Friday, May 15, 2020

KEMBANG TITIPAN 28

KEMBANG TITIPAN  28

(Tien Kumalasari}

Dengan heran Sri memunguti guntingan-guntingan baju mbah Kliwon.

"Ini lagi mas... ada apa ya mas, apakah mereka menyiksa simbah?" kata Sri hampir menangis.

"Sri, jangan begitu, ayo naiklah, aku justru berfikir lain," kata Mery.

"Ini bapak.. lihatlah.., baju simbah digunting-gunting."

"Tenang dulu Sri, jangan panik begitu," kata pak Darmin yang sudah turun lalu mendekati Sri.

"Naiklah Sri.. saya itu bukan karena simbah disiksa," kata Timan. sambil naik kembali kemobilnya.

Mery membantu Sri agar segera duduk.

"Sudah, mbahmu tak apa-apa Sri.." kata Darmin yang kemudian naik ke jok belakang.

Sri mengusp air matanya. 

"Simbah diapakan ya?" tanyanya pilu.

Timan menstarter mobilnya untuk berjalan lagi.

"Sri, jangan-jangan simbah sengaja menggunting gunting pakaiannya," kata Mery.

"Nah, aku sependapat. Ini akan membuat kita bisa menemukan dimana simbah disembunyikan."

"Apa maksudnya?"

"Simbah ingin memberi tanda, kemana dia dibawa pergi."

"Memberi tanda ?"

"Iya Sri, agar kita bisa menemukan dia," sambung Mery.

"Aku tidak mengerti."

"Tenang dulu, amati disetiap jengkal yang kita lewati, apakah kita bisa menemukan guntingan baju simbah lagi," lanjut Timan.

Beberapa ratus meter kemudian, Sri juga melihat guntingan baju mbah Kliwon. Timan menghentikan mobilnya, membiarkan Sri memungut guntingan itu. Ia mulai merasakan apa yang dikatakan Timan dan Mery.

"Benarkah simbah sengaja menggunting-gunting bajunya untuk memberi tanda kemana Basuki membawanya pergi?" tanya Sri sambil naik kembali ke mobil.

"Percayalah Sri, dan ini adalah pertanda baik."

"Mas Timan, barangkali kita perlu mengabari polisi untuk penemuan tanda-tanda ini," kata Mery.

"Benar, aku akan mengirim pesan singkat ke mas Bayu saja, biar dia yang mengabari kawan-kawannya." 

***

"Benar pak lurah, saya juga sudah mendengar kalau pencarian dirumah Kemuning itu gagal. Baiklah, terimakasih banyak pak lurah."

Bayu baru saja selesai berbicara dengan lurah Mardi. Mereka sudah tau bahwa dirumah-rumah milik Basuki tidak diketemukan Basuki.

"Mas, jangan-jangan Basuki sudah kabur keluar negri." kata Lastri.

"Aku kira tidak mungkin, yang berwajib sudah memberi tau setiap bandara untuk perjalanan keluar negri atau kemana saja. Basuki sudah dicekal dimana-mana."

"Itu mas, ada pesan di ponselmu." kata Lastri ketika melihat dering di ponsel Bayu.

"Oh iya, dari mas Timan."

Bayu membaca pesan itu dan tampak senang.

"Ada apa mas ?"

"Mas Timan dan Sri menemukan serpihan-serpihan baju mbah Kliwon. Kemungkinan besar mbah Kliwon memberi tanda."

"Oh, seperti memberikan tanda bagi pelacak ya mas. Ingat jaman pramuka. Lalu mereka menemukannya?"

"Belum, mas Timan memberi alamat perjalanannya, aku akan mengabari ke kantor polisi. Teman-temanku pasti senang mendengar berita ini."

"Kok bisa mbah Kliwon memberi tanda, bagaimana caranya? Apa tidak diawasi ?"

"Entahlah. Aku juga belum bisa membayangkannya. Kebetulan tadi Sri yang melihat guntingan kain yang dikenalinya sebagai serpihan baju mbah Kliwon."

"Semoga itu memang sebuah petunjuk ya mas."

"Semoga. Sebentar, aku mengabari temanku dulu, lalu mau menelpon pak lurah juga."

