SANG PUTRI 49
(Tien Kumalasari)
“Bapak mertua.. bapak Mertua...” suara itu terus terdengar.
Pak Dimin sudah berdiri dihadapan pak Carik, yang tertawa lebar, dan rupanya ia sudah selesai memasang gigi emasnya.
“Nah, ini bapak mertua.. gigi saya sudah jadi.. cepet kan, karena saya memesannya sudah dua minggu yang lalu, dan tadi siang sudah jadi. Mana Mirah, sudah datang kan? Ia harus melihat penampilanku kali ini.”
Pak Dimin menahan kemarahannya, karena sungguh dia ingin tertawa. Dengan gigi emas itu pak Carik lebih kelihatan konyol dan menggelikan.
“Mana, bapak mertua, kok diam saja. Dengar, memang benar aku tidak punya sawah, tapi rumah disebelah kantor kelurahan itu milikku. Nanti bapak mertua bisa menempati rumah itu, bukan di gubug jelek seperti ini. Malu saya punya mertua rumahnya jelek,” katanya masih dengan cengar-cengir kuda.
“Dengar pak Carik, saya kan sudah bilang, jangan menginjakkan kaki dirumah ini lagi?”
“Lho.. lho.. jangan marah lah, bapak mertua, hanya perkara sawah sudah jadi miliknya Darsih, iya aku memang lupa, tapi masih ada rumah.. masih ada rumah... bagaimana.. itu rumah bagus., tembok semua, sudah ada perabotnya.. bagaimana?”
“Tidak pak Carik.. mohon pergilah.. “
“Lho.. marah beneran nih? Saya itu demi Mirah.. akan melakukan apa saja.. Mirah cantik yang selalu saya impikan siang malam.”
“Jangan mimpi pak Carik, apa sampeyan tidak mendengar kata-kata saya? Jangan menginjakkan kaki dirumah ini lagi.”
“Aduh... bapak mertua, masa sih saya tidak dima’afkan? Nanti saya akan beli mobil seperti ini, pasti saya bisa, bapak mertua. Ini mobil yang mengantarkan Mirah pulang kan?” katanya nekat sambil menunjuk kearah mobil yang dibawa Priyambodo.
“Hentikan pak Carik, dengar, Mirah sudah punya calon suami.”
“Apa? Duuh.. kejamnya bapak mertua..
“Nak Pri... keluar sebentar..” pak Dimin berteriak agak keras.
Pak Carik menatap laki-laki muda yang keluar dari pintu, yang kemudian ditarik oleh pak Dimin.
“Ini calon suami Mirah.. kenalkan,” kata pak Dimin.
Priyambodo mengulurkan tangannya karena pak Dimin memperkenalkannya, tapi pak Carik menepiskannya.
“Siapa ini?”
“Kan saya sudah bilang, ini calon suami Mirah.”
“Benar pak, nama saya Priyambodo.”
“Bodoh benar bapak mertua, hanya karena dia punya mobil beginian, lalu diterima jadi menantu? Saya bisa beli dua atau tiga sekaligus. Bener.. “
“Bukan pak, ini bukan mobil saya, ini pinjam dari teman,” kata Pri yang heran menyaksikan sikap orang yang seperti tak punya malu.
“Tuh... mobil dari pinjam, saya bisa beli yang lebih bagus dari ini, bapak mertua.”
“Tolong, berhentilah memanggil saya bapak mertua, saya bukan mertua pak Carik,” kata pak Dimin kesal.
“Jadi bagaimana ini?”
“Jadi silahkan pak Carik pergi dari sini, dan ma’af, jangan lagi berharap bisa menjadi suami Mirah, mereka akan segera menikah.”
“Lho.. lho.. bener nih, bapak mertua nggak jadi mencari isteri muda? Dengan banyak uang, itu tidak susah. Yang lebih cantik.. yang lebih...”
“Apa?” tiba-tiba bu Dimin muncul, setelah meletakkan minuman diatas meja untuk tamunya.
“Ooh, ibu mertua mendengar rupanya..”
“Jadi, Carik tua ini juga menjanjikan isteri muda untuk kamu pak?” suara bu Dimin meninggi.
“Aduh.. mbokne.. sudah, jangan dengarkan dia mengoceh.. masuk sana.. ayo masuk..”
Lalu pak Dimin menarik tangan Priyambodo, diajaknya masuk kedalam, sambil menggamit lengan isterinya, yang ditepiskannya dengan kasar.
