Saturday, July 8, 2023

SEBUAH PESAN 38

 SEBUAH PESAN  38

(Tien Kumalasari)

 

Damian senang Raya sudah bisa diajak bercanda, dan tidak lagi mengeluh dadanya sakit. Namun dokter belum mengijinkan pulang karena harus dipastikan bahwa memar di jaringan yang terluka sudah benar-benar sehat.

Ketika mereka sedang bercanda dengan manis, tiba-tiba pak Rahman muncul. Raya agak kecewa, karena mengira sang ibu juga datang bersama ayahnya, tapi ternyata tidak. Ayahnya datang sendiri, dan tampaknya ingin mengajak Damian bicara.

“Dam, duduklah di sini, aku ingin bicara,” kata pak Rahman sambil menunjuk ke arah sofa. Damian menurut, dan mereka duduk berhadapan.

“Aku ingin mengatakan sesuatu sama kamu. Aku mohon kamu tidak tersinggung.”

“Katakan saja Pak.”

“Tentang uang yang sudah kamu bayarkan ke rumah sakit. Ijinkan aku menggantinya. Aku tidak ingin menyusahkan kamu, di awal pernikahan kalian, yang pastinya membutuhkan sesuatu untuk membenahi semuanya. Aku tahu kamu tak ingin aku membantu kamu, tapi ijinkan untuk kali ini, karena Raya sedang sakit. Aku tidak tahu berapa banyak biaya yang nanti akan diperlukannya. Barangkali lebih banyak dari yang kamu bayangkan, kita tidak tahu kan?”

Damian menundukkan wajahnya. Ia melihat ketulusan di hati ayah mertuanya. Ini sangat berbeda dengan nyinyiran istrinya yang selalu berusaha menyakitinya dan selalu merendahkannya.

“Saya mohon maaf Pak. Bukannya saya tidak mau dibantu, tapi Raya sudah menjadi istri saya. Apapun yang terjadi adalah tanggung jawab saya. Biarpun saya miskin, tapi saya akan memberikan yang terbaik untuk istri saya. Dan saya yakin, saya bisa melakukannya.”

“Dam, seperti di awal percakapan ini, aku sudah bilang bahwa janganlah kamu tersinggung, karena sama sekali aku tidak bermaksud merendahkan kamu. Tapi aku akan ikut merasa sedih, jika kamu melakukan semua ini dengan … misalnya dari meminjam dari orang lain.”

“Bapak tidak perlu khawatir. Saya tidak meminjam dari siapapun juga. Semuanya murni uang saya.”

Pak Rahman menatap Damian tak percaya. Tapi dia tak mau mengatakan apapun lagi tentang keinginan mengganti uangnya.

“Bapak harus percaya kepada saya, dan sekali lagi saya mohon, Bapak tidak ikut memikirkan tentang uang itu. Bapak harus percaya bahwa saya bisa melakukannya, dengan segala kemampuan yang saya miliki.”

“Baiklah, aku percaya sama kamu, tapi aku mohon dengan sangat, kalau kamu memerlukan sesuatu, jangan sungkan untuk mengatakannya sama aku. Kamu sudah menjadi anakku, susah dan senangmu aku juga ikut merasakannya.”

Damian menatap ayah mertuanya dengan terharu.

“Saya percaya, Bapak mengasihi putri Bapak, dan tentu juga suaminya. Terima kasih atas perhatian Bapak, dan percayalah saya akan menjaga Raya dengan segala kekuatan saya. Miskin atau kaya, akan saya buat Raya bahagia.”

“Terima kasih, Damian, aku juga percaya, kamu akan menjadi suami yang akan bisa melindungi dan mencintai istri kamu dengan baik.”

“Saya hanya mohon doa dan restu dari Bapak, dan semoga juga ibu akan segera memberikan restu untuk kami berdua.”

“Aku akan selalu meyakinkan ibu mertua kamu, bahwa kamu adalah suami yang baik untuk anaknya.”

“Terima kasih, sekali lagi saya ucapkan,” kata Damian yang kemudian meraih tangan ayah mertuanya lalu menciumnya sangat lama.

***

Di rumah, bu Rahman sedang bergembira, karena Kamila mengabarkan bahwa dia sedang hamil.

“Mila, ibu bahagia sekali, karena akan segera mendapatkan cucu. Kamu memang luar biasa, bisa menyenangkan dan membahagiakan ibu. Terima kasih Mila.”

