Sunday, May 10, 2020

KEMBANG TITIPAN 23

KEMBANG TITIPAN  23

(Tien Kumalasari)

 

Laki-laki asing itu kemudian berdiri setelah meneguk habis air didalam gelas yang disuguhkan mbah Kliwon.

"Lho nak, mau kemana ?"

"Mau melanjutkan perjalanan kek."

"Oh ya, kita sudah ngomong banyak, tapi belum saling memperkenalkan diri. Saya mbah Kliwon, anak ini siapa dan darimana? Tampaknya bukan penduduk desa ini kan?"

"Iya, saya hanya lewat kek, tadi kehausan terus singgah disini. Kebetulan kakek baik sekali. Terimakasih banyak ya kek," kata laki-laki asing itu tanpa menyebutkan namanya dan bergegas pergi.

mBah Kliwon melongo.

"Orang ditanya namanya kok malah langsung pergi. O.. anak muda jaman sekarang sering tidak memiliki tata krama," keluh mbah Kliwon sambil meengambil gelas dan piring berisi ketela yang masih tersisa.

"Lha ini, ketela sudah digigit kok dikembalikan ke piring. Hm.. benar-benar bikin kesal," kata mbah Kliwon yang kemudian meletakkan piring itu lagi, lalu membuang sisa ketela bekas gigitan tamunya.

"Makanan enak begini kok tidak dihabiskan," gumamnya sambil bergegas kebelakang

 

  ***

 

Sri dan Mery sudah selesai berkemas. Hanya sebuah tas yang berisi baju-baju baru yang dibelinya dipasar dekat losmen. Baju-baju sederhana bukan baju-baju bermodel seronok seperti baju-baju Mery sebelumnya. Sedangkan beberapa baju yang dibawanya dari rumah Basuki sudah diberikannya kepada seseorang yang kebetulan ditemui mereka didepan losmen.

"Benar nih, nggak apa-apa ikut kamu?" tanya Mery yang sesungguhnya merasa sungkan harus ikut Timan kerumahnya.

"Nggak apa-apa mbak, Mas Timan itu orangnya baik, suka menolong, percayalah."

Ketika Mery dan Sri menunggu didepan losmen, dilihatnya sebuah mobil berhenti.

"Itukah mobil mas Timan?"

"Bukan mbak, mas Timan mobilnya colt terbuka, karena sering dipakai mengangkut buah-buahan dagangannya.

Tapi ketika seseorang turun dari mobil, Sri hampir melonjak kegirangan. Seorang laki-laki ganteng turun dari mobil itu. Berdebar Sri menyambutnya. Beberapa hari dia tidak melihat mata teduh yang menghanyutkan itu.

"Itu mas Timan mbak," serunya.

Timan tersenyum lebar melihat Sri. Dipeluknya erat kekasihnya, dengan rasa syukur yang teramat sangat. Berlinang air mata Sri karena terharu.

"Terimakasih mas."

"Kamu baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja mas. Itu mbak Mery," kata Sri memperkenalkan Mery kepada Timan.

Timan menghampiri Mery dan mengulurkan tangannya dengan wajah ramah.

"mBak Mery, saya Timan, calonnya Sri," katanya.

"Terimakasih banyak mas, tapi apa saya tidak merepotkan ?"

"Tidak, saya senang mbak Mery ikut. Tapi rumah saya tidak bagus lho mbak, rumah orang kampung."

"Tidak apa-apa mas, yang penting aman."

"Mas Timan mobilnya ganti?" tanya Sri.

"Ini mobil mas Bayu dipinjamkan, karena tau bahwa aku akan menjemput dua orang."

"Oh, mobil mas Bayu."

"Sudah siap? Bisa berangkat sekarang ?"

"Sudah siap  mas, sebentar aku mau menelpone simbah."

***

mBah Kliwon sedang mencuci gelas bekas tamu asingnya ketika tiba-tiba ponselnya berdering.

 "Ee.. siapa lagi itu, sebentaaaar," teriak mbah Kliwon sambil meletakkan gelas dan piring yang sudah dicucinya didapur.

Lalu mbah Kliwon mengangkat ponselnya.

"Hallooo..."

"mBah, ini Sri ..."

"Weee.. nduk,  gimana, sudah ketemu nak Timan?"

"Sudah mbah, ini Sri sudah siap mau berangkat."

"Syukurlah Sri, bilang sama nak Timan, hati-hati, gitu ya."

