KANTUNG BERWARNA EMAS
19
(Tien Kumalasari)
Bu Candra menatap ke sekeliling. Tak ada siapapun di
ruangan itu. Sementara Nurani tampak masih lelap dalam tidurnya.
Ada pemikiran-pemikiran yang tentunya teramat jahat
merayapi hatinya, tapi ia bingung akan melakukan apa.
“Apakah kalau infus itu aku lepas, maka dia bisa mati?
Tapi nanti akan lama. Bagaimana kalau aku cekik saja dia. Ah, nanti dia masih bisa
berteriak. Kalau aku tutupi saja hidungnya, sehingga ia tidak bisa bernapas. Ah
ya, pakai bantal. Bu Candra menoleh ke arah bantal yang terletak di atas sofa.
“Aduh, rasanya kok ngeri ya. Bukan tukang bunuh sih,
tapi kehidupan dia, akan membuat Karina tidak selamat. Bagaimana ini ….”
Bu Candra sudah memegang bantalnya. Tapi tangannya
gemetar. Ternyata tidak mudah membunuh seseorang. Dalam hal ini, barangkali
Karina lebih berani, apalagi didukung oleh ketakutannya akan apa yang pernah
dilakukannya.
Bu Candra masih memegangi bantal itu, ketika tiba-tiba
seekor kucing menerjangnya, dan melukai tangannya.
“Adduhh!!”
Bantal yang dipegangnya terlepas. Lengannya
berdarah-darah.
“Kurangajar. Dari mana datangnya kucing sialan itu?”
“Ibu?” tiba-tiba karena teriakannya yang keras, Nurani
terbangun. Bu Candra masih mencari-cari, sementara mata Nurani terbelalak
melihat darah menetes dari lengan kiri ibunya.
“Ibu terluka?” pekiknya, lalu tangannya meraih tissue
yang ada di meja dekat tempat tidurnya.
“Kucing sialan, di mana dia?” omelnya kesal.
“Ibu bilang apa? Mana kucing?”
“Entahlah, tiba-tiba menerjang dan melukai tanganku,”
katanya sambil menempelkan tissue pada tangannya yang berdarah.
Nurani memencet bel untuk memanggil suster.
“Ada apa Mbak?”
“Suster, ibu saya terluka. Tolong obati dia.”
Perawat itu melihat luka yang masih mengeluarkan
darah. Bergegas dia mengambil alat dan obat yang diperlukan.
“Ibu kenapa ini tadi?”
“Ada kucing, menubruk lalu mencakar tangan saya,” kata
bu Candra meringis karena merasa perih ketika perawat mengobati lukanya.
“Kucing?” perawat itu tampak mengitarkan pandangannya
ke seluruh ruangan.
“Di mana ada kucing?” Nurani juga mencari-cari.
“Entahlah, tiba-tiba saja dia datang. Kemana dia lari?”
“Padahal pintu terkunci. Lagi pula tak ada kucing di
sini Bu.”
“Tapi ini apa? Buktinya aku terluka,” kata bu Candra kesal karena tidak dipercaya.
Perawat itu diam, menyimpan keheranannya di dalam
hati. Ia kemudian pergi setelah membalut luka bu Candra.
“Aneh.”
“Ibu sudah lama duduk di sini?”
“Ibu sangat sedih memikirkan kamu. Bagaimana kamu bisa
hilang? Maksudku, menemui kecelakaan sehingga banyak orang bingung mencari kamu,”
kata bu Candra sambil menampakkan wajah sedih.
Nurani diam sesaat. Apakah Karina tidak mengatakan
kepada ibunya tentang apa yang telah dilakukan padanya? Nurani bukan orang
jahat. Kebencian seseorang selalu dihadapi dengan segala kesabaran yang
dimiliki, dan ia juga amat pemaaf. Tak ada dendam walau ibu tirinya memperlakukannya
berbeda dengan anaknya sendiri. Ia bahkan sangat berterima kasih ketika tahu
bahwa ibu tirinya selalu menyediakan air putih di meja diluar kamarnya. Kalau
saja dia tahu yang sebenarnya.
