MAWAR HITAM 15
(Tien Kumalasari)
Andra yang merasa kesal, kemudian masuk ke dalam dan membaringkan tubuhnya di kamar. Tapi kemudian dia keluar lagi dan memanggil Ria.
“Ya Pak.”
“Apa bu Mawar sering keluar malam?”
“Mm, tidak Pak, maksud saya … hanya kadang-kadang.”
“Berarti bukan hanya sekali ini kan?”
Ria menundukkan kepalanya. Akhir-akhir ini memang sering Sinah keluar malam, dan beberapa kali juga pulang sampai pagi. Ia juga pernah pulang dalam keadaan mabuk. Tapi mana dia berani mengatakannya kepada Andra? Kalau sampai nyonya majikan tahu bahwa dirinya yang mengadu kepada Andra, maka habislah riwayatnya.
“Ria, aku ngomong sama kamu!” kata Andra sedikit keras.
“Oh, iya Pak, bagaimana?”
“Bukan sekali ini kan, bu Mawar pergi sampai malam? Sering kan?”
“Ti … tidak Pak, biasanya sore sudah pulang.”
“Ini sudah hampir jam duabelas malam, warung segera tutup kan?”
“Iya, Pak.”
“Baiklah, bersiap-siaplah untuk menutup rumah makan.”
“Baik,” jawab Ria dengan perasaan lega. Kalau Andra masih mencecarnya juga, maka dia tak akan bisa menyembunyikan keadaan sebenarnya.
Andra kembali masuk ke kamar, dan merebahkan tubuhnya begitu saja. Ia melempar sepatunya sejak masih di ruangan kantor, tapi ia tak membuka baju dan celananya. Kecuali marah, dia juga merasa sangat lelah.
Ia ingin bertemu Sinah, bukan karena kangen. Ia terbiasa tidur di rumah kecil dekat kantornya, dan hanya sesekali saja dia pulang, baik ke rumah Sinah maupun ke rumah Andira. Tapi malam itu banyak yang ingin dikatakannya kepada Sinah. Tentang datangnya ke kantor dan mengatakan bahwa dia adalah istrinya, tentang permintaan uang yang katanya untuk membayar belanja rumah makan. Dalam keadaan kesal karena banyak permasalahan, ditambah lagi ternyata Sinah pergi sampai malam dan sudah larut dia belum juga pulang.
Kekesalan yang beruntun membuat Andra berpikir tentang bertemunya dengan Sinah dan kejadian demi kejadian yang membuatnya harus menikahi Sinah. Rasa kesal berubah menjadi sesal. Ia ingin mengakhiri hubungannya dengan Sinah, dan merasa bahwa pernikahan itu terjadi karena terpaksa. Tapi ia tahu bahwa Sinah sangat licik dan cerdik. Ia ingin menceraikan Sinah, tapi itu pasti tak mudah. Sinah punya banyak cara untuk menentang. Tapi apa sebenarnya yang diinginkan Sinah? Ia ingin uang, sudah diturutinya, ia ingin dia menikahinya setelah malam kelam itu, juga sudah diturutinya. Membuat usaha rumah makan? Sudah terlaksana. Ia tahu keinginan menikah itu karena Sinah ingin hidup enak. Bukankah semuanya sudah terlaksana? Sinah pasti sudah tidak membutuhkan dirinya lagi karena ia sudah punya usaha yang sudah berjalan dan juga sudah menghasilkan. Bukankah dengan begitu dia sudah menemukan kehidupan seperti yang diinginkannya? Andra merasa yakin bahwa akan dengan mudah menceraikan Sinah, karena tak ada alasan cinta yang bisa menghalangi perceraian itu. Ia tahu Sinah tidak mencintainya, dan dirinya juga tidak mencintainya. Sejak pertama bertemu, sikap dan tabiat Sinah sudah tidak menyenangkannya. Dia gadis mata duitan dan sangat licik. Kalau kemudian dia sering datang menemuinya, semuanya karena nafsu, dan sekarang nafsu itu sudah padam tiba-tiba.
Menjelang pagi, Sinah belum juga kembali. Andra bangkit dan mencari sepatunya di ruangan kantor, lalu pergi dengan diam-diam. Suasana masih sepi karena semua karyawan pasti juga sudah terlelap di rumah mereka masing-masing.
Ketika mobilnya keluar, sebuah mobil yang lain memasuki halaman. Pengendara mobil yang datang itu adalah Sinah. Terkesiap dia karena melihat mobil Andra keluar dari halaman.
“Dia pulang? Bukankah baru dua hari dia datang? Mengapa tiba-tiba pulang?” gumamnya.
Sambil memasukkan mobilnya ke garasi, Sinah berpikir untuk mencari alasan, mengapa dia pulang sampai menjelang pagi. Ia menyesal karena tadi ketiduran dan setelah bangun harus mengantarkan Bagus ke rumahnya.
