Tuesday, July 15, 2025

MAWAR HITAM 14

 MAWAR HITAM  14

(Tien Kumalasari)

 

Ada rasa heran di hati Sinah, bagaimana Satria bisa menjadi manager keuangan di perusahaan Andra. Tapi dia senang, barangkali dia akan dengan mudah menemuinya, atau bisa melakukan sesuatu, atau entahlah, ada rencana untuk merebut Satria dari tangan Dewi, tapi dia belum menemukan jalan apa yang harus dilakoninya.

Tapi hari ini dia ada janji dengan seseorang, dan dia sudah membawa uang yang diberikan oleh Andra baru saja. Uangnya sendiri masih ada, tapi untuk bersenang-senang ia butuh uang. Ia merasa beruntung karena Andra bisa dengan mudah memberikan uang yang dia minta. Barangkali karena Andra tak ingin berlama-lama berada di kantornya sehingga dia segera memberikan berapapun yang Sinah minta.

Sinah melenggang dengan langkah ringan. Ketukan sepatu dengan hak tinggi kembali membuat orang yang berlalu lalang di sekitar kantor tertarik untuk menoleh ke arahnya, lalu kasak kusuk segera tersebar, tentang bos Andra yang punya istri bernama Mawar, yang cantik, genit dan menawan. Tapi satpam perusahaan mendengus kesal ketika mendengar orang-orang bergosip tentang Mawar dan majikan mereka. Kekesalan itu ditumpahkannya ketika beberapa orang saat istirahat tiba mampir ke pos jaga.

“Hanya cantik, tapi tidak punya tata krama. Kelihatan sangat merendahkan orang lain, dan sombong,” gumamnya tak suka.

“Kelihatannya begitu, ia berjalan sambil mengangkat wajahnya, itu pertanda orang sombong. Bagaimana ya, pak Andra bisa punya istri seperti itu?”

“Padahal bu Andira itu orangnya baik, ramah kepada siapapun juga,” kata pak satpam lagi.

“Ssst, sudah kasak kusuknya, nanti pak Andra mendengar bisa kena marah semuanya.”

“Apa bu Andira tahu tentang perempuan itu ya?” ternyata masih ada yang nyeletuk.

“Nah, itu aku juga tidak tahu. Sudah … sudah … ayo bubar,” kata pak Satpam lagi yang agak kesal karena pos jaganya dipakai untuk bergunjing.

Lalu mereka diam, dan pergi menjauh, yang entah kalau ketemu lagi masih akan membicarakannya atau tidak.

***

Setelah puas sedikit berbincang dengan calon stafnya, Satria mohon pamit. Ia mampir ke ruangan Andra.

“Pak Satria masih di sini rupanya?” tanya Andra.

“Iya, tadi omong-omong sebentar dengan pak Asmat.”

“Iya, dia itu rajin dan tekun. Ketika managernya resign dan belum ada gantinya, ia melakukan semua tugas dengan baik. Pak Satria bisa belajar banyak pada dia.”

“Iya, saya mengerti. Sekarang saya mohon diri dulu. Besok kalau bisa saya akan kemari lagi untuk lebih mempelajari semuanya, sehingga saat saya mulai bertugas, berarti saya sudah menguasai lebih banyak.”

“Bagus sekali kalau pak Satria mau. Saya senang pak Satria suka belajar.”

“Kalau tidak belajar, mana saya bisa? Apalagi saya kan belum berpengalaman.”

“Iya, tentu saja.”

“Sekarang saya mohon diri.”

“Tunggu sebentar, pak Satria, apa pak Satria mengenal Mawar?” tanya Andra yang mendengar, ketika Sinah menyapa dia menyebut namanya dengan Mawar. Andra yang tak ingin mempermalukan Sinah, tidak menanggapinya. Ia hanya berpikir, pasti mereka  pernah bertemu dan Sinah tidak mau mengaku kalau namanya adalah Sinah.

“O, saya pernah makan di rumah makan Mawar Hitam, dulu saya mengira dia Sinah.”

“Dia sangat persis ya?”

“Tapi dia bukan Sinah kan? Soalnya beberapa hari yang lalu saya melihat Sinah berjualan buah.”

“Sinah berjualan buah?” tanya Andra heran.

“Iya. Dia datang ke rumah kost saya untuk menawarkan buah-buahan.”

“O, begitu ya?” tanya Andra bertambah heran.

“Setelah dari rumah sakit itu, pak Andra tidak pernah ketemu dia lagi? Bukankah pak Andra memberinya sejumlah uang?”

