Thursday, August 31, 2023

BUNGA TAMAN HATIKU 21

 BUNGA TAMAN HATIKU  21

(Tien Kumalasari)

 

Keluarga Sardono sudah menghentikan acara makan mereka, karena memang sudah menyelesaikannya. Supri tampak menunduk, menunggu reaksi sang majikan setelah mendapatkan laporan darinya.

“Apa yang dilakukan polisi itu saat menemui kamu?” tanya pak Sardono.

“Hanya bertanya apakah benar Biran bekerja di sini, dan saya jawab bahwa sudah dua hari dia tidak masuk kerja.”

“Polisi tidak akan menemui aku kan?”

“Mereka bertanya tentang Tuan, tapi saya mengatakan bahwa Tuan bekerja, barangkali nanti atau besok mereka menemui Tuan untuk menanyakan beberapa hal.”

“Aku kan tidak tahu apa yang dia lakukan diluar sana.”

“Benar, Tuan. Tapi mungkin mereka akan bertanya tentang perilakunya. Tadi mereka juga bertanya banyak tentang rumah dan lain-lainnya, tapi kan Biran pernah bilang bahwa rumahnya sudah dijual untuk membayar hutang.”

“Apa polisi mengatakan mengapa Biran sampai membunuh orang?”

“Katanya orang itu menagih hutang  sama Biran, tapi Biran marah, lalu menghajarnya sampai tewas.”

Nijah terdiam. Sama sekali tak menyangka ayah tirinya akan berbuat sejauh itu.

“Ya sudah, kalau begitu kamu cari lagi orang lain untuk mengganti Biran, tapi jangan yang kelakuannya seperti Biran.”

“Baik, Tuan. Sekarang saya permisi.”

Pak Sardono mengangguk, dan Supri berlalu.

Bu Sardono segera memerintahkan bibik untuk memberi makan Supri, sementara Nijah menumpuk piring-piring kotor bekas makan mereka.

“Nijah, apa kamu sedih mendengarnya?” tanya Satria kepada Nijah.

“Entahlah, saya tidak tahu apa yang saya rasakan. Barangkali bukan sedih, tapi menyesali perbuatannya.”

“Dan barangkali juga kejadian ini bisa membuka mata hatinya untuk bertobat.”

“Aamiin, semoga begitu.”

“Apa kamu ingin menjenguknya di tahanan?” tanya pak Sardono.

“Saya kira tidak, Tuan. Saya tidak tahu apa yang akan saya katakan ketika bertemu nanti. Mungkin benar, apa yang menimpanya, semoga menjadi pelajaran dia untuk mengerti tentang kesalahan yang pernah diperbuatnya.”

“Baiklah, aku mengerti,” kata pak Sardono sambil berdiri.

Ristia membantu Nijah membersihkan meja makan, membuat Satria tersenyum senang, karena merasa bahwa Ristia telah benar-benar berubah.

Sementara Satria dan ayahnya kembali ke kantor, Nijah membantu bibik membersihkan dapur. Dia mencuci semua perabotan, karena Ristia akan mengajaknya pergi.

“Nijah, apakah kamu bersedih mendengar ayahmu ditahan polisi?”

“Entahlah Bik, sepertinya aku tidak bersedih. Sudah banyak kelakuan buruk yang dilakukannya. Semoga yang terjadi ini menjadi pelajaran bagi dia dan membuatnya bertobat.”

“Kamu benar. Dia sendiri yang membuat tak ada ikatan batin antara kamu dan dirinya, karena dia tidak bisa bersikap sebagai seorang ayah, dan justru menyiksa kamu sepanjang hari-harimu.”

“Benar, saya tetap merasa tak punya orang tua, karena dia tak bisa menggantikan kedudukan orang tua aku. Dia adalah orang lain yang secara kebetulan pernah hadir dalam hidup ibuku. Inilah yang membuat aku sedih Bik. Kalau ibu mengetahuinya, pasti dia akan bersedih juga.”

“Selalu mendoakan orang tua kamu ya Jah, agar mereka tenang di alamnya.”

“InshaaAllah, Bik.”

"Nijah, apa kamu sudah selesai?” tiba-tiba Ristia masuk ke dapur dengan dandanan yang apik, siap untuk pergi.

“Sebentar Non, saya selesaikan ini dulu.”

“Tinggalkan saja Jah, biar aku selesaikan nanti,” kata bibik sambil mendekati Nijah.

