SANG PUTRI 48
(Tien Kumalasari)
“Hallo... ya.. siapa ini?”
“Saya bicara dengan pak Handoko?”
“Iya.. benar, ini ponselnya Mirah?”
“Ya , kebetulan saya menemukan nomor kontak anda. Mirah ada dirumah sakit.”
“Apa? Sakit apa?”
“Kemarin malam dia digigit ular.”
“Apa? Digigit ular?”
“Ketika dia menyetop mobil saya, saya memberhentikannya karena dia tampak ketakutan. Dia masuk kedalam mobil, dan mengeluh kakinya sakit karena digigit ular. Saya melarikannya kerumah sakit terdekat, tapi ini dia ada dirumah sakit Solo, karena rumah saya ada di Solo, jadi lebih baik saya pindahkan saja. Saya khawatir ular berbisa. Saya baru sempat membuka tas yang dia bawa dan menemukan ponselnya.”
“Baiklah, saya akan segera kesana. Apa sakitnya parah?”
“Sudah mendapat pertolongan, tapi masih harus dirawat.”
“Keadaannya bagaimana?”
“Sudah membaik, tampaknya bukan ular berbisa.”
“Rumah sakit pusat ya?”
“Benar pak.”
Handoko menutup ponselnya dan beranjak pergi, tapi laki-laki yang memang pak Dimin itu memanggilnya setelah ia membuang sisa makannya yang tak sempat habis karena mendengarkan Handoko bertelpon.
“Tunggu pak.. tunggu..”
“Ya.. ada apa?”
“Yang bapak bicarakan itu namanya Mirah?
“Ya, dia bekas pembantu saya.”
“Ya Tuhan, bapak yang namanya pak Handoko?”
“Benar, bapak siapa?”
“Saya kan sudah bilang, nama saya Sandimin. Anak saya bernama Mirah.”
“Jadi bapak ini bapaknya Mirah?”
“Iya, saya sedang mencari Mirah juga, dan menyusul isteri saya yang pergi kekota lebih dulu, tapi saya tidak tahu alamat bapak.”
“Baiklah, ayo ikut saya kerumah sakit.”
***
Pak Dimin merasa lega, walau masih khawatir dengan keadaan anaknya. Begitu sampai dirumah sakit, dan bertemu Mirah, pak Dimin menubruknya sambil menangis. Mirah sudah berada diruang rawat. Kakinya dibalut perban, dan selang infus masih terhubung dengan tubuhnya.
“Anakku... nduk... Mirah... ma’afkan bapak ya nduk..” tangis Dimin.
Mirah membuka matanya, terpana melihat bapaknya datang bersama tuan gantengnya. Ia juga heran mengapa bapaknya meminta ma’af dan menyesali perbuatannya.
“Bapak...bagaimana bapak bisa bertemu pak Handoko? Mana simbok?”
“Oalah nduk.. bapakmu ini juga sedang mencari mbokmu.. yang pergi tanpa pamit. Tapi menurut pak Handoko, mbokmu sudah sampai dirumah pak Handoko, tapi sekarang dirumah bu Suprih atau siapa.. yang katanya .. adiknya bu Suprih mau ngelamar kamu.”
“Oh, syukurlah.”
“Lha kamu ini kenapa bisa sampai digigit ular?”
Lalu Mirah bercerita tentang yang terjadi
Hari sudah gelap ketika Mirah kabur dari rumah, menyusup diantara pagar-pagar tetangga yang berupa pohon-pohon perdu. Lalu lari kejalan. Ia menunggu barangkali ada kendaraan lewat yang mau memberinya tumpangan. Mirah tidak berani menunggu ditempat terbuka, khawatir bapaknya menyusulnya. Ia berdiri diantara pohon-pohon, ketika tiba-tiba kakinya terasa sakit. Ia melihat kearah kaki kanannya dan melihat seekor ular sedang menggigit persis diatas mata kakinya. Mirah masih punya kesadaran untuk membiarkannya, agar ular itu melepaskan gigitan dengan sendirinya. Dia berdiri diam, tak bergerak. Dan itu berhasil. Tapi Mirah sangat ketakutan, jangan-jangan ular itu berbisa. Ia lari kejalan, dan membiarkan sebelah sandalnya terlepas. Ia melongok kearah jalan kecil yang menuju kerumahnya, dan dengan terkejut melihat seseorang menyapanya.
“Rah, mau kemana malam-malam begini?”
“Ssst, diam lik Sono.. jangan bilang sama bapak kalau ketemu aku.”
“Memangnya kenapa Rah? Kamu kabur dari rumah?”
Tiba-tiba Mirah melihat sebuah mobil melintas. Mirah menghadangnya, tanpa peduli bahwa mobil itu tidak menuju ke kota tapi kearah sebaliknya.
