SEBUAH PESAN 37
(Tien Kumalasari)
Bu Rahman tertegun. Tentu saja dia tidak percaya bahwa Damian memiliki banyak uang sehingga bisa membayar biaya rumah sakit istrinya, di kamar VVIP pula. Orang biasa saja tak akan mampu, apa lagi Damian yang hanya orang miskin.
“Pak, mengapa Bapak tidak menyuruh petugas itu untuk mengembalikan saja uang yang sudah dibayarkan Damian, lalu pakai uang Bapak sendiri,” geram bu Rahman karena merasa kalah duluan.
“Mana bisa begitu Bu, seperti pembayaran antar orang saja. Uang yang sudah masuk di sini tidak bisa keluar lagi. Yang bisa kita lakukan adalah menukar uang Damian yang sudah dibayarkan, supaya Damian tidak terbebani.”
“Ya sudah, segera saja Bapak kembalikan, nanti kalau dia banyak hutang, anak kita juga akan ikut susah dan malu. Bisa-bisanya ngutang untuk gaya-gayaan, biar dikira mampu membiayai istrinya yang sedang sakit," omel bu Rahman.
Raya yang semula diam saja, terpaksa membuka mulut karena kesal kepada ucapan-ucapan ibunya.
“Pak, Bu, tadi Damian bilang, dia punya tabungan. Jadi dia tidak meminjam uang dari siapapun,” kata Raya.
“Huh, omong kosong apa itu? Mana bisa uang tabungan dia cukup untuk membayar biaya rumah sakit. Coba Pak, berapa uang yang dititipkan Damian di rumah sakit ini.”
“Katanya lima puluh juta, dan biaya pemeriksaan sebelumnya juga sudah lunas.”
“Dia punya tabungan sebanyak itu? Omong kosong. Kamu itu cuma dibohongi sama suami kamu Raya. Nanti kalau tiba-tiba di rumah kamu ada orang menagih hutang, baru kamu merasa malu.”
“Ya sudah Bu, tidak usah dipermasalahkan. Nanti aku akan ketemu Damian dan menanyakannya. Kalau itu uang dari meminjam, aku akan minta agar dia membayarnya dengan uangku.”
“Ya sudah, secepatnya Bapak berikan uangnya. Dasar tak tahu malu.”
Raya diam-diam menitikkan air mata. Sedih sekali hatinya mendengar ibunya terus menerus menjelek-jelekkan suaminya.
“Raya, kenapa kamu menangis? Tidak usah sedih, nanti ayah kamu yang akan membayarya, kamu tidak akan susah dan malu karena ditagih utang," kata sang ibu yang mengira anaknya sedih kalau sampai ditagih utang.
“Raya sedih karena Ibu selalu menjelek-jelekkan Damian. Dia suami aku Bu, kalau dia sakit, aku juga merasa sakit. Kalau ibu mengumpat dia, aku juga merasa terluka,” isaknya
“Raya, kamu itu salah terima. Ibu hanya menjaga supaya kamu hidup tenang. Suamimu yang sombong itu, kalau dibiarkan nanti hanya akan membuat kamu susah. Percayalah sama ibu.”
“Sudah Bu, hentikan. Sudah jelas Raya terluka dan menangis. Nanti kalau dia sedih lalu sakitnya bertambah parah, bagaimana?”
Bu Rahman terdiam, ia mengusap air mata Raya, tapi dikibaskan oleh Raya.
“Kamu kok begitu sih, ibu melakukan ini, karena sayang sama kamu. Tahu begini, aku carikan kamu suami yang baik. Dulu ada anak pengusaha teman ayahmu yang ingin mengambil kamu sebagai menantunya. Keburu kamu tergila-gila sama tukang kebun itu.”
“Sudah Bu, diam. Ibu hanya menambah sedih hati anak kita saja. Sekarang ayo kita pulang saja,” kata pak Rahman gusar. Ia mengelus kepala Raya dan mencium keningnya.
“Kamu harus sehat. Sekarang bapak sama ibu mau pulang ya, sebentar lagi suami kamu pasti datang menemani kamu. Jangan memikirkan apa yang dikatakan ibumu.”