 

***

 

Timan terus menyusuri jalan, dimana ditemukannya serpihan-serpihan baju mbah Kliwon, disetiap seratus atau duaratusan meter.

Ada secercah harapan mereka akan bisa menemukan mbah Kliwon. 

"Semoga simbah baik-baik saja."

Mery menepuk-nepuk paha Sri.

"Kamu harus tenang Sri, dan teruslah berdo'a. Bukankah kamu yang mengajari aku bahwa disa'at sedih atau senang kita harus selalu mengingatNya?"

Sri mengangguk. Serpihan-serpihan baju itu masih digenggamnya.

Tapi didepan itu ada perempatan. Kemanakah Timan akan melanjutkan perjalanannya? 

"Semoga diperempatan itu  kita temukan lagi serpihan yang  akan menunjukkan kemana kita harus berjalan," kata Timan.

Sebelum perempatan itu Timan menghentikan mobilnya.

Pak Darmin yang ikut turun menatap kekiri dan kanan.

Harus ada yang berjalan kesemua arah, barangkali tak berapa jauh kita akan menemukan serpihan baju bapak," kata pak Darmin.

Semuanya setuju.

Ketiganya turun dan berbagi tugas. Tiga arah didepannya harus ada satu yang terdapat serpihan baju mbah Kliwon.

Sri berjalan kearah kiri, Mery kekanan, dan Timan lurus kedepan. Pak Darmin menunggu di mobil.

Beberapa sa'at mereka berjalan, kemudian terdengar teriakan Mery.

"Aku mendapatkannya !!" lalu Mery setengah berlari kembali kemobil.

"Aku juga mendapatkannya !!" teriak Timan dari arah depan.

"Bagaimana ini? Mengapa bisa ada serpihan di dua arah?"

Timan kebingungan.

"Bagaimana ini mas?"

"Mungkin salah satu dari serpihan itu diterbangkan angin, atau terbawa kendaraan lain," kata pak Darmin.

"Lalu bagaimana ini?" kata Sri bingung.

"Ayo naiklah. Aku akan berjalan terus, kalau kita tidak menemukan lagi serpihan, berarti yang benar adalah kearah kanan."

Sri mulai khawatir, karena sudah sejauh hampir satu kilometer, tak ditemukannya serpihan itu lagi.

"Jangan panik Sri, kita akan terus berusaha," kata Timan yang kemudian membalikkan mobilnya, lalu  berbelok kearah dimana tadi Mery menemukan serpihannya.

"Semoga ini arah yang benar," gumam Timan.

Sri berdebar ketika dikejauhan, agak ketepi dilihatnya serpihan putih.

"Itu mas, benar.. ini arah yang benar." teriak Sri.

Timan menghentikan mobilnya, membiarkan Sri mengambil serpihan itu, lalu melanjutkan perjalanannya.

Mereka bersyukur,  karena tidak salah jalan. 

 

***

mBah Kliwon masih ada didalam kamar itu, makan dan minum dimasukkannya kedalam kamar,  Ia boleh keluar kalau ingin kekamar mandi. Tapi ia hanya sedikit memakan makanan yang diberikan, hanya untuk menjaga agar tubuhnya tidak lemas. Ia selalu berharap, serpihan bajunya ada yang menemukannya dan mengerti apa maksudnya.

Hari itu ketika ia ingin kebelakang, lalu salah seorang membukakan pintu untuknya, ia mendengar Basuki berbicara dengan anak buahnya.

"Lepaslah sekarang dan ganti dengan plat nomor yang baru."

"Baiklah tuan."

"Hari ini kita akan pergi, ada rumah kontrakan diluar kota yang barangkali lebih nyaman ditinggali."

"Jadi kita akan pindah lagi tuan?"

"Ya, aku merasa disini tidak aman.Aku sudah memesan rumah itu dan aku bayar kontrakannya baru saja."

"Tapi tuan kan belum tau rumahnya, bagaimana kalau nanti tuan kecewa?"

"Yang penting kita jauh diluar kota, dan pemilik rumah meyakinkan aku bahwa rumahnya tidak akan mengecewakan. Yang penting kita pergi ketempat yang tidak terduga oleh polisi."

