Monday, March 3, 2025

JANGAN BIARKAN BUNGAKU LAYU 52

 JANGAN BIARKAN BUNGAKU LAYU  52

(Tien Kumalasari)

 

Kinanti terbelalak. Candaan macam apa ini? Kekonyolan yang mana lagi? Bodohnya Kinanti. Sudah sedemikian jauh tapi tidak pernah bisa menangkap bola yang dilemparkan kearahnya, dan membiarkannya lewat begitu saja.

Sampai gemetar tangan Ardi yang mengacungkan bunga ke hadapan Kinanti dan Kinanti masih terbelalak menatapnya.

“Kinanti, ini bukan canda. Kalau memang kamu menolak, katakanlah, biar aku buang bunga ini ke tempat sampah,” kata Ardi pelan.

“Jadi ini serius? Ardi melamarku?” kata batin Kinanti.

Tiba-tiba ia seperti melihat sebuah taman bunga yang luas, dengan bunga-bunga bermekaran, lalu mencium aroma wangi yang menebar dan mengguyur seluruh jiwa dan kalbunya. Apakah ini mimpi? Ia belum pernah menerima perkataan cinta seindah ini. Dari Guntur, dokter Rifai, Suryawan … tidak seindah ini.

Tiba-tiba luruh air mata Kinanti. Ia merosot turun dari duduknya, berlutut sehingga mereka berhadapan, saling tatap dengan pandangan yang sulit diartikan. Ardi melihat bulir-bulir bening menetes dari sepasang mata indah yang selalu dikaguminya. Apakah ini penolakan? Tiba-tiba rasa dingin menyergap dadanya, membuatnya hampir menggigil. Kalau ini sebuah penolakan, maka habislah segala mimpi dan angan-angan yang sudah diukirnya seindah mungkin.

Tiba-tiba Kinanti meraih bunga itu, walau air mata bercucuran, sesungging senyuman menghiasi bibirnya.

“Ardi, kamu terlalu sering menonton sinetron ya?” ucapan itu membuat Ardi merasa kesal. Bunga sudah diterima, apakah Kinanti akan membuangnya? Ia tak mengucapkan sepatah katapun karena hatinya benar-benar sudah patah. Kinanti membalasnya dengan canda. Tapi mengapa air matanya harus mengucur? Kasihan melihatnya tampak nestapa?

“Terlalu lama aku menunggu saat seperti ini,” katanya gemetar, lalu diciumnya bunga pemberiannya.

“Maksudnya apa?” Ardi masih belum bisa menangkap apa yang dikatakannya. Ia merasa lelah, lalu menjatuhkan tubuhnya, bersimpuh di rerumputan. Kinanti mengikutinya, masih dengan memegang dan menciumi bunga itu. Kalau saja ada orang yang melihatnya, pasti mereka mengira sedang ada adegan film percintaan yang manis.

“Benarkah kamu sedang melamarku?”

“Konyol,” gerutu Ardi, seperti membalas setiap perkataan Kinanti saat melihatnya bercanda.

“Ardi, ini bunga terindah yang pernah aku terima. Ada cinta di dalamnya. Sejagat cinta yang kamu miliki, aku bahagia. Sejagad itu amatlah besar. Meliputi bumi dan langit, setinggi gunung, sedalam lautan,” kata Kinanti yang tiba-tiba juga menjadi puitis.

“Katakan dengan jelas, kamu menerima atau menolakku?” Ardi masih kebingungan.

“Apakah ucapanku tidak seperti ucapan yang puitis? Katamu orang jatuh cinta bisa mengungkapkan kata-kata puitis,” kata Kinanti, masih dengan air mata bercucuran dan senyuman yang mengembang.

“Kamu mencintaiku?” kata Ardi dengan tandas. Pusing mendengar ungkapan yang berbelit-belit.

“Aku baru sadar, bahwa apa yang aku rasakan selama ini adalah cinta. Sejak kita masih sangat belia, sejak aku selalu jengkel terhadapmu, ada rasa aneh yang aku tidak mengerti. Sampai saat ini, baru aku sadari, bahwa yang aku rasakan ini adalah cinta.”

Kinanti kembali mencium mawar merah itu lalu menjawabnya tersipu.

“Aku mau,” lanjutnya lirih, tapi mantap.

Seperti kebekuan yang membuatnya menggigil, tiba-tiba kehangatan merayapi hati Ardi. Wajah lesu yang hampir merasakan bakal kehilangan, menjadi mekar merebak bagai bunga yang digenggam Kinanti. Ia hampir memeluknya, tapi Kinanti menggoyang-goyangkan jari telunjuknya, pertanda menolak.