Raya mengangguk. Memang lebih baik kalau ibunya pulang saja, karena kalau dia mendengar omelan-omelan yang isinya hanya merendahkan Damian, Raya akan semakin terluka. Baginya, Damian adalah laki-laki baik yang tak ada cacat celanya. Ia merasa tak salah pilih, dan dia berjanji akan menjaga pernikahannya agar selalu merasa tenang dalam hidupnya.
***
Abi baru pulang kerja di sore hari itu, ketika mendapati Kamila sedang tertidur di ruang tengah. Abi heran karena biasanya Kamila selalu menunggu di teras saat kepulangan suaminya. Ia mendekat, dan meraba kening sang istri, barangkali dia sakit. Karena sentuhan itu, Kamila terbangun.
“Eh, sudah pulang?”
“Iya, aku berharao ada yang menunggu aku di teras seperti biasanya, ternyata tidak.” kata Abi sambil mencium kening istrinya, sambil duduk di sampingnya.
“Badanku agak kurang enak, ditambah ada berita yang kurang enak pula dari rumah.”
“Berita apa?”
“Raya dirawat di rumah sakit. Ibu yang menelpon.”
“Sakit apa, dia?”
”Katanya dadanya sesak. Ibu kesal karena mungkin rumahnya kurang memadai, sehingga membuat Raya sakit napas.”
“Masa karena rumah sih. Aku lihat rumahnya baik-baik saja. Bersih dan rapi, walaupun sangat sederhana.”
“Iya sih. Nggak tahu, kenapa ibu tadi bilang begitu.”
“Ibu tidak suka pada Damian, sehingga mencari-cari kesalahannya. Padahal Raya tampak sangat bahagia. Lagi pula kalau karena udara tidak bersih, mengapa Damian yang tinggal di sana selama bertahun-tahun masih baik-baik saja?”
“Iya juga sih. Tadi ibu sedang menunggu bapak, yang katanya sedang menemui dokternya. Setelah itu belum mengabari lagi. Aku ingin menelpon, dan sebenarnya juga ingin pulang untuk melihat keadaan Raya, tapi badanku rasanya nggak enak.”
“Tuh, kamu kecapekan barangkali. Kamu mengerjakan semuanya sendiri sih. Masalah Raya kita tunggu saja berita selanjutnya, kalau hanya sakit ringan saja ya tidak usah pulang, kalau kamu sedang tidak enak badan. Cari pembantu saja ya.”
“Tidak, mengapa mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak begitu berat harus mencari pembantu? Barangkali memang aku sedang tidak enak badan saja.”
“Rasanya bagaimana?”
“Lemas, malas ngapa-ngapain. Bekas makan siang juga belum aku bersihkan. Oh ya, aku juga belum membuatkan minum untuk kamu.”
“Nggak usah, biar aku buat sendiri saja. Biasanya juga buat sendiri kok, itupun kalau lagi pengin minum-minum.”
“Jangan, itu kan sekarang menjadi pekerjaan aku. Setelah punya istri, kamu harus makan dan minum dengan lebih teratur. Kalau tidak, nanti aku dikatain istri yang tidak perhatian sama suami,” kata Kamila sambil berdiri.
“Katanya kamu sakit.”
“Tidak apa-apa kalau hanya membuat minum saja. Mungkin benar, aku hanya kecapekan.”
“Baiklah, aku ganti baju dulu kalau begitu.”
Kamila mengangguk, lalu melangkah ke belakang.
Abi masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan belum ingin mandi karena sebenarnya sedang mengkhawatirkan keadaan istrinya. Ia menganti baju dan beranjak keluar. Tapi sudah sekian lama, Kamila belum juga muncul dari dapur. Abi melangkah menuju dapur, dan terkejut melihat istrinya duduk di kursi dapur dan menelungkupkan kepalanya di meja.
“Mila, ada apa?”
“Kepalaku pusing sekali.”
“Kita ke dokter saja.”
“Aku coba minum obat pusing dulu, barangkali reda.”
“Jangan sembarangan minum obat, kalau belum jelas apa sakitnya. Pokoknya kita ke dokter.”
“Sekarang Mas?”
“Ya sekarang dong, aku nggak mau ketika aku bekerja lalu kepikiran kamu terus. Semuanya harus jelas, sakit benaran atau hanya kecapekan.”