Begitu masuk ke kamarnya, dia melihat tempat tidur yang berantakan. Ia tahu pasti Andra sempat tidur di situ.
Dengan mata masih mengantuk, Sinah meraih ponselnya. Ia menelpon Andra yang diyakininya pasti masih di jalan menuju pulang. Entah ke rumahnya sendiri atau ke rumah Andira. Tapi sampai lama ponsel itu tidak diangkat.
Dengan putus asa, Sinah segera merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Ia merasa yakin pasti akan bisa meluluhkan hati Andra, setelah bertemu nanti.
***
Agak siang ketika Sinah bangun, lalu mandi dan tak lama kemudian sudah duduk di ruangan kantornya. Dipanggilnya Ria, untuk meminta laporan keuangan sehari kemarin. Tapi Ria justru mengatakan kalau Andra datang ketika hari masih sore.
“Jam berapa pak Andra datang?”
“Kira-kira jam delapan atau kurang Bu.”
“Dia menanyakan aku pergi kemana?”
“Ya, tentu saja. Tapi saya tidak bisa menjawabnya, kan saya memang tidak tahu ibu pergi ke mana?”
“Lalu dia bertanya apa saja?”
“Hanya bertanya apa ibu sering pergi malam-malam.”
“Kamu jawab apa?”
“Kadang-kadang, begitu Bu.”
“Mengapa kadang-kadang? Harusnya kamu mengatakan tidak.”
“Saya bingung menjawabnya Bu. Tapi saya menambahkan kalau pergi, biasanya sore sudah kembali.”
“Ya sudah. Mana laporannya?”
Ria memberikan buku laporan keuangan dan uang yang masuk hari itu.
Sinah merasa senang, karena rumah makannya jauh dari sepi. Selalu ada uang masuk yang berlimpah.
Setelah itu dia kembali menelpon Andra. Tapi lagi-lagi Andra tak mau mengangkatnya.
“O, gitu ya, nggak mau menerima telpon aku, bagaimana kalau aku datang lagi ke kantor kamu?” kata batin Sinah sambil tersenyum.
Sebuah rencana yang akan membuat Andra semakin murka.
***
Hari itu Satria mentraktir Dewi di sebuah toko es krim, atas diterimanya bekerja di sebuah perusahaan atas kebaikan hati Andra.
“Keberuntungan untuk kamu Sat, aku ikut bahagia.”
“Aku berhasil karena ada kamu yang selalu membuat aku bersemangat.”
“Bukan karena aku, memang kamu yang selalu bersemangat, dan itu sebabnya kamu berhasil mencapai apa yang menjadi keinginan kamu.”
“Belum juga, keinginan aku adalah memiliki istri yang sejak lama selalu aku impikan.”
“Gombal ah.”
“Itu benar. Setelah bekerja aku akan rajin menabung, agar aku punya uang dan bisa segera melamar kamu.”
“Mengapa harus punya uang baru bisa melamar?”
“Memangnya tidak? Kalau aku tidak punya uang, mana mungkin orang tua kamu mengijinkan kamu menjadi istri aku?”
“Tapi itu tidak penting. Yang penting kita saling mencintai, saling menyayangi, dan selalu bisa mendukung satu sama lain.”
“Tidak bisa berumah tangga hanya berbekal cinta. Hidup itu membutuhkan biaya. Bergerak, makan, harus ada biaya. Bagaimana bisa makan, bagaimana bisa menegakkan sebuah rumah tangga, bagaimana nanti menghidupi anak, mendidik, menyekolahkan.”
“Kamu sudah berpikir terlalu jauh Sat.”
“Tentu saja, semua keinginan harus disertai bekal. Memang hidup itu bukan hanya dengan uang, karena kita tidak hidup hanya untuk berdua. Nanti akan ada anak, yang butuh ini-itu, biaya sekolah. Pokoknya banyak. Tapi ya sudahlah, habiskan es krim kamu, kita harus segera pulang, karena kamu harus kuliah kan? Aku temui besok kamu di kampus, siang, karena paginya aku mau ke kantor baru aku.”
“Kamu bilang baru mulai tugas minggu depan?”
“Tapi aku akan datang menemui bagian keuangan untuk belajar. Banyak yang harus aku pelajari karena aku belum pernah bekerja. Aku sudah minta ijin kepada pak Andra tadi, dan diijinkan.”
“Bagus kalau begitu. Besok aku pulang jam satu.”
“Aku jemput kamu ya.”
***
Tapi hari itu Andra mendapat telpon dari rumah Andira. Simbok yang menelponnya.”
“Ini kamu Mbok, ada apa?”
“Nyonya jatuh di depan kamar mandi, Tuan.”
“Apa?”