"Hallo mbah," sapa Timan setelah Sri mengulurkan  ponselnya.

"Nak Timan?"

"Iya mbah, simbah sehat?"

"Sehat sekali nak. Terimakasih ya nak, sudah mau menjemput Sri. Saya titip cucu saya, tolong dijaga baik-baik."

"Pasti mbah, saya akan menjaganya."

"Sebetulnya saya sudah kangen sama Sri. Ingin segera bertemu."

"Besok saya akan menjemput simbah, supaya simbah ketemu Sri."

"Benarkah ? Sepertinya bu lurah juga ingin kerumah nak Timan."

"Nanti saya akan bicara dengan pak lurah, kapan mau datang kerumah saya."

"Iya nak."

"Sudah ya mbah, Sri mau berangkat dulu," kata Sri setekah meminta ponselnya dari Timan.

"Hati-hati ya nduk."

mBah Kliwon menutup ponselnya dengan hati gembira. 

"Syukurlah Sri... semoga semuanya segera berlalu." gumamnya dengan wajah berseri.

 

***

 

Basuki sedang ingin memejamkan mata setelah sehari semalam tidak sedikitpun beristirahat, ketika tiba-tiba ponselnya berdering.

"Ada apa? Jangan sebentar-sebentar telephone kalau tidak membawa berita yang menyenangkan." hardiknya sengit.

"Ma'af tuan, ini berita bagus," suara dari seberang.

"Haa, kamu sudah berhasil menangkap keduanya?"

"Belum tuan.."

"Kalau belum mengapa bilang berita baik? Jangan asal bicara dan membuang-buang waktuku saja."

"Tuan, saya belum selesai bicara."

"Cepat bicara !!"

"Saya sudah bertemu dengan mbah Kliwon, simbahnya si Sri, tuan."

"Bukan mbahnya yang aku mauuuuu...!"

"Ya, tuan, dari mbahnya itu saya mendapat keterangan tentang Sri."

"Keterangan yang bagaimana ?"

"Dimana Sri bersembunyi."

"Haa, bersembunyi, seperti tikus?"

"Dia ada dirumah calon suaminya."

"Bagus, dimana rumahnya, segera selesaikan tugasmu dan kamu akan mendapat bonus dua kali lipat!"

"Sa'at ini saya belum tau dimana rumah calon suaminya itu, tuan."

"Goblog, kalau begitu untuk apa kamu bicara sama aku?"

"Saya sedang menunggu tuan. mBah Kliwon mau ketemu Sri dirumah calon suaminya, tapi menunggu dijemput, saya akan mengawasi terus kemudian kalau mereka berangkat saya akan mengikutinya, dengan demikian saya akan tau dimana Sri bersembunyi."

"Hahaaa..." Basuki tertawa senang.

"Kamu ternyata tidak segoblog yang aku kira. Cepat lakukan tugasmu dan jangan sampai gagal. Kalau kamu gagal, jangan salahkan aku kalau kamu akan sengsara seumur hidupmu."

"Siap.. tuan."

Basuki meletakkan ponselnya dan tersenyum lega. Anak buahnya sudah mendapat titik terang. Tinggal menunggu waktu. Itu bagus. Lalu Basuki memejamkan matanya dan pulas tak lama kemudian, tertelentang begitu saja disofa didalam kamarnya.

***

 

Mobil yang dikendarai Timan memasuki halaman yang agak luas, sedikit dipinggiran kota. Pelataran yang teduh karena beberapa pohon besar tumbuh disana. Ada pohon jambu yang sedang berbuah, pohon sawo yang rindang dan mangga talijiwa yang sedang berbunga.

Timan menghentikannya didepan teras rumahnya. Ia turun lebih dulu kemudian membukakan pintu depan untuk Sri, lalu pintu belakang untuk Mery.

"Silahkan, ini gubug sederhana milik orang kampung," kata Timan sambil mengiringkan kedua tamunya menaiki teras.

"Sejuk sekali udaranya disini." seru Mery sambil menarik nafas panjang.

Timan membuka pintu rumah dan langsung mengajak mereka masuk.

"Ada dua kamar kosong yang sudah saya bersihkan dan saya tata sebisa saya. Ini agak besar, bisa untuk berdua, ini yang satunya agak kecil. Terserah Sri sama mbak Mery mau memilih yang mana, yang bisa berdua atau sendiri-sendiri," kata Timan ramah.

"mBak Mery mau yang mana?" tanya Sri kepada Mery.

