lukanya.
Ika mematikan kompor. Urung memasak sayur.. urung menggoreng ayam pengganti tempe kesukaan Ardian. Sebetulnya masih ada dua potong ayam di kulkas, tapi Ika segan memasak lagi.
Lalu Ika duduk dikursi, mengambil segelas air dingin dan meminumnya habis.
***
“Ibuuuu...” Dian meletakkan sepedanya disamping rumah sambil berteriak memanggl ibunya. Namun ketika masuk tak dilihatnya siapapun.
“Ibuu... dimana ya ibu, tapi sepeda motornya ada. Berarti ibu tidak pergi kemana-mana.”
Lalu Dian mencari keseluruh rumah. Didapur diihatnya ada ayam gosong masih teronggok di wajan.
“Wah.. ayamnya gosong, sayang banget.”
Dian membuka tudung saji diatas meja makan, tapi hanya dilihatnya semangkuk nasi.
“Apa ibu tidak memasak ?”
Dian masuk kekamar mandi, membersihkan diri, lalu ketika masuk kekamar, baju ganti sudah disiapkan ibunya.
“Ibu kemana ya?”
Lalu ketika Dian keluar dari kamar, dilihatnya ibunya sudah ada didapur, menata lauk dimeja makan.
“Ibu dari mana ?”
“Dian.. syukurlah kamu sudah pulang. Ibu membeli lauk diwarung sebelah. Ini ada tempe kesukaan kamu,” kata Ika sambil menarik kursi agar anaknya duduk.
“Ibu tidak masak?”
“Tidak.. “
“Itu kenapa jari ibu?”
“Kena pisau nak, itu sebabnya ibu tidak memasak.”
“Sakit ya bu?”
“Enggak nak, hanya sedikit perih, sekarang sudah nggak terasa apa-apa.”
“Ibu tidak berhati-hati sih.”
“Iya Dian, kamu benar, ibu tidak berhati-hati.”
“Lalu ayamnya gosong kan bu?”
Ika tertawa.
“Iya, ibu lupa membuangnya... Ayo makan saja, ini juga enak. Kamu nggak suka ?”
“Suka kok bu.”
“Baiklah, ayo kita makan..”
***
“Ibu, aku sudah pulaaang,” teriak Andina sambil berlari kecil masuk kerumah. Gadis kecil cantik dengan rambut dikepang sebahu itu kemudian memeluk pinggang ibunya.
“Andina sayang, dijemput bapak ya?”
“Iya.. mengapa bukan ibu yang menjemput?”
“Ibu tadi masak, lalu minta tolong bapak, supaya menjemput Andina dulu sebelum pulang makan siang.”
“Oh.. iya.”
“Ayo cuci kaki tangan dulu dan ganti pakaian kamu, habis itu kita makan sama-sama.”
“Baik ibu.”
Ketika Rina selesai menggantikan baju Andina, Leo sudah duduk di meja makan.
“Ini siapa yang masak ?” kata Leo sambil menatap semua hidangan yang tersedia.
“Aku dong mas, kan simbok nggak ada,” jawab Rina sambil tersenyum.
“Benar? Bukan dari beli di warung ?”
“Enak saja, aku susah-susah masak dikirain beli diwarung.”
“Katanya kalau nggak ada simbok repot belanja.”
“Ternyata di kampung ini ada tukang sayur keliling yang jualannya lumayan lengkap, dan sayurannya juga segar. Ada ikan laut, daging sapi, daging ayam.. pokoknya semua yang aku cari ada. Seneng aku.”
“Oh ya?”
“Penjualnya cantik, ramah. Aku sudah pesan untuk masak besok pagi. Aku beri dia catatan, dan dia besedia memenuhi. Lega aku mas, daripada belanja dipasar sendiri seperti simbok, duuh.. pasti kotor dan bau.”
“Namanya juga pasar. Kalau bersih ya bukan pasar namanya.”
“Enak nggak masakanku mas?”
“Enak.. kalau nggak enak ya nggak akan habis sepiring. Cuma agak keasinan..”
“Katanya enak, ujungnya keasinan..” kata Rina cemberut.
“Kok cemberut? Tadi nanya, dijawab marah.. gimana sih? Apa aku harus bohong supaya kamu senang? O, iya.. aku ingat kata teman aku, katanya kalau ingin menyenangkan seorang wanita, lebih baik bohong dikit-dikit.. gitu.”
