Wednesday, September 3, 2025

LANGIT TAK LAGI KELAM 01

 LANGIT TAK LAGI KELAM  01

(Tien Kumalasari)

 

Rizki baru saja datang dengan membawa banyak bungkusan. Simbok yang sedang menyiapkan makan siang terkejut, melihat bungkusan berserakan di lantai.

“Mas Rizki beli apa saja, banyak sekali?”

“Ini baju dan jas yang akan aku pakai besok ketika mbak Dewi menikah. Masa ada nikahan aku harus memakai pakaian biasa saja?”

“Bukankah di almari tuan masih banyak jas milik tuan yang masih bagus dan pastinya pas kalau mas Rizki pakai.”

“Nggak mau ah, pakaian milik bapak memang banyak tapi nggak pas kalau aku pakai. Kebesaran. Malu aku, nanti dikira aku memakai baju pinjaman.”

“Bukankah kemarin sudah kamu coba sih Riz, menurut bapak itu tidak kebesaran,” kata pak Hasbi yang keluar dari kamarnya mendengar suara simbok dan Rizki.

“Bapak bagaimana sih, menurutku itu kebesaran, dan modelnya juga model kuno. Rizki malu dong Pak, nanti dikira Bapak tidak mampu membelikan baju baru untuk anaknya.”

Rizki membuka mungkusan satu demi satu di depan ayahnya, semuanya adalah baju-baju model terbaru yang harganya bukan main mahalnya.

”Mas Rizki membuang-buang uang saja,” gerutu simbok sambil masuk kembali ke dapur.

“Simbok tidak tahu apa-apa. Ya kan Pak, Bapak memberi Rizki uang kan supaya Rizki tidak tampak memalukan kalau dilihat orang banyak.”

“Terserah kamu mau beli apa, tapi menurutku, apa yang dikatakan simbok itu benar. Kamu membuang-buang uang.”

“Kalau untuk sesuatu yang berguna, kan tidak apa-apa sih Pak, kalau Rizki tampil pantas dan gagah, bukankah orang-orang juga akan memuji Bapak? Bapak orang yang kaya raya, masa aku harus berpakaian yang biasa-biasa saja?”

Pak Hasbi diam. Memang uangnya masih banyak, tapi dia tidak suka melihat pemborosan yang dilakukan Rizki, anak angkatnya.

Rizki diambil dari sebuah panti asuhan. Dia sudah lulus SMA, dan ingin melanjutkan kuliah, tapi tak ada biaya. Rizki sebenarnya anak pintar. Ketika pak Hasbi datang bersama Dewi, Rizki sedang bersih-bersih kebun. Ia tampak seperti anak baik yang sangat rajin. Kepala panti asuhan mengatakan bahwa sebenarnya Rizki anak pintar. Nilai sekolahnya selalu bagus. Dengan pemikiran yang matang, maka pak Hasbi kemudian mengambil Rizki sebagai anak angkat, kemudian dibiayainya untuk masuk ke perguruan tinggi.

Tapi bukannya menyadari kehidupan yang semula dilaluinya dengan serba kekurangan, Rizki seperti mendapat peluang untuk hidup bersenang-senang sebagai anak orang kaya. Apalagi pak Hasbi sangat memanjakannya.

Rizki yang pada awalnya tampak sangat menghormati ayah angkatnya, lambat laun berubah menjadi anak yang sombong. Penampilannya harus pantas. Baju mahal, sepatu mahal, itulah yang selalu diinginkannya. Alasannya adalah tak ingin membuat malu ayah angkatnya.

***

Minggu depan Dewi menikah. Satria merasa sudah bisa menghidupi istri, sudah punya rumah yang layak. Dewi juga sudah menyelesaikan kuliahnya.

Hari itu pak Hasbi datang ke rumah Dewi. Setelah berbincang dan beramah tamah dengan keluarga Adisoma, pak Hasbi memberikan sekotak perhiasan, membuat Dewi terkejut.

“Kakek, mengapa Kakek repot-repot memberikan perhiasan ini untuk Dewi?”