“Bu, nanti Raya juga akan segera memberi cucu untuk ibu.”

“Ah, jangan bicara soal itu dulu. Sebenarnya ibu kasihan sama Raya. Hidupnya pasti menderita.”

“Mengapa ibu berkata begitu?”

“Bagaimana tidak menderita, hidup begitu sederhana, saat dia sakit suaminya meminjam uang entah dari mana untuk membayar biaya rumah sakitnya.”

“Kasihan dong Bu, memangnya habis berapa? Dan sebetulnya Raya sakit apa? Ibu belum mengabari Mila lagi soal sakitnya Raya.”

“Belum ya, kalau menurut ayahmu yang tadi menemui dokter, katanya akibat dari kecelakaan waktu itu, dadanya terbentur stir mobil pastinya, terus ada memar didalam, yang tidak dirasakannya waktu itu. Sekarang dia baru merasakan sakitnya. Tapi dokter bilang tidak berbahaya.”

“Kamila juga belum sempat menelpon Raya, karena tadi juga ke dokter.”

“Kamu tidak muntah-muntah?”

“Tidak Bu, hanya sering pusing dan terkadang mual. Kalau lagi mual, jadi nggak doyan makan.”

“Bawaan orang hamil memang tidak sama. Tapi itu tidak apa-apa, nanti setelah lewat tiga atau empat bulan pasti sudah tidak merasa mual. Malah penginnya makan banyak.”

“Benarkah?”

“Iya, benar.”

“Ya syukurlah Bu, ini tidak terlalu berat sih, hanya malas ngapa-ngapain.”

“Tidak apa-apa, nanti juga akan baik-baik saja.”

“Sedianya, saat mendengar Raya sakit, pengin pulang, tapi Mila juga lagi seperti ini.”

“Tidak apa-apa, semoga adik kamu segera membaik. Ini bapakmu sedang menemui Damian. Barangkali juga di rumah sakit.”

“Kenapa? Apa bapak marah sama Damian?”

“Tidak, bapakmu mana pernah marah sama Damian. Tadi hanya ingin mengganti uang yang dibayarkan Damian ke rumah sakit, yang kemungkinannya duit dapat pinjam, nanti kalau suaminya banyak hutang Raya juga ikut susah.”

“Nanti Mila akan menawarkan bantuan untuk Damian.”

“Begitu lebih baik, kasihan kalau adik kamu terkena imbasnya.”

“Tidak perlu mengasihani Raya, dia bahagia kok.”

Tiba-tiba pak Rahman muncul, dan mendengar sebagian percakapan istrinya. Dia dengan tegas mengatakan, bahwa Raya bahagia.

“Bapak, sudah ketemu Damian?”

“Bu, sudah dulu ya, ini mas Abi baru saja datang,” kata Kamila yang segera menutup ponselnya.

“Itu tadi Kamila?”

“Iya, dia sudah hamil.”

“Syukurlah, aku senang, segera mendapat cucu. Bagaimana keadaannya?”

“Dia baik-baik saja, tidak muntah, hanya pusing dan terkadang mual.”

“Itu biasa bagi orang hamil kan?”

“Bapak sudah ketemu Damian?”

“Sudah, dia membayarnya bukan dari meminjam uang.”

“Dia bilang begitu? Dan Bapak percaya?”

“Aku harus percaya, karena dia bersungguh-sungguh.”

“Dia itu kan sombong. Miskin tapi sombong.”

“Ibu jangan begitu. Sudah biarkan saja. Kita akan melihatnya dari jauh, seperti apa Damian menjaga istrinya. Raya tampak sangat bahagia. Bukankah itu yang kita inginkan?”

Bu Rahman mencibir. Ia tak pernah yakin Damian bisa mencukupi kehidupan istrinya secara layak.

***

Agus menegur Damian, karena meninggalkan istrinya yang sedang sakit.

“Tidak apa-apa, dia sudah lebih baik dan tidak mengeluh sakit. Dia yang menganjurkan aku segera masuk kerja.”

“Istrimu sangat baik. Walau anak orang kaya, mau hidup sederhana bersama kamu. Itu luar biasa, Dam. Kamu sangat beruntung.”

“Dan itu yang mendorong aku untuk segera mengurus kuliah aku. “

“Kamu sudah mulai mengurusnya kan?”

