Saturday, May 4, 2024

M E L A T I 36

 M E L A T I    36

(Tien Kumalasari)

 

Daniel tertegun. Seperti mimpi ia menatap sosok yang berdiri di sampingnya, yang kemudian menyandarkan sepeda kayuhnya di sebuah pohon, lalu kembali mendekatinya.

Sosok itu tersenyum kepadanya. Senyuman yang begitu menawan, yang selalu terbawa dalam mimpi dan jaga.

“Mas Daniel?”

“Kamu … Melati?”

Melati menatap Daniel yang tampak lusuh. Pakaiannya yang tidak rapi, celananya yang kusut, wajahnya pucat seperti tak bernyawa. Hati Melati luluh. Ingin rasanya mengelus wajah itu, agar kembali kemerahan dan segar, agar menampakkan pesona yang selalu dikaguminya.

Mengapa dua hati yang harusnya saling bertaut itu seperti saling menjauh dan membenci? Ada cinta pada masing-masing dari mereka yang saling mengabaikan satu sama lain.

“Mas Daniel,” bergetar suara Melati ketika kembali menyapa. Mereka berdiri berhadapan, saling tatap tapi tak sedikitpun bibir mereka mengeluarkan beberapa patah kata.

Tiba-tiba sebulir air mata mengalir pada mata Daniel. Tangis yang seumur hidupnya tak pernah dilakukannya, setelah kedua orang tuanya meninggal, dan dirinya terpisah dari adik-adiknya. Sebesar itukah rasa cinta menguasai hati dan jiwanya?

“Ap … pa yang terjadi?” akhirnya Melati mampu mengucapkan sebuah pertanyaan, yang mengganggu perasaannya sejak semalam.

“Apa kamu peduli?” lirih suara Daniel.

Melati mendekati sepedanya, membuka tas yang terletak di keranjangnya, lalu mengambil bungkusan tissue. Ia kembali mendekati Daniel, lalu selembar tissue mengelus pipi basah itu dengan lembut.

Daniel menangkap tangan yang memegang tissue itu, dengan lembut pula Melati menariknya.

“Apa yang terjadi? Mas menghilang sejak kemarin. Maukah menceritakannya sama aku?”

“Buruk.” hanya sepatah kata itu yang meluncur dari mulutnya. Mana mampu dia mengatakan semua yang terjadi? Dan itu karena kelemahan dan kebodohannya, sehingga seseorang menuduh dirinya telah menodainya.

“Buruk? Seseorang menculik Mas?”

Daniel tak menjawab. Ia memang merasa telah diculik. Dalam kebingungan, dan tak sadar, seseorang memperdayainya sehingga dia tak ingat apapun. Terlelap dalam keadaan tanpa daya.

“Apa yang diambil dari Mas? Dompet? Ponsel?”

Daniel meraba saku celananya. Dompet itu masih ada, lalu dikeluarkannya. Ponsel? Masih ada di saku bajunya.

“Jadi apa yang diambil dari Mas?”

“Apa yang diambil?”

Merasa bahwa Daniel masih seperti kebingungan, Melati mengajak Daniel ke pinggir, dan duduk di sebuah tangga depan toko yang belum buka.

“Mas belum mau cerita? Sekarang Mas mau ke mana?”

“Pulang. Mengapa kamu peduli?”

“Mengapa bertanya begitu sih Mas, tentu saja aku peduli. Mas selalu baik kepada saya. Pernah bertaruh nyawa demi saya,” kata Melati pelan.

“Kamu … ah, tidak. Tak ada yang bisa aku katakan. Aku bingung menghadapi diriku sendiri.”

“Kalau Mas mau pulang, ini sudah lewat jauh. Aku telpon mbak Nurin ya, supaya mengantarkan Mas pulang?”

Mata Daniel menyala, bagai memancarkan api. Melati terkejut melihatnya. Apakah itu sebuah kemarahan pada diri Daniel?

“Mas, apa Mas marah pada mbak Nurin?”

“Jangan lagi kamu sebut namanya.”

“Mas sedang berantem?”