“Tidak Bik, ini kurang sedikit.”

“Ya sudah, selesaikan saja, aku menunggu di depan,” kata Ristia sambil berlalu.

Setelah selesai mencuci perabotan, Nijah membersihkan diri dan berganti pakaian bersih. Lalu dia berpamit kepada bu Sardono yang duduk di ruang tengah sendirian.

“Nyonya, saya minta ijin untuk keluar, Non Ristia mengajak saya.”

“Sebenarnya mau kemana dia, siang-siang begini,” kata bu Sardono.

“Katanya hanya jalan-jalan saja.”

“Baiklah, hati-hati, dan jangan kesorean pulangnya, nanti kamu capek.”

“Baik, Nyonya.”

Nijah menghampiri Ristia yang sudah menunggunya di depan, lalu segera berangkat pergi.

Berita tentang Biran yang ditangkap polisi tak begitu berpengaruh pada keluarga itu, karena mereka sudah kesal dengan kelakuan Biran yang tidak terpuji.

***

Ketika keluar dari halaman, tanpa sadar Nijah melihat ke arah samping, dan melihat Bowo duduk di atas sepeda motornya, di bawah sebuah pohon besar yang ada di pinggir jalan.

Nijah tahu Bowo juga sedang menatapnya. Ketika mau melewati tempat di mana Bowo berada, Nijah membuka kaca mobilnya, dan melambaikan tangan. Bowo membalas lambaian tangan Nijah. Entah mengapa, ada perasaan sedih ketika melihatnya. Barangkali Bowo merasa, bahwa Nijah sedang berusaha menjauhinya. Hal itu dirasakan ketika mereka sedang bertelpon. Tapi Bowo masih merasa lega, karena ketika Nijah mengatakan tak bisa menemuinya dengan alasan harus mengikuti non Ristia, ternyata benar adanya. Bowo masih bersabar menunggu esok hari. Dia harus bertemu Nijah dan meyakinkan hatinya bahwa Nijah baik-baik saja.

“Itu siapa? Kenapa kamu melambaikan tangan?” tanya Ristia yang belum pernah melihat Bowo.

“Itu Wibowo, teman sekolah saya.”

“Memangnya kamu pernah sekolah apa?”

“Waktu masih SD, Non.”

“Oh, teman waktu SD. Tapi dia ganteng lhoh. Jangan-jangan pacar kamu.”

“Bukan Non, hanya berteman baik. Kami bertemu setelah beberapa tahun berpisah, karena selepas SD dia lalu pindah ke Jakarta, mengikuti orang tuanya."

"Sekarang dia ada di sini?”

“Tidak. Hanya karena liburan, dia ke sini.”

“Hanya untuk menemui kamu?”

“Ada keluarganya di sini, yang menunggui rumahnya, ada juga neneknya.”

“Tampaknya dia suka sama kamu.”

“Tidak Non, sungguh kami hanya berteman.”

“Ya sudah. Kalau kamu ternyata sudah punya pacar, mas Satria tentu akan kecewa.”

Nijah berdebar. Hampir tak percaya bahwa sebentar lagi dia akan menjadi istri majikannya. Ada rasa senang, ada debar bahagia, tapi ada rasa takut, karena merasa tak sepadan dengan calon suaminya.

“Kami hanya berteman baik,” kata Nijah lirih.

Bowo memang baik. Sejak dirinya kedinginan di sebuah mini market, dia menyelimutinya dengan jacketnya, dia memesan kopi panas untuk menghangatkannya, dia juga mengajaknya jalan-jalan untuk melihat dunia luar yang belum pernah dijamahnya. Dia juga memberikan pakaian pantas yang selalu dikenakannya saat keluar rumah. Ada sedih mengiris ketika menyadari bahwa Bowo sangat berharap agar dia bisa mendampinginya, tapi ia tak berani menjalaninya. Hidupnya sudah cukup susah, jangan lagi teraniaya dengan kehidupan yang pasti akan susah dijalaninya karena perbedaan status yang mereka miliki. Berbeda dengan Satria, yang kedua orang tuanya sudah sangat setuju, bahkan istrinya bersikap sangat manis kepadanya. Barangkali Nijah bermimpi, bahwa hidupnya akan lebih tenang dengan keputusan yang sudah diambilnya.

“Hei, mengapa kamu melamun?”