"Berapa lama kita akan pergi tuan?"

"Mengapa kamu bertanya begitu?  Kamu bosan mengikuti aku?" hardik Basuki dengan suara keras.

"Ma'af, bukan begitu tuan, hanya ingin tau saja."

"Diam dan lakukan saja perintahku."

"Mengapa kita harus membawa serta kakek itu tuan? Bukankah lebih baik ditinggalkan saja disini agar tidak menjadikan beban?"

"Bodoh ! Dia harus ikut kita. Sudah, kerjakan saja apa yang aku suruh. Gantikan sekarang juga plat nomornya."

mBah Kliwon berdebar. Kalau harus pergi lagi dari sini, maka seandainya ada yang menemukan serpihan baju itu, lalu sampai ditempat ini,  pasti akan menemukan tempat kosong. mBah Kliwon harus mencari akal lagi.

Ketika ia kembali dari kamar mandi dilihatnya Marso sudah ada didalam kamar.

"Kita akan pergi lagi," katanya.

"Bolehkah aku meminta baju ganti, dan celana?"

"O.. ya, aku akan ambilkan. Pasti kamu takut muntah lagi dijalan kan Awas kalau sampai membuat mobil tuan Basuki bau."

"Yang bau adalah keringat kamu !!" kata mBah Kliwon kesal.

Marso hanya nyengir kuda sambil mencium ketiaknya sendiri.

"Sebenarnya aku sudah lelah," keluh Marso.

"Itu kan salahmu sendiri, mengapa mengikuti orang kabur. Kamu tidak bersalah, mengapa harus ikut kabur?"

"Kalau aku tidak mau ikut, aku pasti dihukum. Dan yang namanya dihukum oleh tuan Basuki itu, hidupnya akan sengsara. Bukan hanya aku, tapi juga anak isteriku. Kalau kesalahannya berat bisa langsung dihabisi. "

 "Tapi kalau Basuki tertangkap polisi, mana bisa dia menyiksa kamu? Kamu saja yang bodoh."

Marso terdiam.ia seperti memikirkan sesuatu. Rasa lelah tiba-tiba melingkupi seluruh tubuhnya, seperti menderanya dalam kekalutan yang tak dimengertinya.

"Dan kalau kamu terus mengikutinya, apabila suatu sa'at Basuki tertangkap, kamu pasti akan ikut masuk penjara." mbah Kliwon terus memanasinya ketika melihat kata-katanya termakan oleh Marso.

Marso masih terdiam, tapi yakinlah bahwa ia mulai takut. Penjara? Tempat yang kotor, bau, makan seadanya, kadang dibentak-bentak. Yaa, ia pernah melihat sebuah film di televisi, bagaimana sengsaranya orang dipenjara. 

"Tidaaak," gumamnya agak keras.

"Apa yang tidak?"

"Aku tidak mau ikut masuk penjara. Aku hanya bawahan yang diperintah majikan."

"Mana polisi mau tau? Kalau kamu mengikuti apa kata dan perintahnya, berarti kamu ikut melakukan kejahatan."

Lagi-lagi Marso terdiam. Ia mulai berfikir, apa yang harus dilakukannya supaya terlepas dari belenggu tuan Basuki.

"Ya sudah, mana baju dan celana buat ganti, kalau diajak pergi lagi takutnya muntah lagi," kata mbah Kliwon ketika melihat Marso diam saja. Tapi kelihatan bahwa Marso mulai simpati terhadap mbah Kliwon. 

"Ya kek, sebentar aku ambilkan," kata Marso sambil keluar dari kamar.

Ketika pintu terbuka itu mBah Kliwon mendengar teriakan Basuki.

"So.. ayo berangkat sekarang !! Telingaku seperti mendengarsirene mobil polisi," teriaknya sambil berjalan kedepan. Dilihatnya anak buahnya sudah selesai memasang plat nomor baru, yang pastinya plat nomor palsu.

"Ayo berangkat." katanya sambil naik keatas mobil.

