Sebuah janji 52
(Tien Kumalasari)
Wanita setengah tua itu menatap Seno dengan mata
berkilat. Ada rasa kesal karena Seno tetap bergeming.
“Apa kamu tidak mendengar kataku?” katanya kemudian
masih dengan nada tinggi.
“Maaf tante, tapi saya ingin bertemu Elsa.”
“Bertemu untuk apa? Kamu sudah memutuskan pertunangan,
dan Elsa sudah akan mendapat calon suami yang lebih baik,” katanya jumawa.
“Ijinkan saya bertemu dulu.”
“Tidak … dan tidak !!”
“Saya mohon. Maafkan kalau saya salah … tapi …”
“Hentikan dan pergilah!”
Sang ibu cantik membalikkan tubuhnya, bermaksud
menutup pintu, tapi tiba-tiba Elsa muncul dari dalam.
“Mamah, kenapa berteriak-teriak?”
“Sudah, masuk kamu, tidak usah keluar,” kata sang mama
sambil mendorong pelan tubuh anaknya.
Elsa melongok keluar melalui bahu sang ibu, lalu
menerobos keluar sambil mendorong tubuh ibunya.
“Seno?”
“Elsa! Kamu tidak boleh menemuinya lagi. Dimana harga
diri kamu? Kamu sudah dibuang oleh dia,” hardik sang ibu sambil menarik tangan
Elsa.
“Tidak Mah, ijinkan Elsa menemui dia,” Elsa memohon
sambil merangkapkan kedua tangannya. Hal yang belum pernah dilakukannya, dan
hal itu membuat ibunya terheran-heran.
“Untuk apa kamu temui dia?”
“Elsa sangat mencintainya, mamah.”
Seno yang masih berada dibawah tangga berdebar. Elsa
mengucapkan kata-kata yang akhir-akhir ini sangat ditunggunya. Ada senyum
tergambar di bibirnya.
Sang ibu memelototkan matanya.
“Sejak dulu kamu selalu bilang begitu. Kamu tidak tahu
malu, Elsa.”
“Tolong Mamah, kami saling mencintai.”
“Bohong!!”
“Seno, apakah kamu mau mengatakan sesuatu kepada Mamahku?”
pinta Elsa sambil menatap Seno.
Seno mengerti apa yang diinginkan Elsa. Ia naik ke
teras, dan mendekati keduanya.
“Tante, saya mencintai Elsa.”
“Cinta macam apa? Bukankah kamu sudah memutuskan
pertunangan dan melukai hati kami sekeluarga?”
“Saya mohon maaf. Saya baru sadar bahwa saya sangat
mencintai dia.”
Wajah bu Eli, ibunya Elsa masih tampak gelap, tapi
mata garang itu sudah meredup. Api yang menyala hampir padam. Seno meraih
tangannya dan berusaha menciumnya, tapi sang ibu menepiskannya.
“Enak sekali, cium-cium tangan. Memangnya aku sudah
mengijinkan kamu mendekati anakku?”
“Saya mohon, tante,” dan Seno dengan tak tahu malu
kemudian merendahkan tubuhnya, berdiri di atas lutut, sambil merangkapkan kedua
tangannya.
Tak urung hati sekeras baja itu luluh. Tapi ia masih
bergeming.
“Tante, saya sangat mencintai Elsa.”
“Kamu tahu apa itu cinta? Cinta itu tidak menyakiti.
Cinta itu menjaga dan melindungi. Cinta itu saling memberi dan menerima. Cinta
itu menciptakan kehidupan yang indah,” katanya tandas.
“Saya akan melakukannya, tante. Saya berjanji.”
“Jangan asal janji. Kalau kamu memang cinta, segera
lamar Elsa, tapi kalau sampai kamu ingkar dan sedikit saja melukai anakku, aku
potong lidah kamu,” katanya sadis.