Mirah melepaskan sandal yang satunya, dan berjalan menghampiri mobil yang berhenti ketika tangannya melambai.
“Tolong saya,” pinta Mirah dengan gemetar.
“Dikejar orang mbak?” tanya seorang wanita yang duduk disamping kemudi.
“Iya, tolong cepat pergi,” pintanya lagi kata Mirah masih dengan ketakutan.
Pengendara mobil itu seorang bapak dan isterinya. Ia kemudian memacu mobilnya, karena Mirah tampak ketakutan.
“Siapa yang mengejar mbak? Orang jahat?”
“Bapak saya bu.”
“Lhoh.. bapaknya mbak? Ada apa? Adakah seorang bapak mengancam anaknya sampai membuatnya begitu ketakutan?”
“Saya.. dipaksa.. menikah.. dengan .. orang yang sudah tua..” kata Mirah terbata, dan sekarang diiringi dengan keluhan. Kaki yang tergigit ular terasa nyeri.
“Ya ampuun... Tapi kenapa mbak seperti kesakitan? Bapaknya sampai menghajar juga?”
“Tidak bu, saya tadi digigit ular..”
“Haaa?” laki-laki penolong dan isterinya itu terkejut.
“Kalau begitu langsung kerumah sakit mas,”
Dan laki-laki yang baik itu segera membawanya kerumah sakit terdekat.
Pak Dimin meneteskan air mata mendengar cerita Mirah. Ia mengelus kepala Mirah penuh penyesalan.
“Saya dirawat sampai besok sorenya, lalu penolong saya itu memindahkan saya kesini, karena rumahnya dikota ini. Lalu ia meminta nomor ponsel saya dan bertanya ke nomor berapa dia bisa menghubungi keluarga saya. Ponsel saya mati karena dua hari tidak di cas. Baru tadi bisa dan penolong saya kemudian menghubungi pak Handoko.”
“Saya membawa sedikit uang, tapi mereka tidak mau menerimanya ketika saya membuka dompet saya dan ingin memberikan ATM saya.”
Handoko sudah masuk keruangan itu dan mendengarkan apa yang diceritakan Mirah.
“Syukurlah Mirah, kamu baik-baik saja. Aku sudah menelpon ibu, aku suruh menghubungi mas Pri, karena ibumu ada dirumah mbakyunya mas Pri.”
“Terimakasih banyak pak.”
“Saya sudah ketemu penolong kamu, dia sudah membayar semua beaya sejak kamu dirawat. Aku ingin menggantinya tapi dia menolak.”
“Iya bapak.. beruntung saya menemukan orang-orang baik.”
“Karena kamu juga baik Mirah,” kata Handoko sambil tersenyum.
“Terimakasih bapak.”
“Sekarang aku mau pulang dulu. Sebentar lagi ibumu sama mas Pri akan datang kemari. “
“Sekali lagi terimakasih, telah menemukan bapak saya. Kalau tidak, entah bagaimana nasibnya,” kata Mirah sendu.
“Iya Rah, Allah menuntun aku agar kamu bisa bertemu bapak kamu. Syukurlah semua baik-baik saja.”
***
Palupi merasa lega, suaminya bisa menemukan bapaknya Mirah lalu mempertemukannya dengan Mirah.
“Syukurlah mas, aku senang, akhirnya semuanya baik-baik saja.”
“Tapi aku sungguh sangat malu. Awalnya tuh aku melihat pak Dimin tampak pucat, bersandar pada mobilku, aku beri dia uang, mengira dia pengemis.”
“Ya ampun mas.. apa penampilannya kayak pengemis?”
“Entahlah, aku cuma melihat pakaian kucel, tampak lemas dan pucat. Aku beri uang dia menolak dan bilang “saya bukan pengemis”, lalu aku minta ma’af. Ketika dia mau pergi aku lihat dia terhuyung-huyung, rupanya dia lapar, lalu aku belikan dia nasi dan minum. Sa’at itulah ada yang menelpon bahwa Mirah ada dirumah sakit.”
“Luar biasa sekali pengalaman Mirah ya mas. Pakai digigit ular segala, dan untunglah bukan ular berbisa.”
“Iya, cuma mungkin besok sudah boleh pulang, lukanya yang semula bengkak sudah membaik. Dan dokter tidak memperbolehkan pulang dulu karena dikhawatirkan luka itu menjadi infeksi, karena menurut bapak-bapak yang menolongnya, Mirah sempat demam.”
“Syukurlah kalau tidak apa-apa.”
“Kalau orang lain kan mimpi digigit ular itu tandanya dapat jodoh, tapi Mirah beneran digigit ular, dan memang dapat jodoh kan?”
“Iya ya mas, tapi bapaknya sudah tidak memaksa bukan?”
“Ketika bertemu, bapaknya menangis dan meminta ma’af, pastinya dia akan bisa menerima pilihan Mirah.”