“Jangan dengarkan dia, orang mengomel saja kok didengarkan, “ kata pak Dimin sambil meraih tangan isterinya, yang lagi-lagi mbok Dimin menepiskannya.
Pak Carik melongo, benar-benar melongo, tak percaya bahwa pak Dimin menolak iming-iming yang didendangkannya bertubi-tubi.
Lalu dengan langkah loyo pak Carik keluar dari halaman, patah hati.
***
“Bude, mengapa bapak perginya lama sekali?” tanya Nanda yang dititipkan dirumah Suprih.
“Bapakmu sedang mengantarkan calon ibu kamu, nanti pasti segera pulang.”
“Calon itu apa?”
“Calon itu.. bakal jadi... Kamu ingat bu Mirah kan? Nah, bu Mirah itu besok akan jadi ibunya Nanda. Nanda senang nggak?”
“Bu Mirah akan tinggal dirumah Nanda?”
“Iya..”
“Tidak pergi-pergi?”
“Tidak nak, bu Mirah akan selalu menemani kamu, siang malam.”
“Benarkah ?”
“Benar. Kamu suka?”
“Kalau ibunya Bintang ?”
“Ibunya Bintang kenapa?”
“Kalau ibunya Bintang tidak mau tinggal dirumah Nanda?”
“Tidak bisa Nanda, karena ibunya Bintang harus merawat Bintang, dan juga melayani pak Handoko. Kamu tahu kan, pak Handoko?”
Nanda mengangguk.
“Kamu lebih suka punya ibu bu Mirah kan?”
“Iya bude, kalau ibunya Bintang, nanti Bintang marah sama Nanda.”
Suprih tertawa lalu merangkul keponakannya.
“Anak pintar, anak ganteng, bude senang Nanda bakal punya ibu lagi.”
“Kata ibunya Bintang, ibu Nanda ada di surga, selalu menemani Nanda..”
“Itu benar sayang.”
“Marahkah ibu, kalau bu Mirah ada di rumah Nanda?”
“Tentu tidak nak, ibu malah senang kalau ada yang menemani Nanda.”
“Benar?”
“Hm..eemmh.. Bukankah bu Mirah sayang sama Nanda?”
“Tapi bu Mirah sering pergi-pergi. Mengapa tidak mau tidur di rumah Nanda?”
“Nanti, tidak lama lagi bu Mirah akan selalu berada didekat Nanda.”
“Mengapa tidak sekarang?”
“Karena bapak kamu harus menikah dulu sama bu Mirah.”
“Menikah itu apa?”
“Aduuh... gimana ya... mm.. menikah itu.. jadi pengantin. Kamu pernah melihat pengantin?”
“Pernah bude, dihias seperti wayang begitu..”
Suprih tertawa geli. Tapi baiklah, terserah bagaimana seorang anak menamainya. Yang penting dia mengerti maksudnya.
“Iya, benar, biar kelihatan cantik dan ganteng. Kamu suka kan?”
“Suka..”
“Tapi harus sabar ya, sekarang bu Mirah lagi sakit, dan diantar pulang sama bapak.”
“Dimana rumahnya?”
“Agak jauh.. makanya pulangnya lama. Ayo sekarang Nanda makan dulu sama bude, lalu bobuk. Ya.”
***
Persiapan untuk melamar Mirah dilakukan tak lama setelah pulangnya Mirah ke desa, karena Pri tidak mau berlama-lama, apalagi setelah tahu bahwa ada yang mengejar-ngejar Mirah di kampung.
Tanti yang mengetahui bahwa pakliknya membawa banyak barang untuk lamaran, meminta Danang ikut serta, agar seluruh anggauta keluarga yang ikut bisa naik mobil, sedangkan mobil pick up milik Pri dipergunakan untuk membawa barang-barang.
Bukan hanya Danang yang ikut, Handoko bersama isteri dan anaknya juga ikut.
Pak Dimin bersyukur, mendapat kehormatan demikian besar, sementara anaknya hanya seorang pembantu.
Seisi desa membicarakan acara lamaran Mirah dengan heboh.
“Mirah dilamar orang gedean, mobilnya bagus-bagus..” kata mereka. Dan bukan hanya anak-anak kecil yang bergerombol didepan rumah pak Dimin, tapi beberapa orang tua juga ingin melihat tamu-tamunya pak Dimin.