Sekarang dia yakin, Karina tak berani berterus terang
kepada ibunya, tentang apa yang telah dilakukannya. Akankah Nurani mengatakannya?
“Kamu melupakan peristiwa itu?” ulang bu Candra yang
pura-pura tidak tahu.
Nurani
tersenyum tipis.
“Saya kurang hati-hati Bu,” katanya lirih.
“Kurang hati-hati bagaimana?”
“Karena kurang hati-hati, saya terpeleset, lalu jatuh ke
jurang.”
Bu Candra menghela napas. Lega rasanya. Ternyata
Nurani tidak sadar bahwa Karina lah yang telah melakukannya.
“Anakku sayang, bagaimana hal itu bisa terjadi? Lain
kali kamu harus berhati-hati ya. Kamu tahu, ibu sangat sedih ketika lama sekali
kamu tidak segera ditemukan. Sekarang ibu bersyukur, kamu selamat dan tampak
sehat.”
“Terima kasih Bu. Mana Karina? Tidak bersama Ibu?”
“Tadi dia bilang akan membeli buah untuk kamu, biar ibu
telpon dia supaya memilih buah terbaik.
“Tidak Bu, bilang sama Karina, tidak usah membeli buah
atau apapun. Lihat, di sana sudah banyak buah, dan kue-kue. Tadi orang
kantornya bapak yang mengirimnya.”
“Oh, begitu ya, baiklah, ibu suruh Karina tidak usah
membeli lagi ya, sayang kalau terbuang saking banyaknya.”
Bu Candra segera menelpon Karina.
“Ya Bu, bagaimana?” tanya Karina dari seberang.
“Kamu tidak usah membeli buah atau makanan apapun.”
“Apa?” sejenak Karina keheranan, tapi kemudian dia
mengerti, pasti ibunya mengatakan bahwa dia sedang membeli buah atau makanan.
Kompak sekali sepasang hati jahat ini.
“Oh, iya Bu, untung baru memilih,” teriaknya.
“Kamu cepat datang kemari.”
“Keadaan aman?”
“Sangat aman,” kata bu Candra sambil menutup
ponselnya.
“Mengapa Ibu mengatakan aman?” tanya Nurani yang heran
mendengar kata ‘aman’ itu.
“Oh, ibu salah bicara. Maksud ibu tadi, keadaan kamu
baik-baik saja.”
Nurani mengangguk. Tapi sebenarnya dia enggan bertemu
Karina. Ia tak bisa melupakan perbuatan jahatnya, tapi ia tak sampai hati
membalasnya dengan kejahatan yang sama.
Ketika kemudian Karina datang, Nurani hanya menyambutnya
dengan senyuman datar.
“Nurani, apa kamu baik-baik saja?”
“Sangat baik,” jawab Nurani singkat.
“Syukurlah, aku senang mendengarnya.”
“Aku selalu bersyukur, Allah melindungi aku dari
kecelakaan itu,” gumamnya tanpa menatap wajah Karina.
“Semoga kamu segera pulih.”
“Ibu, mungkin pengaruh obatnya, saya mengantuk sekali,”
kata Nurani.
“Baiklah, sebaiknya kamu istirahat. Ibu dan Karina mau
menemui bapakmu dulu.”
Nurani bersyukur, Karina segera beranjak dari
ruangannya. Ia heran, ada orang yang begitu pintar berpura-pura. Tapi sungguh,
Nurani akan memaafkannya. Toh atas pertolongan Allah, dia selamat dari
malapetaka itu.
Tiba-tiba Nurani teringat tentang kucing. Mengapa ibu
tirinya juga bicara tentang kucing? Di rumah, di tebing saat kecelakaan, dan
baru saja terjadi, selalu ada kucing. Kucing apa, dan seperti apa, Nurani tak
pernah melihatnya. Mengapa ada kucing dimana-mana? Padahal ia tahu sendiri, di
ruangan ini tak ada kucing. Tapi nyatanya ibu tirinya terluka, yang katanya
karena cakaran kucing. Ada apa dengan kucing?
***
“Benarkah tadi Nurani mengatakan bahwa dia terpeleset?”
tanya Karina ketika sampai di rumah.