Seno merinding. Ia menggerak-gerakkan lidahnya yang
masih berada di dalam mulutnya. Apa jadinya kalau tante galak itu benar-benar
memotongnya.
“Aku serius!”
“Ya tante.”
“Temui dia,” katanya dingin, kepada Elsa, lalu
membalikkan tubuhnya dan masuk ke dalam rumah.
Elsa tersenyum, kemudian mendekati Seno. Mereka
bertatapan mesra. Air mata Elsa menitik, Seno mengusapnya dengan jari tangannya,
tapi kemudian Elsa mundur selangkah.
“Jangan dulu menyentuhku, kita belum halal,” kata Elsa
lembut.
Seno tersenyum. Elsa juga bisa berucap selembut itu.
“Terima kasih telah mau mencintai aku,” kata Seno.”
“Terima kasih juga karena kamu juga mencintai aku.”
Aduhai, alangkah indahnya dunia ini.
***
Pak Ridwan dan istrinya terkejut ketika Seno minta
agar kedua orang tuanya tersebut melamar Elsa kembali.
“Apa maksudmu? Eli sudah sangat marah sama ibu, kalau
kamu main-main, ibu bisa kena semprot untuk kedua kalinya,” kata bu Ridwan.
“Mengapa kamu tiba-tiba ingin melamarnya, bukankah kamu
sudah memutuskannya?”
"Kali ini Seno bersungguh-sungguh. Dulu itu kan kemauan
Ibu, sekarang ini adalah kemauan Seno sendiri, tak mungkin Seno mengingkarinya.
“Mengapa tiba-tiba kamu ingin memperistrikan dia?”
tanya sang ayah.
“Karena Seno sadar bahwa Seno mencintainya.”
“O, ibu tahu. Karena penampilannya dan perilakunya
yang berubah? Ibu dengar dia sudah menjadi gadis yang baik, suka berbagi. Dia
juga bersikap lebih santun.”
“Seno baru saja memperhatikannya. Dia bisa menjadi
istri yang baik bagi Seno.”
“Hanya karena dia terlihat lebih cantik?” tanya pak
Ridwan.
“Banyak hal yang menarik dari dia. Hal itu yang
membuat Seno jatuh cinta.”
“Bagaimana sebuah perasaan benci bisa menjadi cinta?”
cecar sang ayah lagi.
“Bisa, Pak, Seno mengalaminya. Dulu dia sangat
menyebalkan, pokoknya banyak dari sikapnya yang Seno tidak suka. Tapi sekarang
dia sudah berubah, dan Seno jatuh cinta sama dia.”
“Apa kamu sudah bertemu orang tuanya? Kamu tahu ibunya
sangat galak, dan dia marah sekali saat kamu memutuskan pertunangan, bukan?”
“Seno sudah bertemu tante Eli."
“Bagus, kena semprot kan? Tadinya ibu memang ingin kamu mendekati dia setelah dia berubah, tapi kemudian ibu ragu mengingat sikap ibunya."
“Awalnya … ya. Tapi kemudian dia minta agar Seno segera
melamarnya.”
“Terserah Bapak saja, ibu tidak mau ikutan, nanti ibu
di salahkan,” kata bu Ridwan kepada suaminya.
“Kalau Seno sudah mantap, mengapa tidak? Kapan kamu
mau melamarnya?”
“Secepatnya lebih baik Pak, jangan sampai Seno menjadi
bujang lapuk,” selorohnya penuh harap.
“Baiklah, minta pada ibumu untuk mempersiapkan
segalanya,” kata pak Ridwan yang berubah gembira melihat anaknya bersemangat.
***
“Maaf Ari, aku tidak bisa,” kata Yanti ketika Ari
mengajaknya menemui Minar. Tentu ada rasa sungkan, mengingat dulu pernah
melukainya, dan merebut suaminya.
”Mengapa Yanti, dulu kita teman, dan selamanya akan
menjadi teman.”
