Thursday, May 14, 2020

KEMBANG TITIPAN 27

KEMBANG TITIPAN  27

(Tien Kumalasari)

 

Hari mulai remang ketika Sri bersama Mery mengikuti Timan. Namun tiba-tiba Sri merasa sangat pusing . Kepalanya berdenyut dan tubuhnya merasa lemas. Tempaan peristiwa yang bertubi-tubi membuatnya tumbang, Ia terkulai lemas, dipundak Mery.

"Sri... Sri.."

"Ada apa?" tanya Timan.

"Lihat mas, Sri pingsan." kata Mery sambil merangkul tubuh Sri

"Waduh, dingin sekali badannya. Bagaimana kalau kembali kerumah saja."kata Timan khawatir.

"Ya mas, kembali dulu, Sri harus diberi pertolongan secepatnya."

Timan terpaksa memutar mobilnya kembali kerumah, dengan perasaan bingung. Kejadian yang menimpa keluarga Sri membuatnya sedih. Lalu ia menyesali kepergiannya ke mal siang tadi. 

"Menyesal aku,  tadi kita mampir di mal segala, padahal dirumah ada kejadian seperti itu."

"Semoga mereka bisa menangkap Basuki. Aku sedih ketika mendengar pak Darmin tidak mempercayai aku. Kalau aku ber niyat jahat pada Sri, pasti sudah aku lakukan sejak kami masih ada dirumah Basuki."

"Ya sudah, lupakan saja. Pak Darmin kan sedang bingung karena kejadian itu."

"Sri... Sri.." badannya dingin sekali. Aku tidak membawa obat gosok."

"Kita sudah hampir sampai rumah. Nanti kalau tidak membaik kita bawa saja kerumah sakit."

Begitu sampai dirumah, Timan langsung menggendong Sri dan dibawanya masuk.

"Kunci kembali pintunya mbak," pesan Timan kepada Mery sambil membawa Sri kekamarnya. Mery mengunci kembali pintunya dan bergegas menuju kekamar Sri. Diambilnya obat gosok yang kemudian dibalurkannya keseluruh tubuhnya yang dingin .

"Aku ambilkan teh panas dulu," kata Timan sambil melangkah keluar, membiarkan Mery menggosok seluruh tubuh Sri dengan minyak gosok.

"Sri... sadarlah Sri... kasihan kamu Sri.. terlalu berat beban yang harus kamu pikul," bisik Mery trenyuh sambil menggosok-gosok telapak kaki dan tangan Sri yang terasa dingin.

Tiba-tiba Sri membuka matanya.

"Sri..."

"Mana... mana...?"

"Sri..."

"Simbah mana.. simbah mana..." bisik Sri sambil tangannya diangkat keatas. Mery memegangnya dan mengelusnya perlahan.

"Sri.. simbah sedang dijemput mas Bayu."

"Mengapa aku disini ?"

Timan tiba-tiba masuk membawa secangkir teh hangat. Ia merasa lega melihat Sri sudah sadar kembali.

"Sri, minum dulu tehnya," kata Timan sambil  mengulurkan cangkirnya. Mery membantunya duduk. 

Sri meneguk minuman itu beberapa teguk, lalu kembali berbaring.

"Masih dingin?" tanya Timan kepada Mery.

"Sudah agak hangat, tidak dingin seperti tadi."

Timan duduk ditepi pembaringan, menatap Sri dengan pandangan trenyuh.

"Mana simbah?"

"Kamu tidak boleh terlalu memikirkan simbah, sudah banyak yang mengurus. Percayalah bahwa simbah baik-baik saja."

"Basuki tak akan menyakiti simbah, karena dia mempergunakannya sebagai tameng." kata Mery.

Sri terdiam, matanya berinang.

 "Kemana kira-kira Basuki membawa mbah Kliwon? Ada satu tempat yang diberikan pak lurah yang belum sempat aku datangi karena sudah ketemu Sri. mBak Mery tau? Kalau tidak salah disebuah desa bernama Kemuning." kata Timan.

"Itu aku tau mas, tapi menurut aku nggak mungkin Basuki membawa mbah Kliwon kesana. Ia tak akan berani pulang kerumahnya yang dimanapun, karena polisi sudah mengetahui semua rumah Basuki."

"Jadi dia membawa ketempat lain?"

"Sepertinya begitu mas, dan aku kira polisi sudah melacaknya kesana."