Kamila mengangkat kepalanya yang terasa berat. Abi menuntunnya ke arah kamar, dan membantunya berganti baju yang pantas untuk pergi ke dokter.
***
Abi menuntun istrinya memasuki ruang tunggu dokter. Dokter yang satu ini pasiennya lumayan banyak. Abi mendapat nomor lima. Dan walaupun hanya lima, tapi memeriksa satu pasien saja bisa hampir setengah jam. Apa lagi kalau pasiennya banyak bertanya, atau ada masalah yang harus di bicarakan dengan dokternya. Disebelah ruang praktek dokter itu juga ada dokter lain yang praktek. Seorang wanita, spesialis kandungan. Ada beberapa pasien yang menunggu di sana. Menurut salah seorang yang duduk di dekatnya, mereka adalah suami istri.
Kamila tampak tak sabar. Dia menyandarkan kepalanya ke bahu sang suami.
“Lama sekali sih,” keluhnya.
“Sabar, kurang dua pasien lagi. Pusing sekali ya?” tanya Abi sambil memijit-mijit kepala istrinya.
“Tak tahan, lama-lama jadi mual nih.”
“Membawa minyak angin nggak?”
Kamila menggeleng.
“Aku beli dulu di warung ya, kamu tunggu di sini.”
“Jauh nggak warungnya?”
“Nggak, aku tadi melihat ada warung dua rumah dari sini. Tak akan lama,” kata Abi sambil berdiri, kemudian melangkah menjauh.
Abi bergegas memasuki warung dan mengatakan apa yang ingin dibelinya. Ia segera membalikkan badan agar bisa segera memberikan minyak angin itu kepada istrinya. Tapi ketika ia memasuki ruang tunggu dokter itu lagi, ia melihat seseorang keluar dari ruangan dokter kandungan. Ia heran karena wanita itu adalah Juwita. Tapi Juwita tampak berjalan dengan lesu.
“Itu kan Juwita,” kata Kamila yang lebih dulu melihatnya.
Mendengar orang menyebut namanya, Juwita menoleh. Ia terkejut ketika melihat Abi dan istrinya. Bukannya sungkan, Juwita malah mendekat.
“Aku ingin menggugurkan kandungan ini, tapi semua dokter menolaknya,” katanya tanpa basa basi.
“Apa? Mengapa digugurkan?” kata Kamila yang sejenak melupakan pusing di kepalanya karena terkejut mendengar orang mau menggugurkan kandungan.
“Keadaan aku yang seperti ini sangat mengganggu. Kehamilan menghambat aku mencari uang.”
“Bayi itu kan tidak berdosa? Dosa kamu akan berlipat-lipat kalau menggugurkannya,” kata Abi.
“Persetan dengan dosa itu. Pokoknya aku merasa sangat terganggu. Kalau dokter tidak mau melakukannya, aku akan mencari jalan lain.”
“Apa kamu sudah gila?”
Juwita menjawab lagi, entah apa jawabnya, tapi keduanya segera berdiri karena nama Kamila sudah dipanggil. Mereka segera memasuki ruang praktek dokter itu.
Dokter yang sangat ramah itu kemudian memeriksa Kamila dengan teliti, tapi kemudian sang dokter tersenyum.
“Ini bukan sakit, kalau menurut saya.
“Apa maksud dokter?”
“Kemungkinannya adalah, bahwa istri Anda ini hamil.”
“Hamil?” pekik Abi dan Kamila bersamaan.
“Baru pertama kali ini ya?”
“Iya, baru beberapa bulan kami menikah.”
“Baiklah, tapi saya bukan ahlinya. Sebaiknya Anda memeriksakan ke dokter kandungan, agar benar-benar yakin kalau Anda memang hamil.”
“Baiklah, saya akan langsung. Bukankah di sebelah itu dokter kandungan?”
“Benar, silakan kalau mau periksa ke situ, dia istri saya,” kata sang dokter yang lagi-lagi tersenyum.
Abi dan Kamila segera keluar dan mendaftar ke dokter kandungan yang prakteknya bersebelahan dengan suaminya.
Ketika menunggu itu mereka kemudian teringat kepada Juwita.
“Mana dia?”
“Sudah pergi lah, kan sudah selesai dia konsultasi ke dokter kandungan itu?”
