Bu Surya menatap map kuning yang dibawa Damar. Hatinya berdebar. Itukah yang dicari suaminya?
"Damar, apa yang kau bawa itu?"
Damar mengangkat map itu dan menjawab ringan.
"Ini tante? Saya menemukannya dilaci sana. Saya ingin membacanya karena membaca nama bapak dihalaman depan berkas itu.
"Oh.. ya mungkin saja ada hubungannya dengan bapakmu karena keluarga kita kan memang berbisnis bersama."
"Oh.. ya tante."
"Coba aku pinjam sebentar Damar, biar aku tunjukkan pada om mu.. sejak
kemarin dia mencari cari map kuning. Mungkin itu yang dicarinya.."
Tanpa ada perasaan curiga Damar memberikan map itu, yang belum diketahuinya apa isinya.
"Kamu baru bangun ya... cepatlah mandi, kami menunggu diruang makan," kata bu Surya sebelum berlalu.
Damar hanya mengangguk. Sayup terdengar bu Surya berteriak teriak.
"Pah... pah... ini pah ?"
Damar menutup pintu kamarnya dan bersiap mandi.
"Nah.. ini yang aku cari.., dimana kau temukan map ini?"
"Dikamar Damar.."
Pak Surya tampak terkejut.
"Dikamar Damar? Jadi Damar telah membaca berkas ini?"
"Nggak tau aku pah.. tadi ketika aku mau membangunkan dia.. pas dia
membuka pintu kamarnya.. aku melihatnya doa sedang membawa map itu,"
"Celaka.." desah pak Surya.
"Memangnya kenapa? Siapa yang celaka?" tanya bu Surya heran.
"Celaka kenapa pah?" Mimi ikutan nimbrung.
"Anuu.. maksudku bukan celaka.. eh.. aku salah bicara... nggak.. lupakan saja." jawab pak Surya sekenanya.
Selesai makan pagi itu pak Surya memanggil Damar. Ia sudah mereka reka
jawaban dari segala kemungkinan. Baik apabila surat itu sudah dibaca
ataupun belum.
Mimi dan mamanya sedang membersihkan meja makan.
"Damar.. "
"Ya om..."
"Kau tadi menemukan map kuning itu dimana?"
"Dilaci meja dekat tempat tidur saya om."
Pak Surya sedikit lega melihat tak tampak perubahan pada wajah Damar.
Barangkali Damar belum sempat membacanya, dan itu benar adanya.
"Sebenarnya surat apa itu om?"
Pertanyaan Damar ini semakin melegakan pak Surya.
Kemudian pak Surya menampakkan wajah yang sangat sedih.
Damar diam menunggu.
"Om sangat sedih setiap mengingatnya." Pak Surya menghela nafas dalam2.
"Sekarang kau sudah dewasa. Kau berhak mengetahui semuanya. Waktu itu
kau masih berumur 10 tahun. Ayahmu punya bisnis yang kemudian bangkrut.
Lalu aku membelinya untuk menyelamatkan bisnis itu. Jadi ketika dalam
perjalanan setelah menyerahkan bisnis itu.. ayah dan ibumu mengalami
kecelakaan dan meninggal."
Pak Surya menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Damar pun hanyut dalam perbincangan menyedihkan itu.
"Jadi kedua orang tuamu meninggal dalam keadaan tak punya apa2."
"Uang yang aku berikan untuk pembelian sahamnya habis untuk menutup hutang2nya."
Pak Surya memperhatikan Damar yang menunduk sedih.
"Tapi kau tak perlu bersedih Damar. Kami sangat menyayangi kamu. Sesuai
dengan permintaan alm.ayahmu.. didepan aku dan tantemu itu.. ia
menjodohkanmu dengan Mimi.
Damar tenggelam dalam perasaan tak menentu.
Tapi kau tak perlu membaca berkas dalam map kuning itu Damar. Aku tak ingin kau semakin sedih.
#adalanjutannya ya#
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 49
CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 49 (Tien Kumalasari) Ketika menemui Sinah di rumah sakit, mbok Manis tidak pernah sendiri. Dewi yang tid...
-
ADA MAKNA 36 (Tien Kumalasari) Wahyu menatap Reihan tak berkedip. Ucapannya sedikit mengejutkan. Ia meraba apa yang diinginkan sang adi...
-
ADA MAKNA 41 (Tien Kumalasari) Ketika selesai makan, keduanya berebut mengantarkan. Emma ingin mengantarkan Feri, tapi Feri ingin menga...
-
KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 01 (Tien Kumalasari) Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...
No comments:
Post a Comment