Pak Carik dengan sepeda motornya sengaja melewati tempat itu, karena mendengar kasak kusuk orang-orang sedesanya. Ia berheti didepan rumah pak Dimin, dan mencibir dengan sinis.
“Huh.. rupanya Dimin memilih menantu orang yang punya mobil? Padahal itu hanya mobil pinjaman,” omelnya yang didengar oleh orang-orang sekitar.
“Pak Carik jangan sirik, ingat, umur sudah tua, masih mau bersaing dengan yang muda? ” celetuk seseorang yang disambut tawa oleh lainnya.
“Eh.. siapa tuh yang ngomong?” sergap pak Carik dengan mata menyala.
“Emang benar kan?”
“Malu dong pak.. sudah.. ingat umur..ingat umur..”
Celetuk orang-orang bergantian, karena sebelumnya pak Carik sudah mengatakan pada setiap orang bahwa Mirah akan menjadi isterinya.
Pak Carik yang tak tahan mendengar cemoohan orang-orang lalu memacu sepeda motornya secepat kilat, bak anak muda pembalap yang ingin mengejar pesaingnya.
Tiba-tiba.. terdengar suara.. gubraaggg! Semua orang menoleh kearah datangnya suara, lalu melihat pak Carik gelasaran karena sepeda motornya menabrak pagar salah seorang warga. Bukannya kasihan, orang-orang malah mentertawakannya.
Pak Carik bangkit dengan tertatih. Untunglah tidak menabrak barang keras, sehingga ia tak begitu luka, kecuali memar dan barutan pada wajah dan lengannya.
“Setan alas semua.. setan.. setan !!”
Umpatnya sambil kembali menuntun sepeda motornya dan berusaha menstarternya, tanpa peduli pagar yang roboh diterjang motornya. Tapi entah bagaimana , mesin motor pak Carik nggak mau hidup. Sampai pegal kakinya tetap saja motornya ngadat. Jadi terpaksa dengan meringis menahan sakit ia menuntun sepeda motornya kembali kerumah, diiringi tawa orang-orang dari kejauhan.
***
“Paklik.. berarti kita menikah hampir bersamaan. Seminggu setelah saya, gantian paklik.” tanya Tanti ketika Pri sedang berada dirumah mbakyunya.
“Iya Tan, mau bagaimana lagi, besok-besok juga menunggu apa pula. Jadi lebih baik segera, ya kan?”
“Benar paklik, kasihan Nanda, dia sudah ingin sekali memiliki seorang ibu.”
“Nanti menikah di Solo sini atau dikampungnya mbak Mirah ?” sambung Tanti.
“Biarlah menikah dikampungnya dik Mirah saja, agar orang tuanya senang. Tapi disana hanya menikah, nanti aku mau syukuran saja disini bersama beberapa kerabat. Tidak usah besar-besaran. Ini aku sedang meminta pak Dimin agar mengurus surat-suratnya ke kelurahan.”
“Iya paklik, yang penting sah, dan kami juga sudah merasa tenang kalau paklik sudah punya pendamping. Ibu sangat perihatin memikirkan paklik.”
“Ibumu sejak aku masih kecil sangat perhatian sama aku. Umur kami terpaut banyak, jadi aku ini sangat dimanjakan oleh mbakyu.”
“Tapi kan paklik sekarang nggak manja ?”
“Orang sudah tua kok manja, ya enggak lah, malah aku yang harus gantian momong mbakyu.”
“Benar paklik, sudah sa’atnya kita gantian momong yang tua.”
“Iya, lama-lama aku juga tua, yang momong kamu lho Tan..”
“Lhaa.. kita jadi sama-sama tua dong paklik.. umur kita kan tidak terpaut banyak? Berarti harus saling momong. Ya kan paklik?"
“Benar , bahkan sesungguhnya .. orang hidup itu harus saling ‘ngemong’.. artinya saling memahami hati masing-masing. Kalau orangnya keras, hadapi dengan lemah lembut, apalagi kalau orangnya lemah lembut, ya kita harus lebih lembut lagi. Itu namanya saling ngemong, Kalau membicarakan sesuatu, jangan merasa lebih pintar, jadi lebih baik mengalah.. gitu lho.. Dan kalau itu kita lakukan, maka kita akan merasa tenteram karena tak akan ada kebencian disekitar kita.”
“Oh ya paklik, bagaimana kabarnya Riri?”