"Aku mau ikut mencari simbah.." bisik Sri.

"Baiklah, sekarang kamu harus kuat dulu, besok kita mencari lagi."kata Timan yang mencoba menenangkan Sri.

"Mau makan Sri? "

"Tidak, kepalaku pusing."

"Makanlah dulu, aku punya persediaan obat. Setelah makan baru minum obat, lalu kamu harus tidur."

"Besok aku boleh ikut ?"

"Tentu saja boleh Sri, tapi sekarang makan dulu ya."

 Sri bangkit duduk.

"Makan disini saja, aku ambilkan," kata Mery.

"Tidak, aku tidak apa-apa," kata Sri sambil turun dari pembaringan."

"Ya sudah, mari makan bersama sekalian ya mbak Mery."

"Tolong tuntun Sri mas, biar aku menyiapkan makan sekarang," kata Mery.

 

***

 

Basuki sebenarnya tidak membawa mbah Kliwon ketempat yang jauh. Ia masih ada didalam kota. Rumah Basuki yang tak seorangpun tau, walau anak buahnya sekalipun.

Begitu turun dari mobil, Basuki heran karena mbah Kliwon keluar tanpa mengenakan baju.

"Kemana bajumu pak tua? Kok telanjang begitu?"

"Tertinggal dimobil barangkali, coba aku lihat, kata salah seorang anak buahnya. Tapi tak ada baju tertinggal disana.

"Tak ada baju tertinggal dimobil tuan."

"Kemana bajumu pak tua?" Basuki mengulang pertanyaannya.

"Tadi.. aku muntah.. bajuku aku pakai untuk muntahanku, lalu aku buang."

"Waduh, So.. coba lihat dimobil, apa mobilku bau muntahan?"

Salah seorang pembantu Basuki membuka pintu mobil.

"Agak apek tuan.."

"Kurangajar, semprot dengan pewangi sekarang juga,"

Basuki membuka pintu rumah diikuti pembantunya yang menggandeng lengan mbah KLiwon.

"Masukkan dia kekamar belakang dan beri dia baju."

"Sebenarnya untuk apa aku yang sudah tua ini kamu bawa kemari? Kalau untuk ditukar dengan Sri, maka aku lebih baik mati disini, karena aku tak rela cucuku berada ditangan orang jahat seperti kamu." kata mbah Kliwon sengit.

"Sudah, kamu diam saja pak tua, dan jangan banyak bicara. Aku sedang dikejar-kejar polisi."

"O, jadi aku kamu jadikan tameng agar polisi tak berani menangkap kamu? Aku kira kamu salah, polisi mana peduli sama nyawa seorang kakek tua seperti aku?"

"Sdah, jangan banyak bicara. Cepat masuk dan pakai baju yang diberikan pembantuku."

Marso menarik lengan mbah Kliwon.

"Dimana saya harus mengambil baju tuan?" tanya Marso yang memang belum pernah menginjakkan kaki dirumah itu.

"Dibelakang ada almari. Itu tempat baju-baju pembantu kalau aku sedang berada disini."

 "Baik tuan."

Rumah itu tak begitu besar, tapi bagus. Tak seorangpun anak buahnya tau bahwa Basuki punya rumah disitu, dan memang hal itu dirahasiakan karena kalau Basuki sedang tak ingin diganggu maka ia tidur disitu. Ada orang-orang disekitar yang disuruh membersihkan rumah itu setiap hari, tanpa tau siapa sebenarnya orang yang menyuruhnya.

Basuki merasa sangat letih. Berita bahwa rumahnya diobrak abrik polisi membuatnya kesal dan marah. Ia merasa keselamatannya sedang terancam. Tapi ia tak berani pergi kemana-mana. Barangkali rumah itulah yang paling aman, dan mbah Kliwon akan dijadikan senjata atau tameng apabila ada yang mengancamnya.

 

***

 

"Gimana mas, berhasil ?" tanya Lastri begitu suaminya pulang malam itu.

"Tidak Tri, rumah satunya yang katanya juga rumah Basuki ternyata kosong. Berarti polisi masih mencari."

"Kasihan mbah Kliwon mas, sudah tua, dijadikan sandera." kat Lastri sedih.

"Tampaknya sekarang sasarannya bukan cuma Sri, sehingga dia menyandera mbah Kliwon itu bukan untuk Sri, tapi untuk tameng apabila polisi menangkapnya.