“Saya sedang menelpon ambulans karena nyonya yang memintanya. Tapi saya tidak kuat mengangkat Nyonya. Berat sekali, Tuan.”
“Apa tidak ada orang lain?”
“Yang bekerja di dapur sedang ke pasar, tukang kebun tidak masuk hari ini, cepatlah pulang, Tuan. Kasihan Nyonya.”
“Ambulans belum datang?”
“Belum, Tuan. Nyonya kesakitan ini.”
“Baik, aku akan segera pulang.”
Kepada Tatik sang sekretaris ia berpesan agar menunda rapat yang seharusnya diadakan sebelum makan siang.
“Bapak mau pulang?”
“Istriku jatuh, dan akan dibawa ke rumah sakit. Dia sendirian di rumah hanya bersama pembantu.”
“Bu Andira?” tanya Tatik yang sebenarnya menduga-duga, siapa yang sakit, Andira atau Mawar yang beberapa hari yang lalu datang ke kantor dan mengaku sebagai istrinya.
“Ya, tentu saja Andira, siapa lagi?” kata Andra yang segera mengambil kunci mobilnya.
“Tidak diantar sopir?”
“Tidak, aku pulang sendiri saja.”
Tatik menatap punggung pimpinannya, sambil berpikir tentang istri pak bos yang satunya.
“Tadi jawabnya kan … Ya, tentu saja Andira, siapa lagi? …. nah, bagaimana dengan bu Mawar yang kasar dan sombong?”
Tatik tak ingin bergunjing lagi, ia segera menekuni pekerjaannya yang harus diselesaikan biarpun sang pimpinan tidak ditempat.
Tapi baru saja dia meletakkan pantatnya di kursi kerja, pak Asmat datang mendekat.
“Pak Andra pergi ya?”
“Iya, baru saja Pak, katanya istrinya jatuh.”
“Astaga, istri yang mana?”
“Ya ampun pak, istrinya ya bu Andira lah Pak, masa Bapak lupa?”
“Yang kemarin itu, yang ngaku istrinya … ?”
“Ah, entahlah Pak, nyatanya pak Andra bilang istrinya ya bu Andira.”
“Lalu bagaimana keadaan bu Andira?”
“Pastinya akan dibawa ke rumah sakit. Kita tunggu saja beritanya nanti. Bapak mau ketemu?”
“Ya, tadi pak Satria bilang mau datang untuk belajar tentang keuangan kita, dan kata pak Satria, dia juga sudah bilang ke pak Andra.”
“O, pak Satria, calon manager keuangan itu? Yang ganteng itu?”
Pak Asmat tertawa menggoda.
“Kamu jatuh hati ya pada dia?”
“Enggak ah, masa baru ketemu sekali lalu jatuh hati? Belum tahu juga dia siapa, jangan-jangan sudah punya tunangan, atau bahkan istri?”
“Belum, dia masih bujangan. Kamu bebas mendekatinya kok.”
“Pak Asmat ada-ada saja.”
“Tidak apa-apa, gadis sama bujang itu kan cocok. Ya sudah, aku kembali ke ruangan dulu. Ya sudah kalau pak Andra tidak ada,” katanya sambil membalikkan tubuhnya untuk kembali ke ruangannya, sementara Tatik senyum-senyum sendiri entah kenapa. Membayangkan calon manager keuangan yang ganteng? Barangkali iya, entahlah.
Tapi baru saja Tatik akan memulai tugasnya, seseorang berjalan mendekat. Tatiek berdebar, itu kan pak ganteng yang baru saja dibicarakan pak Asmat?
“Selamat pagi,” sapa Satria.
“Selamat pagi Pak.”
“Pak Andra ada di tempat?”
“Pak Andra sedang pulang buru-buru, karena katanya istrinya jatuh.”
“Oh, ya? Bagaimana keadaannya?”
“Kami belum tahu, belum ada berita dari pak Andra. Pastinya sudah dibawa ke rumah sakit. Tapi pak Asmat sedang menunggu Bapak.”
“Baiklah, kalau begitu saya ke ruangan pak Asmat dulu.”
“Perlu diantar?” tawar Tatik sambil tersenyum.
“Tidak, terima kasih, saya kan sudah tahu ruangannya.”
“Silakan, Pak.”
Satria mengangguk lalu meneruskan langkahnya menuju ruang kantor keuangan. Tatik menatap punggungnya dengan dada berdebar.
“Sungguh sempurna,” gumamnya pelan.
Tapi begitu Tatik akan memulai kembali pekerjaannya, seseorang muncul. Si cantik dengan sepatu hak tinggi yang suaranya bergema ke seluruh area kantor.
“Aduuh,” Tatik mengeluh pelan, tapi tanpa disangka pendatang itu mendengarnya.