Melati sama sekali tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Daniel dan Nurin. Ia hanya mengira, mereka adalah pasangan yang serasi, dan itu pula sebabnya dia memilih mundur, tak mau mengungkapkan cinta yang sebenarnya ada. Apakah dia salah? Melati hanya ingin Daniel berbahagia bersama seorang gadis yang pantas baginya.

Daniel berdiri. Ia merasa tak ada gunanya berbincang dengan Melati. Melati tak peduli walau dirinya mengatakan bahwa yang dicintai adalah Melati, bukannya Nurin. Dan sampai sekarang ucapan yang keluar dari mulut Melati masih saja menyakitinya. Daniel lebih baik menjauh dari Melati. Tapi ketika Daniel melangkah pergi, Melati memegangi bajunya.

 “Mas, mau ke mana?”

Daniel menghentikan langkahnya. Kembali menatap mata bening tanpa dosa itu  dengan segenap kekesalan di hatinya.

“Mengapa kamu peduli? Pergilah.”

“Jangan begitu Mas, mengapa mas Daniel marah pada saya? Saya hanya merasa lega melihat Mas di pagi ini, setelah sejak kemarin ikut bingung memikirkan kepergian Mas yang tidak jelas.”

“Kamu tidak perlu mempedulikan aku, apalagi bingung karena aku. Aku bukan siapa-siapa kamu, aku tidak pantas untuk kamu, bukankah begitu menurutmu?"

Melati mengerutkan keningnya. Dari perkataan yang diucapkan Daniel, sepertinya Daniel terluka oleh penolakannya. Begitukah?

“Aku hanya ingin Mas bahagia.”

“Omong kosong! Pergilah!”

“Mas mau ke mana? Kalau pulang, arahnya ke sana,”

“Apa peduli kamu? Aku sudah bilang kamu tidak perlu memikirkan aku.”

Daniel terus saja melangkah. Melati bingung karena Daniel tidak menuju rumah.

Melati mengambil ponsel di dalam tasnya, bermaksud menelpon Nilam, karena Daniel tampaknya tidak suka kalau dirinya menghubungi Nurin.

Tapi baru saja dia akan memencet nomor kontak Nilam, sebuah mobil berhenti. Melati  terkejut. Itu mobil Nurin, bukan?

Mobil itu berhenti tepat di samping Daniel. Tapi Daniel tak berhenti melangkah. Nurin turun dari mobil.

“Mas Daniel, aku tadi ke rumah, tapi ternyata Mas belum pulang. Ada pak Baskoro di sana. Aku sudah bilang bahwa semalam mas Daniel bersamaku.”

Melati terkejut mendengarnya. Jadi semalam Daniel bersama Nurin? Luka di hati Melati tiba-tiba meneteskan darah.

Ia mengambil sepedanya, bermaksud melanjutkan langkahnya ke arah kantor. Tapi ia heran melihat Daniel tak berhenti melangkah. Dilihatnya Nurin tertatih mengejarnya. Melati terus mengayuh sepedanya. Benar kata Daniel, ia tak usah mempedulikannya.

***

Nurin terus berjalan, berusaha mengimbangi langkah Daniel yang tentu saja lebih lebar, sambil terus berusaha meraih lengannya, yang berkali-kali Daniel mengibaskannya.

“Mas, kenapa sih kamu ini? Kamu harus mendengar apa yang aku katakan. Ayo pulang dan bicara dengan baik.”

“Pergilah!!”

“Jangan begitu. Mas harus menikahi aku.”

“Apa aku sudah gila sehingga harus menikahi perempuan murahan seperti kamu?” hardik Daniel tanpa menghentikan langkahnya, dan Nurin juga tidak mau berhenti mengikutinya.

“Mas, kamu harus bertanggung jawab.”

“Perempuan murahan. Mengapa aku harus bertanggung jawab?”

Ketika sebuah taksi melintas, Daniel melambaikan tangannya, kemudian ketika taksi itu berhenti, ia segera masuk ke dalamnya, dan meminta pengemudi taksi untuk langsung menjalankannya.

Nurin membanting-banting kakinya karena kesal. Sekarang ia sadar bahwa Daniel ternyata tidak menyukainya. Tapi bukan Nurin kalau dia berhenti mengejarnya. Ia sudah melupakan perkataan Nilam, bahwa sebagai seorang profesional dia harus mengejar cintanya dengan cara terhormat.