“Dia juga bilang kurang hati-hati, jadi kamu harus
merasa lega, dia tak mencurigai kamu yang melakukannya.”
“Iya Bu, sungguh aku merasa lega. Tadinya aku sudah
sangat takut. Gawat bukan kalau Nurani mengatakan bahwa aku yang mendorongnya?”
“Sangat gawat. Kamu bisa dilaporkan polisi karena
melakukan percobaan pembunuhan.”
“Duuh, mengerikan sekali kalau harus mendekam di dalam
sel penjara.”
“Lain kali kamu harus melakukannya dengan
sungguh-sungguh.”
“Karina sudah melakukannya dengan sungguh-sungguh bu,
tubuh Nurani meluncur kebawah, aku sampai tidak melihat lagi ujud tubuhnya dari
atas. Siapa sangka dia selamat.”
“Mungkin tersangkut di dahan-dahan pohon yang ada di
dinding tebing.”
“Mungkin juga. Sekarang Karina sangat lelah, mau tidur
saja. Bukan hanya lelah karena membersihkan rumah, tapi juga lelah dihimpit
rasa khawatir. Tapi sekarang Karina sudah lega, mau tidur saja.”
“Ya sudah, lebih baik kita tidur. Nanti saja kita ke
rumah sakit lagi, supaya ayahmu tidak bertanya-tanya, karena kita tadi berjanji
mau kembali, nyatanya tidak.”
“Tapi bagaimana ibu sampai bisa dicakar kucing? Memangnya
ada kucing di ruangan sebagus itu?”
“Ibu juga tidak tahu, tiba-tiba saja dia melompat dan
mencakar lengan ibu sampai terluka. Sekarangpun masih perih rasanya. Nanti di
rumah sakit aku mau minta obatnya. Tadi hanya dibersihkan dan diberi obat.”
Tiba-tiba ponsel Karina berdering.
“Aduh, dari kantor, mau apa dia?
“Karina, kamu tidak masuk hari ini?”
“Ya ampun Pak, bukankah ayahku sakit? Aku sedang
menunggui di rumah sakit dong.”
“Bukan begitu, hanya ingin menanyakan, catatan barang
masuk kamu letakkan di mana?”
“Oh iya, saya lupa. Tertinggal di dalam gudang
penyimpanan Pak.”
“Kamu itu sangat teledor.”
“Huh, galak bener. Lupa kalau aku ini anak pemilik
perusahaan, dimana dia mengais rejeki,” gumam Karina sambil menutup ponselnya. Kesal dia karena kepala bagian memarahinya.
***
“Mas Andre ada di mana?” Rian menelpon Andre.
“Aku di kantor, ada yang harus aku kerjakan. Ada apa?
Bapak dan Nurani tidak apa-apa bukan?”
“Tidak, aku mau minta tolong, nanti tengoklah Nurani
dan bapak, karena aku akan ada di kampus sampai agak sore.”
“Baiklah, setelah dari kantor aku akan langsung ke
sana.”
“Terima kasih Mas. Aku tidak bisa menghubungi Nurani
karena ponselnya hilang saat kecelakaan itu kan.”
“Tidak apa-apa. Nanti aku bawakan yang baru.”
“Waduh, jadi merepotkan mas Andre dong. Ya sudah,
nggak apa-apa, nanti saya ganti mas.”
“Tidak, siapa minta ganti? Biarlah aku juga punya
kesempatan untuk memberi hadiah untuk Nurani.
“Baiklah, kalau itu alasannya, aku tidak bisa menghalangi
dong,” kata Rian sambil tertawa. Sudah sejak lama dia tahu Andre suka sama adik
tirinya. Dia senang karena Andre sangat baik dan penuh perhatian.
Andre menyelesaikan pekerjaannya. Ia harus segera ke
rumah sakit, karena Rian tidak bisa ke sana seharian ini. Maklum, Rian harus
segera menyelesaikan kuliahnya, jadi agak sibuk akhir-akhir ini.