“Mengapa Mbak mengaduh?” sapanya sengit, tak ada ramah-ramahnya.
“Oh, tidak … saya sedang mencari berkas yang akan saya kerjakan, tapi tidak ketemu.
“Saya mau ketemu pak Andra.”
“Maaf, pak Andra sedang tidak di tempat.”
“Jangan bohong, bilang kalau bu Mawar datang.”
“Saya tidak bohong, baru saja pak Andra pulang karena istrinya terjatuh.”
”Istrinya yang mana? O, si gendut itu? Dia masih istrinya?” kata Sinah seenaknya.
Tatik tidak menanggapi. Ia merasa perempuan yang mengaku istri pak Andra ini memang orang tidak waras.
“Apa Ibu mau menunggu?” tanya Tatik berbasa-basi.
“Lama tidak?”
“Saya tidak tahu, karena pastinya pak Andra juga mengantarnya ke rumah sakit.”
Pada saat itu Sinah melihat Satria keluar dari sebuah ruangan, bersama dengan seorang laki-laki setengah tua.
“Satria?” mata Sinah berseri.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah
ReplyDeleteNuwun jeng Ning
DeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteeMHa_15 sudah tayang ..
Terimakasih bu Tien, semoga sehat selalu dan selalu sehat. Aamiin....
Salam SEROJA dan
Tetap ADUHAI
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun mas Kakek
Matur nuwun mbak Tien-ku Mawar Hitam telah tayang
ReplyDelete🪴🎋🪴🎋🪴🎋🪴🎋
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏💝
Cerbung eMHa_15
sampun tayang.
Matur nuwun Bu, doaku
semoga Bu Tien selalu
sehat, tetap smangats
berkarya & dlm lindungan
Allah SWT. Aamiin YRA.
Salam aduhai 💐🦋
🪴🎋🪴🎋🪴🎋🪴🎋
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng Sari
Aduhai
Matur suwun bu Tien
ReplyDeleteSami2 pak Indriyanto
DeleteAlhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " MAWAR HITAM 15 " sudah tayang
ReplyDeleteSemoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
Alhamdulilah, maturnuwun bu Tien " Mawar Hitam episod 15" sampun tayang, Semoga bu Tien selalu sehat dan juga Pak Tom bertambah sehat dan semangat, semoga kel bu Tien selalu dlm lindungan Allah SWT aamiin yra 🤲🤲
ReplyDeleteSalam hangat dan aduhai aduhai bun 🩷🩷
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sri
Aduhai aduhai
Matur nuwun, Bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Anik
DeleteAlhamdulillaah, matur nuwun Bu Tien, sehat wal'afiat semua ya 🙏🤗🥰🌿🌸
ReplyDeleteMau cari masalah lg ya Sinah,...Seru nih🤭
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ika
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda Tien dan pak Tom selalu sehat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
Alhamdulillah Mawar Hitam 15 sudah tayang
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Semoga sehat walafiat
Salam aduhai hai hai
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Aduhai hai hai
Alhamdulillah, MAWAR HITAM(MH) 15 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Uchu
Alhamdulillah MAWAR HITAM~15 sudah hadir. Maturnuwun Bu Tien, semoga tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga tercinta.
ReplyDeleteAamiin YRA.🤲🤲🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Hamdallah
ReplyDelete
ReplyDeleteAlhamdullilah
Matur nuwun bu Tien
Cerbung * MAWAR HITAM 15
* sdh hadir...
Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
Aamiin...
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
Matur nuwun Bu Tien, salam sehat bahagia aduhai dr Yk....
ReplyDeleteSami2 ibu Reni
DeleteAduhai
Alhamdulillah,Sinah yg over dah tayang, semoga di akhir cerita Sinah sudah berubah nasib🫢..... Maturnuwun Bu Tien, selalu ditunggu episode selanjutnya, sehat dan bahagia selalu bersama Kel tercinta..
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Tatik
Alhamdulillaah Mawar Hitam - 15 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
Aamiin Allahumma Aamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ting
Terima kasih Bunda, cerbung Mawar Hitam 15 ..sdh tayang.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedialakala. Aamiin
Mungkin kesabaran nya Andra sdh habis, tinggal 'tunggu tgl main nya' mentalak Sinah..
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Munthoni
Akankah Andra menguntit kepergian Sinah pada malam hari? Mungkin tidak, sebab pada dasarnya memang tidak cinta.
ReplyDeleteKalau ada kecurigaan Satria kepada Mawar, bisa jadi Mawar keceplosan perbuatannya sebagai Sinah.
Salam sukses mbak Tien yang Aduhai semoga selalu sehat bersama keluarga, aamiin.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Latief
Ooh....Sinah, Sinah...dasar "mata keranjang"...wkwk...🤭😅
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien. Salam bahagia.😀
Sami2 ibu Nana
Delete