“Ya, aku tetap mohon agar setelah mulai kuliah, aku diijinkan bekerja paruh waktu.”

“Aku sudah mengurusnya, dan diijinkan. Kamu tenang saja.”

“Terima kasih Gus, aku tetap akan melakukan tugas aku dengan sebaik-baiknya.”

“Kapan kira-kira istri kamu bisa pulang?”

“Secepatnya. Mungkin dua atau tiga hari lagi, setelah dokter mengatakan bahwa dia benar-benar sehat.”

“Syukurlah, jadi kamu bisa bekerja dengan tenang, dan kalau kamu sudah mulai kuliah nanti, kamu juga tidak lagi terbebani dengan sakitnya istri kamu.”

“Iya, tentu saja. Ini nanti aku juga mau ijin setelah makan siang, aku akan mengurus masalah perkuliahan itu. Harusnya aku ikut tes, tapi melihat nilai aku, aku dibebaskan untuk ikut tes.”

“Syukurlah, aku ikut senang. Baiklah, urus yang lebih penting.”

“Tapi masalah aku kuliah ini, jangan dulu istri aku tahu, aku mohon kamu juga merahasiakannya ya Gus. Barangkali pada suatu hari ketemu istri aku, lalu kamu keceplosan.”

”Mengapa begitu Dam?”

“Aku hanya ingin memberi kejutan pada istri aku saja.”

Agus tertawa.

“Baiklah, kalau begitu.”

***

Bu Rahman sangat kesal, ketika susah-susah menjemput Raya ke rumah sakit, Raya memilih membonceng sepeda butut sang suami.

“Kamu itu kan habis sakit, jangan terkena angin. Jadi lebih baik naik mobil saja. Sopir sudah menunggu dari tadi.”

“Tidak Bu, mas Damian sudah susah-susah minta ijin dari tempatnya bekerja, agar bisa menjemput Raya. Jadi biarlah Raya bersama dia saja.”

Bu Rahman mencibir mendengar putrinya memanggil ‘mas’ pada suaminya, sementara sebelumnya hanya menyebut namanya saja.

“Huh, mas … mas … Lagian ibu juga susah-susah datang dari rumah untuk menjemput kamu, sementara bapakmu sedang banyak pekerjaan di kantor.”

“Sudahlah Bu, hanya masalah siapa yang menjemput. Itu mas Damian sudah menunggu, kasihan kalau terlalu lama. Terima kasih ibu sudah menjemput. Nanti Raya akan main ke rumah kalau sudah benar-benar sehat,” kata Raya sambil menghampiri suaminya yang sudah menunggu.

Bu Rahman merasa kesal. Ia bergegas menghampiri mobilnya, dimana sopirnya sudah menunggu.

“Ayo kita pulang,” katanya sambil menghempaskan pintu mobil dengan keras.

“Non Raya tidak ikut bersama kita?”

“Tidak, lihat saja, dia memilih membonceng suaminya dengan motor bututnya itu.”

Sang sopir tertawa.

“Namanya juga suami Bu, pastilah lebih diutamakan.”

“Memalukan. Damian itu sombong. Sepeda motor saja butut seperti itu, ee … dia membayar jutaan untuk biaya sakit istrinya, dan tidak mau diganti. Padahal uang juga dari pinjam, entah siapa yang percaya sama dia, kok bisa-bisanya meminjamkan uang sebanyak itu untuk orang miskin seperti dia,” omel bu Rahman, bahkan di sepanjang perjalanan pulang ke rumah.

***

Ketika  memasuki rumah dan Damian langsung mengajaknya ke kamar, Raya heran ketika melihat tempat tidurnya sudah berganti dengan kasur busa yang tebal, beralaskan seprei cantik dan wangi. Raya juga melihat ada vas berisi bunga-bunga mawar kesukaannya, diletakkan di atas meja.

“Dam, ini apa-apaan? Kamu menyambut kepulangan aku dari rumah sakit dengan sesuatu yang sangat mewah. Aku cukup senang dengan tempat tidur kita yang dulu, biar kasur tipis tapi nyaman tidur bersama kamu,” sungut Raya.

“Aku kasihan sama kamu. Habis sakit, tidur dengan alas yang keras.”