"Kok ya ada manusia sejahat itu."

"Kasihan Sri, kata mas Timan tadi Sri pingsan, jadi nggak jadi ikut bersama aku."

"Pingsan ? Sri sakit ?"

"Mungkin karena sedihnya mendengar mbah Kliwon dibawa Basuki."

"Iya mas, orang sudah tua. Dan Sri itu kan dekat sekali dengan mbah Kliwon. Tak heran kalau Sri sedih sekali.

"Bapaknya saja kalah ya Tri?"

"Bapaknya kan nggak pernah dekat sama Sri. Orang setiap hari dimarahi.. Tapi untunglah sekarang pak Darmin sudah sadar."

"Mas Timan bilang, besok Sri mengajak mencari mbah Kliwon, nggak tau kemana akan mencarinya."

"Basuki  tak mungkin pulang kerumahnya mas, kan sudah tau kalau dicari polisi, dan anak buahnya sudah banyak yang ditangkap, pasti mereka mengatakan dimana saja rumah Basuki.,"

"Betul.  Polisi juga beranggapan begitu."

"Lalu gimana mas, aku juga ikut sedih memikirkannya."

"Lastri, kamu itu sedang mengandung, jangan ikut-ikutan memikir berat. Cukup mendo'akan saja. Nanti anakmu juga akan ikut sedih."

Lastri mengelus perutnya sendiri.

"Jangan sedih ya nak, ibu hanya prihatin memikirkan sahabat ibu," kata Lastri lembut.

Bayu ikutan mengelusnya.

"Iya nak, jangan cengeng seperti ibu ya."

"Mas Bayu gitu ah !!" kata Lastri cemberut.

"Kan bener yang aku bilang tadi. Apa kamu tidak cengeng?"

"Kalau aku cengeng, itu karena kamu mas."

"Kok aku sih."

"Yang sering membuat aku menangis kan kamu?"

"Oh, gitu ya, kangen aku, nangis.. pengin ketemu aku.. nangis.. gitu kan? canda Bayu.

"Ge er deh..  Mas Bayu sendiri kan.. kangen aku sakit.. aku nggak datang.. nggak mau sembuh.." Lastri ganti meledek suaminya.

Bayu tertawa, lalu memeluk isterinya.

"Salahnya, mengapa kamu cantik..?"

"Kok salah sih."

"Salah dong, kalau kamu jelek, kudisan, nggak pernah mandi.. ya aku nggak mau lah sama kamu,  jadi salahnya kamu mengapa kamu cantik, kamu baik, kamu pintar, kamu nggemesin."

"Mas Bayu nih, lama-lama nglantur, sudah ah.. keringatmu mulai bau nih."

"Tuh kan, mulai deh !!" kata Bayu sambil cemberut, lalu menjauh.

Lastri hanya tersenyum melihat suaminya masuk kekamar. Pasti ia mandi lalu berganti pakaian yang berbau wangi.

" Cewekkah bayi yang aku kandung ini? Maunya yang wangi-wangi saja," bisik Lastri sambil mengelus perutnya.

***

 

"Sri, kok belum tidur sih?"

"Aku memikirkan simbah. Sedang apakah simbah sa'at ini? Bisa tidurkah, atau jangan-jangan disiksa oleh Basuki?" jawab Sri pilu.

"Jangan berfikir begitu. Basuki membawa mbah Kliwon, pasti maksudnya akan dijadikan sandera, jadi tak mungkin dia menyakitinya."

"Mengapa simbah yang sudah tua itu yang dibawanya ya mbak?"

"Mungkin waktu itu dia hanya ketemu simbah."

 "Simbah pasti sedih. Sudahkah dia makan?"

"Sri, sudahlah Sri, pastilah simbah dikasih makan. Ayo tidur, besok katanya mau mengajak mas Timan mencari simbah."

"Iya, aku harus ikut mencarinya. "

"Itu sebabnya kamu harus tidur sekarang. Mau aku pijitin biar enakan tidurnya? Masih pusingkah kamu ?"

"Nggak mbak, sudah nggak pusing lagi. "

"Dipijitin ya?"

"Ah, mbak Mery, mana mungkin aku tega melihat mbak Mery mijitin aku ?"

"Nggak apa-apa, kalau memang itu bisa membuat kamu lebih nyaman, sehingga bisa tidur nyenyak."