"Bagaimana kalau kita berdua sekamar? Nggak enak sendiri-sendiri."

"Baiklah, aku juga suka kita sekamar."

"Kalau begitu silahkan .."

Sri dan Mery memasuki kamar itu. Ada dua tempat tidur yang sudah diberi alas baru, dua meja dan dua lemari serta ada kaca untuk berhias. Semuanya barang-barang kuna yang tidak gemerlap seperti rumah Basuki.

"Ma'af mbak Mery, hanya seperti ini rumah saya."

"Mas Timan, ini sangat menyenangkan. Begitu masuk saya merasa adem. Sungguh saya akan kerasan  berada disini."

"Alhamdulillah," kata Timan senang.

"Tapi hanya ada satu kamar mandi disini, dan tidak didalam kamar."

"Tidak apa-apa mas. Terimakasih banyak ya."

"Kalau begitu silahkan mandi dulu, atau perlu air panas?"

"Tidak, tidak.. lebih segar air dingin."

"Silahkan mbak. Sri.. tata barang-barangmu didalam almari, ada dua, mbak Mery dan kamu masing-masing satu almari."

"Ya mas, barang kami tidak banyak, hanya beberapa lembar pakaian."

"Ya sudah, saya buatkan minum dulu, sementara kedua tamu saya mandi," kata Timan sambil menjauh.

Sri menutup pintu kamar.

"mBak Mery suka kamar ini?"

"Sangat suka Sri, ini luar biasa. Aku tidak pernah merasa senyaman ini."

"Syukurlah. Sekarang mbak Mery mandi dulu sana, saya mau membantu mas Timan buat minuman."

Sri keluar dari kamar, menuju dapur. Dilihatnya Timan sedang menyiapkan gelas dan mengambil botol sirup dari dalam kulkas.

"Mas, biar aku saja yang buat, mas Timan kan capek."

"Tidak Sri, kalau aku bersamamu tidak akan merasa capek."

"Ah, mas Timan bisa saja," kata Sri sambil meraih botol sirup dari tangan Timan, tapi Timan tidak mau melepaskannya sehingga tangan mereka bersentuhan. Ada getar aneh terasa disana. Mereka berpandangan, lalu Sri tersenyum sambil menundukkan muka.

"Sri..."

"Ya.." kata Sri setelah botol sirup dipegangnya, lalu siap menuangkannya kedalam gelas.

"Aku takut sekali kehilangan kamu. Aku bahagia bisa menemukan kamu."

"Aku hampir kehilangan akal mas, untunglah mbak Mery tiba-tiba berbalik menolongku."

"Apa yang membuat mbak Mery tiba-tiba berfihak kepadamu?"

"Entahlah, aku hanya bercerita tentang cinta kita, tentang hidupku yang penuh derita."

"Pasti ada sesuatu yang membuatnya tiba-tiba bersikap begitu."

"Dia sangat mencintai Basuki."

"Ooo ?"

"Aku bilang, kalau cinta, milikilah dia, jangan membiarkannya mencumbu wanita lain."

"Mungkin tadinya dia kesal karena Basuki menginginkan aku, lalu tiba-tiba dia membenci Basuki."

"Bagaimana caranya kalian bisa pergi dengan tanpa halangan sementara katanya rumah Basuki banyak penjaganya?"

"mBak Mery memberinya minuman yang dibubuhi obat tidur, sehingga dia terlelap sampai beberapa jam."

"Lalu kalian pergi dan tak ada yang menghalangi?"

"Disana semua orang menghormati mbak Mery. Mereka mengira mbak Mery mau belanja atau apa bersama salah seorang pelayan. Oh ya, mbak Mery memberi aku baju seragam pelayan sebelumnya," kata Sri yang  tak bisa menahan tertawanya.

 Timan ikut tertawa. 

"Pelayan cantik, tak adakah yang curiga?"

"Semua pelayan menghormati mbak Mery, mungkin tak ada yang memperhatikan wajahku, yang penting aku berpakaian pelayan."

Sri meletakkan tiga gelas sirup yang sudah selesai dibuatnya, dibawanya ke meja tamu. Timan mengikuti dibelakangnya.

"Pengalaman yang mendebarkan. Lalu... mmm..." Timan seperti ragu-ragu mengatakannya.

"Lalu apa?"

"Apa Basuki... mm... sempat menjamah... kamu?"

"Oh, tidak mas, untunglah mbak Mery selalu melindungi aku."

"Syukurlah."