“Memang kita punyanya seperti itu, tidak masalah buat aku. Dam, aku bahagia dengan apa yang kamu miliki, aku tak ingin lebih.”

Damian tersenyum. Ia merangkul istrinya erat, mencium ubun-ubunnya dengan kasih sayang.

“Tak bolehkah aku memberikan sesuatu untuk istriku?”

“Aku tak ingin suamiku bersusah payah untuk aku. Percayalah Dam, aku bahagia dengan yang sudah ada. Jangan lagi membuang-buang uang untuk hal yang tidak berguna.”

“Membuat istri lebih nyaman, apakah tidak boleh?”

“Aku sudah merasa nyaman Dam, jangan berlebihan.”

“Kamu ternyata cerewet ya, lebih baik segera tidur di kasur yang sudah aku sediakan. Uups,” Damian segera menggendong sang istri lalu ditidurkannya di atas kasurnya yang baru.

‘Hm, begini cara aku menyenangkan istri, jangan membantah, ya?” katanya sambil berbaring di samping istrinya.

Raya menatap suaminya dengan berlinang air mata. Damian mengusap wajah istrinya, menghapus air mata itu dengan telapak tangannya.

“Aku sudah berjanji untuk tidak akan membuat air mata kamu tumpah, mengapa kamu menumpahkannya?”

"Berjanjilah untuk tidak berlebihan dalam memanjakan aku. Aku bahagia dengan apa yang sudah ada padamu. Sungguh Dam, belah dadaku kalau kamu tidak percaya,” kata Raya dengan mata masih berkaca-kaca.

“Yaa ampun, mengapa aku harus membelah dada istri aku? Aku sudah tahu dari pandangan mata kamu, bahwa kamu mencintai aku dengan tulus, dan menerima aku apa adanya. Tapi ketika aku bisa, ijinkan aku berbuat lebih untuk kamu.”

“Aku tak ingin kamu lelah Dam.”

“Tidak, aku tidak akan lelah membuat kamu senang dan bahagia. Lihat mawar itu, kamu suka? Walaupun mawar ini tidak aku petik dari kebun di rumah kamu, tapi aku menitipkan kasih sayang dan cinta aku padanya,” kata Damian.

Raya bangkit, kemudian meraih vas berisi untaian mawar berwarna-warni. Raya menciumnya sambil memejamkan mata. Damian terpesona melihat mata terpejam itu. Ingatannya segera melayang ketika dia menyerahkan mawar yang baru dipetiknya saat masih menjadi tukang kebun, lalu Raya menciumnya, dengan mata terpejam seperti yang dilihatnya sekarang ini.

“Sudah untuk bunganya. Ada yang lain sedang menunggu lhoh.”

Damian mengambil vas itu dan meletakkannya kembali di atas meja.

Raya tersenyum. Hari masih siang, tapi mengapa harus menunggu malam untuk menumpahkan segala rasa?

“Dam, bukankah kamu harus kembali ke bengkel?”

Damian tak perlu menjawabnya.

***

Besok lagi ya.

 

 

57 comments:

  1. Replies
    1. Tersampaikan juga memanjakan yang tersayang dengan segala yang ada, itupun Raya merasa berlebihan menurutnya.
      Rasa sayang yang sudah lama terpendam tuntas sudah bahagia bersama, apapun yang dijalani bersama terasa ringan tidak terbeban.
      Masih saja ada rahasia tuh Damian; sampai pesan pada Agus jangan keceplosan kalau Damian sekolah lagi.
      Pasti kepikiran kan; hé hé hé kena juga, ketakutan; kalau Damian utang tetangga buat sekolah.
      Mana ada, santai, bilang aja dapat beasiswa, beres.
      Kan mau kasih kejutan, tuh kak Mila kasih kabar kalau sudah isi, duh senengnya. Kayanya cowok tuh anak Karmila.
      Masih aja Bu Rahman sewot kalau sama Damian.
      Ingat titelnya ya, tukang kebun.
      Nggak tahu dia; nanti lihat aja, bakal lulus nilai terbaik; buka usaha sendiri, modal sendiri.
      Anaknya mahasiswa donk tuh bayi.
      ADUHAI

      Terimakasih Bu Tien
      Sebuah pesan yang ke tiga puluh delapan sudah tayang
      Sehat sehat selalu doaku
      Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
      🙏

      Delete
    2. Kebetulan aja Bu Nani
      Selamat berlibur bersama amancu; senangnya 👍

      Delete
    3. Selamat siang Bunda Tien di Solo...