“Bukan begitu, aku ingin membujuknya agar dia tidak menggugurkan kandungannya. Itu sudah besar lho. Perutnya sudah kelihatan membuncit.”
“Benar, sudah gila dia. Semoga ada orang lain yang mengingatkannya. Padahal kehamilan itu kan membahagiakan? Kamu tahu Mila, aku bahagia sekali mendengar kata dokter tadi.”
“Kan harus dibuktikan kebenarannya. Harus menunggu sebentar lagi.”
“Iya, tak sabar menunggu.”
“Tapi ngomong-ngomong mana minyak angin yang tadi Mas beli? Sampai lupa aku, gara-gara ketemu Juwita, lalu mendengar dari dokter bahwa kemungkinan aku hamil,” katanya yang kemudian menerima minyak angin yang diberikan suaminya, lalu menggosokkan minyak angin itu ke pelipisnya, karena rasa pusingnya kembali terasa.
“Masih pusing ya?”
“Tadi lupa rasa pusingnya, sekarang terasa lagi.”
Tapi mereka benar-benar bahagia ketika dokter kandungan juga mengatakan bahwa Kamila benar-benar hamil.
Sepanjang perjalanan Abi berpesan kepada istrinya dengan kata-kata yang dipenuhi kata ‘tidak’, Tidak boleh terlalu capek, tidak boleh memasak, tidak boleh lupa minum obatnya, dan banyak lagi kata tidak yang diucapkannya.
“Aku akan segera mengabarkannya pada ibu tentang kehamilan ini,” kata Kamila sambil tetap menyandarkan kepalanya di bahu sang suami.
***
Damian sudah kembali ke rumah sakit, setelah ke bengkel untuk minta ijin, dan pulang mandi untuk berganti pakaian rapi.
Raya tampak senang ada Damian di sampingnya.
“Aku menyusahkan kamu, bukan?”
“Mengapa kamu berkata begitu?”
“Kamu harus membayar biaya rumah sakit yang pastinya tidak sedikit, karena kamu memilihkan kamar yang mahal untuk aku.”
“Jangan dipikirkan. Apa yang terjadi pada istri, sepenuhnya menjadi tanggung jawab suami, dan itu bukanlah beban yang berat.”
“Ibu mengira kamu mendapatkan uang dari meminjam, benarkah?”
“Bukankah aku sudah mengatakan bahwa aku punya tabungan?”
“Sebanyak itu?”
"Kamu tidak usah berbicara tentang itu semua. Kamu harus yakin kalau suami kamu mampu melakukannya dan tidak akan memberatkan kehidupan kita. Yang penting sekarang kamu harus cepat sembuh."
“Iya, kata dokter aku tidak apa-apa dan akan segera pulih.”
“Kamu tahu apa yang aku inginkan setelah kamu pulih?”
“Apa? Memasak buat kamu, menyiapkan semua kebutuhan kamu …”
‘Tidak …”
“Lalu apa? Jangan yang susah-susah dong.”
“Aku ingin kita segera memiliki seorang anak.”
“Haaa?”
Lalu senyuman mereka merekah. Raya tersipu malu.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulilah
ReplyDeleteUntuk yang kedua kalinta jeng Sri Maryani Pondok Gede juara 1
DeletePlease call me 085101776038
Maturnuwun kakek habi ... siyaaap
DeleteInnalillahi wa inailaihi rojiun..
DeleteTurut berdukacita..
Semoga husnul-khatimah
Aamiin..
Selamat pagi Bunda Tien...
Maturnuwun..
Semoga Bunda sehat selalu Aamiin
💜💙💛❤💚🧡
Matur nuwun sugeng dalu
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSugeng ndalu Bu Tien, matur nuwun Damian sampun tayang. Mugi2 panjenengan tansah pinaringan sehat wal afiat 🤲🏻
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah bisa komen..tadi ga bisa buka bu Tien...rupanya ada yang main-main dengan blognya bu Tien
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Pesan telah tayang
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien, smg sehat2 selalu dan salam aduhai dri Bintaro
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien. Didoakan semoga sehat selalu. Bahagia bersama keluarga.
ReplyDelete๑ ꦿ🍃 🌹🌻🌸🌻🌹🍃๑ ꦿ
ReplyDeleteAlhamdulillah eSPe 37
sudah hadir...