Nijah terkejut, karena dia memang melamun. Lamunan ke arah mimpi-mimpi yang panjang, tentang kehidupan yang entah apa nanti yang terjadi.

“Ah, tidak melamun, Non.”

“Kamu diam saja, apakah kamu memikirkan Wibowo?”

“Apa? Tidak, Non.”

“Kamu ingkar, karena takut Satria mengetahuinya, kemudian membatalkan niatnya?”

“Tidak Non, mengapa Non mengira begitu? Hal yang sudah saya putuskan, tak akan membuat saya takut.”

“Bagus, aku suka bersahabat dengan seorang pemberani,” kata Ristia sambil tersenyum aneh. Tak seorangpun tahu, apa arti senyuman itu.

***

Ristia menghentikan mobilnya di sebuah cafe yang sepi pengunjung. Ia mengajak Nijah turun, lalu masuk ke dalamnya.

“Ini tempat apa?”

“Tempat minum-minum, makan-makan. Ayolah, ini punya teman aku, kita bisa berbincang akrab,” kata Ristia yang terus menarik lengan Nijah.

Ia mengajaknya duduk di sebuah pojok ruangan. Nijah mengamati sekeliling tempat itu yang memang tampak sepi.

Tiba-tiba seorang laki-laki tampan keluar dan langsung mendekati meja mereka.

“Ristia, kamu sama siapa?” tanya laki-laki yang adalah Andri.

“Andri, kenalkan, ini temanku, Nijah.”

Andri menatap Nijah. Tentu saja Andri sudah mendengar nama Nijah, bahkan pernah melihatnya saat Nijah makan bersama Satria.

“Aku sudah pernah melihatnya, tapi memang belum sempat berkenalan. Nijah, aku Andri, sahabat Ristia.”

Nijah menerima uluran tangan Andri. Dia tak begitu ingat laki-laki itu, karena saat Andri datang bersama Ristia waktu itu, Nijah lebih banyak menundukkan muka.

“Saya Nijah.”

Andri melepaskan tangan Nijah, lalu duduk di dekat Ristia.

“Kebetulan kamu datang. Ada perlu?”

“Hanya mampir, dan memperkenalkan Nijah, calon madu aku,” kata Ristia berterus terang, membuat wajah Nijah memerah. Tak mengira Ristia akan membuatnya malu.

“Oh, cantik ya, bagus sekali Ristia, kamu bisa menerima wanita lain sebagai madu. Kamu benar-benar baik,” kata Andri sambil mengedipkan sebelah matanya kapada Ristia. Ristia hanya tersenyum.

“Sebenarnya aku lagi sedih, nih,” kata Andri tiba-tiba.

“Kamu bisa sedih juga? Kenapa?”

“Ibuku memaksa aku menikah di pertengahan bulan ini.”

“Apa? Ahaaa, ini berita bagus, akhirnya kamu mau menikah?”

“Kenapa kamu tampak gembira, sementara aku sedih?”

“Mengapa sedih Ndri, menikah itu kan enak.”

“Kata siapa? Aku tidak bisa menerima wanita lain selain kamu Ristia.”

Nijah mengangkat wajahnya. Laki-laki ini begitu mencintai Ristia dan sedih ketika mau dinikahkan dengan wanita lain?

“Kamu harus menerimanya Andri, jangan sampai jadi perjaka tua.”

“Aku tidak bisa hidup bersama wanita lain, Ristia. Hanya kamu. Kalau aku dinikahkan sama kamu, baru aku mau.”

Ristia tertawa.

“Andri, kamu kan tahu aku sudah punya suami?”

“Tapi kamu perempuan bodoh!”

“Apa?”

“Karena kamu mau dimadu, maka aku sebut kamu perempuan bodoh.”

Wajah Andri muram, tapi Ristia kemudian memegang tangannya sambil tersenyum, menenangkan.

“Kamu tadi bilang bahwa aku baik karena mau dimadu, kok sekarang memaki aku bodoh?”

“Sesungguhnya itulah yang tepat untuk kamu. Harusnya kamu minta cerai, lalu menikah sama aku. Aku juga ganteng, harta aku banyak. Semua keinginan kamu pasti aku penuhi.”

“Jangan gila Andri, kenapa tiba-tiba kamu mengatakan itu? Bukankah kita punya rencana? Kamu tidak mau lagi membantu aku?”

Andri terdiam, menatap ke arah Nijah yang menundukkan wajahnya. Lalu menghela napas panjang.