“Syukurlah..” Aduuh.. bakal banyak yang menikah tahun ini ya mas?”
“Dan ada yang bakal punya adik juga..” kata Handoko dengan wajah berseri.
“Iya, eh.. mana susu yang aku minta mas belikan tadi?”
“Oh iya, sampai lupa..” kata Handoko sambil mengulurkan bungkusan susu kepada isterinya.
Palupi langsung kebelakang dan membuat susu untuk dirinya sendiri dan membuat coklat susu untuk suaminya.
“Ibuu.. ini susu untuk adik?”
“Iya Bintang, kalau susu untuk Bintang yang itu. Bintang juga mau dibuatkan ?”
“Iya ibu. Bolehkah minta susunya adik ?”
“Tidak boleh Bintang, kita punya susu sendiri-sendiri. Ini untuk ibu dan adik, itu untuk Bintang, yang satunya itu untuk bapak.”
“Ooh..”
“Bintang tunggu saja disana sama bapak, nanti kalau sudah selesai ibu bawa kesana.”
“Apa yu Mirah sudah mau pulang?”
“Oh, iya Bintang, yu Mirah sudah mau pulang, mungkin besok.”
“Horeee... “ Bintang berjingkrak senang, sambil lari kedepan menemui bapaknya.
***
mBok Dimin menangis terharu ketika sudah tiba dirumah sakit. Ia memeluk dan menciumi Mirah sambil bercucuran air mata.
“nDuk.. simbok mencari-cari kamu. Syukurlah kamu selamat.”
“Iya mbok, simbok jangan sedih lagi. Saya sudah sehat. Mana bu Suprih?”
"Mobilnya nak Pri tidak muat, dia mengira kamu sudah bisa langsung pulang, jadi bu Suprih tidak ikut."
"O, ya sudah mbok."
“Lha itu, bapakmu kok ya bisa sampai kemari,” kata mbok Dimin sambil menuding kearah suaminya sambil cemberut.
“Sudah mbokne, jangan marah lagi sama aku, aku sudah minta ma’af sama genduk.”
“Mengapa tiba-tiba menyusul kemari? Nanti kesayanganmu yang tua jelek itu mencari kamu, bagaimana ?” ejek mbok Dimin.
“Tidak lagi.. sudah, jangan diingat-ingat lagi..”
“Lha kenapa? Biasanya kalau urusannya sama dia, pasti nomor satu untuk kamu kan pakne?”
“Tidak, aku menyesal.”
“Setelah aku tinggal pergi?”
“Ya itu, lalu aku ternyata juga ditipu oleh carik gila itu.”
“Ditipu bagaimana?”
“Lha dia sudah nggak punya sawah, kok menjanjikan sawah buat aku. Lalu karena mengetahui hal itu, aku kemudian menyadari kesalahanku mbokne, sungguh aku menyesal. Biarlah kita miskin. Aku mengerti, bahwa kebahagiaan genduk adalah yang nomor satu. Biarlah dia menikah dengan siapapun yang dia sukai.”
“Syukurlah kamu eling pakne. Lha ini, lihat ini.. yang dibelakang kamu ini, ya ini yang mau melamar anakmu.”
Pak Dimin menoleh, melihat Pri berdiri dibelakangnya, lalu kemudian mencium tangannya.
“Lihat, wajahnya tampan, orangnya santun dan sangat baik. Kamu bandingkan sama pilihan kamu yang tua tak tahu diri itu, jauh kan?” omel mbok Dimin.
“Oh, iya .. benar.. Ma’af ya nak. Saya membuat semuanya jadi nggak karuan. Ya seperti ini bapaknya Mirah, sama mboknya, hanya orang desa yang bodoh.”
“Saya juga keturunan orang desa bapak. “
“Apa benar sampeyan menyukai anak saya Mirah?”
“Saya bahkan hampir melamar kekampungnya dik Mirah pak.”
“Ya sudah, silahkan saja kapan mau datang. Tapi Mirah harus sembuh dulu. Ya kan Rah?” tanya pak Dimin pada anaknya.
Mirah tersenyum tersipu.
“Terserah bapak saja.”
“Ya sudah, aduh.. aku mau duduk, aku lelah sekali,” kata pak Dimin sambil berjalan kearah kursi yang tersedia agak jauh dari ranjang Mirah.”
Pri mendekati Mirah, menggenggam tangannya erat.
“Cepat sembuh ya dik Mirah?”
“Kata dokter, kalau aku tidak panas lagi, besok boleh pulang.”
“Syukurlah. Dik Mirah mau saya antar kekampung, atau kerumah pak Handoko?”
“Pulang dulu kerumah ya nduk, sampai kamu sehat benar, simbok ingin merawat kamu, nanti kalau sudah seger lagi badanmu, boleh kembali kekota.” pinta mbok Dimin.