“Bodoh! Harusnya semalam aku tidak memberinya obat tidur, tapi obat perangsang, sehingga dia benar-benar melakukannya,” geramnya.

Nurin belum pernah melakukannya, tapi dia sudah sering melihat adegan-adegan di film yang selalu mempergunakan obat perangsang untuk menaklukkan lawan main yang menolaknya. Tapi ia salah dengan mempergunakan obat tidur.

“Kemana ya, beli obat untuk itu? Apa di apotik ada? Ah, sudah terlanjur. Kenapa memikirkannya?"

Nurin kembali ke mobilnya, karena dia tidak tahu Daniel pergi ke mana. Dia akan menemui Nilam, dan mencoba merayu Nilam agar bisa memenuhi keinginannya.

***

Nilam terbelalak mendengar penuturan Nurin. Semalam Daniel tidur di rumah Nurin? Dan melakukan hal menjijikkan itu bersama Nurin? Di depannya, Nurin menangis terisak-isak, sambil memegangi ponsel yang baru saja diperlihatkannya foto yang sudah dipersiapkannya pada Nilam, di mana dirinya dan Daniel tidur bersama di kamarnya.

Foto itu memang hanya terlihat sekilas, dan hanya memperlihatkan separuh wajah Daniel dan Nurin yang terbuka pakaian bagian atasnya. Tapi tidak terlihat bahwa waktu itu Daniel memejamkan mata karena sedang pulas.

Namun Nilam benar-benar marah kepada kakaknya.

“Bagaimana hal ini bisa terjadi? Mas Daniel sudah tahu rumahmu?”

“Mas Daniel pernah aku beri tahu alamat rumahku. Semalam dia datang dan mengatakan kalau sedang kangen sama aku, lalu tak ingin pulang. Aku tidak mengira, dia kemudian merayu aku, lalu semuanya terjadilah,” kata Nurin diiringi isak.

“Rasanya tak percaya mas Daniel mampu melakukan perbuatan terkutuk itu,” gumam Nilam dengan perasaan sedih.

“Tapi aku juga menyalahkan kamu, Nurin. Sebagai seorang gadis terhormat, harusnya kamu menolak kalau mas Daniel menginginkan sesuatu yang akan merusak kehormatan kamu,” tegur Nilam.

“Nilam, aku harap kamu bisa mengerti. Aku mencintai mas Daniel, aku lupa segalanya. Bukankah aku sudah mengatakan kalau mas Daniel mulai mencintai aku? Aku bahagia sekali, dan aku melayaninya dengan suka rela karena aku juga cinta.”

“Buruk sekali kelakuan kamu. Seorang wanita harus bisa menjaga kesuciannya, bukan mengumbar nafsu tanpa sadar akan perbuatan dosa.”

“Nilam, mengapa kamu menyalahkan aku? Aku datang kemari, untuk meminta kamu agar membantu aku. Mas Daniel harus bertanggung jawab.”

“Maksudmu, mas Daniel harus menikahi kamu?”

“Iya dong Nilam, kalau aku hamil, bagaimana?”

Nilam terdiam. Separuh hatinya dia percaya dengan melihat bukti foto itu, tapi separuhnya lagi dia heran karena perbuatan itu tak mungkin dilakukan oleh kakaknya yang begitu teguh dalam menjalankan agamanya.

“Nurin, sekarang pulanglah dulu, nanti aku akan bicara pada mas Wijan,” akhirnya kata Nilam yang merasa risih melihat Nurin tak berhenti menangis.

***

Daniel yang lelah pergi tanpa tujuan, akhirnya menyuruh pengemudi taksi untuk mengantarkannya pulang. Yang penting dia sudah terlepas dari ular betina yang terus mengejarnya.

Baskoro yang belum lama ini mendengar penuturan Nurin bahwa semalam Daniel tidur di rumahnya, tak berhenti merasa gelisah. Sebagai laki-laki berpengalaman, ia tahu apa artinya tidur di rumah seorang gadis, walau Nurin tidak mengatakannya secara rinci. Rasa sesal itu masih terus dirasakannya, sampai kemudian dia melihat taksi berhenti, lalu Daniel turun dari dalamnya.