“Baiklah, aku tak pernah mengingkari apa yang pernah aku katakan. Baiklah, tapi kamu tidak harus datang di pernikahan aku, aku tak akan berani bernapas kalau ada kamu.”

Ristia tertawa keras.

“Menikah itu enak. Tapi tolong beri kami minum, aku haus, setelah itu aku mau pulang.”

Andri bertepuk tangan, seorang pelayan datang, lalu dia memesan minum kesukaan Ristia. Es buah yang segar. Nijah ikut menikmatinya, tapi dia sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.

***

Hari sudah sore ketika kemudian Ristia mengajak Nijah pulang. Nijah tak mengerti mengapa Ristia hanya mengajaknya berputar-putar, kemudian mampir minum dan berbicara dengan seseorang yang dengan wajah sedih mengeluh akan dinikahkan.

“Hari sudah sore, kita harus segera pulang, nanti kita dimarahi ibu,” kata Ristia.

“Saya heran sama teman Non tadi.”

“Kenapa?”

“Dia sangat mencintai Non, sehingga merasa sedih ketika harus menikah.”

“Dia cinta mati sama aku, tapi kami kemudian menjadi sahabat baik.”

“Harusnya Non menghindari ketemu dia.”

“Kenapa harus menghindar?”

“Bukankah pertemuan dengan dia akan membuat dia tersiksa? Dia hanya bisa memandang, tapi tak bisa memiliki. Berbeda kalau non Ristia tidak usah menemuinya, sehingga dia bisa melupakan Non.”

“Tapi dia senang kok bertemu aku. Tidak apa-apa, sedikit menyenangkan dia.”

Nijah memikirkan Bowo. Kalau dirinya tak bisa membalas cinta Bowo, maka yang terbaik adalah menghindarinya, agar Bowo bisa mengerti, lalu bisa melupakan dirinya.

“Apa yang kamu pikirkan?”

“Tidak ada.”

“Sebenarnya aku belum puas mengajak kamu jalan-jalan. Besok kita jalan-jalan lagi ya? Aku sebenarnya ingin memberikan hadiah untuk kamu. Tapi ini keburu sore. Bagaimana kalau besok berangkat agak pagi?”

“Bukankah kalau pagi saya harus membantu bibik?”

“Aku akan minta ijin pada ibu agar kita bisa pergi. Aku ingin beli sesuatu untuk kamu, tapi kamu harus memilihnya sendiri, sehingga cocok dengan selera kamu.”

“Tidak usah Non, saya tidak ingin mendapatkan hadiah itu.”

“Kamu tidak boleh menolaknya, Nijah, aku tak ingin disebut madu yang jahat. Aku harus menunjukkan kepada semua orang, bahwa aku bisa menerima kamu sebagai madu yang juga aku sayangi. Semua orang harus tahu bahwa kita saling menyayangi, bukan seperti madu pada umumnya, yang bermusuhan karena berebut kasih sayang suami.”

Nijah mengeluh dalam hati. Sebenarnya juga terasa berat menikah dan menjadi istri muda. Tapi ingatan akan kebaikan nyonya majikan, dan ingatan bahwa dia diharapkan bisa melahirkan anak-anak demi keturunan keluarga mereka, membuat dia memaksakan diri untuk menjalani. Ada sedikit rasa syukur karena Ristia bisa menerimanya dan bersikap sangat baik pada dirinya.

Ketika mereka memasuki halaman rumah, sepasang mata mengawasinya dari atas sepeda motor. Wajahnya muram.

“Hanya muter-muter, lalu minum di sebuah cafe, apa sih maksud mereka itu?” gumamnya perlahan. Rupanya dia mengikuti terus mobil Ristia, sampai mereka kembali pulang ke rumah.

***

Besok lagi ya.