“Ini adalah perhiasan milik mendiang istriku. Sedianya akan aku berikan untuk Bening, tapi karena Bening sudah tak ada, maka ini hanya untuk kamu. Memang, aku tahu orang tuamu kaya, dan pasti sudah memberikan yang lebih baik dari ini, tapi tolong terimalah pemberian dari kakek, sebagai tanda bahwa kakek sangat menyayangi kamu seperti kepada cucu kakek sendiri.”

“Kakek, Dewi bukannya ingin menolak karena orang tua Dewi memiliki segalanya, tapi Dewi merasa Kakek sangat berlebihan.”

“Dewi, sebuah kasih sayang tidak ada yang namanya berlebihan. Kamu memiliki banyak arti dalam kehidupan kakek. Kakek bisa meneruskan hidup ini karena kamu. Kakek yang sudah putus asa karena kehilangan pegangan, serta tak tahu harus bagaimana menjalani hidup, dengan adanya kamu kakek bisa melakukan apa yang seharusnya kakek lakukan.”

Dewi memeluk pak Hasbi dengan linangan air mata.

“Baiklah Kakek, Dewi menerima ini dengan penuh rasa syukur, karena barang-barang ini adalah curahan kasih sayang Kakek untuk Dewi.”

“Kelak kalau aku sudah tak ada, setiap kali memandangi perhiasan ini, maka kamu pasti akan mengingat kakek, bukan?”

“Kakek, tanpa pemberian apapun dari Kakek, Dewi akan selalu mengingat Kakek, karena Kakek adalah kakekku.”

“Baiklah, terima kasih karena telah mau menjadi keluargaku. Katakan apa yang kurang untuk acara pernikahan kamu, kakek akan memberikannya.”

“Tidak ada yang kurang Kakek, Dewi tidak ingin pernikahan ini terlalu mewah. Kalau ada uang lebih, lebih baik Dewi berikan kepada orang-orang yang membutuhkan.”

“Cucuku adalah gadis yang berbudi luhur dan mulia. Aku bangga memiliki kamu,” kata pak Hasbi sambil mengelus kepala Dewi.

“Aku bahagia memiliki Kakek,” kata Dewi sambil kembali memeluk ‘kakeknya’.

“Setelah menikah apakah kamu tidak akan menemui kakek lagi?”

“Mengapa Kakek berkata begitu? Dewi janji akan sering mengunjungi Kakek. Tapi Kakek kan tidak lagi kesepian setelah ada Rizki?“

Pak Hasbi menghela napas panjang. Ia tak ingin menceritakan kekesalannya tentang Rizki.

“Pada awalnya Rizki memang lebih sering dirumah setelah pulang kuliah. Tapi belakangan ini dia sering keluar rumah.”

“Kakek tidak menegurnya?”

“Alasannya ada saja. Ya sudah, kalau itu untuk keperluan sekolahnya ya biarkan saja. Tidak apa-apa asalkan dia berhasil dalam kuliahnya.”

“Tapi Kakek harus sering menegurnya supaya tidak keterusan.”

“Baiklah, nanti kakek tegur dia.”

“Kakek tadi datang kemari dengan siapa?” lanjut Dewi.

"Tadi diantar Rizki, tapi entah ke mana anak itu, lama sekali tidak menjemput.”

“Kakek sudah ingin pulang?”

“Sebenarnya iya, kakek sekarang gampang sekali lelah.”

“Kalau begitu biar man Tangkil mengantar Kakek, sebentar Dewi panggil ya.”

“Jangan merepotkan, kamu telpon Rizki saja.”

“Oh iya, baiklah.”

Tapi berkali-kali menelpon, selalu saja tak diangkat.

“Ke mana anak itu?”

“Ya sudah, carikan becak saja.”

“Jangan Kakek, biar Kakek diantar man Tangkil. Nanti Dewi juga mau ikut.”

“Jangan Dewi, sebentar lagi kamu menikah, mana boleh keluar rumah?”

“Tidak boleh ya Kek?”

“Tidak boleh. Sudah, biar kakek sendiri saja.”

“Kalau begitu biar manTangkil saja aku panggil. Jangan kakek pulang sendiri.”