Sri dan Timan duduk berhadapan, menunggu Mery selesai mandi.

"Kalian keluar dari sana naik apa?"

"mBak Mery punya mobil, maksudnya ada mobil yang khusus dipakai mbak Mery disana."

"Lalu mobil itu?"

"mBak Mery meninggalkannya didepan sebuah warung ketika kami makan. Lalu kami naik bis umum yang untungnya masih ada.

"Ya ampun Sri, pengalamanmu benar-benar membuat aku takut."

"Aku bersyukur sudah ketemu mas Timan. Tapi aku kangen simbah."

"Besok pak Darmin bisa pulang kerumah. Nanti aku akan menjemput simbah dan pak Darmin agar datang kemari.

"Wah, senangnya."

"Sri, aku sudah selesai," teriak Mery dari dalam kamar."

Sri bangkit.

"Aku mandi dulu ya mas, nanti omong-omong lagi." kata Sri sambil bergegas menuju kamarnya.

"Suruh mbak Mery minum disini."

***

Tapi hari itu yang menjemput mbah Kliwon dan pak Darmin bukan Timan, karena pak lurah melarangnya.

"Mas Timan tidak usah menjemput kemari, biar saya saja yang mengantar pak Darmin dan mbah Kliwon kerumah mas Timan." kata lurah Mardi waktu itu.

Hari masih pagi ketika mobil pak lurah sudah ada didepan rumah mbah Kliwon. Darmin sudah ada disana menunggu didepaan rumah dan berpakaian sangat rapi.

"Pak Darmin sudah siap?"

"Sudah pak lurah, terimakasih banyak telah bersedia repot-repot mengantar kami."

"Tidak apa-apa pak Darmin, Marni juga sudah kangen sama Sri."

"Saya tidak tau ada peristiwa yang membuat cemas semua orang ini, tak ada yang memberi tau kepada saya," sesal pak Darmin.

"Memang kita sepakat tidak memberi tau pak Darmin, takutnya pak Darmin yang masih berada didalam tahanan akan kepikiran."

"Iya, terimakasih banyak kepada semuanya."

"Mana mbah Kliwon?" tanya lurah Mardi sambil menjenguk kedalam rumah.

"Sebentar, ini membawa ketela dua karung, untuk nak Bayu dan nak Timan," teriak mbah Kliwon dari dalam. Darmin segera bergegas kedalam membantu mengangkat hasil kebun yang mau dibawanya kepada calon cucu mantunya.

Lurah Mardi hanya tertawa, dan membiarkan mbah Kliwon dan pak Darmin memasukkan dua karung ketela kedalam bagasi mobilnya.

Mobil lurah Mardi segera meluncur, meninggalkan rumah mbah Kliwon. Wajah-wajah ceria memenuhi isi mobil itu.

Namun kira-kira sepuluh meter dibelakangnya, dua orang mengikutinya. Mereka berboncengan dengan sepeda motor tanpa mau melepaskan pandangannya kearah mobil didepannya.

***

besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

25 comments:

  1. Alhamdulillah pendemen cerbung bunda Tien di Jogya mesam mesem krn yg ditunggu sdh hadir mtr swn bunda salam Tahes Ulales Lanjuuut....

    ReplyDelete
  2. Akhirnya yg di tunggu2 cerbung lanjutan hadir. Terima kasih jeng tien.
    Salam sehat

    ReplyDelete
  3. Terima kasih mbak Tien lanjutan cerbungnya... bikin deg2an, tapi tetap menunggu kelanjutannya...salam sehat mbak Tien...

    ReplyDelete
  4. Hallow ms Sukarno ms Anton Kakek Habi ms Ngatno ms Pri ms Gianto Opa
    Hallow mb Jum mb Yuyuk mb Dewi mb Wida mb Sul mb Meyrha mb Umi
    Hallow Bandung Pangkalpinang Tangerang Sawahlunto Bekasi Kuningan Koja Jakarta Padang Medan Madiun Malang Kediri Banyuwangi Magelang Bali Pati Mojokerto
    Salam sehat dari Solo

    ReplyDelete
  5. Hallow ms Sukarno ms Anton Kakek Habi ms Ngatno ms Pri ms Gianto Opa
    Hallow mb Jum mb Yuyuk mb Dewi mb Wida mb Sul mb Meyrha mb Umi
    Hallow Bandung Pangkalpinang Tangerang Sawahlunto Bekasi Kuningan Koja Jakarta Padang Medan Madiun Malang Kediri Banyuwangi Magelang Bali Pati Mojokerto
    Salam sehat dari Solo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Matur nuwun bu tien...
      Malang selalu menanti.cerita cerita selanjutnya...😄😄😄😄