"Nggak usah mbak, baiklah aku akan mencoba tidur," kata Sri kemudian memejamkan matanya. Mery menatapnya dengan iba.

***

mBah Kliwon tidak disuruh tidur disembarang tempat. Ada sebuah kamar yang bersih dengan dua tempat tidur yang nyaman. mBah Kliwon tidur dalam ranjang sendiri, sedangkan Marso dan temannya diranjang yang lain yang agak besar.

Keduanya menjaga agar mbah Kliwon tidak kabur. Pastilah pintu kamar itu dikunci rapat.

Tapi sama juga Sri, sangat susah bagi mbah Kliwon untuk memejamkan mata. Pasti Darmin, terutama Sri, sangat sedih memikirkannya.

Makanan yang tadi dihidangkan dihadapannya, sama sekali tak disentuhnya. Mana bisa ia menelan makanan sementara ia berada ditempat yang sama sekali ia tak tau letaknya dimana. 

"Mengapa belum tidur kek?" tanya salah satu dari penjaga itu. 

mBah Kliwon ingat, dialah orang yang datang kerumahnya dan minta minum. Kemudian ketika disuguhkannya juga ketela rebus, dia hanya menggigitnya sedikit kemudian sisanya dikembalikannya dipiring. Kemudian mbah Kliwon baru merasa, pastilah ketika itu dia sedang menyelidiki dimana Sri berada, dan mbah Kliwon menyesali kata-katanya yang berceloteh tentang keberadaan Sri, kemudian dia juga mengatakan akan mengunjunginya ketempat Timan. Pasti setelah itu dia terus mengawasi disekitar rumah, lalu mengikuti ketika pak lurah membawanya bersama Darmin kerumah Timan.

"Ya Tuhan, ternyata semua adalah salahku." gumam mbah Kliwon pelan.

"Mengapa belum tidur mbah?" tanya yang satunya lagi.

mBah Kliwon tidak menjawab. Ia memejamkan mata, pura-pura tidur.

***

Pagi-pagi sekali Sri sudah bangun, lalu mandi dan berpakaian rapi.

"Sri, kamu sudah mandi sepagi ini?" tanya Darmin yang telah bangun terlebih dulu. Seperti yang lainnya, Darmin juga tidak bisa tidur nyenyak. Luka-luka diwajah akibat tersungkur beberapa kali masih terasa nyeri, walau Timan sudah memberinya obat.

"Iya bapak, aku akan ikut mas Timan mencari simbah."

"Kamu kan semalam sakit, apa tidak lebih baik dirumah saja?"

"Sri sudah sembuh pak, sudah minum obat."

"Benar ?"

"Benar, bapak saja yang nanti nggak usah ikut, bukankah luka-luka itu masih nyeri?"

"Tidak, aku juga sudah minum obat, dan luka-luka ini sudah diobati oleh nak Timan."

"Sri, pak Darmin, ayo sarapan dulu, sudah ditungguin mas Timan nih." teriak Mery dari belakang.

"Ayo bapak, kita sarapan dulu."

"mBak Mery masak apa?' Tanya Sri sambil mendekat.

"Masak nasi goreng. Kan kamu kemarin yang ngajarin. Rasain deh.. kurang apa," kata Mery.

  "Baunya sedap, rasanya pasti enak."

"Rasain dulu.. belum-belum sudah memuji."

"Ayo bapak, silahkan, nih aku sudah merasakan mbak, enak kok.."

"Ah, mas Timan pasti bohong."

"Bener kok, ya nggak pak, cobain Sri.."

Sri sudah menyendok nasi itu dan mencicipinya.

"Enak mbak.."

"Iya, enak," seru pak Darmin yang sudah bisa menghilangkan kecurigaannya pada Mery karena Sri berkali-kali mengingatkannya.

Mery tersenyum senang. Mereka makan tapi tak banyak yang dibicarakan. Semuanya tenggelam dalam pikiran masing-masing, tentang hilangnya mbah Kliwon.

"Bapak, nanti kalau bapak mau ikut, jok belakang sudah saya pasangi kap, sehingga tertutup."

"Oh, iya nak, terimakasih banyak."

"Tapi benarkah bapak mau ikut? Sudah tidak sakitkah luka bapak itu?"

"Tidak nak, sudah baik, tidak begitu sakit."

"Baiklah, kalau sudah selesai kita siap berangkat ya, kearah yang kemarin ditunjukkan bapak, barangkali kita bisa menemukannya.