45 comments:

  1. Alhamdulillah.
    Matur nuwun Mbak Tien ... Semoga Berkah dan Ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala selalu melindungi kita semua Aamiin😊🌹

    ReplyDelete
    Replies
    1. Matur nuwun bunda Tien..
      Bunga Taman Hatiku makin seru dan mskin mendebarkan.
      Salam aduhai dari Jogja buat bunda Tien tersayang 😍

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Bunga Taman Hatiku telah tayang

    ReplyDelete
  3. πŸ“πŸƒπŸ“πŸƒπŸ“πŸƒπŸ“πŸƒ
    Alhamdulillah BTH 21
    sudah hadir...
    Matur nuwun Bu Tien
    Sehat2 trs nggih Bu..
    Salam Aduhai πŸ¦‹πŸ’
    πŸ“πŸƒπŸ“πŸƒπŸ“πŸƒπŸ“πŸƒ

    ReplyDelete
  4. πŸ„πŸ„πŸ„πŸ„πŸ„πŸ„πŸ„πŸ„πŸ„πŸ„

    Nijah mengeluh dalam hati. Sebenarnya juga terasa berat menikah dan menjadi istri muda. Tapi ingatan akan kebaikan nyonya majikan, dan ingatan bahwa dia diharapkan bisa melahirkan anak-anak demi keturunan keluarga mereka, membuat dia memaksakan diri untuk menjalani. Ada sedikit rasa syukur karena Ristia bisa menerimanya dan bersikap sangat baik pada dirinya.

    Kasihan kau Nijah....
    Dia itu (Ristia maksudku) cuman pura-pura
    Yowis lah terserah Bu Tien mau dibawa ke mana, yuk kita nikmati aja alur ceritanya.

    Matur nuwun bu Tien... Salam SEROJA
    Tetap sehat, semangat dan berkarya.

    🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  5. Andri sudah menunggu Ristia tapi Bowo merasa ada yg aneh dg Nijah langsung saja mengikuti menolongnya.Alhamdulillah Satria juga melihatnya.selamat membaca.kepo.com _Maturnuwun Bunda

    ReplyDelete
  6. Alhamdulilah BTH 21 sdh tayang , Terima kasih bu Tien ... smg bu tien selalu sehat dan tetap berkarya .

    Turut merasakan sediiiihnya Bowo.... sulitnya menemui Nijah .... yang sabar ya Bowo ...sakitnya tuuuh disiniiiii ... 😭😭

    salam hangat dan aduhai untuk bu Tien...πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  7. Maturnuwun sanget Bu Tien...
    πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  8. Nijah....apa maksud lambaian tanganmu?
    Bowo bertanya dlm gundah πŸ€”

    Matur nuwun bu Tien, sehat slalu giiih 🌹🫰🏻

    ReplyDelete
  9. Hebat pas jam 7 theng,
    Tujuh komen bersamaan ....
    Selamat buat jeng : Susi Herawati Jkttim, Kung Latief Sragentina, jeng Sari Usman Bekasi, Yangtie Yogja, Atiek Tangerang dan om HerryPoer Sorbejeh.
    Satu menit berikutnya jeng Nuning Depok, dan jeng Endah.
    Selamat buat semua penggemar cerbung Tien Kumalasari.

    Buat bu Tien Matur Nuwun.

    ReplyDelete
  10. Terima kasih bu Tien ... Horee ... BTH ke 21 sdh tayang ... baca dulu ... Salam sehat buat Tien & kelg ... juga buat PCTK semua .

    ReplyDelete
  11. Akankah Nijah berjodoh dengan Bowo akhirnya? Ditunggu liku2 alurnya. #kepo.comπŸ˜€

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah terima kasih bu Tien.
    Bowo membuntuti Nijah kasian kalau tidak ditemui walaupun menyakitkan. Andri dijodohkan dengan tokoh baru siapa ya. Siapa yg pingsan di malam pertama, istri Andri kah? Mari kita tunggu terus kelanjutannya.
    Salam sehat selalu bu Tien

    ReplyDelete
  13. Alhamdulilah..
    Tks banyak bunda Tien..
    Yg ditunggu sdh tayang...

    ReplyDelete
  14. Benar... Bowo membuntuti Nijah dan Ristia. Kali ini memang tidak terjadi apa-apa, kita tunggu lain waktu pasti ada apa-apa.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ristia ada niat yg terselubung pak..
      Kasiaan Nijah gadis yg lugu dan polos..
      Tambah pinisirin .. ga sabar nunggu bsk lg..
      Tks banyak bunda Tien..
      Semoga sehat dan berbahagia selalu.. πŸ™πŸŒΉ

      Delete
  15. Alhamdulillah sdh hadir... Nijah sedkt mengenal dunia luar, teman ristia, tmpt nongkrong ristia dan mdh²an mmberikan gmbran juga tntng kelakuan aslinya ristia... terima kasih Mbu Tien... sehat sllu bersaama keluarga trcnta

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah, Matur nuwun bu Tien
    Salam sehat wal'afiat selalu πŸ€—πŸ₯°

    Ternyata Bowo ngikuti mobil Ristia,, mungkin ada kecurigaan ,,
    Tambah penasaran,,,,
    Salam aduhaaii,,,

    ReplyDelete
  17. Hmmmm...Ristia itu memang madu berasa racun...alamak πŸ˜‚πŸ˜‚

    Matur nuwun bunda Tien...πŸ™πŸ™
    Sshat selalu kagem bunda..