Setelah pulang dari bekerja, seperti tadi
dikatakannya, dia membeli ponsel untuk Nurani. Ponsel itu perlu, karena akan
memudahkan komunikasi diantara mereka. Bukankah Andre juga ingin seringkali
mengucapkan sekedar ucapan selamat pagi, atau selamat malam? Andre tersenyum.
Sikap Nurani terhadapnya sudah lebih terbuka sejak kecelakaan itu. Apakah
karena Nurani merasa berhutang nyawa?
Tapi kalau tentang cinta, Nurani sendiri tidak
mengerti. Ia lebih menyukai kakak tirinya. Sudah sejak kecil dia mengenalnya,
dan sejak kecil pula dia tahu bahwa Rian adalah laki-laki terbaik yang
dikenalnya. Pembicaraan ayahnya waktu itu, tentang Andre, belum bisa sepenuhnya
dia terima. Adakah laki-laki lain yang memiliki kebaikan seperti Rian? Bahkan Andre
yang selalu dipuji-puji ayahnya setinggi langit sekalipun.
***
“Mas Andre, mengapa memberi aku hadiah semahal ini?” pekik Nurani ketika Andre datang dengan membawa ponsel untuk dirinya.
Andre hanya tertawa.
“Jangan begitu dong Mas, saya jadi sungkan. Sudah
banyak saya berhutang budi sama Mas Andre. Bahkan berhutang nyawa.”
“Siapa berhutang, dan siapa menghutangkan? Aku
melakukannya dengan ikhlas, dan jangan dinilai sebagai menghutangkan. Ini demi
kamu. Bukankah ponsel kamu hilang?”
“Iya, ikut terlempar ketika saya terjatuh.”
“Jadi pakailah sekarang ponsel ini.”
Nurani tersenyum.
“Terima kasih ya Mas.”
“Tapi saya punya sebuah permintaan.”
“Lho, ternyata minta imbalan?”
“Hanya minta, agar setiap hari saya boleh mengucapkan
sekedar ucapan selamat pagi atau selamat malam.”
“Oh.”
Nurani menutup mulutnya. Andre senang melihat senyum
itu.
“Saya ingin menelpon bapak. Bisa kah?”
“Tentu saja bisa. Sudah ada nomor kontak bapak di situ.”
Nurani membukanya. Ponsel itu lebih bagus, dan
tentulah lebih mahal. Tapi Nurani bisa mengerti. Rian kan belum punya penghasilan,
berbeda dengan Andre yang seorang manager kepercayaan ayahnya.
“Hallo, ini siapa ya?” tanya pak Candra yang tidak mengenal
nomornya.
“Coba Bapak tebak, saya siapa?” goda Nurani.
“Apa? Ini suara kamu Nur?”
“Iya Pak, ini Nurani.”
“Ini nomor siapa?”
“Nomor Nurani Pak. Nurani punya ponsel baru setelah
yang sebelumnya hilang.”
“Rian membelikannya lagi?”
“Bukan. Dari mas Andre, baru saja.”
“Ah syukurlah, apa Andre ada di situ?”
“Iya. Bapak memanggilnya?”
“Tidak … tidak, biar dia di situ saja. Soalnya Rian
bilang akan ada di kampus sampai sore. Bagaimana keadaan kamu?”
“Sudah baik Pak, saya ingin segera pulang.”
“Tidak. Bapak sudah bilang sama dokternya, bahwa kamu
tidak akan pulang sebelum luka-luka kamu benar-benar sembuh.”
“Tapi Nurani sudah merasa baik. Tinggal luka yang ada
di lengan Nurani, yang agak dalam lukanya, sampai dijahit.”
“Nah, jadi tetap tidak boleh pulang.”
“Tidak enak tiduran terus.”
“Jangan bandel dan jangan membantah. Kamu harus tetap
di sini.”
“Bapak bagaimana?”
“Bapak sudah merasa sehat, tapi dokter juga belum
mengijinkan untuk pulang, bahkan tidak boleh bicara terlalu banyak.”
“Oh, baiklah, kalau begitu Bapak istirahat saja,
jangan banyak bicara dulu.”
Nurani menutup ponselnya dengan wajah berseri. Lega
rasanya bisa mendengar suara ayahnya, dan tampak sangat gembira.