***

Ternyata Rizki sedang berada di rumah teman wanitanya.

Gadis itu adalah Citra, teman kuliahnya yang cantik, yang selalu mendekati Rizki karena Rizki sangat royal dalam mentraktir makan dan membelikan apa-apa yang dimintanya.

Hari itu ketika libur kuliah, Rizki sedang mencari jalan untuk bisa keluar untuk menemui Citra. Dan beruntunglah dia karena pak Hasbi menyuruh mengantarnya ke rumah Dewi, karena pak Hasbi ingin memberikan hadiah untuk ‘cucunya’ yang akan menikah beberapa hari lagi.

Ketika pak Hasbi diturunkan, Rizki langsung pergi.

“Jangan lama-lama, segera jemput bapak ya,” pesan pak Hasbi.

“Iya, jangan khawatir.”

Tapi sudah berjam-jam Rizki berada di rumah Citra, dan lupa kalau harus menjemput ‘ayahnya’. Ia bahkan mengabaikan panggilan telpon dari Dewi yang berulang kali mengusik telinganya.

“Dari siapa sih Riz, kenapa tidak diangkat?”

“Dari mbak Dewi, biarkan saja. Paling menyuruh aku menjemput bapak.”

“Kasihan dong kalau tidak dijemput?”

“Nggak apa-apa, orang tua mbak Dewi punya mobil. Pasti bapak sudah diantarkannya pulang.”

“Mbak Dewi itu yang mau menikah ya?”

“Iya, kamu besok ikut datang ke pesta pernikahannya ya?”

“Nggak ah, nggak diundang, masa datang.”

“Datangnya kan sama aku, mengapa takut? Biar semua orang tahu, kalau putra pak Hasbi punya pacar yang cantik.”

“Tapi ke pesta orang kaya kan harus memakai baju bagus?”

“Kamu mau? Nanti aku belikan baju yang pantas untuk kamu.”

“Benarkah?”

“Iya, sekarang juga bisa, aku masih membawa uang sisa yang diberi bapak kemarin. Ayuk, kamu pilih sendiri yang kamu suka.”

“Nanti kamu dimarahi ayahmu kalau membelikan baju aku juga.”

“Tidak, ayahku kaya, dia tak akan marah walau uang yang aku bawa aku habiskan. Nanti kalau habis aku juga pasti diberinya lagi.”

“Waah, kamu anak yang selalu dimanja oleh ayahmu ya Riz?”

“Karena aku anak tunggal. Untuk apa harta ayahku kalau tidak aku buat bersenang-senang.”

“Bener nih, mau ngajakin aku beli baju?”

“Ya bener dong. Masa sih aku bohong. Cepat bersiap, nanti sehabis beli baju untuk kamu, aku baru mau pulang.”

“Baiklah kalau begitu,” kata Citra sambil melonjak senang, lalu masuk ke dalam rumah untuk berganti baju.

***

Simbok heran melihat sang tuan datang dengan diantarkan mobil yang lain.

“Tuan pulang naik apa tadi tuh?”

“Naik mobil.”

“Iya, simbok tahu, maksudnya mobil siapa?”

“Mobil keluarganya Dewi.”

“Mas Rizki ke mana?”

“Nggak tahu aku, setelah aku ditinggal di rumah Dewi, lama sekali tidak menjemput. Dewi menelpon, tidak diangkat.”

“Karena itu lalu Tuan diantarkan keluarga non Dewi?”

“Aku lelah menunggu, kan sudah berjam-jam aku ngomong-ngomong sama Dewi, sama keluarganya juga.”

“Mas Rizki itu terkadang menjengkelkan. Suka semaunya sendiri. Tuan sih, terlalu memanjakannya.”

“Biarkan saja Mbok, asalkan dia senang.”

“Menurut saya, Tuan jangan terlalu memberi kebebasan untuk belanja. Simbok rasa, dia itu hanya suka menghambur-hamburkan uang. Terkadang barang yang tidak perlu juga dibeli. Seperti kemarin itu. Masa beli jas, sementara punya tuan di almari banyak jas yang bagus-bagus dan tidak pernah dipakai lagi. Padahal jas itu kan mahal, Tuan?”