“Kamu tidak lupa kan, bagaimana buruknya kelakuan aku
terhadap Minar? Aku tidak menyalahkan kalau dia membenci aku.”
“Aku sudah bicara sama Minar, dia sudah memaafkan
kamu. Percayalah.”
“Aku percaya, tapi tidak enak kalau aku tiba-tiba
menemuinya.”
“Bukankah kamu merasa bersalah sama dia?”
Yanti mengangguk.
“Kalau begitu datang dan temui dia, serta meminta maaf
darinya.”
Yanti terdiam. Ada rasa takut yang dirasakannya. Bisa
jadi Minar memaafkannya, tapi pasti rasa benci itu masih ada.
“Dia sangat prihatin ketika aku mengatakan bahwa kamu
tidur di mobil.”
“Dia mentertawakan aku bukan?”
“Dia minta agar kamu tidur di rumahnya.”
“Benarkah?”
“Aku tidak pernah bergurau dalam situasi seperti ini.
Minar benar-benar ingin agar kamu tinggal bersamanya.”
“Baiklah, tapi_”
“Ayolah Yanti.”
“Kapan kasus aku selesai?”
“Menunggu persidangan, mungkin tidak akan lama lagi.”
“Apakah kamu mau menemani aku saat persidangan nanti?”
“Tentu Yanti, bahkan Minar juga pasti akan bersedia
mendukung kamu.”
“Dosaku terlalu besar.”
“Allah akan memberikan ampunan kepada umatNya yang
bertobat. Jadi bertobatlah. Ayo sekarang kita temui Minar, percayalah bahwa
semua akan baik-baik saja.”
***
Terjadi kesibukan menjelang pernikahan Sekar dan
Barno. Bahagianya bibik yang akhirnya bisa melihat anaknya menjadi ‘orang’, dan
akan beristrikan seorang gadis yang baik dan pintar. Barno tetap ingin
menikahinya, walau Sekar belum selesai dalam kuliahnya. Sekar menyetujuinya,
karena melihat ayahnya sudah sangat ingin melihat dirinya menikah. Bagi Sekar,
kebahagiaan ayahnya adalah yang nomor satu.
Seno juga ikut senang mendengar rencana pernikahan
itu.
“Aku menyediakan sebuah rumah untuk kamu, Barno.
Setelah menikah kamu boleh menempatinya, sudah lengkap dengan perabotannya," kata Seno.
“Terima kasih banyak Pak, tapi saya kira non Sekar
tidak ingin meninggalkan ayahnya, jadi lebih baik kami tetap tinggal di rumah
saja.”
“Tapi rumah itu cukup besar Barno, kalian bisa
memboyong pak Winarno dan bibik ke rumah itu.”
“Nanti saya bicara dulu dengan Non Sekar, Pak. Dan
juga bapak. Saya akan melakukannya kalau mereka suka menjalaninya.
“Baiklah, aku mengerti. Tapi itu adalah hadiah bagi
pernikahan kalian, dari aku pribadi. Senang sekali kalau kalian mau menerimanya.”
“Sekali lagi terima kasih Pak. Tentu kami akan sangat
menghargainya. Semoga Sekar dan bapak akan menyukainya.”
“Besok saya akan mengajak bapak dan kalian untuk
melihat rumah itu. Lebih dekat dengan kantor kok.”
“Baiklah.”
***
Ternyata tidak mudah meminta pak Winarno untuk berpindah rumah. Orang tua selalu lebih senang di rumahnya sendiri. Tapi demi tidak mengecewakan Seno yang dengan tulus memberikan rumah itu, Sekar dan Barno segera mengajak pak Winarno untuk melihat rumah itu.
“Rumahnya bagus, dan lebih besar dari rumah kita,”
celetuknya ketika melihat rumah itu.