Matur nuwun Bu Tien.
Semoga sehat selalu &
Smangats berkarya nggih
🦋 Salam Aduhai 🦋
๑ ꦿ🍃 🌹🌻🌸🌻🌹🍃๑ ꦿ ️
ayo Juwita, ojo ngawur kowe yok, bikinnya aja mau, giliran jadi ehh mau dibuang, emangnya sampah..... dasar wong edan
ReplyDeleteAlhamdulillah SEBUAH PESAN~37 sudah hadir, terimakasih, semoga bu Tien beserta keluarga tetap sehat .. Aamiin..🤲
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteSP 37 sudah hadir...
Matur nuwun bu Tien...
Salam sehat selalu..
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
ReplyDeleteAlhamdulillah...
Syukron nggih Mbak Tien .
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Alhamdulilah, sampun tayang episode 37, smoga Raya cepat sembuh dan langsg gas pol buat anak hahaha...& Damian tetep ambil kuliah biar lebih keren, wassalam..Salam sehat inggih mbakyu Tienkumalasari sayang dariku di Cibubur
ReplyDeleteAlhamdulillah , Terima kasih bunda Tien 🙏🙏🙏
ReplyDeleteMatur nuwun
ReplyDeleteAlhamdulillah SP 37 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu.
Aamiin
Alhamdulillah Terimakasih MST,a Bunda Tien,,,
ReplyDeleteAyo Raya kamu pasti sembuh,,,
Jangan khawatir Bu Rahman
Mantumu Damian wong sugih lho,,🤣🤣🤣
Mtrnwn mb Tien....
ReplyDeleteBu Rahman blm tau kl Damian tajir, ayo Damian bikin bu Rahman terkaget2, sekalian aja kuliah di LN
Matur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteDamian tunjukkan dirimu sesungguhnya
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur sembah nuwun mbak Tien
Matur nuwun bunda Tien...
ReplyDeleteSehat selalu, amin!
Alhamdulillah
ReplyDeleteSP 37 dah tayang
Mksh bunda Tien sehat selalu doaku
Moga Raya dan Damian selalu tentram dan damai
Bu Rahman moga segera di sadarkan jgn gangu kehidupan anaknya
Ayo ber paling dulu pd Kamila,biar Raya tenang hidupnya bersama Damian
Sabar Raya suamimu mang bnr cinta juga
Penasaran bsk bgmn kelanjutannya
Ttp setia menanti deh
ADUHAI ADUHAI DAN ADUHAI
Alhamdulillah Maturnuwun
ReplyDeleteNderek belosungkowo Bunda Tien & Bapak Tom W
DeleteAlhamdulillaah dah tayang
ReplyDeleteM
Lekas sembuh raya bikin momongan yg cepet berlomba dengan kakak.
Bunda bikin bu rahman kaget bahwa damian tajir, bikin bu rahman klepek" malu sendiri
Mature nuwun bu Tien..teman sy cari " Sebuah pesan 16 " tapi kok ga bisa ketemu . Mungkin bu Tien bisa ksh Tip ...
ReplyDeleteDi sini apa nggak ada?
DeleteSudah saya coba bantu cari tapi yg keluar " Sebuah janji 16 "
DeleteSaya selalu baca / mengikuti semua tulisan dari bu Tien...
Semangat bu !
𝘗𝘭𝘦𝘢𝘴𝘦 𝘫𝘢𝘱𝘳𝘪 𝘢𝘬𝘶 085101776038
DeleteSebuah Pesan 17 dan 16 memang diblog ini tidak ada
DeleteMila dan Raya kalau segera punya anak tentu sangat membahagiakan orang tua mereka. Cuma bu Rahman perlu diberi pengertian tentang Damian yang sebenarnya kaya raya.
ReplyDeleteSalam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Tuh kan
ReplyDeleteHabis diperiksa dr Danarto malah kini nggeser ke dr Desy, baru tahu tuh; kalau beneran hamil tuh Kamila
Bakalan ramé banyak cucu nich, senengnya..
Abi sibuk cari asisten biar Kamila nggak terlalu berat menangani kerjaan rumah tangga.
Biar perhatian lebih pada calon bayinya.