“O.. iya, Riri sudah lebih baik. Aku sering melihat dia duduk didepan rumah, dan setiap aku sapa, dia melambaikan tangannya.”
“Aku ingin ketemu dia paklik, trenyuh aku.”
“Boleh saja, Ya ayo.. kerumahku dulu, nanti aku antar.”
“Besok ya paklik, besok kan Minggu. Mumpung aku belum menikah, kalau sudah menikah nanti kesempatan ketemu dia kan belum pasti. Apalagi mas Danang terlanjur nggak suka sama dia.”
“Ya, besok juga nggak apa-apa, sekalian menemani aku belanja keperluan pernikahan aku nanti. “
“Baiklah paklik.”
***
“Tanti, besok aku samperin kamu ya.” Kata Danang ketika menelpon Tanti.
“Memangnya mau kemana?”
“Jalan-jalan saja, kan besok hari Minggu, Tapi tadi ibu juga pesan minta ditemani belanja oleh kamu.”
“Nggak bisa mas, aku besok mau pergi sama paklik Pri,” jawab Tanti tanpa ingin mengatakan bahwa dia mau menemui Riri.
“Memangnya mau kemana?”
“Paklik kan juga mau menikah, jadi barangkali butuh sesuatu, lalu dia minta agar aku menemani.”
“Oh.. gitu ya? So’alnya ibu juga mau mengajak kamu belanja.”
“Waduh, aku sudah janji sama paklik. Bagaimana kalau agak siang saja? Pokoknya setelah selesai aku menemani paklik?”
“Baiklah, nanti aku bilang sama ibu.”
“Ma’af ya mas.”
“Nggak apa-apa, kan masing-masing punya kepentingan. Jadi gantian lah waktunya.”
“Baiklah mas, nanti kalau aku sudah pulang, aku kabarin.”
“Oke sayang.”
Tanti tersenyum sambil menutup ponselnya.
***
“Selamat pagi...” sapa Tanti ketika pergi kerumah Riri, dan melihat Riri duduk di teras sendirian.
Riri mengangkat wajahnya, dan tersenyum melihat Tanti datang.
“Masih ingat aku?”
“Bukankah kamu calon isterinya Danang?”
“Ya, aku Tanti. Boleh aku duduk?”
“Silahkan. Kamu sama siapa?”
“Ada paklik Pri menunggu di mobil, dia tidak mau turun, takut mengganggu.”
“Ooh..”
“Bagaimana keadaan kamu?”
“Aku baik. Apa kamu juga mengira kalau aku ini gila?”
“Tidak. Sama sekali tidak. Kamu sehat, segar, dan masih tetap cantik seperti kemarin-kemarin.”
Riri tampak tersenyum.
“Kapan kamu menikah?” tanya Riri.
“Bulan depan. Kamu mau datang bukan?”
“Iya, kalau bisa aku mau datang. Mana undangannya?”
“Besok kalau sudah jadi aku kasih.”
“Aku senang mendengar kalian mau menikah.”
“Terimakasih Riri, aku juga senang kamu bersedia datang.”
Riri tampak menghela nafas panjang.
“Sesungguhnya aku dulu sangat mencintai Danang.”
“Iya, aku tahu.”
“Apa kamu membenci aku karena itu?”
“Tidak, kalau aku benci kamu pasti aku tidak akan datang kemari. Aku datang sebagai teman, sebagai sahabat.”
“Kamu baik sekali.”
“Ah, tidak, semua orang suka bersahabat.”
“Aku gadis yang salah langkah. Aku terlalu bebas dalam bergaul. Aku terperosok dan sakit, aku putus asa, aku merasa lebih baik mati,” dan suara itu semakin lirih karena tenggelam dalam isaknya.
Tanti mendekat dan duduk disampingnya. Ia menepuk punggung Riri sebagai rasa simpati dan berusaha menenangkannya.
“Orang hidup itu kan seperti menapaki sebuah perjalanan. Dan tidak setiap jalan itu lurus dan gampang dilalui. Ada batu-batu, ada lobang-lobang.. dan terkadang kita juga bisa terperosok kedalamnya. Tapi sebuah kejatuhan itu tidak harus terlalu dirasakan sakit. Bukankah kita bisa bangkit dan melanjutkan perjalanan itu? Biarkan ada luka, biarkan ada darah yang mungkin masih menetes, tapi ketika kita bisa melewati semuanya, itu sebuah keberhasilan. Jadi lupakan semuanya dan mulailah jalani hidup kamu.