Andre pamit pulang, setelah Rian mengatakan bahwa dia
dalam perjalanan ke rumah sakit.
Nurani senang Rian akan segera datang, karena seharian
dia belum melihatnya. Ketika sebuah ketukan dipintu terdengar, Nurani berdebar.
Pasti Rian yang datang.
Tapi betapa terkejutnya Nurani, ketika melihat Rian
tidak sendiri. Seorang gadis cantik melangkah dengan manis di belakang Rian.
Nurani menghela napas. Tiba-tiba ada yang hilang dari
hatinya.
***
Besok lagi ya.
Yes
ReplyDeleteAlhamdulillah
DeleteNimbrung ah.... melu komen
DeleteSalam sehat bu Tien, tetap ADUHAI ya.....
Bagi penggemar cerbung bu Tien....
InsyaAllah kami akan mengadakan jumpa fans (JF-4) di Jakarta.
Yuk kita sukseskan acara JF-4 Tien Kumalasari bersama para penyemangatnya, penggemarnya, para pembaca cerbungnya INGAT TANGGALNYA YA......
Hari Jum'at 9 Juni sd Minggu 11 Juni 2023
Hari pertama dipusatkan di WISMA KINASIH TAPOS DEPOK, hari kedua Sabtu, 10 Juni 2023 kita City Tour TMII, KOTA TUA BETAWI & MONAS, bermalam dan kulineran di seputaran Sarinah/Jl. Sabang.
Hari ketiga Minggu, 11 Juni 2023 kita menikmati CARE FREE DAY-nya ibukota.
Bagi sahabat-2 Cerbung di JABODETABEK yang berminat bertemu bu Tien Kumalasari idola kita, jangan lewatkan kesempatan ini yuk mulai nabung bagi saudara-2ku yang dari Daerah-2 yang jauh dari Jakarta.
Untuk yang mau daftar dari sekarang bisa mengubungi Sahabat Hadi Sudjarwo HP 0812-8499-184.
Terima kasih kakek Habi yang sudah mengumandangkan acara ini. Kesempatan untuk jumpa fans dengan penulis cerbung idola kita ibu Tien Kumalasari, kami buka untuk para pecinta
Deletedan pembaca cerbung belisu yang setia.
Peserta dari luar Jabodetabekpun silahkan bila ingin turut memeriahkan kesempatan ini. Jumpa dengan sang penulis idola lho .....kapan lagi ???
ReplyDeleteMtnuwun mbk Tien ππ
Asik
ReplyDeleteMtrnwn
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku, Kantung Berwarna Emas sudah tayang.
ReplyDeleteAlkhamdulillah, manusang bu Tien
ReplyDeleteTks bunda Tien..
ReplyDeleteAlhamdulilah ..Nurani sdh tayang
Semoga bunda sehat" dan berbahagia selalu..
Salam aduhaaii... πππ₯°❤️
Terima kasih, ibu Tien cantiiik... Semoga sehat terus sekeluarga...
DeleteAlhamdulillah, matur nuwun.. sehat dan bahagia selalu Bunda Tien . .
ReplyDelete⚘π¦π Alhamdulillah KBE 19 telah hadir. Salam Aduhai Bunda Tien. Semoga sehat selalu dan tetap smangaaats...
ReplyDeleteMatur nuwun. ππ¦πΉ
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu
Alhamdulillah, KANTUNG BERWARNA EMAS (KBE) 19 telah tayang,terima kasih bu Tien salam sehat, sejahtera dan bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdullilah..terima ksih bunda Tien..slm sehat sll dan slmt beristrahatππ₯°πΉ
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMatunuwun Bu Tien...
Salam sehat selalu...
Alhamdulillah Maturnuwun
ReplyDeleteAlhamdulillah.
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak TienπΉπΉπΉπΉπΉ
Siapa wanita cantik yg bersama Rian?
ReplyDeleteNunggu bsl lg ah...
Tks bunda Tien..
Terimakasih Kucing berwarna emas, telah menolong Nurani.