“Iya mbok.”
“Kalau begitu besok saya antar ke kampung ya bu.”
“Ibu sekarang mau nginep dirumah saya, sama bapak?” tanya Pri.
“Tidak nak, cuma semalam ini saja, biar simbok tidur disini, nanti simbok beli tikar. Diluar pasti ada. Nanti simbok cari.”
“Nggak apa-apa, nanti Pri carikan tikar sama bantal bu.”
“Jangan panggil saya bu, nak... nggak biasa dipanggil bu, jadi aneh kedengarannya.”
Pri tertawa.
“Memangnya berbeda, bu sama simbok? Sama saja kan?”
“Jangan nak, Mirah juga memanggil saya simbok, jadi nak Pri juga harus panggil saya simbok, lebih enak.”
“Baiklah mbok. Saya juga memanggil ibu saya almarhumah dengan panggilan simbok.”
“Tuh kan..”
“mBokne... mbokne.. sini..!” tiba-tiba pak Dimin memanggil isterinya.
“Ada apa?” mbok Dimin mendekat.
“Bisakah kamu belikan aku makan? Mungkin diluar ada yang jual. Aku lapar,” kata pak Dimin pelan, malu kalau lainnya mendengar.
“O, pakne lapar? Ya sudah aku belikan dulu,” kata simbok, lalu ia berjalan keluar. Tapi Pri memburunya.
“Bu.. mbok, simbok mau kemana?”
“Mau beli makan nak, itu, bapaknya bilang lapar.”
Pak Dimin tersipu...
“mBokneee, bikin malu saja...”
“Nggak apa-apa, biar saya saja mbok, sekalian buat semua,” kata Pri sambil berlalu.
“Simbok tuh, malu aku mbok..” omel pak Dimin.
“Lapar kok malu sih pak.”
Mirah tersenyum, ada bahagia pada senyum itu, ketika menyadari bahwa lamaran Pri tak akan ada halangan lagi.
***
Pagi itu ketika Handoko baru bersiap-siap berangkat ke kantor, Pri datang menemuinya.
“Ma’af pak Handoko, saya mengganggu sebentar,” kata Pri yang menolak dipersilahkan duduk, takut mengganggu Handoko yang sudah hampir memasuki mobilnya.
“Tidak apa-apa mas. Bagaimana keadaan Mirah ?”
“Sudah baik pak, hari ini sudah boleh pulang.”
“Waah, pasti Bintang akan senang, sejak kemarin menanyakan terus.”
“Tapi ma’af mbak, ibunya dik Mirah minta agar Mirah dibawa ke kampung dulu.”
“Oh, gitu ya? Ya sudah tidak apa-apa, kan kemarin itu juga belum puas kangen-kangenan sama orang tuanya,” sambung Handoko.
“Tapi ma’af ya mas Pri, saya tidak
bisa menjenguk, karena Bintang tidak ada temannya, saya tidak berani
mengajaknya ke rumah sakit," sambung Palupi.
“Tidak apa-apa mbak, saya mewakili keluarganya pak Dimin mengucapkan terimakasih karena pak Handoko sudah mempertemukan kami semua.”
“Jangan difikirkan mas Pri, saya melakukan hal yang kebetulan, dan itu semua adalah keberuntungan Mirah.”
“Baiklah, saya pamit dulu, mau langsung kerumah sakit. Mudah-mudahan semua urusan cepat selesai sehingga dik Mirah bisa langsung saya antarkan pulang. Tapi saya mau pinjam mobilnya teman dulu, kalau pick up kan tidak cukup untuk berempat.”
“Mas Pri, kalau mobilnya mas Pri tidak cukup, boleh memakai mobil saya ini.”
“Terimakasih pak, saya sudah bilang teman dan sudah diijinkan, nggak enak kalau nggak jadi.”
“Ya sudah mas Pri, hati-hati ya,” pesan Palupi.
***
Siang hari itu Pri membawa Mirah dan kedua orang tuanya pulang. Sangat lega hati keduanya, karena semua berjalan baik, dan mereka bersiap menerima lamaran Pri kapan saja.
“Ya inilah gubugnya Mirah nak Pri, benar-benar gubug yang tidak patut,” kata pak Dimin, sementara mbok Dimin menyiapkan minuman dan menyuruh Mirah istirahat dikamar.
“Tidak apa-apa bapak, yang penting bukan rumahnya. Saya sudah mantap menjadikan dik Mirah sebagai isteri, bagaimanapun keadaannya,” jawab Pri bersungguh-sungguh.
“Terimakasih nak, saya minta ma’af kalau sebelumnya saya menolak nak Pri. Saya orang tua bodoh yang tergiur iming-iming harta berlimpah.”