“Iya Pak, ini untuk kamar Barno dan Sekar, ini kamar
Bapak, dan ini untuk bibik. Semuanya sudah lengkap dengan perabotannya. Kalau
Masih ada yang dirasa kurang, biarlah Barno yang mengurusnya, agar Bapak dan
keluarga senang dan nyaman tinggal di sini,” rayu Seno ketika ketika mengajak
keluarga Winarno melihat rumahnya.
“Saya suka Nak, siapa yang tidak suka menempati rumah
baru yang lebih bagus dan lebih besar. Tapi saya tergantung anak-anak itu.
Kalau mereka suka, saya ngikut saja.”
“Lho, kami justru yang akan mengikuti kemauan Bapak,
kalau Bapak suka, kami pasti akan suka,” balas Sekar.
Lempar-lemparan itu membuat Seno tersenyum. Mereka
saling menjaga satu sama lain, dan itu menunjukkan bahwa mereka bukan orang
yang hanya memikirkan kesenangan diri sendiri.
“Bibik bagaimana?” tanya pak Winarno.
“Bibik itu kan selamanya mengikuti Bapak dan non
Sekar, jadi kemanapun bibik pasti ngikut.”
“Kalau begitu begini saja. Bapak bisa tinggal disini,
kalau kangen rumah lama, bisa saja kan tidur di rumah lama?” kata Seno setengah
memaksa.
“Baiklah Nak, nanti akan kami pikirkan lagi. Sementara
ini kami kan sedang mempersiapkan pernikahan mereka, jadi nanti keputusannya
setelah acara itu selesai. Bagaimana?” kata pak Winarno pada akhirnya.
Akhirnya acara rayu merayu tentang rumah itu selesai begitu pak Winarno memutuskan akan memikirkannya. Memang benar, yang penting adalah fokus pada pernikahan itu.
Biarpun pak Winarno menginginkan acara yang
sederhana, tapi Seno dengan penuh semangat membantu mengadakannya semeriah
mungkin. Paling tidak semua rekan bisnis dan kerabat harus diundang.
***
“Yanti, apa yang kamu lakukan?” kata Minar ketika
Yanti berkutat di dapur.
“Ini Minar, sedang membersihkan dapur, karena simbok
tidak masuk hari ini.
“Sudah, besok kan dia datang. Pasti dia akan
melakukannya.”
Sudah seminggu Yanti tinggal di rumah Minar. Minar
dengan segala ketulusan bersedia membantu Yanti, dan mereka tinggal serumah
seperti saudara. Yanti juga kembali bekerja di warung seperti dulu, yang
semakin maju karena lebih banyak pelanggan yang menyukai masakan di warung itu.
Yanti yang merasa diberi kebaikan, mulai menjalani
hidup dengan berperilaku lebih baik. Ia bahkan dengan suka rela membantu
bersih-bersih rumah dan memasak bagi mereka berdua. Minar tentu saja
menyukainya.
Mereka tidak lagi memikirkan Samadi yang sudah
menerima hukumannya, dan bersama-sama mengelola usaha mereka dengan penuh rasa persahabatan.
Minar juga lebih tenang mengurus perusahaannya, karena
Ari sudah ada yang menemani, yaitu Yanti.
***
Malam itu Barno dan Sekar sedang duduk berdua di bawah
sebatang pohon. Berhadapan, tidak berdekatan, karena keduanya saling menjaga
kesucian sebuah hubungan, dan tidak akan melanggar norma yang sudah tergaris
selama belum ada etiket halal. Dilangit sana, bertebaran bintang yang berkedip
tak kenal lelah. Semilir angin menyapu wajah-wajah mereka, menerbitkan rasa
dingin yang menggigit. Tapi hati mereka merasa hangat, karena ada cinta
menyelimutinya.
“Mengapa non suka sama saya?” tanya Barno tiba-tiba.
“Aku juga sedang bertanya kepada diri aku, mengapa
suka sama kamu.”
“Kalau begitu susah ya saya menemukan jawabannya?”
“Bukankah cinta bisa datang tiba-tiba, tanpa permisi?”