“Iya, katanya modelnya kuno, dan dia kebesaran.”

“Alasan mengada-ada. Tuan sih tidak pernah benar-benar memarahinya kalau dia berbuat sesuatu yang keterlaluan.”

“Aku tuh nggak bisa memarahi dia Mbok, dia kan menjadi penghiburku, dan dia juga selalu menemani aku.”

“Menurut saya, pada awalnya saja mas Rizki itu baik. Pada awal kedatangannya dia sangat menghormati Tuan, tidak pernah berbuat yang aneh-aneh. Sekarang, pergi kuliah saja naik mobil. Makan juga selalu minta yang enak-enak.”

“Sudahlah Mbok, biarkan saja, kalau simbok ngedumel terus, aku malah jadi kepikiran.”

“Maaf Tuan, Tuan baru datang saya sudah mengomel, habis saya jengkel. Ya sudah Tuan istirahat saja, atau Tuan mau makan? Tuan belum makan siang tadi.”

“Sudah Mbok, tadi makan di rumah Dewi, dijamu bersama kekuarganya. Mereka orang-orang baik. Keluarga ningrat yang tidak membeda-bedakan derajat orang lain.”

“Tuan sudah makan? Kalau begitu makanan akan simbok bawa kebelakang saja.”

“Nanti kalau Rizki pulang bagaimana?”

“Nanti gampang, belum tentu pulangnya jam berapa. Nanti kalau dia butuh makan pasti minta.”

“Terserah kamu saja, aku mau istirahat.”

***

Rizki tidak segera pulang, karena dia pergi ke toko pakaian untuk membelikan baju Citra yang akan diajaknya ke pesta.

“Aku bingung Riz, mau pilih yang mana?”

“Terserah kamu, kan kamu yang mau memakai.”

“Aku suka yang hijau itu, tapi harganya sangat mahal. Yang lain saja.”

“Nggak apa-apa, biar mahal kalau kamu suka, ambil saja.”

“Benar nih?”

“Iya, ambil.”

“Aku cobain dulu ya, kekecilan atau enggak,” katanya sambil memberi isyarat kepada pelayan untuk mengambilkan baju yang dia pilih.

Sementara itu tak jauh dari mereka, Listyo juga sedang menemani istrinya memilih baju. Listyo terkejut. Ia tahu tentang Rizki, mahasiswanya yang anak angkat pak Hasbi, karena Dewi sudah menceritakan semuanya. Tapi dia heran ketika melihat Rizki membelikan baju untuk Citra. Ada yang terasa aneh melihat Rizki begitu royal, karena yang dipilih adalah baju mahal, sementara istrinya sendiri lebih memilih yang lebih sederhana.

***

Besok lagi ya.

25 comments:

  1. Alhamdulillah LANGIT TAK LAGI KELAM~01 telah hadir. Maturnuwun Bu Tien, semoga panjenengan beserta keluarga tetap sehat dan bahagia serta selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin YRA..🀲

    ReplyDelete

  2. Alhamdullilah
    Matur nuwun bu Tien
    Cerbung *LANGIT TAK LAGI KELAM 01
    * sdh hadir...
    Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
    Aamiin...



    ReplyDelete
  3. Matur nuwun mbak Tien-ku Langit Tak Lagi Kelam telah tayang perdana.

    ReplyDelete
  4. πŸŒΉπŸ’πŸŒΉπŸ’πŸŒΉπŸ’πŸŒΉπŸ’
    Alhamdulillah πŸ™πŸ’πŸ¦‹
    Cerbung Baru "LANGIT
    TAK LAGI KELAM" tlh
    hadir. Matur nuwun sanget.
    Semoga Bu Tien dan
    keluarga sehat terus,
    banyak berkah dan
    dlm lindungan Allah SWT.
    Aamiin🀲.Salam seroja 😍
    πŸŒΉπŸ’πŸŒΉπŸ’πŸŒΉπŸ’πŸŒΉπŸ’

