Tuesday, November 20, 2018

SEPENGGAL KISAH XXVII

Bowo tertegun. Mengapa ibunya mengajak gadis itu kekantor. Dia ingat ibunya pernah ingin mengenalkannya dengan Dewi... yang anak bu Harlan teman arisan ibunya.
Bowo tak begitu suka cara itu .. yang dia yakin pasti ia akan dijodohkannya dengan Dewi. Ia masih ingat beberapa hari yang lalu ibunya menunjukkan sebuah foto.
"Lihat Bowo.. bukankah ini cantik?"
"Ya.. cantik.." jawab Bowo sambil menyerahkan kembali foto itu.
"Ini Dewi.. anaknya bu Harlan." Bu Prasojo masih terus mengikuti Bowo yang ketika itu siap2 mau berangkat kerja.
"Bisakah kau menerimanya bekerja dikantormu?"
"Tidak ada lowongan bu."
"Dia itu sarjana.. cantik.. dan pasti pintar."
"Pak, saya permisi dulu," tiba2 suara Asri membuyarkan lamunannya.
"Oh.. eh.. apa?"
"Saya permisi pulang."
"Eeit.. no..no..no.. kau duduk disini dan bantu aku mengemasi berkas2 ini."
Asri berhenti melangkah. Ia tau itu cara Bowo menghalangi niatnya. Ia harus menurut karena kalau tidak...
"Ini perintah... !"
Tuh kan... Asri sudah menduganya. Perintah atasan harus dita'atinya.
Asri duduk dikursi tepat dihadapan Bowo. Dilihatnya Bowo tersenyum. Senyum itu sebenarnya sangat menawan. Ketika kuliah dulu banyak gadis berebut mendapatkan cintanya karena senyum itu.
Tapi Asri menundukkan kepalanya sambil meraih berkas2 dihadapan Bowo dan merapikannya. Ia justru teringat pada senyum Damar yang menurutnya lebih memikat. Setidaknya bagi dirinya sendiri. Dan itu membuat batinnya kembali
teriris. Bowo tak tau bahwa senyumannya mengganggu Asri. Menurutnya Asri sungkan karena dipaksanya pergi dan pulang bersamanya.
"Asri, ma'af kalau aku melarangmu pergi dan pulang sendiri. Kau baru saja sembuh dan aku yakin itu belum pulih benar. Kalau kau memaksa berangkat dan pulang sendiri, aku kawatir.. "
Tapi Asri merasa bahwa Bowo sangat berlebihan. Ia hanya mencari cari alasan agar bisa bersamanya. Eitt.. Asri kemudian menyesali pemikirannya. Masa iya Bowo punya niat seperti itu.. apalah diriku ini.. sedangkan bu Prasojo tadi bilang bahwa dia tak pantas duduk di kursi sekretaris itu. Hati Asri menjadi sedih. Nasibnya ternyata belum pasti.
"Sudah selesai? Oke sekarang kita pulang,"
"Ini perintah ?" Asri mendahului sebelum Bowo mengatakannya. Dan Bowo tertawa terbahak bahak. Asri ikut tersenyum. Belum pernah Bowo tertawa selepas itu.

No comments:

Post a Comment

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 49

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  49 (Tien Kumalasari)   Ketika menemui Sinah di rumah sakit, mbok Manis tidak pernah sendiri. Dewi yang tid...