Barno tertawa. Calon istrinya ini bukan saja cantik,
tapi juga pintar berkelit. Barno
sudah pernah mendengar kata ‘rindu’ yang diucapkannya, saat pertama kalinya Barno
akan berangkat ke Batam. Dan ucapan itu terus menerus didekapnya dalam dada,
walau belum jelas apa artinya. Kalau bukan cinta, mengapa rindu? Lama sekali
dia berusaha mengurai kata ‘rindu’ itu, sampai ketika suatu saat dia mendengar
samar di telinganya, ketika dia dalam keadaan setengah sadar. Jangan mati
Barno aku mencintaimu.
Alangkah indahnya rasa sakit, saat perasaan membuncah
bahagia. Ketika itulah kata ‘rindu’ itu terurai, menjadi kata ‘cinta’, dan
Barno menyadari bahwa perasaannya tak bertepuk sebelah tangan.
Sekar menatap Barno yang tersenyum lucu.
“Kalau cinta mengucapkan kata permisi, maka saya akan
menyambutnya, silakan masuk …”
Lalu keduanya tertawa lirih.
Seminggu lagi mereka menikah, aroma bahagia sudah
mulai memenuhi seluruh rumah, terlebih pak Winarno yang sangat bersemangat mendengarkan
rencana acara yang akan digelar, dan di prakarsai oleh Seno, atasan kedua anak
itu.
***
Gemerlap ruangan pesta itu, diseling tawa-tawa renyah
diantara sahabat yang bertemu, dan ucapan selamat bagi kedua mempelai, memenuhi
arena. Barno dan Sekar yang didandanin dengan pakaian adat Jawa, tampak tersenyum
bahagia menyambut setiap jabat tangan yang mengiringi alunan musik lembut dari
organ tunggal yang didatangkan Seno.
Sepasang anak muda berjalan berjajar, melangkah
mendekati pelaminan dengan senyuman merekah. Mereka adalah Seno yang mengenakan
setelan jas biru gelap, dan seorang gadis dengan gamis berwarna biru muda,
dengan kembang-kembang menghiasi ujungnya, dan kerudung senada yang dipasang
sangat manis. Barno dan Sekar terpana sejenak melihat pasangan itu, kemudian
tertawa bahagia.
“Selamat, Barno, selamat, Sekar, segera punya momongan
ya,” kata Seno renyah.
“Terima kasih Pak Seno, segera menyusul ya,” jawab
Barno dan Sekar bersamaan.
“Selamat Barno, Sekar, aku bahagia melihat kalian
berdampingan.”
“Mbak Elsa cantik sekali. Kapan menyusul?”
“Secepatnya dong,” kata Seno sambil melirik ke arah
kekasihnya.
Ketika rindu sudah bermakna cinta, ketika cinta sudah
bermuara, maka dunia dijadikannya menjadi milik berdua. ADUHAI.
*** T A M A T ***
*******
Seorang laki-laki tampan menuding wanita dihadapannya
dengan pandangan marah.
“Mengapa kamu menggugurkan kandungan kamu?”
“Aku tidak ingin punya anak.”
“Aku benci kamu!!”
Sebuah pertengkaran diantara suami istri itu berbuah
malapetaka. Jangan lewatkan “JANGAN PERGI” dalam setiap episode nya ya.
******************************
Yes
ReplyDeleteYes mbk Iin juaranya
DeleteSelamat jeng Iin..... Juara 1 saya malam ini memang gak niat ikutan balapan, lagi menikmati batuk yang datang lagi, padahal 2 hari sdh longgar dadaku, besuk mau nyoba ngunyah sirih.... Ah.
DeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteAlhamdulillah tamat juga nggih mbk A'ini... terimakasih bunda @tien ...semangat dlm berkarya
DeleteMhn maaf blm ngisi data mbkyu...baru buat blog
DeleteAlhamdulillah, mtrnwn
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Janji telah tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteHoooreeee ......
