Saturday, October 8, 2022

SEBUAH JANJI 47

 

SEBUAH JANJI  47

(Tien Kumalasri)

 

“Siapa yang Non ajak bicara tadi?” tanya Barno ketika Sekar sudah kembali ke mejanya.

“Dia, Mbak Elsa.”

“Teman sekolah?”

“Bukan, dia tunangan mas Seno.”

Barno tercengang.

“Tunangan? Aku lihat dia berjalan keluar setelah berbicara sama Non. Tapi aku agak risih melihat pakaiannya. Hampir telanjang begitu? Tunangan pak Seno? Masa?”

“Jelasnya, bekas tunangan mas Seno.”

“O, bekas?”

“Kasihan, baru kemarin mas Seno memutuskan pertunangan mereka.”

“Selama ini, pak Seno menyukai dia? Paling tidak, cara dia berpakaian. Masa sih, dada hampir tampak, pusar begitu menyala, kaki .. hampir tidak tertutupi ….”

“Eh, jadi kamu begitu memperhatikan sampai sedetail itu?” tanya Sekar dengan mulut manyun. Cemburu dong, masa sih laki-laki yang dicintainya begitu banyak memperhatikan penampilan seorang gadis. Bahkan dari ujung kaki sampai ke dada?

Barno tertawa.

“Apa Non cemburu?” tanya Barno dengan senyuman menggoda.

“Pikir saja sendiri,” mulut Sekar masih manyun.

“Aku senang kalau Non cemburu. Itu tandanya Non benar-benar suka sama saya.”

“Memangnya kamu kira aku berpura-pura?”

“Baiklah, senyum dong Non, masa cemberut begitu sih. Saya tidak memperhatikan penampilan dia, tapi tanpa diperhatikanpun kan kelihatan. Masa aku harus memejamkan mata?”

“Harus. Kalau ada yang tidak pantas, sebaiknya memejamkan mata.”

“Saya sudah mengalihkan pandangan saya ke arah lain lho. Tapi kan sudah terlanjur melihatnya,” goda Barno.

“Seneng ya melihat begituan?”

"Yeee, apa tuh begituan? Kan hanya kebetulan melihat dan tidak sengaja juga. Anggap saja rejeki.”

“Barno, ternyata kamu mata keranjang ya.”

“Yah, Non … cuma begitu saja dibilang mata keranjang sih. Tuh, karena pakai marah, lalu ceritanya jadi terputus deh. Gimana tuh, hubungan gadis tadi dengan pak Seno?”

“Kamu harus melupakan apa yang kamu lihat dulu, baru aku mau cerita.”

“Aku sudah lupa Non, nggak percayaan banget sih.”

“Benar?”

“Sangat benar.”

Sekar tersenyum, kasihan juga melihat Barno tampak bingung melihatnya marah.

“Mas Seno ditunangkan dengan mbak Elsa, tapi mas Seno tidak menyukainya. Salah satu penyebabnya ya cara dia berpakaian itu tadi.”

“Kemarin dia benar-benar memutuskan pertunangan itu, tapi tampaknya Mbak Elsa jadi frustasi, karena dia sangat mencintai mas Seno. Lihat tuh, tadi dia pesan makanan tapi tidak di sentuh, lalu pergi begitu saja.”

“Dia marah sama Non?”

“Tadinya dia tuh benci sama  aku. Dia menyebut aku sekretaris kampungan.”

“Kenapa? Non sebaik ini, dia membenci Non?”

“Dia mengira aku ada hubungan sama mas Seno.”

“Ooh?”

“Dia tadi juga bilang, bahwa aku harus senang karena mas Seno telah memutuskan pertunangan. Tapi aku bilang bahwa aku sudah punya calon suami.”

“Lalu Non menunjuk ke arah saya, tadi?”

Sekar mengangguk.

“Bicara apa saja tadi?”

“Aku hanya memberi saran, kalau benar cinta sama mas Seno, harus menjauhi hal-hal yang mas Seno tidak suka. Salah satunya ya cara dia berpakaian tadi.”

“Baik hati bener Non Sekar ini.”

“Aku kasihan melihatnya.” Aku juga berharap mas Seno mau kembali melanjutkan hubungan mereka.”

“Aamiin. Semoga dia bisa merubah tabiatnya.”

***

Sepulang dari rumah makan, dia mampir ke sebuah toko pakaian, memborong beberapa potong pakaian. Bukan pakaian seronok seperti yang sering dia kenakan, tapi gamis yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Begitu sampai di rumah, dia kenakan satu persatu baju yang dia beli.

Elsa berputar-putar di depan kaca.  Dan kagum melihat penampilannya yang berbeda. Dia terus berputar-putar.

“Baju ini manis sekali. Aku cantik bukan?” gumamnya dalam hati.

Dia mencoba semuanya, sambil berputar-putar.

“Cantik, aku memang cantik.”

Lalu Elsa menggulung rambut panjangnya, mengikatnya menggelungkannya sehingga menjadi sanggul kecil yang cantik.

“Hm, harus pakai kerudung bukan?”

Elsa meraih bungkusan lain yang berisi kerudung. Ia mengambil corak yang senada, lalu menutupkannya pada rambutnya.

Elsa merasa seperti gadis yang baru dilahirkan. Ia hampir lupa, benarkah itu dirinya, atau bidadari turun dari kahyangan.