“Belum sekarang,” bisiknya, lalu Ardi mengerti. Tidak boleh ya, kalau belum halal?

Kinanti tersenyum. Ini pernyataan cinta yang terindah. Lebih indah dari apa yang pernah dilihatnya di film apapun yang selalu membuatnya terharu. Ini nyata, ini bukan mimpi. Ia tak bisa mengungkapkan perasaannya.

“Buka kotak kecil itu,” kata Ardi.

Kinanti baru teringat, ada kotak kecil menempel di tangkai mawar yang dipegangnya, dibuat seperti dasar tempat bertumpunya mawar itu.

“Ini apa?” tanyanya sambil mengusap air matanya.

“Buka saja.”

Dengan gemetar Kinanti membukanya. Sebuah cincin berlian berkilau di dalamnya.

“Ya Tuhan, kamu memberikan cincin ini?”

Ardi mengambilnya, lalu memasangkannya di jari manis Kinanti.

“Kok bisa pas? Kapan kamu mengukur lingkar jariku?” tanya Kinanti sambil mengawasi benda berkilau yang bertengger di jarinya.

“Aku tidak perlu mengukurnya secara fisik. Kamu sudah lama berada di dalam hatiku, jadi aku tahu apa dan bagaimana keadaanmu, luar dalam.”

“Luar dalam? Jangan konyol kamu!”

Ardi tergelak. Suasana kaku itu tiba-tiba menjadi terurai oleh Ardi yang kembali mengeluarkan candanya.

Mereka berdiri, sebagai sepasang kekasih yang baru saja melepaskan dendam cinta yang tersembunyi. Lalu berjalan menuju ke arah mobil.

Lalu Kinanti sadar,  disampingnya berdiri laki-laki perlente kecintaanya, sedangkan dirinya dengan baju kerja yang lusuh dan bau obat-obatan.

“Kita makan sekarang,” kata Ardi sambil mengelus perutnya.

“Ardi, tahukah kamu, bahwa yang berjalan ini adalah seorang Pangeran diiringi oleh dayangnya?”

“Haaa? Apa? Pangeran dan dayangnya?”

“Kamu pangeran, dan aku dayangmu.”

“Apa?” Ardi masih belum mengerti.

“Lihatlah dirimu, dandan begitu apik, kelihatan gagah dan tampan, sedangkan aku, pakaian lusuh dan bau. Kamu mengajakku kemari saat aku baru pulang kerja.”

Ardi menatap wanita yang berjalan disampingnya.

“Tidak, kamu seperti seorang dewi.”

“Konyol.”

“Benar, bagiku kamu tidak ada cacat celanya. Abaikan itu. Kita adalah Pangeran dan Permaisurinya.”

Kinanti mencubit lengan Ardi. Boleh ya, hanya mencubit? Kan Ardi memakai baju berlengan panjang yang menutupi kulitnya? Boleh atau tidak, Kinanti sudah melakukannya, membuat Ardi berteriak kesakitan.

“Apa kamu ingin kita mampir ke sebuah butik untuk membeli baju?”

“Baju untuk apa?”

“Baju untuk kamu, kalau kamu merasa tidak pantas.”

“Tidak … tidak, apakah itu penting? Apakah kamu malu berduaan dengan perempuan dengan penampilan lusuh seperti ini?”

“Tidak sama sekali. Aku suka.”

***

Mereka sudah duduk berhadapan di sebuah rumah makan, dan sudah memesan makan dan minum yang mereka inginkan.

“Ardi, mengapa kamu suka wanita seperti aku? Aku ini janda beranak dua, orang biasa, sederhana dan_”

“Aku mencintai sejak kamu masih remaja, aku pendam cinta ini dan kamu … tetap wanita yang aku impikan, walau kamu janda, atau bahkan kalau kemudian kamu menolak aku, sampai kamu menjadi nenek-nenek.”

“Benarkah? Kenapa baru sekarang mengatakannya?”

“Aku tidak ingin merebut hari-hari bahagiamu. Aku ingin kamu tetap wanita yang bahagia, siapapun pilihanmu. Aku sedih melihat kamu menderita, aku tak tahan lagi untuk berlama-lama mengutarakan isi hatiku secara serius. Padahal aku sering mengatakannya, tapi kamu selalu menganggapku bercanda.”