Belum lagi berita itu sampai ke calon nenek, eh Damian bênêr bênêr, menginginkan anak biar ramé tuh rumah, ada celoteh yang bikin rindu; mau mengalahkan kecerewetan omanya, perlu penterjemah lagi; yang ngerti maksud celotehan cucu kan ibunya anak anak.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Sebuah pesan yang ke tiga puluh tujuh sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
_*𝘗𝘦𝘯𝘨𝘶𝘮𝘶𝘮𝘢𝘯*_
DeleteBuat teman2ku PCTK, bhb bu Tien sedang berduka... karena wafatnya besan beliau, jangan terlalu diharapkan kehadiran _*𝘚𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘗𝘦𝘴𝘢𝘯_38*_
𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘪𝘯𝘪. 𝘉𝘪𝘢𝘳𝘭𝘢𝘩 𝘉𝘶𝘯𝘥𝘢 𝘛𝘪𝘦𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘪𝘴𝘵𝘪𝘳𝘢𝘩𝘢𝘵 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘭𝘪𝘴 𝘤𝘦𝘳𝘣𝘶𝘯𝘨 𝘚𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘗𝘦𝘴𝘢𝘯 𝘦𝘱𝘪𝘴𝘰𝘥𝘦 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦 38. 𝘚𝘢𝘣𝘢𝘳 𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘮𝘢𝘯²𝘬𝘶.
𝘚𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘚𝘌𝘙𝘖𝘑𝘈 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘈𝘋𝘜𝘏𝘈𝘐.
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun..
DeleteTurut berduka cita semoga Allah Swt memuliakan besan bu Tien dialam kuburnya.. Aamiin
Terima kasih Bunda Tien Kumalasari
ReplyDeleteAlhamdulillah,matursuwun Bu Tien
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien...
ReplyDeleteterima kasih buTien...salam sehat selalu...
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun, sehat selalu bunda Tien . .
ReplyDeleteAlhamdulillah....matur nuwun Bu Tien
ReplyDeleteSebenarnya yang saya penasaran...nanti2 akan terungkap ga ya...aib Abi tentang hubungannya dengan Juwita waktu itu?🤔
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien sayang...salam sehat.🙏😘😘😀
𝘈𝘪𝘣 𝘪𝘵𝘶, 𝘣𝘪𝘢𝘳𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘳𝘢𝘩𝘢𝘴𝘪𝘢 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘯𝘺𝘢. 𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘨𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶.... 𝘸𝘴𝘭𝘢𝘶 𝘴𝘥𝘩 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘑𝘶𝘸𝘪𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘣𝘳𝘱 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘬𝘢𝘯𝘥𝘢𝘭
DeleteMatur nuwun bunda Tien...🙏🙏
ReplyDeleteTerima Kasih Bu Tien...SP ke 37 sampun tayang, salam Sehat Selalu nggih Bu.
ReplyDeleteBagaimana caranya membuat sikap Bu Rahman Luluh terhadap mantu nya ya. Sampai Raya juga ikut sakit hati.
Semoga Damian tetap tabah dan pantang menyerah meluluh kan sikap Ibu Mertua nya yang kasar dan Arogan.
Salam hangat dan Aduhai dari Jatinegara ,- Jkt
Terimakasih Bu Tien untuk ceritanya hari ini. Sehat selalu ya
ReplyDeleteTerimakasih....Bu Tien , semoga sehat selalu . Juwita.... bagaimana nasibmu?
ReplyDeleteMoga Raya cepat sembuh .
ReplyDeleteKuliah Raya bagaimana ya, dan Damian kapan mulai kuliahnya?
Makasih mba Tien.
Salam hangat selalu aduhai
Alhamdulilah...
ReplyDeleteTks banyak bunda Tien..
Salam sehat dan bahagia selalu..