"Biar kakek ini masuk lebih dulu, ia akan duduk dibelakang sendiri," kata Marso kepada temannya.

mBah Kliwon membawa bungkusan, celana dan bajunya sudah berganti dengan celana dan baju yang diberikan Marso, sedangkan yang dibungkus adalah celananya sendiri. Ia duduk dibelakang seperti ketika datang.

***

 

"Benarkah mas? mBah Kliwon bisa memberi tanda dengan menggunting-gunting pakaiannya dan disebar disepanjang jalan yang dilaluinya?" tanya Marni.

"Iya, rupanya dalam keadaan terdesak, keluar juga akal untuk lepas dari kesulitan."

"Kisah hilangnya Sri beberapa hari yang lalu ternyata membawa sederet peristiwa yang bukan main. Semoga dengan ini Basuki segera bisa mengakhiri petualangannya."

"Bisa aku bayangkan bagaimana paniknya Sri dengan terjadinya peristiwa ini."

"Kehilangan mbahnya pasti membuatnya sedih. Seperti ketika mbah Kliwon kehilangan Sri. Sampai nggak doyan makan, badannya pucat. Sekarang sebaliknya gantian Sri yang panik."

"Benar mas, Tapi yang aku heran, bagaimana Basuki bisa menemukan rumah mas Timan."

"Itulah bu, tadinya pak Darmin dan mas Timan mencurigai Mery, tapi kalau dipikir-pikir, mengapa Mery melakukannya?"

"Kalau aku ya nggak mungkin mbak Mery, bukankah mbak Mery sendiri yang mengajak kabur Sri? Kalau dia mau mencelakakan Sri pasti sudah dilakukannya sejak masih dirumah Basuki."

"Benar bu, tapi teka-teki itu belum terjawab sampai sekarang."

"Ini aku mau ke belakang dulu bu, nanti kalau ada telephone ibu angkat saja. Aku sudah berpesan pada mas Bayu agar kalau ada apa-apa aku selalu dihubungi."

"Ya, aku dikamar mas, nungguin Jarot. Mungkin sudah sa'atnya bangun, tidurnya sudah sejak tadi."

***

 

Perjalanan Timan dan Sri agak lambat karena sebentar-sebentar berhenti memungut serpihan baju mbah Kliwon. Kadang-kadang serpihan itu sudah terlewat dan Timan harus memundurkan lagi mobilnya agar Sri bisa mengambil serpihan itu.

"Sri, bagaimana kalau kita tidak harus selalu berhenti setiap melihat serpihan-serpihan baju simbah?"

"Maksudnya kita lewati saja, begitu?"

"Iya Sri, so'alnya kalau sebentar-sebentar berhenti kita tidak akan segera sampai ditempat yang kita tuju. Kita berangkat pagi-pagi dan ini hampir tengah hari."

"Iya Sri, pokoknya kita yakini bahwa itu serpihan baju mbah Kliwon, kita langsung jalan terus saja."

"Tidak usah harus melihat apa itu benar bajunya simbah atau bukan?"

"Tidak usah, kan warnanya sudah kelihatan, putih berkembang biru."

"Ya sudah, aku ngikut saja," akhirnya kata Sri.

"Yang penting kita tidak salah jalan." sambung Mery.

"Tapi ini sudah siang, mbak Mery sama Sri  tidak lapar? Kita mampir ke warung sebentar?" Timan memperlambat laju mobilnya.

"Tidak mas, aku belum lapar, kata Mery."

"Aku juga belum. Aku ingin segera sampai ditempat simbah disembunyikan," kata Sri.

"Baiklah. So'al makan nanti gampang ya?"

Mobil Timan terus melaju, sementara Sri dan Mery terus mengawasi serpihan yang tampak. Setiap kali melewati jalan yang bersimpang, mereka mencoba salah satunya dulu, kalau tidak ditemukan serpihan baju mbah Kliwon baru kembali kejalan lain, seperti ketika pertama kali menemukan perempatan.

"Masih jauhkah?"

"Tampaknya serpihan sudah semakin jarang."

"Kapan ya berhentinya?"

"Kamu lelah Sri?"

"Tidak, aku ingin segera bertemu simbah dalam keadaan selamat."