“Seseorang pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Dan bahwa ada sandungan, kita harus bersyukur karena bisa melewatinya.”
“Nak Pri adalah pilihan terbaik bagi Mirah. Saya sangat bahagia.”
“Terimakasih bapak.”
Tiba-tiba terdengar teriakan dari luar.
“Bapak mertua.. bapak mertua.. Mirah sudah pulang?”
Wajah pak Dimin keruh seketika.
***
Besok lagi ya.
Selamat malam..... terima kasih bu Tien
ReplyDeleteSP_48 sudah tayang
No 2 dibawah kakek habi he.. he..
DeleteNembe mingker buat kopi je.. Kok sudah Mak bedunduk 😂
DeleteTerima kasih mbak Tien ... atas hadirnya SP 48.
DeleteSalam hangat kami dari Yogya.
Alhamdulillah dapat kesempatan komen pertama sejak saya mengikuti cerbung karya bu Tien.
DeleteSaya sdh baca bu Tien.... malam ini saya tidak menemukan adanya salah ketik... semuanya lancar... dialognya enak diikuti sebagai "tamba penasaran" kaburnya Mirah.
Sugeng dalu, matur nuwun lan sugeng aso salira.
Wah juara 1.....selamat ya Kek
DeleteMtnuwun mbk Tien....
Nglilir aku mbk
Selamat untuk juara 1
DeleteSaya sengaja memberi kesempatan
He he he
Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍
DeleteNomor lumayan...
ReplyDeleteMaksudnya nomor 2... 🤭
DeleteNo 2 sy amankan bu. Maaf ya ...
DeleteBenar bu dokter Dewi nomor 2 bukan mas Danar...... yang ngutit dibelakangku. Selamat malam bu dokter Dewi salam kenal dari Bandung.
DeleteAmpun deh....mbak Tien..
Delete.ternyata siapa yg jd nomor 1 yg komen adalah suatu kepuasan tersendiri....unik sekali para penggemar cerbung ini...salam sehat dr Situbondo
Puji Tuhan, ibu Tien sehat, semangat dan produktip shg SP48 hadir dg tetap bikin penasaran penggandrungnya.
DeleteIbu Tien memang luar biasa piawai, bikin cerita membumi tdk muluk2 persis terasa dlm kehidupan nyata, dg pesan moral yg sangat positip, mengasihi, peduli, terlibat, saling menjadi berkat...luar biasa...
Dari Priok setia menunggu candake. Matur nuwun Berkah Dalem.
Puji Tuhan, ibu Tien sehat, semangat dan produktip shg SP48 hadir dg tetap bikin penasaran penggandrungnya.
DeleteIbu Tien memang luar biasa piawai, bikin cerita membumi tdk muluk2 persis terasa dlm kehidupan nyata, dg pesan moral yg sangat positip, mengasihi, peduli, terlibat, saling menjadi berkat...luar biasa...
Dari Priok setia menunggu candake. Matur nuwun Berkah Dalem.
🙇♀️🙇♀️🙇♀️🙇♀️ ternyata gak jadi nomor 2.... 😁😁
DeleteSalam kenal juga kakek Habi...
DeleteMbk dokter Dewiyana....biar lebih kenal sama Kakek Habi,ikut di WAG yuuuuk...
Deletechat me 082116677789
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Alhamdulillah lancar peetemuan Pri sm pak Dimin.. Si pengacau dtg ingin pamer gigi emasnya trs kena semprot pak Dimin sm simbok tar hehehe... Trimakasih Bu Tien, salam sehat bahagia dr Cahya di Madiun yg sllu setia hadir.
DeleteAlhamdulillah SP-48 sudah tayang.
DeleteMatur nuwun mBak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Happy ending tenan toh. . ADUHAI
Kakek Habi ti payun euy...
ReplyDeleteAlhamdulillah .... dok.
DeleteDapat kesempatan menduduki rangking 1. Padahal buka di HP belum ada... karena ada yang mau saya kerjakan untuk laporan Jum'at saya nyalain komputer..... klik kejora Pagi kok sudah ada.... langsung scroll kebawah blm ada yang komen.... nulis dulu baru baca.. hahaha
Gak nyangka Kake Habi itu di Bandung.. Salam sehat selalu..
DeleteWidih kalah set 😂😂🙏. MTR Nwn mbak Tien...Salam sehat bahagia 🙏
ReplyDeleteMalam Bunda.
ReplyDeleteMakasih untuk SP 48,sukses buat Bunda
Sehat dan tetap semangat
Trmksh mb Tien sdh tayang menyapa penggemar
ReplyDeleteSalam sehat dr blora
Ibu atau bapak ya, yang dari Blora.
DeleteSelamat malam dan salam kenal saya Djoko Budi juga disebut Kakek Habi dari Bandung.