Kinanti tersenyum. Itu benar, Ardi sering mengucapkan kata cinta, tapi Kinanti selalu menganggap bahwa itu adalah canda. Jadi sedalam itu Ardi mencintainya?

Pesanan sudah dihidangkan di meja.

“Aku ini gampang sekali merasa lapar, jadi aku akan menghabiskan semuanya,” kata Ardi.

“Kalau kamu habiskan semuanya, untuk aku mana?”

“Maksudku menghabiskannya berdua.”

“Oh, aku sudah ketakutan kalau kamu menghabiskannya, padahal aku juga lapar,” kata Kinanti sambil meneguk minumannya.

Ardi tertawa. Bukankah ini canda yang manis?

“Aku hanya bercanda. Kamu tahu apa arti kata yang aku ucapkan itu? Supaya besok kalau kamu sudah jadi istriku, kamu harus memasak banyak, karena aku doyan makan.”

“O, begitu. Siap Pangeran.”

“Terima kasih Tuan Putri.”

Lalu mereka makan dengan wajah-wajah sumringah.

Tapi agak jauh dari mereka, seorang laki-laki sedang menatapnya sedih. Dia adalah Suryawan, yang gagal memiliki Kinanti gara-gara penolakan anak-anaknya.

“Laki-laki itu tampan, gagah dan tidak mengecewakan. Apa Kinanti menyukainya? Dia masih muda, barangkali masih perjaka, dan aku bukan apa-apanya,” katanya dalam hati.

Ada sesal dan kesal kepada anak-anaknya, terutama Tia yang sudah mengerti apa arti seorang ibu tiri. Ia belum tahu bagaimana baiknya Kinanti, dan sudah menolaknya mentah-mentah. Ia masih ingin membujuk anak-anak itu, agar mengerti apa arti seorang ibu dalam sebuah keluarga, tapi Kinanti keburu menolaknya. Suryawan memakluminya. Kinanti tak mau memaksakan kehendak dengan terus hidup bersama anak-anak yang membencinya. Pasti akan terasa sulit. Wanita mana yang mau mengasuh anak tiri sebanyak lima orang dan sudah jelas tidak menyukainya? Barangkali akan berhasil, tapi berapa lama? Ini adalah pilihan terbaik bagi Kinanti. Suryawan menghormatinya.

Suryawan kehilangan nafsu makannya. Ia berdiri tanpa menghabiskan makanan yang dipesannya. Ia meletakkan selembar uang di meja, kemudian berdiri dan bergegas pergi.

***

Ardi mengantarkan Kinanti sampai ke rumah. Kinanti langsung masuk ke rumah, sedangkan bu Bono menemani Ardi di teras.

“Ibu, apakah ibu bersama Bapak?” tanya Emmi.

“Iya, sayang,” jawab Kinanti yang hari itu merasa mantap menjawabnya.

“Emmi mau ketemu bapak,” katanya sambil berlari. Kinanti tersenyum, ia segera masuk ke kamarnya dan bersiap mandi. Ia biarkan ibunya menemani Ardi. Pasti Ardi akan mengatakan sesuatu pada ibunya.

“Bapaaaak,” teriak Emmi begitu keluar dari pintu.

Ardi langsung menyambutnya, dan menariknya ke dalam pangkuan.

“Bapak bawa coklat lagi?”

“Oh iya, bapak lupa tuh. Besok akan bapak bawakan lebih banyak, ya.”

“Benar ya? Janji?”

“Janji, sayang.”

Bu Bono tersenyum.

“Yang kemarin kan masih ada, di dalam kulkas?” kata sang nenek.

“Tinggal sedikit. Emmi ambil ya,” kata Emmi sambil berlari ke dalam.

Ardi tersenyum. Trenyuh, ketika tiba-tiba Emmi sudah memanggilnya bapak.

“Nak, kalau Emmi terus menganggapnya begitu, bagaimana. Dia kan masih kanak-kanak, pasti akan mengganggu nak Ardi yang benar-benar dianggapnya ayahnya.”

“Tidak Bu, kalau Ibu mengijinkan, saya mau benar-benar menjadi bapaknya Emmi.”

Bu Bono menatap Ardi tak percaya. Selama ini Kinanti selalu menganggapnya sahabat. Apa benar Ardi bersedia menjadi bapaknya Emmi?

“Apa maksud nak Ardi?”

“Tidak lama lagi saya akan melamar Kinanti.”

“Apa?”

“Kalau Ibu mengijinkan. Jadi saya bukan hanya menjadi ayahnya Emmi, tapi juga Emma.”