***

Mobil Timan terus menyusuri jalanan yang arahnya ditunjukkan oleh Darmin. Ada harapan untuk bisa menemukan mbah Kliwon, walau perjalanan itu tak tentu arah.

Sri yang duduk didepan tak banyak bicara. Dalam hati ia terus berdo'a agar bisa menemukan simbahnya yang sangat dia sayangi, seperti simbahnya juga menyayangi dirinya.

"Sri, kok diam saja," tegur Timan sambil menoleh kearah Sri.

"Mas.. mas... sebentar.."tiba-tiba Sri berteriak.

"Ada apa?" kata Timan kaget.

"Berhenti sebentar mas."

Timan menghentikan mobilnya dengan heran. Lalu Sri menyuruh Mery yang duduk dipinggir untuk turun.

"Sebentar mbak, aku mau turun."

Mery juga tak mengerti, tapi ia menuruti kemauan Sri.

Sri turun dan berjalan kebelakang, agak jauh, sepuluhan ,meter dia berjalan, lalu memungut sesuatu ditengah jalan.

"Lihat mas.." kata Sri kemudian setelah  kembali kemobil. Ia menunjukkan sobekan baju yang ditemukannya."

"Apa ini Sri?" tanya Timan heran.

"Ini sobekan baju simbah, aku mengenalnya. Bukan disobek tapi digunting," kata Sri.

Timan mengamatinya dengan heran, lalu beberapa puluh meter didepan juga ditemukannya sobekan yang sama.

*** 

besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


32 comments:

  1. Tepat 22.26 wib Kembang titipan hadir.. Alhamdulillah Mbah Kliwon cerdik jg bajunya digunting spy bs jd petunjuk.. Trimakasih Bu Tien.. Salam sehat buat Bu Tien n penggemar cerbung dr Madiun yg sllu hadir.

    ReplyDelete
  2. Akhirnya cerbung lanjutan hadir.
    Mbah kliwon cerdas.
    Salam sehat jeng tien

    ReplyDelete
  3. Pintar juga simbah ya...memberi petunjuk dg sobekan bajunya. Moga Basuki segera tertangkap. Seruu mba Tien. Terima kasih . Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  4. Hallow Madiun Malang Magelang Medan Padang Banyuwangi Bali Kediri Sawahlunyo Padang Jambi Pangkalpinang Bandung Tangerang Tangsel Bekasi Koja Jakarta Garut Wonogiri Jogya Wonogiri











    Hallow Kalek Habi. MasAnton.ms Pri ms Hadi ms Giyanto ms Wignyo ms Opa ms Ngatno
    Hallow mb Jum mb Wida mb Rita mb Dewi mb Mastiuri mb Sul mb Umi mb Bunda Nizmah mb Yuyun mb Sapti mb Ranti mb Suryanti
    Salam sehat dari Solo

    ReplyDelete
  5. Hallow Madiun Malang Magelang Medan Padang Banyuwangi Bali Kediri Sawahlunyo Padang Jambi Pangkalpinang Bandung Tangerang Tangsel Bekasi Koja Jakarta Garut Wonogiri Jogya Wonogiri











    Hallow Kalek Habi. MasAnton.ms Pri ms Hadi ms Giyanto ms Wignyo ms Opa ms Ngatno
    Hallow mb Jum mb Wida mb Rita mb Dewi mb Mastiuri mb Sul mb Umi mb Bunda Nizmah mb Yuyun mb Sapti mb Ranti mb Suryanti
    Salam sehat dari Solo

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah, mbah Kliwon sudah hadir mengantar tidurku, terimakasih Bu Tien... Salam sehat dari Yogya.😍

    ReplyDelete
  7. Sugeng dalu jeng Tien, matur nuwun.
    Sambil baca dulu, sekalian nyari yang salah ketik.

    ReplyDelete
  8. Wooow keyen mbah Kliwon ..gaull dlm kondisi yg tegang masih bisa berpikiran ingat jaman pramuka lacak jejak ..manfaatkan gunting yg dibawah mantaaf bunda Tien mtr swn ...lanjuuut...

    ReplyDelete
  9. assalamu'alaikum...cici dimalang sudah hadir...wiihhh...semakin seruuu...g sabar nunggu kelanjutannya...mksih mb tien...sehat selalu dan dilancarkan semuanya dalam segala hal...Aamiin YRA

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah Sri sdh hadir. Haturnuhun mb Tien. Salam sehat sll dari Bekasi. ,!