“Hiiih... gitu ya.”
“Makanya aku terus terang, kan aku nggak suka bohong?”
“Yang bener... nggak suka bohong ?”
“Bener lah, aku ini laki-laki jujur, tahu..”
“Baiklah, beruntung aku dapat suami jujur.”
“Ibu sama bapak ngomongin apa sih?” kata Dina yang menyuap makanannya sambil menatap kedua orang tuanya.
Leo dan Rina tertawa.
“Nggak ngomongin apa-apa.. ibu sama bapak cuma bercanda.”
“Makan sambil bercanda itu kan nggak boleh,” celoteh Dina.
“Oh iya.. bapak lupa. Hup.. jangan bercanda lagi, ayo kita habiskan masakan ibu.”
“Katanya keasinan, kok nambah lagi?”
“Keasinan dikit, tapi enak..”
“Baiklah, ini nggak bohong kan?”
“Kan aku sudah bilang bahwa aku tak pernah bohong?”
“Oh baguslah, tapi awas ya kalau sampai ketahuan bohong.”
“Kok main ancam sih .”
“Pokoknya awas kalau sampai ketahuan.”
“Bapak sama ibu nggak boleh bertengkar,” celetuk Dina lagi.
“Nggak.. bapak sama ibu nggak bertengkar Dina, ayo habisin makannya.”
“Ibu, besok kalau bawain bekal untuk Dina, rotinya bawain dua ya.”
“Lho, yang ibu bawain masih kurang?”
“Yang satu lagi mau Dina berikan ke teman Dina. Kasihan dia nggak pernah bawa bekal. Bukan teman sekelas sih, dia lebih besar dari Dina, sudah kelas enam. Dina kan baru kelas tiga?”
“Oh, anak baik. Iya nak, besok ibu bawakan dua iris roti untuk Dina dan temannya. Tapi mengapa Dina bagi makanan Dina dengan anak yang sudah lebih besar?”
“Dia sering ngajarin Dina kalau waktu istirahat dan Dina nggak bisa ngerjain ulangan.”
“Oh, begitu, berarti dia anak pintar.”
“Kata bu guru, dia selalu juara kelas.”
“Kalau begitu Dina juga harus rajin supaya bisa jadi juara.”
Mereka keluarga bahagia, setidaknya itulah yang tampak ketika mereka sedang bersama.
***
“Tangan ibu masih sakit?” tanya Ardian ketika sedang belajar dan ditungguin ibunya.
“Tidak, sudah tidak sakit lagi. Lihat, hanya ibu tutup dengan plester, tidak diperban seperti tadi.
“Besok ibu harus hati-hati kalau memasak.”
“Iya sayang, besok ibu akan lebih berhati-hati. Ayo teruskan belajarnya.”
“Ini sudah selesai bu, semua PR sudah Dian kerjakan.”
“Bagus kalau begitu.”
“Mulai besok, Dian pulang lebih siang dari biasanya.”
“Memangnya kenapa?”
“Ada tambahan pelajaran, kan mau ujian?”
“Oh iya nak, kalau begitu apa Dian perlu membawa bekal? Ibu bawakan nasi sama lauk ya?”
“Terserah ibu saja. Tapi sebetulnya setiap hari Dian diberi roti oleh teman Dian. Eh, bukan teman sekelas Dian sih, dia anak kelas tiga.”
“Oh ya? Kamu kelihatan lapar barangkali. Mengapa nggak bilang ibu supaya membawakan bekal saja? Malu ah..kalau harus minta sama teman.”
“Dian nggak minta bu, tapi dikasih. Dia selalu membawa roti, Dian pasti dikasih separo.”
“Ya sudah, mulai besok ibu bawakan bekal ya. Buat makan sa’at istirahat, supaya kalau pulangnya agak lambat, tidak merasa lapar.”
“Iya, terserah ibu saja.”
“Sekarang sudah malam, sa’atnya tidur. Yuuk..”
Ketika berbaring disamping anaknya, terbayang kembali wajah laki-laki tampan yang sangat dibencinya.
“Mengapa sejak tadi aku teringat terus? Padahal sudah bertahun-tahun aku melupakannya. Aku benci ingatan itu, aku benci.. benci.. benci,” pekiknya dalam hati.
Lalu ditatapnya wajah polos kesayangannya, yang mulai memejamkan matanya.
