Asri terkejut. Wajah itu belum lama dikenalnya. Baru 2 hari yang
lalu mereka bertemu. Dikantor Bowo. Dia Dewi. Perempuan cantik yang kata
bu Prasojo lebih pantas duduk dikursinya. Asri mencoba tersenyum,
seperti Dewi yang menyalaminya dengan ramah.
"Asri, kau lupa ?"
"Oh.. mbak Dewi ya.. nggak.. aku nggak lupa.. Lagi belanja ya?"
"Ya.. kamu sendirian?"
"Aku.. sama...
Belum selesai Asri menjawab.. Bowo memanggil dikejauhan. "Asri... coba sini.. "
Asri memandangi Dewi dengan heran. Rupanya mereka belum saling kenal.
"Mbak, itu pak Bowo.. ayo kesana.."
Tapi Dewi menolak. Mungkin karena sungkan. "Nggak ah.. aku selesaikan dulu belanjanya."
"Lho..dulu waktu kesana kan belum jadi ketemu .."
Bowo yang memanggil Asri dan tidak segera datang lalu mendekat.
"Bantu aku memilih baju Asri.. "
"Oh..ya.. sebentar.. ini.. mbak Dewi.." Asri memperkenalkannya pada Bowo.
"Dewi...?"
"Yang kekantor mencari bapak.. 2 hari yang lalu."
"Saya Dewi.."
"O.. yang puterinya bu Harlan?"
"Mas mengenal ibu saya?" Dewi merasa senang.
"Nggak..."
Dan Dewi pun kecewa. Mungkin Bowo hanya mengenal ibu dan dirinya melalui ceritera bu Prasojo.
"Sudah selesai belanjanya? Ayo bantu aku." Bowo menarik tangan Asri sambil berpaling pada Dewi. "Ma'af ya.. kami sedang buru2."
Dan Dewi pun mengangguk dengan beribu perasaan mengaduk hatinya.
Tampaknya mereka berpacaran...
"Tolong Asri.. mana baju yang pas untuk ibu."
"Untuk bu Prasojo?"
"Ya..
"Mengapa saya yang harus memilih mas.. takut saya.."
"Takut kenapa? Saya minta bantuanmu untuk memilih yang pas untuk ibu.
Dengar.. besok ibu ulang tahun.. harus ada kado istimewa untuk ibu."
"Tapi saya nggak berani mas, nanti kalau nggak cocog bagaimana."
"Ayolah Asri....ini perintah." Asri sudah menduga bahwa kalimat itu pasti akan dikeluarkannya setiap kali Bowo memaksa.
Asri tersenyum.. ia selalu merasa bahwa ia harus patuh pada atasannya.
Asri memilih milih.. sambil bergumam "Kalau nanti nggak cocog bagaimana ya"
"Pilihkan saja.. "
Asri sering ketemu bu Prasojo setiap menjemput ayahnya. Ia melihat
seringkali bu Prasojo mengenakan gaun dengan warna yang bernuansa hijau.
Haa .. ini bagus sekali.. tapi Asri ragu2.. ia masih sja takut
memilihkan gaun untuk bu Prasojo yang kemarin menampakkan perasaan
tak senang pada dirinya. Ia masih memegangi gaun itu.
"Ini kah? Bagus Asri.. ini warna kesayangan ibu.."
Bowo segera mengambil gaun itu.
"Kalau kau sendiri..suka warna apa?"
"Apa? Tidak... saya tidak.. baju2 ini terlalu mewah untuk saya. Ayo
kita pulang." Asri bergegas menuju kasir dan menyerahkan sejumlah uang
untuk belanjaannya sendiri.
Bowo menggeleng gelengkan kepalanya.
Dewi bergegas pulang setelah bertemu Asri. Ia memang tak terlalu banyak
belanja. Ibunya yang sedang duduk diteras heran melihat anaknya pulang
begitu cepat.
"Tumben sudah pulang.. biasanya kalau belanja kau habiskan waktu ber jam2 ditoko."
"Coba tebak bu.. tadi aku bertemu siapa?"
"Siapa? Teman2mu kuliah? Bekas pacarmu?"
"Iih.. ibu ini... bukan bu.. aku ketemu mas Bowo."
Bu Harlan tertawa senang. "Benarkah? Terus ... teruus..?"
"Sebenarnya kan aku belum pernah ketemu orangnya.. jadi tadinya ya nggak tau."
"Tapi kan kamu sudah ibu kasih fotonya."
"Beda bu... Ibu tau nggak..dia sedang belanja sama sekretarisnya."
"Ya nggak papa ta.. sekretaris kan kerjaannya juga disuruh suruh."
"Tapi menurutku.. mereka itu seperti orang lagi pacaran lho bu."
Bu Harlan terperanjat. "Tapi bu Prasojo ingin mengambilmu sebagai menantu. Biar ibu tilpun dia."
#adalanjutannya#
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 48
CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 48 (Tien Kumalasari) Satria tertegun. Tentu saja dia mengenal penjual kain batik itu. Ia hanya heran, ba...
-
ADA MAKNA 36 (Tien Kumalasari) Wahyu menatap Reihan tak berkedip. Ucapannya sedikit mengejutkan. Ia meraba apa yang diinginkan sang adi...
-
KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 01 (Tien Kumalasari) Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...
-
ADA MAKNA 35 (Tien Kumalasari) Wahyu terbelalak. Ia mencengkeram ponselnya kuat-kuat, terbawa perasaan geram yang tiba-tiba meliputinya. ...
No comments:
Post a Comment