Maturnuwun mbak Tien. Bu Rahman kudu dilethoki sambel ya...ben kapok. Kamila, selamat atas kehamilannya ya...wis Juwita gak usah diurusi
ReplyDelete𝘈𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘚𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘗𝘦𝘴𝘢𝘯 𝘦𝘱𝘴_16, 𝘴𝘪𝘭𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘥𝘪 085101776038
ReplyDelete_*𝘗𝘦𝘯𝘨𝘶𝘮𝘶𝘮𝘢𝘯*_
ReplyDeleteBuat teman2ku PCTK, bhb bu Tien sedang berduka... karena wafatnya besan beliau, jangan terlalu diharapkan kehadiran _*𝘚𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘗𝘦𝘴𝘢𝘯_38*_
𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘪𝘯𝘪. 𝘉𝘪𝘢𝘳𝘭𝘢𝘩 𝘉𝘶𝘯𝘥𝘢 𝘛𝘪𝘦𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘪𝘴𝘵𝘪𝘳𝘢𝘩𝘢𝘵 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘭𝘪𝘴 𝘤𝘦𝘳𝘣𝘶𝘯𝘨 𝘚𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘗𝘦𝘴𝘢𝘯 𝘦𝘱𝘪𝘴𝘰𝘥𝘦 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦 38. 𝘚𝘢𝘣𝘢𝘳 𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘮𝘢𝘯²𝘬𝘶.
𝘚𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘚𝘌𝘙𝘖𝘑𝘈 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘈𝘋𝘜𝘏𝘈𝘐.
Nderek belasungkawa..
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien.
Innalillahi wainna ilaihi raji'un ... Kita adalah miliknya dan akan kembali berpulang kepadaNya. Ikut berduka cita mb Tien atas wafatnya rahimahullah keng besan... smg diampuni salah dan dosanya dan mendpt tempat terbaik disisi Allah SWT . Aamiin Yaa Robbal'aalamiin.
ReplyDeleteInnalillahi wainnailaihi rojiun..SMG alm/almh dan terima iman Islamnya dan ditempatkan yg layak di sisi Allah .dan Kel yg ditinggalkan diberi keihklasan dan kesbran .Aamiin yra
ReplyDeleteInnalillahi wainna illaihi rojiun..
ReplyDeleteNderek bela sungkawa bu Tien.
Ikut berduka atas berpulangnya besan b Tien...
ReplyDeleteInnalillahi wainna ilaihi rajiun....
Turut berduka, semoga husnul khotimah. Aamiin
ReplyDeleteInnalillahi wainna illaihi raji'un.
ReplyDeleteNderek bela sungkawa bu Tien.
nderek belo sungkowo bu Tien...🙏
ReplyDeleteTurut berduka cita, in syaa Allah mendapat tempat yang layak disisi Allah SWT... Aamiin
ReplyDeleteInnalillahi wainnailaihi rojiun , nderek belosungkowo bunda Tien semoga besan meninggal husnul khotimah . Aamiin YRA ...🙏🙏
ReplyDeleteInnalillahi wa innailaihirojiun... Nderek belasungkawa bu Tien
ReplyDeleteInnalillahi waina ilaihi roojiun .. smoga kapundhut Husnul khotimah, keluarga yg ditinggal senantiasa sabar ikhlas
ReplyDeleteInnalilahi wa innailaihi rojiun
ReplyDeleteNderek bela sungkawa katur bu Tien dan keluarga besar
Turut berduka cita atas wafatnya besan dari bu Tien.
ReplyDeleteInnalilahi wa innailaihi rojiun
ReplyDeleteNderek bela sungkawa bu Tien🙏
Innālillāhi wainnā ilaihi rāji'ūn
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteInnalillahi wainnailaihi raajiuun. Ikut berduka cita atas berpulangnya Besan Ibu Tien. Al Fatihah. Allahummaghfirlahuu warhamhuu wa'afihi wa'fu'anhuu.....
ReplyDeleteInnalillahi wainna ilaihi raaji'uun. Ikut berduka cita atas berpulangnya Besan Ibu Tien.
ReplyDeleteAllahummaghfirlahuu warhamhuu wa'afihi wa'fu'anhuu.....
Al Fatihah.
Innalillahi wa innailaihi roji'un semoga husnul khotimah..Al Fatihah...aamiin🤲🤲🤲
ReplyDeleteInnalillahi wa innailaihhi rojiun, Turut berduka bu Tien, semoga husnul khotimah aamiin yra
ReplyDeleteInna lillahi wainna ilaihi rojiun
ReplyDeleteIkut bela sungkawa bu Tien
Innalillahi wa inna ilaihi raji'un, nderek belosungkawa mugi besan bu tien sedo kanthi husnul khotimah, aamiin
ReplyDeleteInnalillahi wa inna ilaihi rojiun..