“Wajahmu mirip sekali dengan dia, tapi kamu adalah buah hatiku,” bisiknya, lalu diciumnya kening anaknya.
***
“Dian, ini bekal untuk kamu, nasi dan ayam goreng ragi,” kata Ika pagi itu sebelum berangkat ke pasar.
“Iya bu.. ada tempenya nggak?”
“Aduuh, ibu belum kepasar, nanti sepulang dari berdagang ibu pasti menggoreng tempe untuk kamu.”
“Terimakasih bu.”
“Segera mandi, lalu sarapan. Awas ya, jangan lupa bekalnya. Oh ya, ibu masukin sekalian kedalam tas kamu saja. Kamu itu teledor, sering lupa ini .. itu,” kata Ika sambil memasukkan bekal kedalam tas anaknya.
“Iya bu. Dian mandi dulu.”
“Ibu berangkat ya, hati-hati dijalan. Jangan menyeberang sembarangan, harus melihat kekiri dan kekanan sebelumnya.”
“Baik ibu,” jawab Dian sambil masuk kekamar mandi.
***
Hari masih remang ketika Ika memasuki pasar, memilih sayuran yang akan dibawanya, lalu mengambil semua dagangan yang sudah dipesan sebelumnya. Ia juga menyiapkan pesanan ibu cantik yang Ika belum tahu namanya, yang minta dibelanjakan karena nggak suka masuk pasar yang kotor dan bau. Ika tersenyum dalam hati.
Begitu selesai menata dagangan di keranjang dan menyiapkan pesanan si ibu cantik, Ika berangkat menjajakan dagangannya seperti biasa.
Ia masuk gang, keluar gang, yang sudah biasa dilaluinya setiap hari karena disitulah para pelanggan menunggunya.
“mBak Ika, apakah ada daun kemangi ?” tanya seorang ibu ketika Ika sudah menggelar dagangannya.
“Waduh, tadi ada sih, sebentar.. oh ini masih sisa seikat bu, cukupkah?”
“Iya, seikat saja, cukup kok.”
“Lha ini bungkusan apa, kok disendirikan, tidak digelar disitu ?” kata seorang ibu yang lain ketika melihat keresek yang masih tergantung di sepeda motornya.
“Oh, itu pesenan ibu.. siapa ya.. yang rumahnya bagus diujung sana.. nggak tahu namanya saya. Orangnya cantik.”
“Oh, diujung sana, sebelah selatan jalan? Ada pohon mangga didepan rumah?”
“Iya bu..”
“Itu namanya bu Rina, tumben belanja sama mbak Ika, biasanya pembantunya yang belanja.”
“Katanya pembantunya sedang sakit, pulang ke desa..”
“O.. pantesan. Orang kaya, nggak pernah ngumpul seperti kita-kita ini.. ya bu,” kata salah seorang ibu yang diiyakan oleh ibu-ibu yang lain.
Setelah selesai, Ika segera menuju ke rumah ibu cantik yang memesan belanjaan dan kata ibu-ibu tadi namanya Rina.
Ketika ia berhenti didepan gerbang, rumah itu tampak sepi. Mobil yang biasanya diparkir dihalaman juga tak tampak. Ika mengambil keresek berisi pesanan bu Rina, lalu membuka gerbang perlahan.
“Kalau bu Rina pergi, biar aku tinggal saja belanjaannya di teras. Pasti dia sudah tahu karena ini barang-barang yang dipesannya. Uangnya besok juga nggak masalah,” pikir Ika,
Perlahan dia mendekati rumah, tapi ketika akan meletakkan keresek itu, tiba-tiba pintu terbuka. Bu Rina cantik muncul dari balik pintu.
“Oh, itu pesananku ya mbak?”
“Iya bu.. “
“Berapa semuanya?”
“Sudah saya tulis di catatan ibu kemarin.”
“Oh, baiklah, ini aku pesan untuk besok lagi ya.” Kata Rina sambil memberikan uang dan selembar kertas.
“Baik bu, terimakasih. Saya kira tadi ibu pergi, habis pintunya tertutup, mobilnya nggak kelihatan.”
“Oh, aku sedang dibelakang. Mobilnya keluar, suami saya sedang mengantarkan anaknya ke sekolah.”
“Oh, begitu ya bu. Baiklah bu, saya permisi dulu.”
Ika membalikkan tubuhnya, tapi tiba-tiba dilihatnya seorang laki-laki turun dari mobil dan menuding-nuding kearah motornya.