    ReplyDelete
  5. Hwuaaah.... LTLK sdh tayang... Alhamdulillah.... Matur Nuwun mbak Tien.....
    Semoga Allah senantiasa melimpahkan Berkah Sehat Bugar Bahagia katur mbak Tien sekeluarga...
    Salam aduhai dari Surabaya πŸ™πŸ˜˜❤️

    ReplyDelete
  6. Assalamualaikum bu Tien, maturnuwun cerbung baru " Langit tak lagi kelam " sampun tayang... semoga ibu Tien serta Pak Tom selalu sehat dan penuh berkah aamiin yra .. salam hangat dan aduhai aduhai bun πŸ™πŸ©·πŸŒΉ

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " LANGIT TAK LAGI KELAM " sudah tayang PERDANA.
    Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah cerbung langit tak lagi kelam sudah tayang
    Terima kasih bunda Tien
    Semoga bunda dan keluarga sehat walafiat
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah kisah kakek Hasbi masih berlanjut.
    Terimakasih bu Tien, salam sehat dari mBantul

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah, LANGIT TAK LAGI KELAM(LTLK). telah tayang perdana, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun Bu Tien. Aduhai.....konflik sdh dimulai sjk edisi perdana....

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah
    CerBung Baru
    Syukron nggih Mbak Tien ❤️🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah lanjutan Mawar Hitam (Langit Tak Lagi Kelam) episode pertama sdh hadir. Terima kasih Bu Tien.
    Semoga Bu Tien dan Pak Tom sehat selalu dan selalu sehat, terus berkarya menghibur banyak orang.
    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  14. Alhamdullilah, matur nuwun bunda Tien.
    Cerbung "LANGIT TAK LAGI KELAM 01" sdh hadir...
    Semoga bunda Tien selalu sehat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin🀲🌹

    ReplyDelete
  15. Akhandulillaah tayang episode 1
    Makasih Bunda

    ReplyDelete
  16. Hamdallah....salam sehat penuh semangat nggeh Bunda Tien...πŸ™

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah epsd pertama telah tayang, pasti ada tokoh antagonis, yg mmbuat cerbung ini menarik /penasaran dan gemesπŸ˜ƒ,maturnuwun Bu Tien ,cerbung judul baru,tetep sehat dan bahagia bersama Kel tercinta...

    ReplyDelete
  18. Benar kata orang tua, mengambil anak angkat beresiko. Salah ambil 'anak orang gila', bukan pikiran yang tidak waras, tapi kelakuannya yang buruk.
    Rupanya Rizki justru akan menjadi beban, bukan penghibur seperti yang diinginkan kakek Hasbi.
    Salam sukses mbak Tien yang Aduhai, semoga selalu sehat bersama keluarga, aamiin.

    ReplyDelete
  19. Alhamdullilah bunda..cerbung barunya LTLK perdana sdh tayang..slmt mlm dan slmt istrhat salam sht sll unk bunda sekelπŸ™πŸ₯°πŸŒΉπŸ’ž

    ReplyDelete
  20. Terima kasih Bunda, cerbung tayangan perdana..Langit Tak Lagi Kelam..sdh tayang.
    Sehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
    Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedialakala. Aamiin.

    Perhatian buat kakek Hasbi...memanjakan anak itu tidak bagus, nanti anak tsb hidup nya tidak dapat mandiri dan tidak punya inisiatif.

    ReplyDelete
  21. Nah kan...jadi Trilogi sungguh kisah ini. Biar puas penggemar bacanya.πŸ˜€

    Terima kasih, ibu Tien. Semoga sehat selalu.πŸ™πŸ»

    ReplyDelete
  22. Terimakasih bunda Tien cerbung baru sudah hadir... masih lanjutan cerita Dewi dan Satria. Salam sehat selalu bunda Tien sekeluarga

    ReplyDelete

LANGIT TAK LAGI KELAM 01

  LANGIT TAK LAGI KELAM  01 (Tien Kumalasari)   Rizki baru saja datang dengan membawa banyak bungkusan. Simbok yang sedang menyiapkan makan ...