      Matur nuwun...


      Semoga Bunda sehat selalu Aamiin


      Salam ADUHAI dari Halmahera...


      💜💙💛❤💚🧡💗

      Delete
    4. Ada Rinta sang penjelajah, jaga kesehatan ya Rin, kemaren masih di Kalimantan, kini sudah sampai di Halmahera; Sehat sehat selalu doaku Rinta sang penjelajah, sedjahtera dan bahagia bersama komunitas, salam buat teman - teman disana; rukun rukun selalu yaa ..
      God bless you all 🙏
      Petugas peninjau smelter hé hé hé kerèn. 👍

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Pesan telah tayang

    ReplyDelete
  3. Matur nuwun bu Tien...
    Sehat selalu bu...

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah akhirnya tayang yg saya tunggu tunggu, terima kasih Bu Tien

    ReplyDelete
  5. Matur nuwun ,kalo gerah gak.usah dipaksakan jeng,,,kita semua sabar menanti

    ReplyDelete
  6. Nah begitu bagus, lanjut kuliah, jangan lupa Raya juga harus segera melanjutkan kuliahnya.
    Kalau bu Rahman masih saja belum mau 'berdamai' dengan Damian, itu kan strategi sang dalang untuk supaya pembaca makin pinisirin.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  7. Wow ssdh clack click sana sini, bol bal ke atas ke bawah akhirnyaaaa saya bisa komen di siniiiiii! Terima kasih bunda Tien yang baik hati....... semoga bunda cepat pulih kesehatan, cepat cheers up(ceria) lagiii!

    ReplyDelete
  8. Saya harus up date itu ini dulu duuuh! Selamat malam sahabat2 PCTK yang sudah lama maupun yang baru, selamat beristirahat ya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Boston, selamat pagi....
      Apa kabar? Jadi pulkam kapan jeng Willa??

      Delete
  9. Alhamdulillah... maturnuwun Bu Tien🙏🏼 Semoga selalu sehat dalam berkarya. Aamiin

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah terima kasih Bu Tien , salam sehat selalu, semoga lekas sehat nggih Bu, sedang meriang tetap menulis......
    Ada yg menunggu.... kyknya
    ( Damian )

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun ibu Tien, lagi ada gangguan stamina kok maksa menulis, memanjakan kami para pecinta cerbung ini..

    Damian ternyata juga cerdas, nilai SMA bagus shg gak perlu tes sudah diterima kuliah.
    Semoga kuliah lancar, kerja baik shg langganan bertambah banyak dan hidup berkeluarganya selalu rukun, tentram damai cepat punya buah cinta... Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  12. Matur nuwun BuTien semoga sehat selalu...

    ReplyDelete
  13. Mtrnwn mbak.....
    Semoga mb Tien sehat selalu
    Wlpn dlm keadaan kurang sehat, krn panggilan jiwa yg begtu kuat utk menulis, dipaksakan juga menulis.
    Mtnwn sanget mbak, semoga selalu diberi kesehatan

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah akhirnya yang kutunggu hadir juga. Maturnuwun Mb. Tien, sudah meluangkan waktu utk terus berkarya. Semoga selalu sehat nggeh.

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah SP38 ahkirnya tayang....Sugeng sehat bu Tien👍🙏🙏

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah akhirnya yang kutunggu hadir juga. Maturnuwun Mb. Tien, sudah meluangkan waktu utk terus berkarya. Semoga selalu sehat nggeh.

    ReplyDelete
  17. Alhamdulilah...
    Tks bunda Tien Kumalasari..
    Semoga bunda Tien sdh sehat kembali..
    Salam Aduhai dari Sukabumi..

    ReplyDelete
  18. Matur nuwun Bu Tien, jaga kesehatan njih Bu.....

