Monday, May 11, 2020

KEMBANG TITIPAN 24

KEMBANG TITIPAN  24

(Tien Kumalasari)

 

Disepanjang perjalanan itu tak henti-hentinya pak Darmin mengucap syukur karena Sri selamat dari cengkeraman Basuki.

"Saya sungguh menyesal atas perbuatan saya, tapi sungguh banyak pertolongan ketika saya ingin berbuat  baik," kata Darmin memelas.

"Benar, dan itu akan membuat hidup kamu lebih tenang," kata mbah Kliwon yang duduk disamping menantunya itu.

"Sekarang saya tinggal berfikir, bagaimana caranya mendapatkan pekerjaan," keluh pak Darmin.

"Pak Darmin bisa membantu mbah Kliwon,  banyak yang bisa dikerjakan disana pak," sela lurah Mardi sambil menyetir.

"Benar pak, apapun itu, yang penting bisa mendapatkan penghasilan yang halal," sambung Marni.

"Baiklah, apapun akan saya lakukan. Selama ini saya menjadi ayah yang tidak pantas disebut ayah, karena memeras tenaga Sri agar aku bisa makan dan mendapatkan kesukaan saya."

"Yang penting sekarang sudah sadar, pak Darmin."

"Saya akan melakukan yang terbaik untuk hidup saya dan  untuk anak saya, Sri, harusnya saya yang mencari nafkah, bukan Sri."

"Dan jangan lupa, pak Darmin akan segera punya gawe lho," sambung Marni lagi.

"Apa itu bu lurah?"

"Lho, mas Timan akan segera melamar Sri, dan pak Darmin kan harus siap-siap menikahkan Sri?"

"Oh iya, saya sampai lupa. Syukurlah Sri mendapat jodoh seorang laki-laki yang baik seperti nak Timan."

"Dia sudah berkorban banyak untuk kamu Darmin, kalau tidak ada dia kamu pasti masih mendekam ditahanan, dan segera masuk penjara," sambung mbah Kliwon.

"Dan tadinya dia juga mau menggantikan uang Basuki lho. " sambung Marni lagi.

"Bagaimana kelanjutannya tentang uang pengganti itu pak lurah?"

"Tidak usah, kami sudah mengajukan tuntutan atas perlakuan Basuki. Dia harus melupakan uang yang sudah dibayarnya dan membebaskan Sri."

"Saya pasti juga akan kena hukuman karena perbuatan itu," kata Darmin sedih.

"Nanti dibicarakan lagi, tergantung Sri, tak mungkin dia membiarkan ayahnya dipenjara."

"Kabar anak  buah Basuki yang tertangkap itu bagaimana mas?" tanya Marni kepada suaminya.

"Kabarnya belum mau mengaku kalau pernah bertemu Basuki. Tapi mana mungkin polisi percaya begitu saja? Lama kelamaan dia pasti juga akan mengaku."

"Semoga Basuki segera tertangkap."

"Aamiin.." seru mbah Kliwon dan Darmin hampir bersamaan.

"Mas, ini kita mampir kerumah mas Bayu dulu kan?"

"Iya, alamatnya sudah diberikan, nanti kita berangkat bersama-sama."

***

"Bagaimana So, sudah ada titik terang?" tanya Basuki penuh harap. Kali ini tak sabar menunggu laporan.

"Ini kami sedang mengikuti mobil yang menuju kesana tuan."

"Benar itu mau menuju ketempat Sri bersembunyi?"

"Iya tuan, kan saya sudah mendapat informasi dari pak tua itu, setelahnya saya terus mengawasi situasi disitu. Pagi ini ada mobil menjemput pak tua, arahnya kekota, pastilah kesana."

"Baiklah, segera laporkan perkembangannya."

"Siap tuan."

Basuki menutup ponselnya sambil tersenyum senang. Ia yakin anak buahnya tak akan gagal, entah bagaimana caranya.

Tiba-tiba ponselnya berdering lagi, nomornya tak dikenal. Basuki enggan mengangkatnya, tapi ponsel itu terus berdering. Terpaksa dia mengangkatnya dengan hati-hati.

"Hallo, tuan," suara perempuan dari seberang.

"Bu Herman ?"

"Iya tuan"

"Ada apa lagi?"

"Tadi polisi datang kemari tuan."

"Polisi datang untuk apa? Herman sudah ada dirumah?"

"Belum tuan, katanya setiap hari ditanya tentang tuan Basuki."

"Herman jawab apa?"