      Delete
    2. Hallo juga mba, makasih ceritanya entertain bgt, bikin penasaran terus, slalu ketagihan pengen baca klo kelewat sekali aja, rasanya gimanagitu, hatur nuhun

      Delete
  6. Alhamdulillah sdh hadir...semakin deg²an n pinisirin...terimakasih Bu Tien... Salam sehat dari Yogya...😍

    ReplyDelete
  7. Kediri menunggu reaksi 2 orang pengendara motorselanjutnya, salam dari kota tahu

    ReplyDelete
  8. Trimakasih Bu Tien.. Mdh2 an pak lurah Mardi sadar klo ada yg ngawasi.. Semoga sehat n bahagia sllu utk Bu Tien dan pembaca cerbung.. Salam hangat dr Madiun yg sllu hadir.

    ReplyDelete
  9. Assalamu'alaikum mba Tien... Alhamdulillah Sri sdh dateng, monggo pun lajengaken. Salam sehat selalu dr Bekasi

    ReplyDelete
  10. Terimakasih MBK Tien, Wida Pati hadiiir

    ReplyDelete
  11. Terimakasih ..mbak Tien...👍👍🙏🙏
    Salam dari Sawahlunto..

    ReplyDelete
  12. Sugeng dalu, matur nuwun.
    Sambil baca golek sisik melik wkwkwk.

    1. mbah Kliwon sambil meengambil gelas dan... # sambil mengambil gelas.

    2. kok tidak dihabiskan," gumamnnya sambil bergegas kebelakang
    # .....gumamnya sambil...

    3. Jangan asal bicara dan memuang-buang waktuku saja." # ... membuang-buang...

    4. "Saya sydah bertemu dengan mbah Kliwon, # ...sudah bertemu dengan....

    5. "Sejuk sekali udaranya dirini." seru Mery sambil menarik nafas panjang.
    # "Sejuk sekali udaranya disini."

    6. .....saya mau membantu mas Timan buat monuman." # ... minuman."

    7. "Apa yang membuat mbak Mery tiba-tiba berfihak kepadamu?" # berpihak...

    8. Oh ya, mbak Meri memberi aku baju seragam pelayan sebelumnya," # Mery...

    9. Darmin sudah ada disamna menunggu didepaan rumah dan berpakaian sangat rapi.
    # Darmin sudah ada disana menunggu di depan rumah dan berpakaian sangat rapi.

    Monggo bu Tien, bahan koreksinipun.
    Mudah-2an besuk, kedua penguntit itu dibuat kehilangan jejak sehingga tidak tahu rumah Timan.
    Ditunggu KT Eps_24nya

    ReplyDelete
  13. Terimakasih mba Tien. Mudah2an lurah Mardi menyadari ada yg mengikuti. Jangan sampai Sri ketangkap lagi sama Basuki. Lanjut mba. Semakin mendebarkan

    ReplyDelete
  14. Smoga sri tdk ditangkao lagi sm basuki
    Dan basuki segera kerangkap sm polisi

    ReplyDelete
  15. Hallo jg buk Tien....😘😘
    Hmmm...rindu terobati , ikut bahagia dgn Timan dn Sri 🤭🤭
    Tp was was jg.... bu Tien sllu bikin kita deg degan.
    Mturswun buuuk , slam sehat ttap smangat 🙏🙏
    Lope lope lope 🥰🥰🥰

    ReplyDelete
  16. Hadeht...nyesek membacanya, penuh liku liku....semoga orang orang yg baik, akan selalu dilindungi Allah...iya kan mb tien...mksh mb tien, sehat selalu.

    Penggemarmu dari kartasura

    ReplyDelete
  17. Semoga orangutan # orang yang baik

    ReplyDelete
  18. Terimakasih Bu Tien. Makin seru!!!.

    ReplyDelete
  19. Alhamdulilah bisa berlanjut untuk membaca, mengikuti alur cerita M Tien yg bikin hati berdebar2 dg alur cerita sblmnya. Than's

    ReplyDelete

  20. ayo daftarkan diri anda di 4g3n365*c0m :D
    WA : +85587781483

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 37

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  37 (Tien Kumalasari)   Laki-laki yang baru saja membuka pintu itu adalah Sulistyo. Matanya menatap gadis y...