ReplyDeleteAlhamdulilah tks bu tien
ReplyDeleteWaduuuh ternyata sdh tamat ...tks bu tien
DeleteAlhamdulillah, nuwun bu Tien.
ReplyDeleteSalam sehat selalu ibuuu.
Alhamdulillah tayang
ReplyDeleteSugeng ndalu bu Tien
Matur nuwun bunda Tien, sugeng dalu sugeng aso salira.....
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah sj dah tayang...
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien Kumala
Alhamdulillah, mtr nuwun, sehat & bahagia selalu Bunda Tien
ReplyDeleteMakasih bunda ...
ReplyDeleteAlhamdulillah mksh Bu Tien salam sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah... sah..
ReplyDeleteMatur nuwun bu tien..
Selalu ditunggu ceritanya.. sehat selalu..🥰🥰
Alhamdulillah semoga kebahagiaan dan kesehatan selalu kita rasakan, terimakasih bu Tien. 🙏
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien. Salam Aduhai
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh tayang .... trimakasih bu Tien salqm sehat selalu
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
ReplyDeleteAda bonus episode nya mba Tien?
Salam hangat selalu. Aduhai
Matur nuwun sanger Mbak Tien. Masih penasaran kelanjutan Seno dan Elsa. Ditunggu cerita selanjutnya. Doaku Mbak Tien selalu sehat dan panjang umur. Salam Aduhai selalu dari kota lumpia.
ReplyDeleteAlhamdulillah Maturnuwun
ReplyDeleteNah, kan? Feeling saya tempo hr benar, sudah mau tamat kisahnya...eh, hari ini dituntaskan ibu Tien. Terima kasih, bu...ditunggu cerbung barunya. Harapan saya lain waktu SJ akan dilanjutkan dengan judul baru sepwrti yang lalu2. Salam sehat.🙏😀
ReplyDeleteKalau sudah jodo tidak akan kemana, Terima kasih Bu Tien cerbungnya.
ReplyDeleteSemoga sehat selalu.
Alhamdulillah....matur suwun ibu
ReplyDeleteMinar minta Yanti tidur di rumahnya asyik..
ReplyDeleteBisa ngerumpi lagi..
Semua berjalan sudah seperti yang diharapkan, sahabat memang mau mengerti ketika diantaranya menghadapi situasi yang sulit.
Barno sudah dapat mengurai apa artinya rindu, yang diucapkan si non cantiknya.
Perubahan yang terjadi di diri Elsa seolah memanggil Seno, menyadarkan betapa Seno mencintai nya ;
Jangan pergi lagi Seno..
Terimakasih Bu Tien,
Sebuah janji yang kelima puluh dua sudah tayang, ternyata episode terakhir, berakhir begitu indah, menghadirkan sentuhan lembut kasih sayang, menyadarkan agar sentuhan kasih tulus yang mendamaikan dan saling menguatkan akan lebih indah.
Terimakasih Bu Tien
Sehat sehat selalu doaku,
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Alhamdulillah SEBUAH JANJI 52 telah tayang, terima kasih bu Tien salam sehat n bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien
ReplyDeleteAduhaii sekali ,,,,
Pancen hebat bu Tienku sll diakhiri dg bahagia
Ditunggu * Jangan Pergi*
Salam sehat wal'afiat bu Tien sekeluarga,,🤗🥰
Waah SDH tamat....akhir yang bahagia untuk para tokohnya
ReplyDeleteMatur suwun bunda Tien salam Tahes Ulales bunda dari bumi Arema Malang dan selalu Aduhaiiii
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman, Caecilia RA, Mimiet,
Terima kasih bu tien cerbungnya yang sdh tamat, akhirnya sungguh indah
ReplyDeleteTeest
ReplyDelete𝐀𝐥𝐡𝐚𝐦𝐝𝐮𝐥𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐡𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐞𝐧𝐝𝐢𝐧𝐠....𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐮𝐭𝐤 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧..🙏🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah, suwun Bu Tien....😊🙏
ReplyDeleteSemoga Ibu sehat dan bahagia selalu....Aamiin 🤲
Kutunggu judul baru bunda!!!