“Tanti.. kamu baik sekali,” Riri mengulang pujiannya sambil masih terisak.
“Tidak semua yang kita harapkan bisa kesampaian Riri. Sebuah garis kehidupan tak seorangpun bisa mengubahnya. Kita hanya harus menjaganya. Sakit yang mendera biarkan berlalu. Kamu harus selalu tersenyum. “
Tanti mengusap air mata Riri yang meleleh dipipinya.
“Cobalah tersenyum.. nah.. kamu cantik sekali Riri.. Selalulah tersenyum, kepada dirimu, kepada alam sekitar, kepada kehidupan ini, maka hatimu akan tenang dan nyaman. Karena kalau kita tersenyum, semua akan terasa melegakan.
Riri memeluk Tanti sambil terisak.
“Aku berharap ini tangisan kamu yang terakhir,” kata Tanti sambil mengelus punggung Riri.
“Terimakasih banyak Tanti, kamu membuat aku merasa hidup.”
“Ayun kaki kamu dan melangkahlah dengan senyuman.”
Ketika Tanti melambaikan tangannya setelah berpamit, Riri berdiri mengantarkannya sampai didepan teras sambil melambaikan tangannya dan tersenyum.
Dan Riri merasa, memang senyuman itu terasa meringankan. Ada beban yang tak lagi menindihnya.
Tanti merasa lega, semoga apa yang dikatakannya bisa membuat Riri merasa masih ada sesuatu dalam hidup ini yang bisa diraihnya.
“Jangan lupa undang aku, Tanti.” Teriak Riri.
Tanti mengangguk sambil mengacungkan ibu jarinya.
***
Besok lagi ya.
Aku nomor 1....
ReplyDeleteWah no 2
DeleteHagaha...kalah lagii
DeleteTerima kasih mbak Tien ... atas hadirnya SP 49.
DeleteSalam hangat kami dari Yogya.
Hebat jeng dokter Dewi ndisiki .... Geser posisiku, selamat.
DeleteSelamat pada para juara....
DeleteSugeng dalu Bu Tien, Sugeng pepanggihan malih.
DeleteMatur nuwun....
Jan cepet banget baru saja diintip belum ada, mbalik sdh 4 komentar artinya yang nunggu benar-2 penasaran......
Bu dokter Dewi, gabung yuk di WAG PCTK....gayeng lho..guyub rukun.... Mangga tak tunggu di 085101776038
DeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍
DeleteGroup Chat Whatsapp Penggemar Cerbung Tien Kumalasari
0821 1667 7789 (admin)
#silaturahim
#cerbung/novel_populer
#jumpa_fans
Ayooooooo Edit Profilmu dengan cara : ketuk UNKNOWN,, lalu ketuk,, EDIT PROFIL,,, Isi Biodatamu,,lalu SIMPAN,,, Mudahkan.......
Terima kasih banyak Bu Tien semangat dan sehat2 selalu kagem Bu Tien n keluarga
ReplyDeleteKalah lagi kalah lagi 🤭🤭. Masio tak ewangi njegenukk ..🤣🤣☕☕. Matur nuwun mbak Tien..SP 49 telah hadir..Salam sehat bahagia selalu 🙏
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Alhamdulillah SP 49 sdh tayang...
DeleteMtnuwun mbk Tien ,smg selalu sehat dan tetep semangaaaat....
Alhamdulillah SP-49 sudah tayang.
DeleteMatur nuwun mBak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Alhamdulillah Riri sudah waras, semoga menjalani hidup dgn normal.
Trimakasih Bu Tien... Pak carik sdh ngacir smbil kesakitan, sakit hati sakit jiwa raga krn sang pujaan sdh diambil org.. Kebahagiaan dtg kpd org2 yg sllu bersyukur hehehe.. Bu Tien mmg joooss... Salam sehat bahagia dr Cahya di Madiun.
DeleteAlhamdulillah. Halo juga mba. Salam hangat dari Kuningan, semoga sehat slalu
DeleteHaha...kalah kaci temenan...gara2 umyek wae
ReplyDeleteMaturnuwun mbak Tien telah membuat penggemar punya hobby baru...dhisik2an komen 🤣🤣🤣
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSugeng daluuuu..... Mbak Tien... Ini ada lomba disik2an ngeklik
ReplyDeleteGayeng banget ik.. seneng aku. Jadi merasa muda.. wkkwkk...