ReplyDeleteTurut berduka cita semoga Allah Swt memuliakan besan bu Tien dialam kuburnya.. Aamiin
Innalillahi wa'inailaihi roji'un. Ikut berduka cita, semoga alm/almh meninggal dlm kead. Husnul khotimah, kelg yg ditinggalkan diberi kesabaran dan keichlasan. Aamiin yra
DeleteInnalilahi wa innailaihi raji'un...
ReplyDeleteNderek belasungkawa, mugiya sedha kanthi husnul khatimah...
Aamiin Yaa Mujibassailiin...
Innalilahi wa Innailaihi rojiun turut bela sungkawa atas berpulangnya besan mbak Tien Kumalasari, semoga di terima amal ibadahnya, dimaafkan dosa² nya, ditempatkan di janah Nya. Aamiin YRA 🤲
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteInna lillahi wa inna ilaihi rajiun.
ReplyDeleteIkut berdukacita atas meninggalnya besan bu Tien Kumalasari, semoga diterima amal ibadahnya, dimaafkan dosa² nya, dan arwahnya ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi-Nya.
Aamiin YRA.
Semoga Damian nanti mlm sdh tayang...
ReplyDeleteTks bunda Tien Kumalasari..
Semoga sehat selalu..
𝘚𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵²𝘬𝘶 𝘗𝘦𝘯𝘨𝘨𝘦𝘮𝘢𝘳 𝘊𝘦𝘳𝘣𝘶𝘯𝘨 𝘛𝘪𝘦𝘯 𝘒𝘶𝘮𝘢𝘭𝘢𝘴𝘢𝘳𝘪, 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘈𝘥𝘮𝘪𝘯 𝘨𝘳𝘶𝘱 𝘞𝘈𝘎 𝘗𝘊𝘛𝘒, 𝘮𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘥𝘪 𝘥𝘰𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘥𝘰𝘭𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 (𝘐𝘣𝘶 𝘛𝘪𝘦𝘯 𝘒𝘶𝘮𝘢𝘭𝘢𝘴𝘢𝘳𝘪) 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘣𝘭𝘮 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘥𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘚𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘗𝘦𝘴𝘢𝘯 𝘦𝘱𝘴_38, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘣𝘦𝘭𝘪𝘢𝘶 𝘬𝘦𝘤𝘢𝘱𝘦𝘬𝘢𝘯 𝘺𝘢'𝘦, 𝘚𝘰𝘭𝘰-𝘚𝘦𝘮𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘱, 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘦𝘯𝘢𝘬 𝘣𝘢𝘥𝘢𝘯 (𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘧𝘭𝘶) 𝘵𝘥𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘬𝘰𝘯𝘴𝘦𝘯𝘵𝘳𝘢𝘴𝘪 ngetik lanjutan cerbung EsPe_38.
ReplyDelete𝘜𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘬𝘭𝘶𝘮.
𝘚𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘈𝘋𝘜𝘏𝘈𝘐.
🌹🌻🌸Semoga Ibu Tien segera sembuh paripurna dan beraktifitas seperti sediakala. Aamiin YRA 🤲 🌺🌼🌷
DeleteSemoga lekas pulih bu Tien... sehat , bisa menghibur kita lagi...😘😘🥰
ReplyDeleteInnalillahi wainna ilaihi rojiuun...ikut belasungkawa atas meninggalnya besan bunda Tien....dan smg bunda Tien jg cepat sehat ...pulih dr flunya...aamiin..
ReplyDeleteKutunggu. ... kutunggu ....SP Damian..., Semoga mbak Tien segera sehat dari flu, capek2 seger hilang, jangan lupa makan telur kampung setengah matang lebih bagus, klo g da ya bs telur ras
ReplyDeleteSmg mb Tien segera sehat dan pulih dr sakitnya shg dpt beraktifitas spt sediakala. Aamiin Yaa Robbal 'aalamiin.
ReplyDeleteInna lillahi wa inna ilaihi rajiun.
ReplyDeleteIkut berdukacita atas meninggalnya besan bu Tien Kumalasari, semoga diterima amal ibadahnya, dimaafkan dosa² nya, dan arwahnya ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi-Nya...Keluarga yg ditinggalkan diberi kesabaran dan keihklasan..Aamiin