ReplyDeleteTerimakasih bunda... Menghibur.. Berakhir dg Kebahagiaan ... Semoga kami semua ikut merasakannya, kebahagiaan lahir batin... Sehat selalu ditunggu...
ReplyDelete
ReplyDeleteAlhamdulillah SEBUAH JANJI~52 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏
Terimakasih bund, semoga ending kebahagiaan menular ke kita semuanya, bahagia selalu dan salam sehat, masih tetap menunggu.... 🥰🥰
ReplyDeleteAlhamdulillah SEBUAH JANJI~52 sudah hadir dan Berakhir dg Kebahagiaan. maturnuwun & salam sehat selalu katur bu Tien sklg 🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah tamat sudah eSJe-nya dengan happy end ..
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien , semoga selalu diparingi sehat Aamiin..🌷🌷🌷🌷🌷
Mbak Tien orangnya baik, tak mau membunuh tokohnya...
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien...
Komen kok bisa hilang ya..
ReplyDeleteIya pak Latif, saya juga pernah ngalami beberapa kali. Di situlah saya bertakon-takon, apakah gerangan penyebabnya...??
Deletesama..rasanya aq kmrin sdh coment kq ndak ada ya?
DeleteHoreeee... Sebuah Janji telah tamat. Orang baik bahagia, yang jahat sudah menerima hukumannya. Yang bisa sadar jadi bahagia juga.
ReplyDeleteBegitulah olahan kata yang apik dari tangan pakar berpengalaman, dapat membuat perasaan pembaca terbawa arus pikiran penulis.
Banyak pelajaran yang dapat kita petik dari cerita ini.
Terimakasih atas hiburan ini.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Trmksh utk SJ 52 tyt edisi tamat. Bahagia utk Sekar sekeluarga, hukuman utk Samad, persahabatan saklawase bagi Minar, Ari dan Yanti. Serta restu utk Seno dan Elsa tinggal menghitung hari. Mb Tien mmg aduhai merangkai kata.. Jangan Pergi utk siapa ya kira2 tokohnya? kita tunggu Seninkah mulai mb Tien? Slm seroja selalu utk mb Tien d kita semua🤗
ReplyDeleteAlhamdulillah...Terima kasih bu Tien Sebuah Janjinya dah tamat kami tunggu cerita selanjutnya, selamat malam selamat beristirahat smoga sehat sll
ReplyDeleteAlhamdullilah SJ terakhirnya sdh dibc bunda..akhirnya bahagia semuanya...ditgu judul episode yg barunya..demoga bunda selalu sehat walafiat..salam seroja dan aduhai dri sukabumi unk bunda Tien bersm bpk..🙏🥰🌹❤️
ReplyDeleteTks bunda Tien.. cerbungnya sdh tamat
ReplyDeleteAlhamdulilah..
Semoga bunda sehat selalu dan tetap bahagia ... Aduhaii
Lho kemarin perasaan sdh coment kq hilang ya..?🤣
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah Tamat.. Terima kasih Bu Tien.. Semoga sehat selalu..
ReplyDeleteTerima kasih atas sapaannya mbak Tien.. Semoga selalu sehat dan terus berkarya.. Aamiin
ReplyDeleteSalam kang Idih- Bdg
Terima kasih bu Tien.Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah.... hepi ending... karya2 bunda Tien mmng top markotop, bahasanya enak, alur ceritanya jelas pokoknya okey laaah matur nuwun bunda... salam sehat dan terus brkarya ....
ReplyDeleteHmmm.... Bener kan, komentar saya kemarin dulu HILANG LAGI...
ReplyDeleteAda karya terbaru nih pasti ya Bu Tien...Nuhun ya tamat dgn Aduhai
ReplyDelete