ReplyDeleteAsyyiiiik pengen dadi juara kabeh mbk....
DeleteSaya kalah gegara kesrimpet sarung larinya mbak Tien 🤭
DeleteHalah alesan. He.. he..
DeleteSaya tadi rekane ngebom SP 49 sdh terbit ... trs saya tinggal chating di grup, eeeee jebul terbit sungguhan.
DeleteJadi dpt nomor yg sdh ke sekian ...
Trm.kasih banyak.mbak
ReplyDeleteMalam Bunda.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat dalam berkarya, sukses buat Bunda.
Makasih untuk SP 49 .
Sampai besok lagi..........
Terima kasih cerbungnya jeng tien sugeng ngaso
ReplyDeleteWadoooow...baca sambil tahan napas. Kebayang kekonyolan pak Carik dengan gigi gemerlapnya : cling...clap..clap..begitu setiap giginya bergerak.
ReplyDeleteAkhirnya harus menelan kengawurannya...hehe
Maturnuwun mbak Tien sayang..s3hat selalu yaaa..
Waaoow, mbak Tien emang keren, tau aja kalo ditubggu seri yg membuat pembaca ikut bahagia .. 😁😁😁
ReplyDeleteTrims bu tien. Hanya mrasa sedikit agak aneh dgn kalimt ... pagar yang roboh ditendang motornya... mungkin agar lebih wah. Tp diterjang lebih pas menurut sy. Maaf, bu tien.
ReplyDeleteBaiklah.. saya ganti ya mas. Biar enak.
DeleteMatur nuwun. Salam ADUHAI dari Solo.
Wah langsung dijawb bu tien. Jangan pd iri ya.... no 2, kayk no 1.
DeleteEp..kali ini bikin Ngakak ... Oooalaahh pak cariiiikkk. Untumu.. wkwkwkwkwk....salam SEROJA dr sby Bu Tiieennnkkuuh..
ReplyDeleteUhuuyy ajip...👍
ReplyDeleteTanti dengan rasa simpati dan bijak mau ke rumah Riri yang sudah menyadari kekeliruannya selama ini.
ReplyDeleteSalam sehat dan terima kasih mbak Tien
Jd ikut ngakak baca komen lucu2.. 😁
ReplyDeleteMakasih mbak Tien Sp49..
Semoga semua bahagia...bgmn dgn riri yaa..
Tunggu lanjutannyaaa..
Salam sehat mbak Tien..🙏
Alhamdulillah walau terlambat hehehehe
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbung nya Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien dan pembaca semuanya
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmatNya kepada kita semuanya aamiin Kutunggu kelanjutannya ya bu Tien
Terimakasih mBak Tien, Sang Putri 49 sudah muncul
ReplyDeletesehat sehat selalu doaku
kayanya masa kecil pak carik suka makan beton, tuwanya jadi muka tembok
Alhamdulillah SP 49 dah tayang,makasih bunda Tien,salam dari Bojonegoro.
ReplyDeleteSemoga semua berbahagia. Makasih mba Tien. Salam sehat selalu.
ReplyDeleteTiwas pasang untuk nggk jadi mantunya pak ndimin.....
ReplyDeleteMaksudnya pasang gigi palsu.....
ReplyDeleteAlhamdulillah SP 49 sdh hadit
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan bahagia selalu
Salam hangat dari Bekasi
Smg Riri sdh tdk stress dan smg tdk mengganggu acr Tanti dan Danang ketika diundang di acr pernikahan..slm seroja utkb Tien dan kita semua...
ReplyDeletePuji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg sp49 hadir tetap cantik, kali ini agak lega hati.
ReplyDeleteRasanya eps ini jadi panjang yg menyenangkan krn tambahan komen yg juga Lucu2.
Setia menunggu candake. Matur nuwun Berkah Dalem.
Cengar cengir kuda itu gimana ya...
ReplyDeleteAlhamdulillah Tanti menyadarkan Riri, smoga tidak menggangu di acara pernikahan nanti... salam Seroja Bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah, matursuwun mbak Tien
ReplyDeleteMugi tansah pinaringan sehat, tetep semangat, berkah samudayanipun. Aamiin
Hahahaha... Pak Carik lgsg menyanyikan lagu Patah Hati nya Rahmat Kartolo dengan sumbang... rasain kamu Pak Carik... gak rumangsa kalo kamu dah tua bangkotan... jangan nangis ya kalo bsk lihat Mirah jadi pengantin.