Boleh minta tong supaya kami semua mengenal Anda, maukah Anda membuka diri dengan mengedit profil Anda ?
Ini caranya:
1. Klik tulisan UNKNOWN di komentar Anda
2. Akan tampil tulisan merah PROFIL TAK TERSEDIA
3. Selanjutnya KLIK tulisan mengaktifkan akses ke profil Anda.
4. Muncul Edit Profil. Silahkan diisi kolom IDENTITAS sesuai keadaan yang sebenarnya, alamat, nomor HP dsb
5. Kemudian klik FOTO PROFIL jika Anda kepingin fotonya tampak di blogspot
6. Langkah terakhir setelah selesai mengisi formulir jangan lupa disimpan (tulisan merah) SIMPAN PROFIL
7. Selamat mengedit Profil Anda
No.2
ReplyDeleteTrimakasih mbak Tien..
Sp48...
Waduuh pak carik datang...kaco deh..hehe..
Salam sehat mbak Tien..🙏
Wah ternyata salah nomor...ditinggal baca..udh bnyk yg komen..
ReplyDeleteGpplah nomer berp jg..yg penting udh baca..
Udh senang2...dtg pengganggu lg...😡
Tenaaang
DeletePak Dimin sdh sadar
Pasti berani menolak dan melawan
He he he
"Bapak mertua, mirah sudah pulang?" Tanya pak carik tersenyum pamer gigi emasnya. Cling.
ReplyDeleteTrims bu tien. Ditunggu besok lg. Smoga tetap sehat waras bugar.
Kok mirah bisa digigit ular yah?
ReplyDeleteSalam sehat dan bahagia bersama keluarga mbak tien.
Wong sdh ketok wela-wela Mirah digigit ular gitu lho.... kok pertanyaannya pak Adri "KOK BISA?" nyatanya bisa.... Bu Tien dilawan....mau digigit ular... kalajengking.. apa jare bu Tien mau nulis apa.... Intermezo di menjelang tengah malam....
DeleteSelamat malam pak Andri.... Salam sehat penuh semangat ....
Eh bpk, Saya kan komentar sebelum baca cerita nya pa he5x.
DeleteWallah......berisik banget itu pak carik. Doyan ngapusi. Ketemu Pri...Skrg silahkan gigit jari.
ReplyDeleteSiapa lagi ini yang juga UNKNOWN ? Mungkinkah ini ibu Yuli Semarang ?? Ayo bu diedit profilnya agar yang lain tahu dan mengenal ibu, demikian juga bu Tien bisa menyapa Anda,,,
DeleteCaranya :
1. Klik tulisan "UNKNOWN" di komentar Anda
2. Akan tampil tulisan merah PROFIL TAK TERSEDIA
3. Selanjutnya KLIK tulisan mengaktifkan akses ke profil Anda.
4. Muncul Edit Profil. Silahkan diisi kolom IDENTITAS sesuai keadaan yang sebenarnya, alamat, nomor HP dsb
5. Kemudian klik FOTO PROFIL jika Anda kepingin fotonya tampak di blogspot
6. Langkah terakhir setelah selesai mengisi formulir jangan lupa disimpan (tulisan merah) SIMPAN PROFIL
7. Selamat mengedit Profil Anda
Wis ditolak kok ya ora kwapok pak carik ki
ReplyDeleteTrimakasih bunda Tien sudah menghibur,sll ditunggu karya"nya
ReplyDeleteSalam kompak sll dari Bojonegoro.
Pinternya ibu Tien.., bikin penasaran teruss tiap episodenya..., smg ibu Tien sehat sll..
ReplyDeleteYg ditunggu akhirnya datang sdh makin ketara kebahahian yg dituju
ReplyDeleteSalam sehat jeng tien
Makasih bu tien sp 48 dah tayang.
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien dear... atas hadirnya SP 48.
ReplyDeleteSalam hangat kami dari Lampung.
Selamat malam makasih sp 48 dah tayang.
ReplyDeleteSalam sehat dari jogja
Woalah si tua yg gak tahu diri...
ReplyDeleteTrm. Kasih bu Tien... Salam sehat
Alhamdulillah akhirnya SP 48 muncul dengan cerita yang menggembirakan karena zPak Dimin dan bu Dimin bisa ketemu Mirah. Pri sdh direstui. Mirah sudah bisa pulang setelah dirawat. Psk Carik koq ya tidak tahu diri..madih berharap beristrikan Mirah. Ok selamat berkarya bu Tien..semoga sehat selalu..aamiin
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Batang.
Alhamdulillah SP 48 sdh hadir
ReplyDeletePak Carik...pak Carik...
Seru dan dan bikin penasaran ceritanya
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat selalu
Salam hangat dari Bekasi
Lapor jeng Nani Nur'aini Siba.