“Nak Ardi serius?”

“Sudah lama saya mencintai Kinanti.”

“Mengapa baru sekarang nak Ardi mengatakannya?”

“Saya tidak berani, karena Kinanti sepertinya sudah punya pilihan. Saya hanya ingin Kinanti hidup berbahagia.”

Bu Bono tampak terdiam. Ia tahu Ardi laki-laki yang baik. Tapi bukankah semua tergantung pada Kinanti?

“Apa nak Ardi sudah bicara dengan Kinanti?”

“Sudah Bu, Kinanti tidak menolaknya.”

“Apa nak Ardi sudah memikirkannya masak-masak? Mengingat nak Ardi ini masih bujangan, sedangkan Kinanti sudah janda dengan dua anak yang masih kecil-kecil? Ibu tak ingin Kinanti menderita. Sudah dua kali dia gagal meraih kebahagiaannya, walau yang terakhir belum sempat menjadi istrinya.”

“Saya berjanji untuk membahagiakan Kinanti, melindungi dan mencintai sampai akhir hayat saya.”

Bu Bono merasa lega mendengarnya. Semoga kali ini Kinanti benar-benar menemukan kebahagiaannya.

“Dalam waktu dekat keluarga saya akan datang kemari Bu.”

“Kalau itu yang terbaik untuk Kinanti, silakan saja.”

“Bapaaak, Bapaaak. Benar, coklat yang kemarin masih ada,” tiba-tiba Emmi berteriak sambil mengacungkan sisa coklatnya.

“Oh, bagus sekali. Besok bapak akan membawakan lagi yang lebih banyak, ya.”

“Horeee … horeee… coklat yang banyaaaaak,” Emmi berteriak sambil melompat-lompat kegirangan.

***

Hari itu akhirnya tiba, setelah berbulan-bulan berada dalam penantian. Sebuah pesta sederhana dalam acara pernikahan antara Ardian dan Kinanti, digelar dalam sebuah gedung. Atas permintaan Kinanti, tidak usah dengan resepsi yang digelar besar-besaran. Hanya kerabat dekat dan teman bisnis Ardi yang diundang. Walau begitu, tetap saja ada ribuan yang datang di acara tersebut.

Ardi adalah pengusaha sukses yang dikenal di hampir seluruh kota besar di Jawa dan sekitarnya. Sesederhana apapun, tetap saja ada ribuan yang diundang.

Kedua mempelai dengan pakaian adat Jawa bersanding dengan manis di pelaminan. Bak Raja dan Permaisurinya, mereka tampak bersinar. Bukan karena sinar lampu yang gemerlap, tapi juga oleh sinar kebahagiaan diantara keduanya.

Dua orang gadis kecil didandani dengan kain batik dan kebaya cantik, sangat lucu dan menggemaskan. Mereka duduk di bangku kecil berhias indah, di samping kiri dan kanan mempelai.

Jabat tangan dan ucapan selamat tak henti-henti menyalami kedua mempelai, yang menyambutnya dengan senyum merekah.

“Bapak dan ibu sedang ulang tahun” … celoteh Emmi yang tak tahu apa artinya perhelatan itu, membuat sang nenek yang berdiri tak jauh dari mereka menahan senyumnya.

Tanpa sepengetahuan kedua mempelai, dari tempat yang agak jauh, di dekat pintu masuk, seorang laki-laki kurus berdiri terpaku di sana. Wajah pucatnya menandakan bahwa dia bukan laki-laki yang bahagia.

Sambil menatap nanar ke arah pelaminan, bibirnya berbisik :” Kamu menemukan laki-laki yang tepat, Kinan. Semoga bahagia. Aku titipkan kedua anak-anakku.”

Lalu ia melangkah pergi sambil mengusap air matanya yang tak terbendung.

***

T A M A T

 

 

 

KEMANA PERGINYA GUNTUR? APAKAH LUKA MEMBUATNYA PUTUS ASA?

Di sebuah rumah kecil, seorang gadis merangkulnya.

“Apakah Anda adalah ayahku?”

Jangan bingung mencari Guntur ya, dia akan hadir di kisah berikutnya.

“ADAKAH MAKNA?”

Tungguin.

 


 

64 comments:

  1. πŸƒπŸŒΉπŸŒ»πŸ’”πŸ’”πŸŒ»πŸŒΉπŸƒ

    Alhamdulillah JeBeBeeL eps 52, sudah hadir.