"Tetap menjawab tidak tau, tapi tadi polisi datang kemari, memaksa saya untuk bicara."

"Apa? Lalu kamu bicara apa?"

"Saya tetap bilang tak tau apa-apa tuan, tapi ponsel milik mas Herman diminta oleh polisi."

"Lalu kamu berikan?"

"Mereka memaksa tuan, saya takut sekali."

"Dasar bodoh !!" Disitu kan ada nomor kontakku? Sudah dihapus belum?"

"Belum tuan, saya tidak tau cara menghapusnya."

"Bodoh !!"

"Setiap hari saya menjenguk mas Herman ditahanan, mas Herman tidak bilang apa-apa tentang ponsel itu."

"Dia itu lebih bodoh lagi, goblog malah."

Lalu Basuki menutup ponselnya, membukanya dan membuang simcard yang ada didalamnya. Tampaknya ia ingin melakukan sesuatu. Ia merasa hidupnya dalam bahaya. Ada kegelisahan yang tiba-tiba menyentak.

Ia keluar masuk kamar, bingung akan apa yang sebaiknya dilakukan. Tetap dirumah saja, atau harus pergi. Bagaimana kalau polisi menyatroni tempat tinggalnya? O, ternyata Basuki punya rasa takut. Bertumpuk dosa yang dibuatnya, baru kali ini membuatnya takut. 

"Kalau sampai Herman ditekan terus, pastilah dia akan membuka mulutnya. Orang eddan, gendeng.. sembrono.. ceroboh !!" umpatnya berkali-kali.

Lalu dia mamsukkan nomor lain kedalam ponselnya, ia harus menelpon bandara. Satu-satunya jalan adalah kabur keluar negri. Tapi bagaimana dengan Sri? Basuki benar-benar jatuh hati pada Sri. Apakah itu cinta? Bukankah cinta itu tidak menyakiti? Tapi Basuki sungguh-sungguh ingin memiliki. Itu bukan cinta, tapi nafsu. Bukan nafsu, nafsu bisa terlampiaskan dengan siapa saja. Begitu gampang dia mendekati seorang gadis, lalu memintanya melayani apa yang diinginkan. Jadi apa yang dirasakan Basuki sa'at ini terhadap Sri? Pertanyaan itu juga berkecamuk dalam diri Basuki. Sambil memegangi kepalanya disandarkannya tubuhnya ke sandaran sofa.

"Sri... Sri.. Sri.... mengapa kamu membuatku seperti ini?" keluhnya pilu.

Basuki urung menelpone bandara. Kalau polisi sudah mencurigai dirinya, Basuki yakin justru di bandara dia akan ditangkap, karena prediksi lari keluar negri sudah pasti ada.

Wajah Sri yang lugu sangat membuatnya tergila-gila. Banyak wanita dengan suka rela menyerahkan tubuhnya karena dia ganteng dan banyak harta, tapi Sri  berbeda, itu membuatnya jatuh bangun. 

"Sri.. kembalilah padaku Sri, aku tak akan menyakiti kamu, dan percayalah setelah ada kamu aku tak akan mencari perempuan lain," gumamnya pelan.

Aduhai.. benarkah cinta bisa merubah segalanya? Tapi luka dan noda yang tergores telah merusak segalanya. Merusak citranya dan tak ada yang menganggapnya sebagai laki-laki terhormat.

"Mengapa Marso belum menelpone juga? Jauhkah jarak desanya Sri dengan rumah laki-laki yang katanya calon suami Sri?"

Basuki lupa bahwa dia telah mengganti nomor kontaknya.

 

***

Mobil pak lurah Mardi sudah memasuki halaman rumah Bayu. Kedua pengikut itu mengira disitulah rumah calon suami Sri.

Mereka bergegas pergi dengan wajah puas, dan pujian majikannya yang galak dan diktator sudah terbayang di angan-angan mereka.

Tapi mengapa ponsel sang majikan malah mati? Berkali-kali dicobanya tidak berhasil. Keduanya merasa aneh.

"Kita berhenti dulu untuk makan. Aku haus dan lapar," kata anak buah Basuki yang tadi memboncengkan temannya. Jarak dari Sarangan ke Solo tidak dekat, apalagi mereka hanya bersepeda motor.

Mereka berhenti disebuah warung, tak seberapa jauh dari rumah Bayu. Mereka memesan makan dan minum.

"Mengapa ya tuan Basuki susah dihubungi?"

"Lupa di cas 'kali."

"Hm, kalau tidak melapor nanti dimarahi, kalau mau melapor ponselnya mati. Jadi orang rendahan memang susah, semuanya serba salah."