Baskoro menunggu di teras, dan melihat Daniel melangkah mendekat.

Baskoro heran melihat keadaan Daniel yang biasanya selalu berpenampilan rapi, tapi kali itu tampak kuyu dan kusut.

“Nak Daniel dari mana?”

“Pak Bas tidak ke warung?” tanya Daniel sambil berhenti sejenak, lalu terus saja masuk ke dalam rumah.

Baskoro berdiri dan mengikuti Daniel masuk.

“Saya merasa pusing, kemudian pulang. Semalam bingung karena nak Daniel tidak pulang. Bingung harus mencari ke mana.”

Daniel duduk di ruang tengah. Baskoro bergegas ke belakang, lalu menuang teh hangat dari dalam termos, kemudian diserahkannya kepada Daniel.

“Terima kasih,” kata Daniel sambil langsung menyeruput minumannya.

“Tadi nak Nurin datang kemari.”

“Apa dia mengatakan yang tidak-tidak mengenai saya?”

“Dia mengatakan bahwa nak Daniel tidur di rumahnya semalam, sehingga tidak pulang. Apa nak Daniel lupa bahwa tadi malam harusnya nak Daniel bertugas?”

“Apa pak Bas mengira saya melakukan perbuatan tak senonoh terhadapnya?”

“Apa yang nak Daniel lakukan semalam bersamanya?"

“Tidur.”

“Hanya tidur?”

“Pak Baskoro tidak percaya? Pagi hari ketika terbangun, saya baru sadar bahwa saya tidur seranjang dengannya.”

“Hm, tidur seranjang ya?” Baskoro menatapnya curiga. Tentu saja.

“Dia memberi saya obat.”

“Jadi nak Daniel melakukannya karena dia memberi nak Daniel obat perangsang?”

“Ah, obat perangsang apa? Obat itu yang membuat saya tidur nyenyak semalaman, sehingga tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apa pak Bas mencurigai saya?”

Daniel menghabiskan minumannya, yang terasa nikmat ketika mengaliri tenggorokannya yang kering.

“Kemarin saya benar-benar merasa kacau.”

Lalu Daniel menceritakan apa yang dilakukannya sepulang dari rumah Nilam dengan berjalan kaki, sampai Nurin melihatnya dan mengatakan akan mengantarkannya pulang, tapi ternyata pulangnya adalah pulang ke rumahnya, dimana sebelumnya Nurin memberinya obat, yang katanya agar Daniel merasa tenang dan tidak gelisah seperti sebelumnya.

“Itu nak Nurin melakukannya?”

“Bapak tidak percaya sama aku?”

“Ya … ya, tunggu dulu, jangan tersinggung. Ini masalah serius. Jadi maksud nak Nurin apa? Dia bohong atau apa?”

“Kalau saya tidur di rumah dia, benar. Dia yang membawa saya dalam keadaan tidak sadar. Tapi kalau dikira saya melakukan macam-macam, itu tidak benar. Saya hanya tidur, dan tidur,” Daniel langsung masuk ke dalam kamar.

Baskoro membiarkannya. Ia tahu Daniel sedang dalam keadaan kacau. Entah apa yang membuat Nurin melakukan semuanya.

Daniel baru bersiap mau mandi, ketika ponselnya berdering.

***

Besok lagi ya

39 comments:

  1. 🌼🍀🌹☘️❤️🪴❤️☘️🌹🍀🌼

    Alhamdulillah Melati_36 sudah tayang tepat waktu. Terima kasih Budhe....... 😊😊

    Baskoro membiarkannya. Ia tahu Daniel sedang dalam keadaan kacau. Entah apa yang membuat Nurin melakukan semuanya.

    Daniel baru bersiap mau mandi, ketika ponselnya berdering.

    Telepon dari siapa hayo???

    Salam SEROJA dan tetap ADUHAI.....