    Terima kasih bu Tien, semoga sehat selalu.
    Salam SEROJA dan tetap ADUHAI.

    πŸƒπŸŒΉπŸŒ»πŸ’”πŸ’”πŸŒ»πŸŒΉπŸƒ

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun mas Kakek

      Delete
  2. πŸŒΉπŸ’πŸŒΉπŸ’πŸŒΉπŸ’πŸŒΉπŸ’
    Alhamdulillah πŸ™πŸ’
    JeBeBeeL_52 sdh tayang.
    Matur nuwun Bu, doaku
    semoga Bu Tien & kelg
    selalu sehat, bahagia
    & dlm lindungan Allah SWT.
    Aamiin.Salam aduhai πŸ¦‹πŸ˜
    πŸŒΉπŸ’πŸŒΉπŸ’πŸŒΉπŸ’πŸŒΉπŸ’

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun jeng Sari

      Delete
  3. Matur sembah nuwun Mbak Tien JeBeBeeL. 52..sdh tayang.
    Sehat..semangat..πŸ™πŸ’ͺπŸ₯°πŸ˜
    Salam ADUHAI ..πŸ™‹πŸ’•♥️

    ReplyDelete
  4. Alhamdulilah, maturnuwun bu Tien JBBL 52 sampun tayang, sampun tamat nggih bun . semoga bu Tien sekeluarga sll sehat, dimurahkan rizki, serta sll dlm lindungan Allah SWT aamiin yra 🀲🀲
    Salam hangat dan aduhai aduhai bun 🩷🩷

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Sri
      Aduhai 2x

      Delete
  5. Alhamdulillah sudah tayang
    Terima kasih bunda Tien
    Semoga sehat wslafiat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Endah

      Delete
  6. Alhamdulillah gasik
    Syukron nggih Mbak Tien ❤️❤️❤️❤️❤️

    ReplyDelete
  7. Matur nuwun mbak Tien-ku Jangan Biarkan Bungaku Layu telah tayang

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah JBBL~52 telah hadir.. maturnuwun.Bu Tien πŸ™
    Semoga Bu Tien tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga.
    Aamiin YRA 🀲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Djodhi

      Delete
  9. Terima kasih Bunda Tien Kumalasari, akhirnya Kinanti dan Ardian berbahagia

    ReplyDelete
  10. Suwun Bu Tien JBBL dah End ….🀝

    Tentu, kami menunggu kisah/cerita Guntur selanjutnya - juga cerita ttg Minar ….😊

    ReplyDelete
  11. Sugeng dalu IBU TIEN KUMALASARI, sugeng nindakaken ibadah siyam romadhon, salam kagem bapak TOM WIDAYAT

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waiki.. pembaca aktif ra tau ketok.
      Sami2 mas. Sugeng ngibadah siyam salam kagem jeng Yati

      Delete
  12. Alhamdulillah..
    Matur nuwun bu Tien, ditunggu kisah Guntur selanjutnya.
    Salam sehat selalu 🀲

    ReplyDelete
  13. Horee.. Ardi jagoanku jadian dengan Kinanti. Semoga selalu bahagia ya.
    Guntur tidak boleh putus asa, harus semangat untuk melanjutkan hidup ini.
    Menunggu cerbung selanjutnya dengan sabar, ADAKAH MAKNA. Pasti lebih ADUHAI, ..
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Latief

      Delete
  14. Alhamdulillah JBBL52 sdh tayang
    Akhirnya tamat
    Matur nuwun bu Tien kami menunggu kisah Guntur selanjutnya
    Moga bu Tien sekeluarga sehat sll

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Wiwik

      Delete
  15. Alhamdulillah matur suwun ibu

    ReplyDelete
  16. Akhirnya tamat ... Matur suwun bu

    ReplyDelete
  17. Selalu mengikuti cerbungnya bu Tien.