Tapi sebelum pesanan mereka dihidangkan dimeja, salah satu dari mereka melihat mobil yang tadi diikutinya melintas didepan mereka.

"Haaa? Itu.. itu..."

"Apa..?"

"Mobil yang kita ikuti... ayo cepat !!

Persis ketika pesanan sampai dimeja, keduanya kabur dan langsung menaiki sepeda motor mereka dengan tergesa-gesa. Tak perduli pelayan warung berteriak-teriak. 

"Eeeh... gimana nih paak.. paaak.."

 

 ***

 

"Kemana mereka?  Celaka, jalan ini sangat ramai, awas, terus amati, jangan sampai kita kehilangan jejak"

"Berarti bukan disitu rumahnya."

"Mereka hanya mampir, atau apa, salah kita, tergesa mengikuti kata hati."

"Bukan mengikuti kata hati, tapi kata tenggorokan nih, dan juga perut."

Udara panas dan perjalanan yang lumayan jauh memang membuat mereka kehausan, dan juga kelaparan. Mereka terus mencari, dan mencari.

"Haa, itu bukan?"

"Benar, itu mobilnya, syukurlah, kita tidak kehilangan jejak."

"Jangan jauh-jauh dibelakangnya,"

"Nggak bisa, kalau terlalu dekat nanti mereka curiga, dan pasti merasa diikuti. Biar segini saja, yang jelas dia tetap ada didepan kita."

"Baiklah, asalkan kita masih bisa mengawasi mereka."

 Mobil yang mereka ikuti terus melaju, kearah selatan. 

"Jauh banget rumahnya, jangan-jangan masuk ke desa-desa lagi."

Tapi mobil Bayu kemudian memasuki sebuah halaman luas, diikuti mobil lurah Mardi.

"Tuh, mereka sudah sampai rupanya."

"Pelankan motormu sambil mengawasi mereka. "

"Terus saja dulu, lalu kita balik lagi."

Mereka melewati rumah Timan, tapi belum kelihatan siapa yang turun, tapi ketika mereka berbalik, mereka melihat kakek tua yang telah memberinya minum.

"Nah, itu kakek tua, kakeknya Sri."

Keduanya berjingkrak kegirangan.

"Sekarang ayo cari minum sambil mencoba menelpone juragan lagi."

Dengan perasaan lega mereka kemudian mencari sebuah warung. Agak jauh warung itu dari rumah Timan, tapi mereka tak perduli . Yang penting mereka sudah yakin bahwa rumah yang menjadi sasaran mereka sudah mereka ketahui. Tinggal bagaimana nanti mereka harus bertindak.

Mereka sudah duduk diwarung, dan benar-benar menikmati segelas es kelapa muda yang dipesannya.

"Mengapa ya, juragan tidak bisa dihubungi?"

"Nanti pasti dia menghubungi kita, ayo kita makan dulu dan cari penginapan."

 

***

 

Sri benar-benar gembira melihat ayahnya dan kakeknya datang. Dipeluknya mereka satu persatu dengan linangan air mata. 

"Bapak sehat? Simbah juga sehat?"

"Sangat sehat nduk, senang melihatmu selamat tak kurang suatu apa," kata mbah Kliwon bersahutan dengan Darmin, dengan jawaban yang sama.

"Kang.. eh.. pak lurah, yu Marni...aduh.. Jarot kok tidur, mari aku tidurkan dikamarku, hm, tidurnya nyenyak sekali."

"Sri, kamu lupa memeluk aku?" sergah Lastri yang belum juga mendapat pelukan Sri.

"Eh, ya ampun yu Lastri, ini, keburu melihat Jarot sampai lupa. Yu, sini aku peluk, gimana kabar keponakanku ini?" kata Sri sambil mengelus perut Lastri. 

"Ia merengek ingin melihat buliknya yang hilang," kata Lastri sambil tertawa.

"Mas Bayu, terimakasih banyak sudah ikut bersusah payah karena saya," kata Sri menyapa Bayu.

"Tidak apa-apa Sri, yang penting kamu sudah kembali."

"mBak Mery, aduh mana mbak Mery. Sini yu, biar Jarot aku tidurkan dikamar," kata Sri sambil mengambil Jarot dari gendongan Marni, lalu dibawanya masuk kekamar, sementara Timan segera mempersilahkan tamu-tamunya duduk.

"mBak Mery kok masih dikamar, ayo keluar, aku perkenalkan sama bapak, simbah, dan sahabat-sahabat aku."