    🌼🍀🌹☘️❤️🪴❤️☘️🌹🍀🌼

    ReplyDelete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Melati tayang

    ReplyDelete
  3. ☘️🌷☘️🌷☘️🌷☘️🌷
    Alhamdulillah 🙏🦋
    MELATI 36 sdh tayang.
    Matur nuwun Bu Tien
    yang baik hati.
    Semoga Bu Tien tetap
    sehat & smangaats.
    Salam Seroja...🌹😍
    ☘️🌷☘️🌷☘️🌷☘️🌷

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. ❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹

    Alhamdulillah......
    Melati_36 sdh tayang.
    Matur sembah nuwun Mbak Tien,
    Salam sehat, Salam ADUHAI

    ❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah...
    Maturnuwun Bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah, MELATI 36 telah tayang, terima kasih bu Tien, salam sehat, sejahtera dan bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda Tien
    Semoga sehat walafiat
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
  9. Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda selalu sehat

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah.
    Syukron nggih Mbak Tien 🌷🌷🌷🌷🌷

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah.semoga Bunda selalu sehat wal afiat,ayo daniel cepat temui Melati dengan cinta yang tegas.tinggalkan Nurin si Culas. 💐👩‍❤️‍👨
    Maturnuwun🌷🌻🙏🙏

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah MELATI~36 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
    ‌Aamiin yra..🤲.

    ReplyDelete

  13. Alhamdullilah
    Cerbung *MELATI 36* telah. hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat bahagia bersama keluarga
    Aamiin...
    .

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah ... Melati 36 sdh hadir .... trimakasih bu Tien ... semoga bu Tien sehat selalu.... Aamiin....

    ReplyDelete
  15. Berikutnya tentu menyebarkan berita bohong. Sayang, keburukan sendiri justru yang tampak.
    Melati bimbang atas sikap Daniel. Maklumlah dia tidak tahu apa yang terjadi.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah.. Melati 36 hadir, kasihan Daniel sdh jatuh tertimpa tangga hingga babak belum, semoga cepat terbuka kelakuan buruk Nurin dan Mekati bisa menerima cinta Daniel. Terimakasih bunda Tien, salam sehat selalu dan aduhai selalu.

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah Melati 36 sdh hadir .... matursuwun Bu Tien, semoga bu Tien bersama keluarga sehat selalu.... Aamiin 😍

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah Melati 36 sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu.
    Aamiin Allahumma Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Ting

      Delete
  19. Alhamdulilah melati 36 sudah tayang terima kasih bu Tien.. smg bu Tien sll sehat dan bahagia... salam hangat dan aduhai bun ...

    Nurin nurin... stoplah berbohong dan berbuat jahat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Sri

      Delete
  20. Hamdallah...cerbung Melati 36 telah tayang

    Taqaballahu Minna Wa Minkum

    Terima kasih Bunda Tien
    Sehat selalu Bunda, bahagia bersama Keluarga di Sala. Aamiin

    Weleh...weleh Nurin yang bikin masalah jadi ruwet.

    Nilam tidak percaya info nya Nurin

    pak Tua, yang sdh berpengalaman masalah ini, mungkin bisa menjelaskan ke Nilam dan Wijan, bahwa Daniel hanya tidur pulas krn Nurin memberi nya 2 pil obat tidur, alias bukan obat perangsang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  21. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu sekeluarga tetap sehat penuh barakah...aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Reni

      Delete
  22. Makasih mba Tien.
    Salam hangat selalu. Aduhai

    ReplyDelete
  23. Nurin...Nurin...percuma mencucurkan air mata buaya, Daniel tidak akan percaya.😜 Lihat aja nanti...Melati sudah mulai tersentuh hatinya lagi.

    Teeimakasih, ibu Tien. Sehat selalu.🙏🙏🙏😘😀😘😀

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillaah, Daniel sdh sadar ,, tp proses berjalan , smg Nilam paham n mau membantu ya Bu Tien, 🤗 kasihan. Sdg galau juga Melati,,,
    Judulnya sdg ruwet Daniel n Melati 🤩
    Aduhaiii

    Salam sehat wal'afiat semua n matur nuwun Bu Tien 🤗🥰🌿💖

    ReplyDelete
  25. Bagaimana kondisi Daniel malam ini?..
    Harusnya Nilam semprot Melati...

    ReplyDelete

KUPETIK SETANGKAI BINTANG 01

  KUPETIK SETANGKAI BINTANG  01. (Tien Kumalasari)   Minar melanjutkan memetik sayur di kebun. Hari ini panen kacang panjang, sangat menyena...