“Oh, ma’af mbak, sepeda motor kamu menghalangi mobil suamiku..” kata bu Rina.
“Oh, ma’af.”
Ika bergegas keluar, berusaha meminggirkan motornya. Tapi pandangannya terpaku pada laki-laki yang sudah kembali naik ke mobilnya, dan bersiap masuk ke halaman. Gemetar tangan Ika ketika menuntun sepeda motornya, sehingga kemudian dia terjatuh, menindih motor dengan keranjang penuh sayuran dagangannya.
***
Besok lagi ya
JBC dah tayang nih
ReplyDeleteMksh bunda Tien,sehat selalu Aamiin
Salam hangat Dari Jogja
Salam ADUHAI...
Selamat Mbk I'in Juara 1
DeleteSelamat ... Berhasil jadi juara 1.
DeleteSelamat mb Iin juara 1
DeleteTuuuh kan ketinggalan lagi..
DeleteMaksiih mas Rinta...
Salam aduhai.
(komen dulu baru baca, hehehehe)
Selamat jeng Iin M.Maimun Ayna_44, dan JBC_02 ya? JBC_01 jeng Laksmie Malang.
DeleteSugeng dalu Bu Tien,
Matur nuwun JBC_02 sdh tayang. Semoga sehat selalu dan selalu sehat ya, aja ampegan dadane. Dijaga aktifitase.
Salam NKRI....ADUHAI dari Bandung.
Siaap Kakek Habi
DeleteADUHAI juga
Terima kasih Bunda Tien
DeleteMatur nuwun jbc02nya...
ReplyDeleteKetemu juga dengan sidia, ayah Ardian. Dari pertemuan ini kisah baru akan dimulai. Nah...silakan mbak Tien mulai mengaduk-aduk perasaan para pembaca.(Bu dokter dewiyana tidak perlu marah ya, pada Leo ).
DeleteSalam sehat mbak Tien , dari sragentina selalu Aduhaiiii.
Pak Latief tau aja... 🤭🤭
DeleteMatur nuwun mbk Tien
ReplyDeleteSalam NKRI ... ADUHAIIIIII.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien ... atas hadirnya JANGAN BAWA CINTAKU 02.
Salam hangat kami dari Yogya.
TKS Bu Tien, Jangan bawa cintaku 02 sdh hadir
ReplyDeleteterima kasih bu tien..#2 JBC nya
ReplyDeletesehat selalu.
Wuihh...ws rame tibake, suwun mb Tien, salam sehat dr Kediri 🙏
ReplyDeleteSdh hadir JBC 02.. Alhamdulillah..sehat selalu
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien cerbungnya,salam sehat
ReplyDeleteAlhamdulillah.JBC ke 02 hadir..sehat selalu bu Tien..Aamiin
ReplyDeleteSalam sehat utk smua PCTK
ReplyDeleteSeruuuuuu... ibu selalu bikin gemes. Apakah ujung nya seperti lagu jadul... bohong! Kamu tukang bohong!... hehehe...
ReplyDeleteJeng dokter pinter nyanyi rupanya..
DeleteSalam Aduhai
Suwun JBC 02 sudah terbit sukses n sehat selalu mb Tien
ReplyDeleteWaaah... Ternyata leo suaminya Rina.
ReplyDeleteApa nantinya anaknya ika dan leo berjodoh??
Makasih ya bu Tien, salam sehat tuk ibu dan klg.
Masa sih ?
DeleteADUHAI.. deh
Makasih bunda...
ReplyDeleteSugeng ndalu bu tien. ....matur suwun JBC.....salam Aduhay..
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang JBC 02, suwun ya mbak Tien sayang salam sehat dari Cibubur
ReplyDeleteTerimakasih Bunda Tien...😍JBC udh tayang...smoga bunda sehat sll, semangat menghibur kita smua... 😘😘😘
ReplyDeleteAduhh... Ika.. kalau benci jangan terlalu benci... mencelakakan diri sendiri kan...
ReplyDeleteSyair lagu BENCI TAPI RINDU buat Ika....
ReplyDeleteKau datang dan pergi
Sesuka hatimu
Oh... kejamnya dikau
Teganya dikau padaku
Kau pergi dan datang
Sesuka hatimu
Oh... sakitnya hati
Bencinya hati padamu
Sakitnya hati ini
Namun aku rindu
Bencinya hati ini
Tapi aku rindu....