    ReplyDelete
  11. Mbah kliwon pinter...sobekan bajunya sbgai petunjuk dimana keberadaannya...

    Mb tien memang pinter mengolah cerita....tetap semangat mb...sehat selalu

    ReplyDelete
  12. Alhmdulillah cerbung dah. Hadir terimakasih MBK Tien salam sehat untuk kita semua
    Wida Pati😊

    ReplyDelete
  13. Hadugh....makin penasaran aja....
    .
    Bu tien...salam sehat...

    ReplyDelete
  14. Ini hasil temuannya:
    1. "Iyu aku tau mas, tapi menurut aku nggak
    # "Itu aku tau mas, tapi ......
    2. "Toong tuntun Sri mas, biar aku menyiapkan makan sekarang," kata Mery.
    # "Tolong tuntun Sri mas, biar aku....
    3. Begitu turun dan mobil, Basuki heran
    # Begitu turun dari mobil, Basuki heran
    4. Basuki membuka pintu rumah diikuti pembantunya yang mengganeng lengan mbah KLiwon.
    # Basuki membuka pintu rumah diikuti pembantunya yang menggandeng lengan mbah Kliwon.
    5. "Tuh kan, mlai deh !!" kata Bayu sambil cemberut, # mulai deh !!"
    6. Lastri hanya tersenyum melihat ssuaminya # melihat suaminya

    Hebat memang penulis cerbung ini, walau dalam situasi menegangkan masih juga alur ceritanya dibelokkan ke candaan.
    Lanjut jeng Tien.... Aku sabar nenunggu KT Eps_28 besuk sore /malam

    ReplyDelete
  15. Bunda....terima kasih..sudah mengabsen...saya setia padamu bunda

    ReplyDelete
  16. Terima kasih mbak Tien...sangat menghibur...tetap menunggu kekanjutannya...

    ReplyDelete
  17. Salam sehat dari Tangsel untuk mbak Tien dan seluruh penggemar dimana saja. Terima kasih juga kepada kakek Hasbi yang telah memberikan koreksi2 kecil, agar tulisan mbak Tien jadi sempurna. Nuwun .....

    ReplyDelete
  18. Muaantaaab .. mbak Tien pinter .. punya ilmu meninggalkan jejak .. paayi dulu suka Pramuka ya 🤭🤭🤭

    ReplyDelete
  19. Pasti simbah waktu muda sering ikut jeritan malam saat pramuka dgn mencari petunjuk..

    ReplyDelete
  20. Nias hadiiir...
    Baru pagi ini bisa baca 😊
    Ternyata mbah kliwon pintar jg ngasi petunjuk..
    Makasih bu Tien..

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah, makin seruu...
    Terimakasih Bu Tien. Salam sehat selalu dari Magelang

    ReplyDelete
  22. Smg usaha mbah Kluwon meninggalkan jejak dg guntingan baju bs membantu menemukan rmh Basuki....
    lanjut mb Tidn makin seru.. smg sj tetap happy ending ya mb

    ReplyDelete
  23. cerdik mbah kliwon....sdh tua banyak akalnya...lanjut jeng tien


    sehat selalu

    ReplyDelete
  24. Seruuu..bu tien...gemes pisannn...eta si basuki harusnya cepet sadar dan tobat.
    Beraninya memyandera aki2...hadeeuuuhhh.
    Diantos lanjutanna...Semangat bu tin.
    Saya trina dari Bandung..

    ReplyDelete
  25. Mbah Kliwon pinter, tapi lebih pinter yang bikin cerita

    ReplyDelete
  26. Hadir bu Tien ...salam hangat dari malang GBU

    ReplyDelete
  27. Sugeng ndalu mb Tien...mugi mb Tien & kelg.tansah sehat. Bali hadir menantikan eps 28.

    ReplyDelete
  28. Episode ke episode bikin penasaran aj bu,
    Episode 28 kok blm ada

    ReplyDelete
  29. Episode 28 kok blm ada ya Bu, tambah penasaran aja jadinya...

    ReplyDelete

  30. admin numpang promo ya.. :)
    cuma di sini tempat judi online yang aman dan terpecaya di indoneisa WA : +85587781483

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 37

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  37 (Tien Kumalasari)   Laki-laki yang baru saja membuka pintu itu adalah Sulistyo. Matanya menatap gadis y...