Tiba-tiba terdengar sirene polisi melintas.

"Rupanya mas Bayu sudah melaporkan situasi ini."

"Apa mas Bayu ikut dengan polisi itu?"

"Entahlah, aku tidak tau. Biar aku telepone dia.  Tolong mbak Mery, putarkan nomor mas Bayu, biar nanti aku tinggal bicara," kata Timan sambil mengulurkan ponselnya.

Tapi sebelum Mery menerima ponsel itu, dilihatnya sebuah mobil seperti yang dikenalnya.

"Tunggu mas, berhenti dulu." tiba-tiba kata Mery.

"Ada apa?" kata Timan sambil menghentikan mobilnya.

"Itu tadi yang lewat mobil Basuki."

"Benarkah?"

Tanpa disuruh Timan segera memutar mobilnya.

"Itu, benar, cepat mas.."

Timan memacu mobilnya semakin dekat dengan mobil yang ditunjukkan Mery. Untunglah mobil itu tidak berjalan terlalu cepat.

"Plat nomornya ganti, tapi aku kenal sekali mobil itu."

***

besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  


38 comments:

  1. 22.30 kembang titipan muncul.. Alhamdulillah trimakasih Bu Tien.. Salam Sehat dr Madiun yg sllu hadir.. Sy mau baca dl nggih hehehe...

    ReplyDelete
  2. Assalamu'alaikum...cici dimalang sudah duduk manis dari sore...iyyeess...akhirnya muncul juga...smpe ngos ngosan bacanya...kyak ikutan di dalamnya...lagi berdebar"nya eehh lanjuutt bsookk...sehat selalu mb tien...smoga lancar smuanya dalam segala hal...Aamiin YRA

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah eps 28 sdh tayang matur nuwun mbak Tien, mudah2an setiap novel Mbak Tien yg tayang lewat blooger ini menjadi ladang ibadah yg pahalanya selalu mengalir seiring banyaknya yg membaca. Aamiin....
    Lanjut.....eps berikutnya ditunggu.

    ReplyDelete
  4. Sayur rebung ditambah kentang yg ditunggu2 cerbung sdh datang ,mtr nwn bunda Tien ..lanjuuuut..

    ReplyDelete
  5. Hallow Madiun Malang Magelang Medan Padang Sawahlunto Jambi Pangkalpinang Bandung Bekasi Jakarta Koja Tangerang Tangsel Purwakarta Jogya Pati Kediri
    Hallow mas Ngatno Kakek Habi ms Hadi ms Pri ms Anton ms Wignyo ms Sukarno ms Giyanto
    Hallow mb Jum mb Sul mb Dewi mb Wida mbRita mb Umi Bunda Nizmah mb Meyrha mb Sapti mb Ranti mb Suryanti
    Salam sehat dari Solo. Aamiin atas semua do'a dan terimakasih perhatiannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hadir bu.... :

      1. "Tenng dulu, amati disetiap jengkal yang kita lewati,
      # "Tenang dulu, amati disetiap...

      2. .... tanya Sti sambil naik
      # ....tanya Sri sambil naik kembali ke mobil.

      3. "Aku kira tidsk mungkin, yang...
      # "Aku kira tidak mungkin, yang...

      4. lalu Meri setengah berlari....
      # lalu Mery setengah berlari.....

      5. mbah Kliwon terus memanasinya ketika melihat Marso seperti memakan kata-katanya.
      # mbah Kliwon terus memanasinya ketika melihat Marso seperti termakan kata-katanya.

      6. Semuga dengan ini Basuki segera bisa mengakhiri petualangannya."
      # Semoga dengan ini Basuki segera bisa mengakhiri petualangannya."

      7. "Baiklah. So'al makan nanti gampamg ya?" # ..nanti gampang ya?"

      8. "Itu tadi yang lewat mobil Basuki."\
      # "Itu tadi yang lewat mobil Basuki."

      Ada 8 point jeng, yang kurang spasi saya abaikan.
      Lanjut.... tambah deg-degan.

      Delete
    2. Bikin penasaran.. .
      Ayo dong Mbak .. Lanjut...