"Anak siapa ini? Aduuh, ganteng sekali," seru Mery sambil mendekati Sri yang perlahan menidurkan Jarot di kasurnya.

"Ini anak pak lurah," jawab Sri pelan, takut Jarot terbangun. Ia meletakkan guling disisi Jarot, untuk menjaga agar dia tak terjatuh.

"Ayo mbak, keluar," kata Sri sambil menarik tangan Mery.

Ketika Sri dan Mery keluar,  mereka sedang berbincang tentang dirinya.

"Perkenalkan, ini mbak Mery, yang telah menyelamatkan aku.." kata Sri, lalu Mery menyalami mereka satu persatu.

"Kami atas nama keluarganya Sri, mengucapkan terimakasih atas semua kebaikan mbak Mery, sehingga Sri bisa kembali kepada keluarganya." kata lurah Mardi setelah Mery duduk disamping Sri.

"Terimakasih kembali, saya hanya melakukan karena saya juga ingin keluar dari sana. Saya justru berterimakasih kepada mas Timan yang sudah memberi saya tumpangan. Saya tidak punya siapa-siapa," kata Mery sendu.

"mBak Mery kan  punya saya sekarang, jangan pernah merasa sendirian," kata Sri sambil memeluk Mery.

Pertemuan yang penuh keramahan dan suka cita. Mereka juga disuguhin makan siang dengan lauk yang dimasak oleh Sri.

"Ini semua masakan Sri, saya baru belajar dari dia," kata Mery sambil membantu melayani tamu-tamu.

"Ada rujak untuk yu Lastri," kata Sri sambil menyodorkan mangkuk berisi rujak. Lastri menerimanya dengan wajah berseri. Hampir saja ia memarahi suaminya karena lupa membawa bekal rujak.

"Nanti bapak sama simbah jangan pulang dulu, tidur disini dulu barang sehari dua hari, ya?" kata Timan disela sela makan.

"Nanti merepotkan, ya Min?"

"Iya, nanti merepotkan, Lagi pula kami tidak membawa ganti." sambung Darmin.

"So'al ganti gampang pak, saya punya beberapa baju yang belum pernah saya pakai, kalau bapak sama simbah nggak suka nanti beli, didekat situ ada tuko baju lho."

"Lebih merepotlan lagi tuh."

"Tidak pak, rumah ini kalau saya kepasar hanya ada Sri dan mBak Mery, tidak apa-apa kalau bapak sama simbah mau menginap disini beberapa hari lagi." kata Timan.

"Bagaimana pak lurah?"

"Itu terserah mbah Kliwon saja. Disana kan sudah ada yang mengurus, jadi mbah KLiwon istirahat disini dulu sama pak Darmin."

"Iya mbah, katanya kangen sama Sri," timpal si Sri.

"Nanti kalau simbah sama bapak ingin pulang, saya yang mengantar." kata Timan.

"Lagi pula kan pak Darmin sama simbah juga ingin bicara tentang hubungannya mas Timan sama Sri?" kata lurah Mardi.

"Iya pak, ini sebenarnya kurang sopan, harusnya saya menghadap pak Darmin dirumahnya sana, tapi karena keadaan,  saya mengatakannya disini saja ya pak," kata Timan sambil tersipu.

"Mas Timan kok kelihatan malu-malu, bilang saja sekarang, mau ngelamar, gitu lho," kata Bayu menggoda sahabatnya.

"Iya pak, kalau diijinkan, saya ingin minta agar Sri boleh menjadi isteri saya, menjadi pendamping saya selamanya."

Pak Darmin tersenyum.

"Tidak apalah melamar disini, berhubung keadaan memang sedang tidak mengijinkan, tapi kan bapak tidak bisa menjawab, bagaimana Sri, maukah kamu menjadi isteri nak Timan?" tanya Darmin sambil memandang Sri yang tersipu malu.

"Ayo Sri, jawab, ini disaksikan orang banyak lho."

"Terserah bapak saja," kata Sri pelan.

"Kok terserah aku, memangnya yang mau menikah itu kamu apa bapak?"

"Jawab Sri.." kata Marni dan Latri hampir bersamaan.

"Iya.."

"Iya apa?" goda Bayu.

"Iya, saya mau.."

Lalu yang hadir bertepuk tangan riuh sekali. Tiba-tiba terdengar rengekan dari dalam kamar. Sri berlari kekamar, dan melihat Jarot sudah duduk sambil menangis.