“Mm … tidak, tidak pernah,” kata Andra yang sebenarnya tak ingin berbohong.

“Baiklah, bukan apa-apa. Mawar dan Sinah kan berbeda. Sinah orang biasa dan Mawar seorang pengusaha. Hanya saja sebenarnya saya heran, pak Andra mengenal dia sangat dekat, rupanya.”

“Dia … hanya seorang teman,” kata Andra yang tak mau mengenalkan Mawar sebagai istrinya. Sesungguhnya Andra malu.

***

Tapi di sebuah ruangan, ada staf di bagian lain yang bergunjing tentang Mawar.

“Saya heran kalau dia itu istrinya pak Andra. Ketika pada suatu hari kami makan bersama pak Andra di sebuah rumah makan, kami bertemu bu Andra sedang berjalan bersama dia.”

“Dia siapa? Maksudnya yang namanya Mawar?”

“Iya, tapi belum seperti yang tadi ke kantor itu, waktu itu pakaiannya walaupun sudah kelihatan modis, tapi dandanannya tidak terlalu menyolok seperti tadi.”

“Berarti bu Andra sudah mengenal dia ?”

“Pastinya, dulu jalan bersama bu Andra, perempuan itu menggandeng bu Andra erat sekali, seperti saudara atau teman dekat.”

“Tadi mengaku menjadi istri pak Andra, kata sekretarisnya, pak Andra kelihatan marah.”

“Mungkin hanya mengaku aku, supaya bisa bertemu pak Andra.”

“Lancang sekali, kalau bu Andra tahu, apa tidak marah?”

“Saya kira dia adik bu Andra, aku kan pernah mengatakan itu, tapi pak Andra diam saja.”

“Ya sudahlah, mengapa kita bergunjing tentang hal yang tidak perlu? Pekerjaan menumpuk, dan syukurlah sudah ada manager baru di bagian keuangan, sehingga pekerjaan pak Asmat menjadi lebih ringan. Kasihan sebenarnya kan?”

“Manager baru itu masih muda. Sekretaris pak Andra, Hartati, kelihatannya tertarik, ketika mengajaknya bicara, dia sambil senyum-senyum begitu.”

“Yah, kamu itu hanya cemburu, soalnya kamu juga suka sama Tatik kan?”

“Ngawur, aku sudah punya istri, apa kamu lupa?”

“Istri kan di rumah, di sini ngaku bujangan kan tidak apa-apa?”

“Wah, kamu itu ngajarin aku selingkuh ya? Jangan-jangan kamu sendiri.”

“Sudah, sudah … ayo kerja … nanti kalau pak Andra mendengar kita ngobrol tentang bu Andra bisa kena marah kita semuanya.”

***

Mawar memang luar biasa, sekalinya muncul, banyak orang membicarakannya. Sayangnya bukan bicara tentang hal baik. Tapi tampaknya Sinah tidak peduli. Baginya, diperhatikan banyak orang adalah kebanggaan. Siapa sangka anak mbok Manis yang seorang pembantu bisa memiliki rumah makan dan punya banyak anak buah yang menghormati? Hanya saja Sinah lupa dari mana air mengucur kalau bukan dari sumbernya. Ia bahkan tidak menghormati ketika bertemu simboknya. Kekuasaan dan hidup yang serba gemerlap membuatnya sangat bangga dan malu mengakui seorang pidak pedarakan seperti orang tuanya.

Siang itu dia bertemu dengan seorang anak muda yang ganteng. Bukan sekali itu Sinah bertemu. Mereka sudah sering kencan. Bukan karena Sinah jatuh cinta, tapi Sinah hanya  suka karena anak muda itu selalu menyanjungnya. Bukan pula karena jatuh cinta ketika anak muda itu sering mengencani Sinah dan mengajaknya jalan berdua. Dia suka uangnya. Sinah yang banyak uang selalu memberi apapun yang dia minta. Bagi Sinah, uang bukan masalah. Ia punya usaha, dan kalau sampai dia tekor, maka dia bisa lari kepada Andra dan meminta sejumlah uang.

Anak muda bernama Bagus itu adalah anak muda pengangguran. Dengan bermodalkan wajah tampan dia bersedia melayani perempuan kesepian dengan imbalan sejumlah uang.

Kali ini ia tak bisa melepaskan Sinah. Kecuali cantik, Sinah bisa membuatnya puas dan senang. Ia juga tak pernah kekurangan uang. Bukankah Sinah begitu royal kepada dirinya?

Ketika itu Bagus minta agar mereka singgah di sebuah toko pakaian. Bagus ingin membeli baju baru dengan alasan baju lamanya sudah usang dan membosankan. Sinah setuju, apa yang enggak buat Bagus?