      Delete
  6. Hallow Madiun Malang Magelang Medan Padang Sawahlunto Jambi Pangkalpinang Bandung Bekasi Jakarta Koja Tangerang Tangsel Purwakarta Jogya Pati Kediri
    Hallow mas Ngatno Kakek Habi ms Hadi ms Pri ms Anton ms Wignyo ms Sukarno ms Giyanto
    Hallow mb Jum mb Sul mb Dewi mb Wida mbRita mb Umi Bunda Nizmah mb Meyrha mb Sapti mb Ranti mb Suryanti
    Salam sehat dari Solo. Aamiin atas semua do'a dan terimakasih perhatiannya.

    ReplyDelete
  7. Semakin seru mba Tien.Luar biasa hebat mba merangkai kata. Emosi pembaca di aduk2. Mendebarkan
    .. Ditunggu episode 29 mba

    ReplyDelete
  8. salam hangat dari garut jawa barat. . semakin seru aja . kutunggu efisod selanjutnya. selamat berkarya

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah yg ditunggu KT 28 sdh hadir... suwun mb Tien. Salam sehat sll dr Bekasi. Nenggo eps 29

    ReplyDelete
  10. Di Kembang titipan 28 kakek Habi akan lebih ringan kerjanya karena sedikit sekali kesalahan ketik atau spasi. Ku selalu menunggu episode 29 semoga tidak terlalu malam datangnya. Salam dari kota tahu

    ReplyDelete
  11. Seru mba Tien, unik jalan ceritanya. Pdhl udah siap2 bakalan serem, ternyata ngga

    ReplyDelete
  12. Matur nuwun bu tien...
    Tetep setia membaca...
    .
    Nunggu lanjutan nya...
    .
    Salam sehat bu tien..

    ReplyDelete
  13. Trims ibu Tien, yustinhar Priok setia mengikuti... Luar biasa..
    Semoga selalu sehat dan semangat..

    ReplyDelete
  14. Makasih Mba Tien...
    Makin seru...
    Semoga Mba Tien selalu sehat.

    ReplyDelete
  15. Semakin seru ceritanya terima kasih jeng tien.
    Salam sehat dari jakarta

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah akhirnya muncul jg, terimakasih bunda Tien

    ReplyDelete
  17. Bunda Tien....saya mengikuti. Sehat selalu nggih.

    ReplyDelete
  18. Tangerang hadir ☝️
    Tambah seruuuu....kaya film action , mantulĺll 👍👍
    Slam sehat sllu bt bu Tien 🙏🙏😘😘😘😘

    ReplyDelete
  19. Makin seruuu, lanjut mba. Makasih

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah menyimak terus cerita mba Tien

    ReplyDelete
  21. jambi hadir..... 👍👍👍

    ReplyDelete
  22. Sawahlunto hadir mbak Tien...(Sariyenti) Semoga mbak Tien sehat selalu..Aamiin..

    ReplyDelete
  23. Lanjut mbak Tien.. smg Sri bs segera bertemu mbah Kliwon dan misi mas Timan dan mas Bayu berhsl.. slm seroja mb Tien...

    ReplyDelete
  24. Salam kenal juga untuk kakek Habi dari Kediri JATIM

    ReplyDelete
  25. menang berapapun di bayar
    ayo segera bergabung bersama kami di bandar365*com
    WA : +85587781483

    ReplyDelete
  26. Matur nuwun bu Tien, mugi2 panjenengan sakulawarga tansah ginanjar rahayu wilujeng

    ReplyDelete
  27. Nyimak...kelanjutannya..seru deh

    ReplyDelete
  28. terima kasih mba tien..lanjut 29

    ReplyDelete
  29. Bu Tien... Sampun dangu2 njih episode 29.kula tengga.
    Sugeng tetepangan saking kula

    ReplyDelete
  30. Kok episode 29.. belum muncul yaa???

    ReplyDelete
  31. duh makin deg"an aja.....kok episode 29 blm muncul ya....biasanya sehari sekali munculnya....

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 25

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  25 (Tien Kumalasari)   Saraswati menatap abdi setianya dengan pandangan aneh. Tangannya yang masih memegan...