ReplyDeleteDan Nurani tidak perlu cemburu terhadap Rian, biarkan dia memilih gadis impiannya.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Alhamdulillah tayang, makasih bunda
ReplyDeleteMatur huwun bunda Tien...π
ReplyDeleteTerima kasih bu tien kbe sdh tayang.... makin seru ceritanya, tks kucing emas telah menolong nurani.... salam sehat bu tien
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien
ReplyDeleteSalam sehat dan aduhai selalu
Nurani hatimu sangat mulia, tidak pernah membalas kejahatan dgn kejahatan tetapi selalu ada pengampunan.
ReplyDeleteSemoga ada pertobatan bagi Karina dan ibu Chandra.
Rupanya ada rasa cemburu Nurani terhadap teman gadis Rian yg datang.
Semoga mempercepat dan pempererat hubungan baik Nurani dgn Andre.
Matur nuwun ibu Tien, Berkah Dalem..
Maturnuwun Bu Tien
ReplyDeleteππ
matur nuwun bu Tien KBE 19 sampun tayang....wachhh....crita nya semakin seruuuu.......
ReplyDeleteAlhamdulillah terima kasih Bu Tien. Wah ternyata Ryan sudah punya pacar ya...semoga Nurani bisa membuka hatinya untuk Andre... salam sehat selalu Bu Tien
ReplyDeletePacar Rian kah?
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam hangat selalu. Aduhai
Terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo, Bam's, Mbah Wi, Tjoekherisubiyandono, Apip Mardin, Suprawoto, Beny Irwanto,
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman, Caecilia RA, Mimiet, Sofi, Mamacuss, Manggar Ch.,
Alhamdulilah, matur nuwun mbakyu Tienkumalasari dear, sampun tayang KBE epsd 19, salam sehat selalu dan tetap semangat tambah seru buat penasaran terus nih panjenengan. Salam dari Tanggamus, Lampung
ReplyDeleteAlhamdulillah ..sehat selalu u Ibu Tien salam.Aduhai π€²π€²π€²πΉπ·π₯°π₯°π₯°ππ
ReplyDeleteAlhamdulillah KBE 19nya sdh tayang.
ReplyDeleteMatursuwun bu Tien, salam sehat selalu
Terimakasih Bunda Tien, wahhhh Rian punya ceweq....
ReplyDeleteSalam sehat selalu Bunda yang baik hati, selalu menuliskan cerbung buat kami ....
Terimakasih Bu Tien... Salam sehat sejahtera....
ReplyDelete
ReplyDeleteAlhamdulillah KANTUNG BERWARNA EMAS~19 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien π
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah KBE 19 sdh hadir
ReplyDeleteWah siapakah gadis yg bersama Rian? teman atau pacarnya kah?
Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu.
Aamiin
Salam sehat
ReplyDeleteSalam Aduhai ....
KBE 19 sudah tayang, terima kasih mbak Tien.
Nuraini ....Nuraini....mengapa engkau masih juga melindungi orang yang telah nyata² melakukan kejahatan kepada dirimu. Bukankah dengan demikian engkau akan membuat orang menjadi lebih jahat ?
Memang kejahatan tidak harus dibalas dengan kejahatan, tetapi sifatmu akan lebih membahayakan dirimu.
Tidak ada salahnya engkau memberikan sedikit ancaman kepada Karina, bahwa apa yang diungkapkan kepada orang² yang menyayanginya itu bertujuan untuk melindungi dirinya dan agar dia tidak akan melakukan kejahatan lagi. Bila Karina tak berubah dia akan berkata sejujurnya atas kejadian yang dialaminya.
(maunya pembaca.com) ????
he he he setia menunggu lanjutannya.
Salam buat para penggemar dan pembaca setia dimanapun berada.
Serta do'a kami semoga mbak Tien dan mas Tom senantiasa sehat hingga bisa melepas kerinduan pada acara Jumpa Fans ke 4 di Wisma Kinasih Depok - Bogor. See you all
Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien
ReplyDeleteSalam sehat wal'afiat π€π₯°πΏπΉ
Jgn cemburu Nur,,,,
Dah nurani sama Andre aja.....trims Bu tuen
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun bunda Tien
ReplyDelete