Ketika mereka turun di pertokoan, seseorang menyapanya.

“Sinah?”

Sinah terkejut, melihat Andira berjalan bersama simbok. Ia melotot marah karena dipanggil Sinah, padahal pernah bertemu ketika makan dan sudah dikatakan kalau namanya Mawar.

“Ibu bagaimana, bukankah Ibu pernah makan di rumah makan saya dan saya mengatakan bahwa nama saya Mawar?”

“Oh, aduh … maaf ya jeng, saya sebenarnya tidak lupa. Tapi begitu bertemu, ingatan saya langsung kepada bekas pembantu saya,” kata Andira berterus terang.

“Enak saja, menyamakan saya dengan pembantu,” gerutu Sinah sambil menggandeng Bagus masuk ke dalam sebuah toko pakaian.

“Ya ampun, aku salah lagi Mbok, dia kan Mawar, pemilik rumah makan itu. Kok mulutku bisa memanggil Sinah, lalu membuat dia marah.”

“Iya Nyonya, bisa dimengerti. Wajahnya memang persis Sinah. Tapi dulu kan kita pernah bertemu dia ketika Nyonya makan di rumah makan dia, dan Nyonya keliru memanggil, lalu dia mengatakan bahwa namanya Mawar.”

“Waktu itu dia menerangkan dengan manis ya Mbok, kok tadi marah sekali, sampai matanya mendelik begitu.”

“Mungkin dia kesal, dia pernah mengenalkan namanya, tapi Nyonya masih keliru saja.”

“Iya juga sih,” kata Andira sambil tertawa lucu.

“Sekarang Nyonya mau jalan ke mana lagi? Sudah jauh kita berjalan, nanti Nyonya kecapekan.”

“Kok nggak ketemu toko makanan, tapi jangan yang roti Mbok. Aku mau yang dibungkus daun-daun, begitu. Seperti lemper, nagasari, mendut.”

“Naik andong lagi saja, nanti kalau ketemu baru kita suruh berhenti. Saya takut nyonya kecapekan.”

“Tadi sebenarnya mau masuk ke toko pakaian itu, tapi nggak jadi, perempuan yang galak seperti setan itu juga masuk ke sana. Ogah bertemu lagi aku. Apakah laki-laki itu pacarnya, atau suaminya ya?”

“Entahlah. Saya juga lupa bertanya,” canda simbok, membuat Andira terkekeh.

“Peduli apa dia bersama suaminya atau pacarnya. Ayuk panggil andongnya tadi, kita naik andong lagi saja.”

***

“Aku lapar, kita makan dulu ya,” kata Sinah.

“Kamu tidak mengajak aku makan di rumah makan kamu saja?”

“Mana mungkin, anak buahku tak boleh tahu kalau aku punya simpanan. Suamiku bisa membunuh aku kalau ketahuan aku bersamamu.”

”Bukankah suami kamu selalu sibuk?”

“Itulah, karena dia jarang pulang, maka aku jadi kesepian. Untunglah ada kamu yang bisa menyenangkan aku.”

Sinah menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah makan. Rumah makan itu terletak agak di pinggiran kota, yang tidak begitu ramai pelanggan.

Keduanya masuk, duduk berhadapan dan memesan makanan.

“Mengapa ada orang memanggil kamu Sinah?” tiba-tiba Bagus bertanya.

“Apa? O, perempuan gendut itu tadi? Dasar kurangajar, masa aku disamakan dengan bekas pembantunya?”

“Hanya salah orang?”

“Ya salah lah, mana ada pembantu penampilannya seperti aku? Itu sebabnya aku tadi sangat marah.”

“Ya sudah, jangan marah lagi, kan hanya salah orang.”

“Salahnya kebangetan.”

Bagus terkekeh.

“Bagus, sebenarnya aku mau minta tolong kamu.”

“Minta tolong? Apa yang harus aku lakukan?”

“Aku sedang ingin menjatuhkan seseorang, tapi nanti saja aku bicarakan lebih jelas, sekarang kita makan lagi saja.”

Setelah makan itu mereka tidak langsung pulang. Sudah menjadi kebiasaan mereka, selalu mampir ke sebuah hotel, melepaskan lelah dan bersenang-senang tentunya.

***

Tapi malam itu, Andra pulang ke rumah Sinah. Ada yang ingin dibicarakan, tentang kedatangannya ke kantor dan mengaku sebagai istrinya.