    ReplyDelete
  19. Matur nuwun mbakyuku Tienkumalasari, jaga kesehatan inggih di eman² awak sampun sepuh ttpi sergep hehehe..wassalam dari kebonku Tanggamus, Lmpg

    ReplyDelete
  20. Matur nuwun ...Bu Tien masih menyempatkan berkarya demi pembaca ..Semoga Bu Tien selalu sehat lahir batin Aamiin

    ReplyDelete
  21. MasyaAllah ibu.... Demi kami para penggemar ibu tetap berkarya meskipun kurang fit. Terimakasih bu Tien... Semoga selalu sehat

    ReplyDelete
  22. Terimakasih tak terhingga bunda Tien, masih sempat berkarya meskipun kondisi belum fit, semoga cepat sehat sebagaimana biasanya. Aamiin Allahumma Aamiin

    ReplyDelete
  23. Matur nuwun bu Tien demi penggemar panjenengan meski baru sayah tidak enak badan Damian tetap tayang

    ReplyDelete
  24. Matur nuwun bunda Tien...🙏🙏
    Mugi enggal dangan njih bun...

    ReplyDelete
  25. Suasana romantis yang luar biasa...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  26. Maturnuwun Bu Tien .... salam sehat

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah... salam sehat selalu katur bu Tien

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah.
    Syukron dan Syafaakillah nggih Mbak Tien , dalam kondisi sayah/flu masih menyempatkan ngetik demi penggemar .. Semoga menjadi Ladang Pahala Panjenengan Aamiin 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  29. Maturnuwun bunda Tien ...
    Sehat selalu ...
    Bahagia bersama keluarga tercinta ❤️
    Berkah Dalem Gusti 🙏🛐😇

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillahi rabbil'alamiin
    Terima kasih bu tien yg telah menayangkan sp38
    Semoga bu tien sehat2 n senantiasa dalam bimbingan n lindungan Allah SWT ... Aamiin yra

    ReplyDelete
  31. Makasih bu Tien , Semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  32. Matur Sukseme Bu Tien...SP ke 38 sampun tayang.

    Walau dalam kondisi yang kurang enak badan, tetap berkarya demi Penggemar setia PCTK.

    Semoga Bu Tien ugi Keluarga di Solo selalu Sehat wal Afiat. Aamiin.

    Masya Allah...adegan Romantis nya Raya dengan Damian, mengingatkan Inyonge, kembali ke masa silam, wkt Inyonge msh dadi temanten anyar he...he...

    Salam hangat dan Salam Aduhai dari Cip. Muara Jatinegara - Jkt





    ReplyDelete
  33. Matur nuwun bu Tien, saya pikir gak rawuh seratanipun, baru baca pctk ternyata sudah tayang.
    Aduhai, semakin mesra Raya dan Damian, bikin penasaran ingin lanjuuuuut. Ah.🙏

    ReplyDelete
  34. Waah...ibu Tien keren sekali...tapi kok dipaksain nulis sedang kurang sehat, terima kasih ya...semoga cepat pulih ya, ibu tersayang...🙏🙏🙏😘😘😀

    ReplyDelete
  35. Matur nuwun Mbak Tien. ..ternyata malam ini tayang juga. Salam Aduhai selalu.

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah SEBUAH PESAN~38 ternyata tadi malam hadir juga, terimakasih, semoga bu Tien beserta keluarga tetap sehat .. Aamiin..🤲

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah. tetap hadir SP 38, matur nuwun bu Tien
    Tambah sehat wal'afiat ya semua,, 🤗🥰 , ADUHAAAAIIII , Salam Seroja

    Betapa mesranya mereka ,, penasaran dg sikap bu Rahman kl Damian itu org kaya ,,,😀😀😀 bgm ya

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillaah... Bisa ikutan komen sekarang ☺

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah SP-38 ternyata semalam hadir
    Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda lekas pulih dan sehat kembali.
    Aamiin Allahumma Aamiin

    ReplyDelete
  40. Jangan² malam ini sana, tahu² mak bedunduk tayang diam-diam. Semoga bu Tien sehat selalu dan selalu sehat
    Allohumma Aamiin....

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah
    Sehat selalu bu Tien.

    ReplyDelete
  42. Syafakillah Bu Tien, terima kasih masih bisa menulis utk melanjutkan SP. Saya pengagum Bu Tien.. semangat selalu GWS

    ReplyDelete
  43. Alhamdulillaah.... Terimakasih bunda... Salam sehat selalu 😍😍

    ReplyDelete

KUPETIK SETANGKAI BINTANG 01

  KUPETIK SETANGKAI BINTANG  01. (Tien Kumalasari)   Minar melanjutkan memetik sayur di kebun. Hari ini panen kacang panjang, sangat menyena...