    ReplyDelete
  18. Maaf bu Tien ... Comment Enny diatas kurang bu nya bu Tien ... saking pengen buru2 baca BTH 21 hehehe ...

    ReplyDelete
  19. Ada apakah di balik kebaikan Ristia

    Tulus ataukah pura2 tuh Ristia
    Kasihan Nijah yg masih polos jujur apa adanya

    Mungkinkah Nijah yg begitu polos nya untuk mengatakan apa yang harus di jalani untuk menikah dengan Satria sang majikan muda yang ganteng

    Sementara Bowo tetap bertahan untuk besok bisa bertemu Nijah

    Ristia mau mengajaknya pergi lebih awal dari hari ini

    Semoga Bowo tetap mengikuti dan mengawasi gerak-gerik Ristia
    Jadi Nijah akan tetap tetlindungi

    Wow kok terlalu ber angan-angan yah
    Kita tunggu aj bgmn kelanjutannya besok lagi ya

    Tetap sehat selalu doaku bunda Tien

    ADUHAI ADUHAI ADUHAI

    ReplyDelete
  20. Matur nuwun Bu Tien BTH 21sampun tayang

    ReplyDelete
  21. Terima kasih Bu Tien... Nijah orang baik, semoga terhindar dari rencana jahat Ristia.

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah BTH 21 sudah hadir.
    Terima kasih bunda Tien cantik 🌹🌹🌹
    Semoga tetap sehat dan bahagia bersama keluarga tercinta
    ‌Aamiin Yaa Rabbal'Aalamiin 🀲🀲

    ReplyDelete
  23. Matur nwn bu Tien, semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  24. Bowo curiga, ngapain cuma muter-muter; mampir kafe terus balik rumah.
    Nanti malam waktu nelpon Bowo diberitai Nijah, kalau disana ada fans nya Ristia yang bilang hanya mau nikah sama Ristia nggak sama yang laen.
    Nah dari berita itu ada saran untuk Nijah.
    Moga-moga nggak keceplosan soal dia madunya Ristia, bahkan Ristia dikatakan bodoh sama yang punya kafe.
    Karena mau di madu; habis madu kan enak menyehatkan.
    Wah Bowo menunda kepergiannya ke Jakarta apa ya.
    Ada yang asyik; jadi mata mata, aneh ulah istri tuannya, seakan kafe itu penting baginya, ternyata begitu posisi pemilik kafe; bahkan berharap Ristia minta cerai dari Satria.
    Lama lama Nijah buat langganan diajak muter muter Ristia, mbuang sΓͺbΓͺl, suasana rumah yang semuanya dianggap mono tone.
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Bunga taman hatiku yang ke dua puluh satu sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    πŸ™

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien Be Te Ha 21nya. Salam sehat dan bahagia selalu

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah BTH-21 sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  27. Hamdallah BTH ke 21 telah tayang. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu tetap Sehat wal Afiat dan selalu Semangat dalam berkarya. Aamiin.

    Nijah serba dilema, bagaimana nnt mengadapi Bowo yng bertanya banyak perihal dia.

    Bagaimana caranya menolak Ristia, yang mau ngajak jalan jalan. lagi.

    Nijah gadis yng masih polos dan lugu, bagaimana menghadapi mereka.
    Kita tunggu BTH ke 22

    Salam Aduhai dan Salam Merdeka dari Jatinegara - Jakarta.

    ReplyDelete
  28. Nijaaah nijah.. Hati2 jangan terlena
    Trm ksh bu Tien. Sehat selalu bu Tien

    ReplyDelete
  29. Terimakasih Bu Tien sehat selalu

    ReplyDelete

KUPETIK SETANGKAI BINTANG 01

  KUPETIK SETANGKAI BINTANG  01. (Tien Kumalasari)   Minar melanjutkan memetik sayur di kebun. Hari ini panen kacang panjang, sangat menyena...