ReplyDeleteMalam ini ada dua UNKNOWN yang saya ketemukan (sampai detik ini lho) dan sudah saya berikan caranya edit profil sebagai BLOGGER di tienkumalasari22.blogspot.com, semoga besuk sudah tidak ada lagi yang UNKNOWN.
Yang mau bergabung di WAG PCTK (Penggemar Cerbung Tien Kumalasari) hubungi je Nani Nur'aini WA 0821 1667 7789 ke HP saya juga boleh 0851 0177 6038. Mangga ditunggu.
Aamiin... smg nanti malam sdh tdk ada UNKMONN lg Kek,Sdh bisa mengedit profilnya
DeleteYg mau gabung di Grup Penggemar Cerbung Bu Tien Kumalasari silakan chat me 082116677789
Alhamdulillah..... Matur suwun bunda Tien.... 😘😘😘
ReplyDeletePak carik lagi....😅
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien, sehat selalu njih bun..🙏
Alhamdulillah walau terlambat
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbung nya Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin Kutunggu kelanjutannya ya bu Tien
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien dan pembaca semuanya
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmatNya kepada kita semuanya aamiin
Matur nuwin... Mbak tien.. Sehat selalu
ReplyDelete" Bapak mertua....bapak mertua...apa Mirah sudah datang ?......"
ReplyDeleteAmbyaaaaar !!!! cling gigi mas nya bersinar bikin silau........!!
hehehe...lucu nih yg manggil bapak mertua tp tidak lebih muda
ReplyDeleteO bladi O blada (hehehehe, kaya lagu the Beatles) nih si Pak Carik, masih terus gencar ngejar perawan Mirah yg sedang disitu bersama Calon Suami-nya Mirah, Pri. Pria yg santun, baik hatinya, lebih ng-ganteng dari Pak Carik, dan juga mapan.
ReplyDeleteSemakin penasaran nih kami, Bunda Tien. Ditunggu episode berikutnya yaaa.. TERIMA KASIH.
Semoga Bunda Tien senantiasa selalu sehat dan bahagia lahir batin. ♥️������
Aamiin
DeleteKomen dokter Dewi menurut waktu di hp sy mestinya memang urutan ke 2, krn kakek Habi 7.17 dan dokter 7.18
ReplyDeleteTapi tampaknya waktu komen tdk berarti sama dg urutan komen.
Tuh kan...? Tapi ya udah gak papa... lucu lucu an aja sih... 😂😂
DeleteUntuk hiburan kita....jd semangat,seneeeeeng.....
DeleteJuri memutuskan
DeleteYg no 2
Adalah.....
Ibu Dewiyana
Karena Bpk Danar me reply komen kakek Habi makanya posisinya lebih dibawah kakek Habi
Termasuk sy khan diatas komen ibu Dewiyana walaupun jamnya jauh
Yeah....
DeleteKaciaan pak carik patah hati. Makasih mbak Tien. Salam sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah Mirah sdh ketemu, smg semuanya berakhir dg kebahagiaan. Aamiin
ReplyDeleteMatursuwun mbak Tien, salam sehat bahagia sll dr Bekasi
Terima kasih banyak Bu Tien semangat dan sehat2 selalu kagem Bu Tien n keluarga❤❤❤💐💐🙏🙏🙏👍💪
ReplyDeleteSemoga happy ending...🤗😘
ReplyDeleteMatur suwun Bu Tien salam hormat dari kota getuk
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien.. salam sehat selalu
ReplyDeleteItu si carik mo iming" gigi emas kali..m
Matur nuwun bu Tien
ReplyDeleteCeritanya penuh pesan moral
Lega rasanya.. semua akan berakhir dengan happy... cuma Pak Carik yg bakalan ngaplo sama gigi ompongnya.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien .. salam seroja selalu dari Semarang.
Maturnuwun ibu Tien,salam hangat,semoga selalu sehat sekluarga,demikian jg dgn penggemar cerbung semua 🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah rintangan demi rintangan bisa dilewati Mirah...Apakah ada kejutan baru..??? Kita tunggu saja dan terserah kepada Bu Tien... Salam sehat selalu buat bu Tien dan keluarga.
ReplyDeleteTrmkah kakek Habi atao bpk Djoko Budi....salam kenal jg dr blora sy seorang ibu, ga usah penasarana, sabar ya kek pd waktunya sy akan muncul kog hehehe.....maaf 🙏
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah.. akhirnya Mirah ditemukan dan telah ditolong oleh seseorang (seperti dugaan saya kemarin, bahwa yg menelpon mungkin penolong Mirah).
ReplyDeleteTapi ada lagi...seseorang teriak teriak... kayak nya sih itu si pak Carik yang kegilaan sama si Mirah.