Bagaimanapun Andra tidak harus selalu menuruti kemauan Sinah. Ada yang ditakutkannya dengan kedatangan Sinah ke kantor, dan ia harus menegurnya. Kedatangannya membuat banyak pergunjingan di kantor. Andra tahu itu, dan yang ditakutkannya adalah apabila mertuanya sampai mendengar desas-desus itu.

Tapi ketika memasuki rumah makan, sebelum masuk ke ruangan Sinah, Ria, orang kepercayaan Sinah mengatakan bahwa Sinah pergi sejak pagi.

“Pergi sejak pagi?”

“Iya Pak.”

“Ke mana?”

“Saya tidak tahu Pak, bu Mawar tidak pernah mengatakan ke mana dia mau pergi.”

Andra langsung masuk ke ruang kantor Sinah, lalu menelponnya. Tapi ponselnya tidak aktif. Andra merasa kesal. Baru sekarang dia pulang malam dan mendapati Sinah tidak ada di rumah.

***

 Besok lagi ya.

45 comments:

  1. Alhamdulillah....
    eMHa_14 sdh tayang ...
    Terimakasih bu Tien.... Salam SEROJA....

    ReplyDelete
  2. Alhamdulilah, maturnuwun bu Tien " Mawar Hitam episod 14" sampun tayang, Semoga bu Tien selalu sehat dan juga Pak Tom bertambah sehat dan semangat, semoga kel bu Tien selalu dlm lindungan Allah SWT aamiin yra 🤲🤲

    Salam hangat dan aduhai aduhai bun 🩷🩷

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Sri
      Aduhai aduhai

      Delete
  3. 🌼🍄🌼🍄🌼🍄🌼🍄
    Alhamdulillah 🙏💐
    Cerbung eMHa_14
    telah hadir.
    Matur nuwun sanget.
    Semoga Bu Tien & kelg
    sehat terus, banyak berkah
    & dlm lindungan Allah SWT.
    Aamiin🤲. Salam seroja🦋
    🌼🍄🌼🍄🌼🍄🌼🍄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun jeng Sari
      Aduhai

      Delete
  4. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda Tien
    Semoga bunda sehat walafiat
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Endah
      Aduhai hai haii

      Delete
  5. Matur nuwun mbak Tien-ku Mawar Hitam telah tayang

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah "Mawar Hitam" sdh hadir.
    Matur nuwun Bu Tien🙏
    Sugeng ndalu, mugi Bu Tien & kelg tansah pinaringan sehat 🤲

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah MAWAR HITAM~14 sudah hadir.
    Maturnuwun Bu Tien, semoga panjenengan tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga.
    Aamiin YRA 🤲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Djodhi

      Delete
  8. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " MAWAR HITAM 14 " sudah tayang
    Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Herry

      Delete
  9. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien dan pak Tom selalu sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  10. Alhamdulillah, MAWAR HITAM(MH) 14 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah. Matursuwun Bu Tien cerbung " MAWAR HITAM 14 " sudah tayang
    Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin

    ReplyDelete

  12. Alhamdullilah
    Matur nuwun bu Tien
    Cerbung * MAWAR HITAM 14
    * sdh hadir...
    Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
    Aamiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Wedeye

      Delete
  13. Matur nuwun Bu Tien,cebung masih berlanjut, semoga tetap sehat bahagia bersama Kel tercinta...❤️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Tatik

      Delete
  14. Alhamdulillah..... terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  15. Terima kasih Bunda, cerbung Mawar Hitam 14..sdh tayang.
    Sehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
    Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedialakala. Aamiin

    Waduh...Sinah benar benar di 'atas angin' nih...ingat ya Sinah...'dunia semakin di kejar...semakin jauh* lho...🤭

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  16. Siapa ya yang akan dijatuhkan Sinah.. Satu-satunya 'musuh' adalah Dewi. Mungkinkah Dewi akan diumpankan kepada Bagus..
    Salam sukses mbak Tien yang Aduhai semoga selalu sehat bersama keluarga, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Latief

      Delete
  17. Matur nuwun Bu Tien, salam sehat bahagia dari Yk....

    ReplyDelete
  18. Weleh2...Sinah sudah berani main 'dobel' ya...sambil ngejar2 Satria, bukan main ambisinya.😉

    Terima kasih, ibu Tien...salam sayang.😘❤️

    ReplyDelete
  19. Aduh..
    Sinah dalam bahaya...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete

MAWAR HITAM 14

  MAWAR HITAM  14 (Tien Kumalasari)   Ada rasa heran di hati Sinah, bagaimana Satria bisa menjadi manager keuangan di perusahaan Andra. Tapi...