ReplyDeleteRiri.. ayo bangkit dan semangat lagi... lihat hari depan yg cerah dan ceria menantimu.
Terima kasih Mbak Tien ep 49 sudah hadir.. smoga Mbak Tien selalu sehat. Salam seroja dari Semarang.
Matur nuwun... Mbak tien..Klo arek Sby pak carik ngguyune nggilani... Smg mbak tien tien selalu sehat
ReplyDeleteMaturnuwun ibu Tien,semoga sehat sll,salam hangat utk sekluarga,tak lupa utk penggemar semua,sll menunggu kelanjutan critanya
ReplyDeleteSemoga kebaikan hati Tanti kepada Riri bisa menyembuhkan Riri selama-nya. Sekalipun Riri pernah stres, tapi semoga Riri tidak berjodoh dengan Pak Carik ah. Iiiih amit amiiiit... Hehehehe... Sekedar komen boleh ya, Bunda Tien?
ReplyDeleteTERIMA KASIH ya, Bunda Tien. Semoga Bunda Tien sehat wal'afiat selalu ya, Bunda. ♥️������
Alhamduliah muncul SP 49...Pak Carik ngaplo karena Mirah dilanar orang kota dg mobil bagus. Mulai mengerucut yang mebahagiakan bagi semuanya. Salam sehat dan semangat berkarya buat bu Tien dan semuanya..aamiin
ReplyDeleteMakasih SP 49 salam sehat bunda tien salam sehat dari Tasikmalaya
ReplyDeleteAda tiga pengantin... yg belum nikah ayosegera susul ...
Terima kasih bunda Tien...
ReplyDeleteSalam sehat selalu..
Akhirnya p carik ..ngibrit patah hati,sakit hati,sakit juga badannya..kacian... ditertawai lagi..
Oalah..bapak mertua..bapak mertua..jangan begitu dong aahh...😅😅
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien, salam taklim dari kota Malang 🙏
Alhamdulillah ...SP49 sdh terbit semoga orang yg selalu berbuat baik akan mendapatkan yang baik pula. Salam sehat selalu buat Bu Tien dan keluarga.
ReplyDeleteAlhamdulillah pagi2 sdh baca cerbungnya bu tien ...... trimakasih bu tien, semoga bu tien sehat2 selalu ...... semuanya sudah clear , sebentar lagi bu tien akan mantu 3 pasang penganten ..... waahhh mesti ramai sekali, kita tunggu episode berikutnya
ReplyDeleteAssalamu'alaikum
Wa'alaikum salam
DeleteMas Arif
Wah mantap.. Buka Hp sdh 58 chat penggemar novel nya bu Tien
ReplyDeleteTrm Kasih bu Tien sehat selalu buat bu Tien dan keluarga
Mampukah Riri bangkit ..?
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Hallooo mba Tienqu sayang.. Sht y.. Mksih sp nys y.. Slmseroja dri skbmi unk mba tien sekeluarga.. Muuashh🥰🥰😍😍
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah rahayu....
Lanjoood
ReplyDeleteCengar cengir kuda itu gimana ya...
ReplyDeleteCengar cengir kuda itu, nyengir2 ga jelas sambil keliatan gigi yg gede2 kotak2 spt untu jaran. Pokok'e uueeellleeek tenaaan
Deletemmng mbk tien pengarang yg hebat selalu diakhir cerita buat pembc penasaran salut buat mbk tien smg mbk tien selalu sehat dn selalu bekarya.km selalu menanti epsd SP berikutnya....
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien.. aku selalu menunggu dan merindukan cerita mbak Tien.. salam sayang dari sawahlunto Sumbar.. klw mbak ke Sawahlunto ..aku kasih oleh 2 rendang Padang..🙏🙏😊😊
ReplyDeleteGimana mencarinya kalau namanya aja gak tau... 😁
DeleteIbu/Bapak yang di Sawahlunto Sumbar.... betul apa kata bu dr. Dewi gimana bu Tien mencari Anda jika berkunjung ke Sawahlunto, sementara Anda ngga memperkenalkan diri. Boro-2 nyari alamat nama dan nomor HP nya saja, kagak punya.......