Salam sehat mbak Tien. Terima kasih
Sekarang sebelum baca cerbung nya, malah baca komen2nya dulu. Ternyata heboh terus, karena semuanya pengen no 1 komen biar dapat sepeda...😁😁😁😁
ReplyDeleteTeruskan bapak ibu keseruan berkomentar nya.
Salam sehat selalu buat Bu Tien, dari Bandung.
Aduh pak Carik lagi, mau pamer gigi emas nih kayaknya..😂😂😂
Slmt pgii mba Tien smg shtsll ymksh SP 48 nya sdh tayang.. Slmseroja dri sukabumi unk mba tien sekeluarga.. Muuaahh🥰🥰😍😍
ReplyDeleteWah tyt pembc setia mb Tien msh berlomba2 menjd komentator yg no 1... Pdhal no brppun nggak masalah khan semua komen terpublish... Apa di daring juga hrs no 1 ya... Mnrt sy kok yg terpenting bs dpt yg terbaik itu lbh membahagiakan tentu sesuai kriteria msg2..
ReplyDeleteKlu yg no 1 itu p Carik khan kasihan Mirah .. jd lbh baik mas Pri wlu dpt urutan ke-2 saat melamar .. tp memenuhi kriteria utk jd pendamping Mirah yg terbaik... Ganteng, rendah hati dan berakhlak baik...smg samawa juga ya buat Mirah... Januari ceria atau Pebruari ceria mb Tien... Pembc ikut sj..nyimak...slm seroja.
Ada saja rintangan yg muncul, ketika seseorang ingin mewujudkan niat baiknya membangun rumah tangga. Semoga Pri dan Miran serta keluarganya untuk sabar dan ikhlas menghadapi ujian tsb, semuanya lancar. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWah pak Carik datang setelah pasang gigi palsu....
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Sip
ReplyDeleteMaki panjang nih daftar barisan mbak Tien
ReplyDeleteSabaaarr menanti episode berikutnya...
ReplyDeleteSempat tahan nafas..
Salam segat MB Tien
Always YulieslemanSendowo
TOLOOOOOONG
DeleteNAMA PROFILNYA DI UPDATE
SEPERTI YANG TELAH BERKALI KALI DIJELASKAN OLEH KAKEK HABI DAN IBU ANI
JUGA YANG DI PONDOK GEDE
Terimakasih mBak Tien,
ReplyDeleteSang Putri 48, sudah tayang
sehat sehat selalu doaku
saling sapa, dengan sesama pandemen saling rebut siapa duluan nongol dikolom komentar mengingatkan permainan bocah yang sebenarnya rindu kebersamaan;
seperti pandemen cerita yang lain, kadang ada keinginan mencolek temen, ada lho celoteh dibalik dongeng mBak Tien; yang sebenarnya mengajak untuk mbok ya dibaca lagi, ada yang asyik kan.
halah pangkatku ya mung tukang crigis aeng aeng
bayangake, putra wayah pada ngumpul ana sing nggatekake; "eyang tak bantuin nyatet, eyang tinggal ngendika aja", lama lama bisa eksis sendiri hmm
o ya bayangke full emosi, mbok Siti nuding nuding pak Dimin karo susure arep mrucut: "ngopo kok nangkene? biasane ngegung gungake carik ompong peot ra ta ta, apa unine di nut!!"
pak Dimin semaur kanti memelas: "wis ta mbok aku wis njaluk ngapura karo genduk, rasah di eling eling carik edan"
mbok Siti: "ngono ya!? bar tak tinggal lunga njuk lagi krasa!?"
tak nyemak sedeku maneh
Ditunggu mbak sambunganya, makin seru......
ReplyDeleteDitunggu mbak sambunganya, makin seru......
ReplyDeleteKok masih UNKNOWN to?
DeletePenasaran ya pak Wedeye....😊😊
DeleteMirah jangan jadi dg pak carik nanti dipanggil burik gak keren...
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun Bun...
Mugi2 tansah sugeng...
Coba lihat... Tp blm tayang gpp setia menunggu
ReplyDeleteMenanti part #49
ReplyDeleteIntip"...sehat selalu ya Bunda
ReplyDeleteNgintip 21.15
ReplyDeleteMasih kosong
Bu Tien.......seroja sll y bu sayaaang
ReplyDeleteIkutan nginceng
ReplyDeleteBu Tien banyak yg nunggu.. Semangat dan sehat njih bu... Kami menunggu karya ibu
ReplyDeleteNginceng....uhuuyy..wis cedak ki
ReplyDeleteNginceng jg
ReplyDeleteBelum ada..
ReplyDeletePenasaran...
ReplyDeleteTepat 22.00. Rolikuran Tmg. Sampun kadung tresno.🤭.nderek mengintip SP 49.🧐. Sugeng Dalu mbak Tien 🙏
ReplyDeleteBelumkah..atau sy yg tertinggal??
ReplyDelete