Trimakasih Ibu... aku segera tidur dengan nyenyak... 😊
ReplyDeleteLaki 2 itu Leo ya... Aduuh kasihan mbak Ika gak bisa bayangon perasaannya kaget dan benci pastinya
ReplyDeleteSemnagat mbak Ika tunjukkan pada Leo.. Didik Ardian jd anak yg sholeh dan sukses... Mbak Ika pasti bisa
🌻.
ReplyDeleteMakasih Bun Tien, JBC-02 dah tayang.
Salam sehat selalu ya utk Bun Tien Kumalasari di Solo dan dalam aduhai utk teman" PCTK di seantero Nusantara.
🌺❤️🌻👌🏵️
Alhamdulillah sptnya ini seru she
ReplyDeleteKrn istri mantan pacarnya jd pelanggan belanja mb Ika
Mksh bunda Tien,bnr2 menghibur nih
Moga bunda sehat selalu aku suka krn bunda mulia skli hatinya,dgn tulus menghibur kita selalu
Salam dari Jogja nih😍😍
Salam ADUHAI jeng I'in
Delete#. salam
ReplyDeleteMas Rinto.. nyanyi yang keras dong..
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Terimakasih... JBC sudah hadir. .Semoga mbak tien selalu sehat
ReplyDeleteJBC 02 ceritanya mulai menggetarkan jiwa...ikut deg2an Ika melihat Leo,Tau gak ya Leo klo ada wanita cantik yg pernah dicintai....
ReplyDeleteAlhamdulillah JBC2 sdh tayang. Salam sehat sll dr Bekasi mba Tien
ReplyDeleteMakasih Bu Tien episode 2 nya..
ReplyDeleteSenantiasa sehat2 ya, salam aduhai dari Bandung.
Puji Tuhan, ep 2 sudah tayang. Terima kasih Mbak Tien. Smoga Mbak Tien selalu sehat. Salam Seroja Aduhai dari Semarang
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien..JBC sudah terbit...seru..ini..
ReplyDeleteSalam dari Moedjiati Pramono Tangsel
Pa Hadi....ini tetangga Tangsel masih UNKNOWN, jeng Moejiati Pramono namanya....mbok dikunjungi trus yang UNKNOWN berubah jadi Moejiati Pramono dan ada fotonya, biar bu Tien dan kita-2 para blogger mengenalnya.
DeleteAlhamdulillah .... barakallah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien, semoga bu tien sehat2 selalu
Selamat malam untuk semuanya
Assalamu'alaikum
Bunda Tien, TERIMA KASIH ya sudah menayangkan JBC-02.
ReplyDeleteWaduh. Itu laki-laki kok kayak begitu ya? Sama Anak kecil aja mau mukul. Gak gentleman banged sih.
Jadi penasaran nih, karena coincidentally Ika lagi-lagi harus berhadapan dengan laki-laki yang sudah menghancurkan harapan-nya.
Semoga Bunda Tien senantiasa selalu sehat wal'afiat, dan semoga besok lanjut tayangan berikut-nya ya, Bunda.
Tks mbak Tien,wah critanya makin seru baru tayang 2 nomor sdh bikin penasaran nih tahu2 besok lagi.....
ReplyDeleteSalam seroja mbak Tien dr Tegal
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah rahayu...
Matur suwun bunda, salam tahes ulales dari bumi Arema Malang bunda
ReplyDeleteMatursuwun bu Tien
ReplyDeleteTrimakasih mbak Tien..
ReplyDeleteJBC2...ga mau terlewat..udh ngantuuk tahan dulu buat baca..
Sugeng sare mvak Tien..salam sehat dr bandung..🙏
Tyt ibu cantik yg kmrn blnj itu adalah Tina istrinya Leo?
ReplyDeleteAlhamdulillah cebungnya dah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien
Salam hormat dari Purworejo
Makasih Bunda untuk cerbungnya.Sehat selalu dan salam hormat niat Bunda
ReplyDeleteAlhamdulillah JANGAN BAWA CINTAKU 02 sudah tayang. Matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Alhamdulillah JBC 02..kalau saya tebak nanti Ika buru2 bangun dan pergi sebelum Leo melihatnya seperti kemarin waktu Ardian hampir tertabrak.Apakah Leo sudah bahagia dengan Rina, bagaimana mereka bisa menikah? Karena dijodohkan kah? Tinggal berdekatan dan ada kemungkinan untuk bertemu kembali tentu seru....dan kita terus dibuat penasaran oleh Bu Tien. Terimakasih Bu Tien, salam Seroja...