"Ouw, sayang.. kamu sudah bangun? Kaget ya ada suara ramai?"

Sri menggendong Jarot, yang kemudian disambut Marni dengan sebotol susu yang sudah disiapkannya. 

"Berarti acara lamar melamar sudah selesai, dan berakhir bahagia karena calon mempelai perempuan sudah setuju." kata lurah Mardi.

"Menikah disini saja Sri.. dirumah mas Timan," kata Lastri.

"Bagus, aku juga setuju," seru pak lurah.

"Baiklah, itu so'al gampang, yang penting keadaan harus benar-benar aman dulu, ya kan?" kata Marni.

***

 

"Ayo kita melihat keadaan. Apakah kakek tua itu sudah pulang atau menginap disitu?" 

Sebelum mereka berangkat, ponsel mereka berdering.

"Kamu sedang dimana?" tiba-tiba suara lantang mengejutkannya.

"Saya sudah di Solo tuan, sejak kemarin menghubungi tuan tidak bisa."

"Aku ganti nomor. Kalian di Solo?"

"Iya tuan, rumahnya didaerah Solo, kami sudah menemukannya."

"Kamu yakin, itu rumah tempat persembunyian mereka?"

"Yakin tuan, saya melihat kakek tua itu disana."

"Baiklah, berikan alamatnya, aku akan menyusul kesana dengan membawa mobil." 

***

besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


38 comments:

  1. Pas buka pas sdh ada.. Tmbh seruuuuuu... Trimakasih Bu Tien... Sehat sllu utk Bu Tien n smua penggemar cerbung.. Sakam sehat dari Madiun yg sllu hadir

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah eps 24 sdh tayang, matur nuwun Mbak Tien, bacanya tambah geram rasanya tambah emosi. Lanjut...

    ReplyDelete
  3. Wah baru selesai makan buka hp ada santapan ke 2. Terima kasih jeng tien.
    Salam sehat

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah klik...se x rupanya mbah Singkong ehh mbah Kliwon sudah muncuul mtr nwn bunda Tien ..salam Tahes Ulales lanjuuut...

    ReplyDelete
  5. salam hangat dari garut jawabarat sehat terus ya emba. kutunggu efisod selanjutnya

    ReplyDelete
  6. Malam bu Tien makasih cerbungnya salam dari malang

    ReplyDelete
  7. Malam bu Tien makasih cerbungnya salam dari malang

    ReplyDelete
  8. Waadhuuuch gaazzzwaaat niiih ... smoga keduluan Polisi utk nangkep Basuki

    ReplyDelete
  9. Tambah seruuu..
    Makasih buk tien..
    Salam kenal dari saya, asal Nias..

    ReplyDelete
  10. Baru kali ini ngasi komen..tp karya ibu semua sudah saya baca,👍👍☺️☺️

    ReplyDelete
  11. Makasih mba Tien. Semakin mendebarkan nih. Lanjut mba. Salam...sehat selalu mba

    ReplyDelete
  12. Jgn smp ketika mas Timan mengantar p Darmin dan mbah Kliwon plg Basuki dtg... Segera nikahi Sri mas Timan...jgn smp keduluan Basuki berbuat nekad... Lanjut mb Tien..

    ReplyDelete
  13. Bener juga smg polisi segera menangkap Basuki... Dan kesempatan Merry membuktikan cintanya pd Basuki menunggu keluar dr bui...

    ReplyDelete
  14. Makasih mbak tien, gimana solo banjir ya

    ReplyDelete
  15. Tambah seru tambah deg2an he..he
    Salam sehat selalu buat mbk Tien dari Yayuk Klaten

    ReplyDelete
  16. Hallo.. Mastiumi Lubis (bener nggak nih namanya) ma Anton.ms Ngatno. Kakek Habi.ms Pri ms Sukarno ms Opa ms Gianto ms siapa lagi ya
    Hallow mb Umi mb Jum mb Sul mb Rita mb Wida mb Dewi mb Yuyun mb Umi
    Hallow Bekasi Jakarta Tangerang Pangkalpinang Jambi Nias Bandung Medan Padang Madiun Magelang Malang Madiun Banyuwangi Bali Kediri Sawahlunto Jogya. Wonogiri Sriwedari
    Salam sehat sejahtera dari Solo. Aamiin atas semua do'a.