    ReplyDelete
  18. Akhirnya
    Ardi yang kebingungan mengartikan kata-kata Kinanti yang sedang berusaha menenangkan diri karena kejutan yang menyenangkan bahkan sangat dirindukan, rupanya kegalauan Ardi pupus sudah mereka saling memahami, memaklumi memang harus terjadi merajut kebahagiaan bersama kedua putri cantiknya.
    Kelegaan sang nenek juga mendukung mereka menjalani kehidupan berkeluarga yang utuh ada bapak ibu dan anak-anak yang cantik-cantik.
    Semoga bahagia

    Terimakasih Bu Tien
    Jangan Biarkan Bungaku Layu yang ke lima puluh dua sudah tayang ceritapun berakhir
    Menanti cerita berikutnya
    Sehat sehat selalu
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    πŸ™

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun mas crigis

      Delete
  19. Alhamdulillah "JBBL" sdh tamat.
    Matursuwun Bu Tien
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  20. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu selalu sehat wal'afiat. Sabar menunggu cerbung berikutnya.....Adakah Makna.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Reni

      Delete
  21. Aduh, tamatnya tak enak karena tak sesuai asumsi. Dulu Kinanti mencintai Guntur, kemudian dikatakan pula bahwa Kinanti dulu sudah mencintai Ardi. Memangnya cinta bisa berpindah ke lain body? Bagaimana cara Mbak Tien membuat skenario sehingga kemudian Kinanti bertemu Guntur? Apakah Guntur mau mengambil sisa teman seperti yang dilakukan Ardi? Apakah Mbak Tien sedang mempermainkan perasaan pembaca? Guntur menceraikan Kinanti karena Kinanti menghina Guntur sesuatu yang paling dikhawatirkan Guntur terjadi sejak dulu sejak dia mendapat bantuan dari keluarga Kinan...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terkadang ada rasa suka tersembunyi yang tidak disadari.
      Itu yang terjadi pada Kinanti.
      Ada cinta tersisa dihati Guntur. Apakah cinta harus memiliki?

      Apapun terimakasih saya untuk Anda.
      Tulisan2 Anda memberi semangat untuk saya terus menulis.

      Delete
    2. Semalam menunggu komentar Anda sampai ketiduran.
      Salam hangat Mas MERa

      Delete
    3. Aduh..
      Mbak Tien menyanjung saya...

      Delete
  22. Alhamdulillah, JANGAN BIARKAN BUNGAKU LAYU (JBBL),52 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.

    ReplyDelete
  23. AllahuAkbar...Indah sekali....
    Terimakasih bunda Tien

    ReplyDelete
  24. Terimaksih mbakyu, ditunggu karya selanjutnya, jangan lelah, banyak yg menanti kebahagiaan dr tulisan2 penghibur, maaf selalu saja terlambat, krn masih hrs berjuang melemahkan cel yg katanya berbahaya itu, InsyaAllah kuat... SemangatπŸ₯°πŸ₯°

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami2 jeng.
      Semangat dan sehat.
      Doa terbaik untukmu

      Delete
  25. Alhamdullilah sdh tamat jbbl nya..terima ksih bundaku..slmt pgii salam sht sll dan tetap aduhaiπŸ™πŸ₯°πŸŒΉ❤️

    ReplyDelete
  26. Terima kasih, luar biasa ibu Tien mengakhiri cerita ini dengan happy ending. Itu sungguh surprise buat seluruh pembaca.

    Cerita ini diangkat dari suatu kisah nyata, berdasar penuturan pelakunya yang masih ada. Walaupun akhir cerita tidak sama persis dengan kisah nyatanya, namun ibu Tien Kumalasari telah mengolah cerita dengan sangat indahnya, dengan dibumbui disana sini sehingga membuat orang gemes bahkan ada yang ingin meng krues² Guntur dan Wanda.
    Namun semua itu hanyalah cerita, walaupun mungkin berbeda pada akhirnya, tetapi ibu Tien Kumalasari telah membuat cerita tersebut menjadi akhir bahagia, mampu memberikan hiburan dan semangat bagi para pembacanya.
    Semoga ibu Tien senantiasa sehat, dan tetap semangat dalam mengukir kisah kisah selanjutnya.

    Salam aduhai .....! Salam kita semua !....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin
      Terima kasih mas Hadi
      Aduhai untuk kita semua

      Delete
  27. Maturnuwun bu Tien.. sangat susah ditebak Judul bungaku ternyata punya Ardi, tokoh cengengesan tapi ganteng kaya dan setia pada wanita pujaan sejak belia.... pria idola semua wanita.
    Aduhai banget pokokmen

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah Hepi ending penasaran nunggu Guntur.Maturnuwun Bunda ,semoga selalu sehat wal afiat.Aamiin

    ReplyDelete
  29. Terimakasih bunda Tien, akhirnya Kinanti berjodoh dengan Ardi, semoga bahagia selamanya

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 42

CINTAKU JAUH Di PULAU SEBERANG  42 (Tien Kumalasari)   Arum terkejut, sekaligus tersipu. Ia melihat Listyo turun dari mobil dan menghampirin...