DeleteIni caranya mengedit Profil Anda :
1. Klik tulisan UNKNOWN di komentar Anda
2. Akan tampil tulisan merah PROFIL TAK TERSEDIA
3. Selanjutnya KLIK tulisan mengaktifkan akses ke profil Anda.
4. Muncul Edit Profil. Silahkan diisi kolom IDENTITAS sesuai keadaan yang sebenarnya, alamat, nomor HP dsb
5. Kemudian klik FOTO PROFIL jika Anda kepingin fotonya tampak di blogspot
6. Langkah terakhir setelah selesai mengisi formulir jangan lupa disimpan (tulisan merah) SIMPAN PROFIL
7. Selamat mengedit Profil Anda
Namanya Unkwown mbak...yang kasih nama Mbah Google..., banyak yang suka nama itu, mungkin Simbah google keren.
ReplyDeletewkwkwkwkwk..... iso ae jenengan paklek Latief.
DeleteSehat paklek ?? kita sama-2 nunggu datangnya SP_50
Jm 21.00
ReplyDeletePasukan pengintai siaaap
Termyata SP 50 blm ada
Masih di Laptop bu Tien, belum di upload.
DeleteMet malam pa Wedeye, apa kabar ?
Ayo jangan kalah cepet sama jeng dokter Dewi, utawa mas Danar, isih timur... mblayune buanter-buanter.... awak dewe ngalah wae... sing penting sehat dan menikmati cerbungnya bu Tien.
Bu Tien selamat malam........ dalam perjalanan dari Apotek ke rumah.... jika apotek tadi sore sepi insya Allah uploadnya gasik. Tapi jika rame, pulang sampai rumah mandi, makan malam, nulis lagi......
😁😁
DeleteMalem juga kskek Habi
DeleteIya kita ngalah aja...
Kl kalah wajar
Wong wis senior
Kl menang hebat
Aku tak sing ngalah...
ReplyDeletetimbang loro ati...
Koyo lagune Dikem
SUKET TEKI
Mo tidur..intip dulu
ReplyDeleteMasih belum...
semoga bunda Tien sehat selalu
Ikutan nunggu SP 50, semoga bu Tin sehat selalu
ReplyDeleteIni caranya mengedit Profil Anda :
Delete1. Klik tulisan UNKNOWN di komentar Anda
2. Akan tampil tulisan merah PROFIL TAK TERSEDIA
3. Selanjutnya KLIK tulisan mengaktifkan akses ke profil Anda.
4. Muncul Edit Profil. Silahkan diisi kolom IDENTITAS sesuai keadaan yang sebenarnya, alamat, nomor HP dsb
5. Kemudian klik FOTO PROFIL jika Anda kepingin fotonya tampak di blogspot
6. Langkah terakhir setelah selesai mengisi formulir jangan lupa disimpan (tulisan merah) SIMPAN PROFIL
7. Selamat mengedit Profil Anda
jeng dr. Dewiyana..... met malam.... gabung yukk di WAG PCTK... asyik lho disana santuy...heppy.... banyak ilmu didapat.... bebas dari omongan politik praktis... sara... ujaran kebencian... gak ada ceramah agama.... adanya info sehat... saling mengingatkan.... ad jeng Iyeng yang suka posting kebun bunganya.... mas Yowa yang juga hobby bercocok tanam... ada cheef lumpia semarang, bandeng presto, telur asin.... kumplit dech pokonya.... jika jeng Dewi mau gabung kita semua tambah sehat karena ada ahlinya.... Matur nuwun
ReplyDeleteInfo buat sahabat karena hari ini apotek rame, jadi bu Tien masih melanjutkan nulis demi sahabat setianya..... met malam
Ok deh.... demi kakek Habi... in sya Allah...
ReplyDeleteInggih mangga gabung bu dokter 👍🙏
DeleteNomor nya mana?
ReplyDeleteDi no wa ini bu Dokter 0821 1667 7789 admin PCTK
DeleteWaah..sdh ada wag ni
ReplyDeleteSdh bnyk anggotanya ada 45 orang
DeleteTidur dl aja po yo..dah kriyip" jew
ReplyDeleteSilahkan ikuti petunjuk dari Kakek Habi di atas agar komen Bapak/Ibu bisa dikenali oleh mvak Tien 🙏🙏🙏...tdk Unknown lagi
DeleteMenunggu pak Carik yg babak bundhas dan patah hati
ReplyDeleteSemoga sy yg tertinggal episode terakhir
ReplyDelete