    ReplyDelete
  17. Hallo.. Mastiumi Lubis (bener nggak nih namanya) ma Anton.ms Ngatno. Kakek Habi.ms Pri ms Sukarno ms Opa ms Gianto ms siapa lagi ya
    Hallow mb Umi mb Jum mb Sul mb Rita mb Wida mb Dewi mb Yuyun mb Umi
    Hallow Bekasi Jakarta Tangerang Pangkalpinang Jambi Nias Bandung Medan Padang Madiun Magelang Malang Madiun Banyuwangi Bali Kediri Sawahlunto Jogya. Wonogiri Sriwedari
    Salam sehat sejahtera dari Solo. Aamiin atas semua do'a.

    ReplyDelete
  18. Saya baca belakangan sing penting hadir.
    Oh iya terima kasih paket SEPENGGAL KISAH sdh saya terima tadi sore. Monggo lho para pembaca cerbung karya bu Tien ikut beli novelnya, walau sdh baca (gratis) bisa untuk koleksi dan/atau souvenir ke saudara, sahabat yang lagi ultah dsb. Dan demi kelangsungan dapur tetap ngebul.

    1. "Yang penting sekarang sudah sadar pak Darmin."
    # "Yang penting, pak Darmin sekarang sudah sadar." kata pak lurah.

    2. Brtumpuk dosa yang dibuatnya, baru kali ini membuatnya takut.
    # Bertumpuk dosa yang.......

    3. Orang edaan, gendeng.. semboro.. ceroboh !!" # semboro apa sembrono....

    4. Lalu dia mamsukkan nomor lain kedalam ponselnya, # memasukkan nomor lain...

    5. segelas es kelapa puda yang dipesannya.
    # segelas es kelapa muda yang dipesannya.

    6. Ketika Sri dan Marni keluar, mereka sedang berbincang tentang dirinya.
    # Ketika Sri dan Mery keluar, mereka sedang berbincang tentang dirinya.

    7. berhubung keadaan memang sedang tidak mengijinkan, tapi kan bapak tidak bisa menjawab,
    # berhubung keadaan memang sedang tidak memungkinkan/tidak kondusif, tapi kan bapak tidak bisa menjawab,

    8. "Jawab Sri.." kata Marni dan Latri hampir bersamaan.
    # "Jawab Sri.." kata Marni dan Lastri hampir bersamaan.

    9. "Baiklah, barikan alamatnya, aku akan menyusul kesana dengan membawa mobil."
    # "Baiklah, berikan alamatnya, aku akan menyusul kesana dengan membawa mobil."

    Monggo yen arep langsung diedit.
    Sugeng dalu lan sugeng aso saliro.

    ReplyDelete
  19. Assalamu'alaikum mb Tien. Bekasi sdh hadir... tambah seru, monggo dilanjut mb Tien. Salam sehat sll

    ReplyDelete
  20. Hadir mba, alurnya jadi unik. Kayanya Basuki ga jahat2 amat ya

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah ... bisa baca walau terlambat

    ReplyDelete
  22. Magelang hadir bu Tien. Terima seri 23 nya. Semit Bu Tien & penggemar cerbung ini sehat selalu.

    ReplyDelete
  23. Magelang hadir bu Tien. Terima seri 23 nya. Semoga Bu Tien & penggemar cerbung ini sehat selalu.

    ReplyDelete
  24. Hallow mas Widayat.. hallow Cilacap hallow ms Wignyo
    Salam sehat dari Solo

    ReplyDelete
  25. Hallow mas Widayat.. hallow Cilacap hallow ms Wignyo
    Salam sehat dari Solo

    ReplyDelete
  26. Makin seruu, slalu bikin penasaran. Makasih mba....

    ReplyDelete
  27. Waaahh..tambah penasaran ini.saya ..bu tien...
    😄😄😄😄
    Salam sehat dari malang

    ReplyDelete
  28. makin menegangkan...wadhuuh gimana ini...basuki mau nyusul ke solo..gaswat..bisa" sri diculik lagi.

    ReplyDelete
  29. Sawahlunto hadir... Walaupun agak terlambat... Sehat selalu mbak Tien...🙏🙏😊

    ReplyDelete
  30. Horeeee....lamaran mas Timan diterima 👏👏
    Monggo di lanjut buk , tambah seru tambah deg degan .
    Slam sehat buk Tien 🙏🙏

    ReplyDelete
  31. Bu Tien bikin mules terus.... 😁😁

    ReplyDelete
  32. ayo daftarkan diri anda di a*g*e*n*3*6*5 :D
    WA : +85587781483

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 25

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  25 (Tien Kumalasari)   Saraswati menatap abdi setianya dengan pandangan aneh. Tangannya yang masih memegan...