ReplyDeleteAlhamdulillah...matur nuwun
ReplyDeleteSalam dari Rewwin buat semuanya
02:13
Bisa sering ketemu mantan nih mbak Ika,mana anak2 di 1 sekolah yg sama... maturnuwun ibu Tien,sehat dan bahagia selalu ya
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien cerber barunya..ternyata Ika dipertemukan dengan Leo..akankah besok Ika mau mengantar pesanan lagi setelah tahu itu istri Leo? Salam swhat dan semangat berkarya
ReplyDeleteMakasih bunda tien tayangan nya walaupun dibacanya setelah bangun tidur sebagai sarapan pagi
ReplyDeleteSalam sehat sekalu
Baru episode 2 udah seru Asti episode episode selanjutnya bakalan Keren abis. Salam sehat Dan tetap semangat MBA Tien.
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien JBC2 telah hadir..tebak² dalam hati aja ah tentang 2D ( Dian & Dina ) 😍
ReplyDeleteSalam sayang & aduhai kagem bunda
...🙏
O.. O..lagi lagi Ika ketemu si Leo... wah jafi gemetar dan jatuh deh. Ayo dong Ika, kamu harus kuat Bukankah kamu juga kuat membesarkan Dian seorang diri. Ayo semangat Ika!
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, ep 2 sudah hadir menghibur kami. Doaku semoga Mbak Tien selalu sehat dan selalu bisa berkarya. Tuhan selalu memberkati Mbak Tien dan kelg.
Baca ulang JBC 2 kok jadi mewek ya? Jd ikut merasakan derita Ika.Mbak Tien memang selalu kreatif kagum dan salut untuk mbak Tien. Cerita mbak tien dari berbagai profesi kali mulai pemilik perusahaan,tukang buah, dokter, guru,PRT,penjaga toko dan JBC tukang sayur keliling.Salam hormat, sehat selalu fan salam ADUHAI
ReplyDeleteAkankah Leo mengenali Ika? Makasih mba Tien. Salam sehat selalu
ReplyDeleteSalam sehat kagem bu Tien.... woouw keren baru episode 2 ceritanya sllu bikin deg2 plaaas..... matur suwun tlh menghibur kami semua... barakallah bunda Tien....
ReplyDeleteSalam sehat kagem bu Tien.... woouw keren baru episode 2 ceritanya sllu bikin deg2 plaaas..... matur suwun tlh menghibur kami semua... barakallah bunda Tien....Wiwik Wisnu, Bintaro Jaya, Tangsel
ReplyDeleteMungkin Leo tidak memperhatikan...bisa juga mbak Ika pake kudung Capil ..atao pake hijab..dan lihatnya hanya sepintas...atau mungkin dah sombong Leo..kan udah kaya..lagian gak mau lihat orang kecil...kan sudah 2 x ketemu..belum nyadar..he. He..
ReplyDeleteMungkin Lo ya..
Maaf Bunda Tien...koment sak Karep e..
Semakin dibaca..semakin penasaran dibuat Bunda Tien...
ReplyDeleteTangan yg terampil dan lihai..selalu buat hati gemes ..
Semangat ya Bunda Tien..tetap sehat dan selalu bahagia...
Manjain para penggemar cerbungnya Bunda Tien. .
Walaupun Dian dan Dina sudah saling tolong menolong ... dan rasa saling mengasihi ini bisa saja tumbuh menjadi cinta di kemudian hari.
ReplyDeleteTapi saya tidak setuju kalau mereka menikah karena mereka saudara tiri se-ayah.
Aduhai dan salam ...
Matur nwn mbk Tien, dari part 2 sdh membuat gregeten lho....tapi apik...
ReplyDeleteSemoga mbk Tien sehat selalu. Aamiin
Kasihan ika beserta barang dagangannya. .....?
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Ika, semangat! Jangan tergoda lagi dengan Leo. Biarkan Dian & Dina berteman. Nanti ganti Leo yang terpukul telak.
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, semoga sehat selalu.
Terimakasih
ReplyDeleteSabar ya Ika...semua itu pasti ada hikmahnya.
