Damar berdiri seperti patung. Apa yang dilihatnya adalah jawaban dari pertanyaan yang memenuhi perasaannya selama ber hari2.
Matanya tak berkedip memandangi pemuda tampan itu membantu Asri duduk
dimobilnya kemudian dia sendiri segera membawa mobil itu pergi bersama
kekadihnya.
"Kekasihku...kau membawa kekasihku..kau membawanya
pergi," Damar berbisik memelas. Kemudian dengan langkah gontai ia
melangkah entah kemana.
Asri duduk dikursi dalam ruangan itu.
Ruangan yang bersih, wangi dan sejuk ber ac. Masih kebingungan ia ketika
seorang berseragam hijau meletakkan secangkir teh dimeja besar
dihadapannya dan secangkir lagi dimeja didepannya. Oh.. alangkah
canggungnya Asri. Barangkali lebih baik ia yang membuat minuman itu
didapur dan menyajikannya. Ahaa.. Asri lupa mengucapkan terimakasih. Ia
melongok kearah luar dan perempuan berseragam itu telah pergi. Asri
ingin keluar dari ruangan itu tapi tiba2 Bowo mendekatinya.
"Ini ruanganku.. ini meja kerjamu.
Bowo tersenyum. Sesungguhnya senyum itu amat menawan. Tapi hati Asri
berkata.. tak ada yang semenawan Damar. Tiba2 hatinya merasa sedih.
Sangat sedih dan Bowo menangkap kesedihan itu.
"Asri, hidup ini
terus berjalan.. dan ini adalah hidupmu. Kau harus menatap kedepan demi
itu. Kau bukan perempuan lemah.. kau akan kuat menghadapinya."
Asri
tertegun. Bagaimana laki2 yang sekarang menjadi atasannya ini bisa
berkata seperti itu? Apakah dia tau kalau dirinya sedih karena Damar?
Darimana dia tau? Ayahnya sendiripun tak pernah Asri beri tau.
"Aku menangkap kesedihan dimatamu.. aku ingin kau lupakan semuanya. Entah karena apa," lanjut Bowo.
Berlinang air mata Asri. Entah mengapa kata2 Bowo sangat mengena dihatinya.
Tatap kedepan. Ini adalah hidupku. Damar tak mungkin jadi milikku. Aku
harus melupakannya. Pikir Asri. Ia menghela nafas. Bowo mengulurkan
tissue dan Asri segera mengusap air matanya.
"Tetimakasih pak.."
Bowo tersenyum. Entah mengapa perempuan ini sangat menarik hatinya. Jauh sebelum hari ini. Bahkan ketika Asri baru masuk SMA.
Bowo bukan lagi anak muda seperti Damar dan Asri yang baru lulus SMA.
Tiga tahun yang lalu dia sudah lulus sarjana dan kemudian membantu
bisnis ayahnya hingga sekarang. Bukan berarti tak laku kalau sampai
sekarang Bowo belum punya pacar. Beberapa tahun yang lalu kekasihnya
meninggal karena penyakit kanker yang dideritanya. Setelah itu pintu
hatinya terbuka baru ketika melihat gadis kecil lugu yang setiap sore
menjemput ayahnya.
"Ok Asri, hari ini aku akan memberimu tau apa2 yang harus kau kerjakan.
Damar pulang dan langsung memasuki kamarnya. Mimi mengejarnya untuk
mengajaknya sarapan. Sejak Mimi tau bahwa Asri telah bertunangan Mimi
tak pernah perduli Damar mau pergi kemana.
"Damar.. ayo makan pagi dulu. Bukankah kau harus menjaga kesehatanmu dengan makan teratur?"
Mimi menarik tangannya dan Damar dengan patuh mengikutinya. Apakah yang harus dilawannya kalau itu memang takdirnya?
Dan Damarpun begitu pasrah ketika p.Surya mengajaknya pergi keluar negri.
#perlukahdilanjutkan?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
HANYA BAYANG-BAYANG 18
HANYA BAYANG-BAYANG 18 (Tien Kumalasari) Ketika kemudian bibik memberikan bungkusan bekal itu kepada Puspa, ia berbisik di telinga Pusp...
-
LANGIT TAK LAGI KELAM 38 (Tien Kumalasari} Pak Misdi terkejut, ketika Listyo membawanya ke rumah pak Hasbi. “Kok ke sini pak Listyo? T...
-
RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 02 {Tien Kumalasari) Alvin mengundurkan badannya ke sisi lain untuk menjauhi sosok yang tergolek di s...
-
ADA MAKNA 43 (Tien Kumalasari) Reihan kebingungan. Ia berjalan ke arah samping, tapi semua pintu tertutup. Tak ada orang di tempat itu....
No comments:
Post a Comment