ReplyDeleteMeski sekarang kamu hidup sederhana dg bekerja keras menjajakan sayur keliling,makan sederhana sayur bayem,ceme, lauk tempe tapi perasaan kamu bahagia punya anak pinter,nurut,rajin berprestasi.
Blm tentu mantanmu itu bahagia lahir batin pasti perasaan bersalah atas perbuatan masa lalu itu tetap ada,apalagi naluri Rina sbg seorang istri juga kuat,tanpa sengaja dia bilang "pokoknya awas kalau sampai ketahuan".
Meski itu hanya candaan semata suatu saat mungkin akan terlihat nyata.
Saya ikut nelongso bunda saat Ika melihat laki" turun dari mobil sambil menuding nuding motor bututnya...
Apalagi sampai Ika terjatuh,sadarkah laki" itu bahwa itu kamu Ika,wanita yg pernah dicintainya...
Trimakasih bunda Tien smg bunda senantiasa diberi kesehatan.
Mohon maaf krn kesibukan baru sempat komen.
Salam aduhaii dari Bojonegoro.
Alhamdulilah terimakasih bunda.. aduhai untuk bunda khususnya dan untuk teman2 di sini.
ReplyDeleteHatiku porak poranda 😔
Menanti JBC 3
Maturnuwun bu Tien cerbung barunya, klu boleh tisp hr minggu didoble dong serial cerbung nya
ReplyDeleteWaah...klo Leo tau itu Ika, kaget kali ya
ReplyDeleteCeritanya sdh mulai mengaduk aduk pembacanya...
ReplyDeleteSeperti apa yaa kelanjutannya...
Kita tunggu sajaaa..
Salam sehat selalu mbak Tien
Salam aduhai
Salut sama Bu Titin gak kehabisan ide untuk ceritanya
ReplyDeletebu Tien memang hebat
Matur nuwun mbak Tien.. mulai deg" an ...Sugeng dalu..salam sehat bahagia 🙏
ReplyDeleteNgintip... Leo kapan sadar ketemu Ika ya...
ReplyDeleteSelamat malam semuanya.. selamat malam bunda Tien..sehat selalu..
Dari SBY setia menunggu episode 3..
Penasaran bingit cerbungnya..
Sdh jam setengah sepuluh malam....detik-2 akan tayangnya JBC_03....
ReplyDeleteMungkinkah Leo menolong Ika?
Semoga di episode ini blm terbongkar jati diri penjual sayur keliling.....mainkan terus bu Tien...biar semakin baper membacanya.
Mudah-2 Ika kakinya tidak "keslomot" knalpot panas....
Motornya matic kalau jatuh kekanan kena knalpot kalau kekiri ..aman mestinya
DeleteKok blm tayang ya JBC 3... apa libur ya Mbak Tien?
ReplyDeleteSugeng Dalu ..melu nginceng tepat pkl 22.00. msh kosong
ReplyDeleteMbak Tien skr kl malam Minggu libur ya?
ReplyDeleteTks mbak Tien,selamat istirahat.
Salam seroja dari Tegal.
Kayaknya biasanya kl libur Minggu malam, tp kok brlum muncul ya JBC 3 nya?
ReplyDeleteSelamat mlm jeng Tien ...smg sehat selalu.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteJBC3. Kasihan Dian akibat kepikiran uang sekolah yang tidak ditemukan... sehingga hampir saja kecelakaan. Salam sehat dan terima kasih mbak Tien
ReplyDeleteTernyata sdh bbrp hari yang lalu JBC telah hadir. Alhamdulilah bisa sklgs hari ini 3 eps. Sukron katsiron M Tien
ReplyDeleteMaaf mb Tien sy bru bc sdh ketinggalan 3 episode krn sakit.. Bguscerbungnya mba👍👍sdh mulai ingat2 dikit siapa leo dan ika.. Smgbnr tebakan sy... Salamseroja dan tetap sehat y mba tien.. Muuaahh🥰🥰
ReplyDeletePuji Tuhan ibu Tien sehat, semangat dan produktip shg JBC 02 hadir cantik, tetap bikin penasaran penggemarnya.
ReplyDeleteSeperti cerita sebelumnya, mungkin Dian dan Dina yg nantinya menyatukan kembali keluarga yg ada dendam kesumat.
Kami tunggu aja cerita lanjutnya. Monggo kerso Ibu... Matur nuwun.