“Ahaa, berlebihan ya, kalau aku bilang bahwa itu adalah bidadari? Bukankah itu wajah Elsa Andaruni yang sudah aku kenal?” bisiknya sambil sekali lagi berputar-putar.

Elsa kemudian berlari ke tempat tidur, membaringkan tubuhnya, dan menghempaskan napas lega. Ia merasa baru saja keluar dari dalam goa yang sangat gelap.

Tiba-tiba terdengar nyanyian dari dalam perutnya.

“Ya ampuun, aku belum makan dari pagi. Perutku menjerit minta diisi."

Lalu dia keluar dari kamar, menuju dapur.

“Bibiiiik,” ia berteriak memanggil pembantunya. Satu-satunya penghuni rumah selain dirinya, karena kedua orang tuanya ada di luar negri.

Sang pembantu kaget mendengar teriakan itu.

“Ya Non …” tergopoh dia menghampiri, tapi kemudian melongo melihat siapa yang berdiri di depannya.

“Hee … mingkem kamu! Kalau ada lalat lewat bisa langsung masuk, tahu.”

Sang bibik segera mengatupkan mulutnya, tapi matanya masih tetap menatap sang majikan muda.

“Apa kamu melihat hantu?” tawa Elsa.

“Ti … tidak Non, saya … melihat bidadari …”

Elsa terkekeh.

“Sudah, jangan lebai. Aku lapar.”

“Lapar Non? Tapi bibik hanya masak oseng kangkung dan goreng lele,” kata sang pembantu yang ketakutan karena biasanya Nona muda nya sulalu memesan makanan dari luar.”

“Hm, itu enak, aku mau,” katanya sambil duduk di kursi dapur.

Si bibik melongo.

“Non mau? Oseng kangkung sama lele goreng?”

“Apa telinga kamu agak kurang sehat? Aku mau dan cepat bawa kesini, aku lapar nih."

Si bibik tergopoh menyiapkan makanan untuk majikannya yang tampak aneh hari ini. Pakaian model tertutup, makan dengan sayur seadanya, duduk di kursi dapur pula. Jangan-jangan ada setan merasukinya.

“Saya bawa ke ruang makan ya Non.”

“Di sini! Aku duduk menunggu di sini, kenapa kamu bawa ke ruang makan,” kesal Elsa.

“Oh, ba … baiklah,” kata bibik yang segera meletakkan semuanya di meja dapur.

Bibik juga heran, sang nona makan dengan begitu lahap, seperti sudah seminggu tidak kemasukan makanan.

“Mengapa bengong Bik?”

“Tidak Non, hari ini, Non Elsa sangat aneh.”

“Hari ini aku terlahir kembali. Nanti setelah ini kamu mau masak apa?”

“Untuk makan malam, Non ingin masak apa? Ada daging di kulkas, rendang, atau opor, atau rawon?”

“Tidak, tidak …. Aku mau sup ayam dengan tempe dan tahu goreng.”

“Benarkah Non? Itu di kulkas ada semua.”

“Bagus, siapkan untuk makan malam ya Bik, aku nanti mau yang itu.”

“Baik Non.”

Setelah makan, Elsa segera membetulkan make upnya. Dari coretan yang menyolok, digantinya dengan sapuan tipis di pipi, di bibir, di alisnya. Lalu ia berkaca.

“Wauuw, wajahku ? Begitu lembut dan anggun …”

Tak lama kemudian Elsa berpamit kepada bibik untuk keluar sebentar.

“Non mau ke mana?”

“Nanti aku bawakan oleh-oleh untuk bibik. Serabi? Kelepon?” tanyanya sambil memasuki mobil, tanpa ingin mendengar si bibik memilih apa dari makanan yang disebutkannya.

Bibik masih melongo di teras. Keheranan yang terakhir adalah ketika mendengar Elsa berpamit saat mau keluar. Seumur-umur bibik belum pernah mendengarnya.

“Rupanya Non Elsa kerasukan,” gumamnya sambil meleletkan lidahnya

“Kerasukan roh baik, maksudnya, kemudian dia menutup mulutnya yang lancang berucap semaunya, sekaligus dia juga kemudian menutupkan pintunya dan menguncinya dari dalam.

***

Samadi sedang kebingungan. Sudah seminggu Yanti tidak pulang ke rumah. Bagaimanapun dia sudah merasa senang, karena Yanti tidak lagi mempermasalahkan uangnya yang sudah dihabiskannya dan dia berharap Yanti akan menerima kehidupan sederhana bersamanya. Ada sisa sedikit uang, yang mungkin akan dijadikannya modal. Mungkin berjualan makanan, atau apa, sebenarnya Samadi sedang memikirkannya, tapi ketika seminggu tidak pulang, hati Samadi juga diliputi rasa was-was.

“Kemana dia? Aku menelpon dia tapi tidak diangkat. Dia kan membawa mobil?” gumamnya gelisah.

“Hm, mobil itu bisa aku jual, untuk ditukar yang lebih murah, lalu bisa dijadikan modal untuk membuka warung, seperti aku sarankan kepada Minar waktu itu.”

Lalu Samadi masuk ke dalam kamarnya. Ia membuka almari untuk mencari surat-surat mobil itu. Tapi sampai mengobrak abrik semua isi almari, dia tidak menemukan BPKB mobil itu.

“Kemana ya? Aku tidak lupa, aku meletakkannya di sini. Waduh, jangan-jangan Yanti mengambilnya. Lalu apakah dia menjual mobil itu? Adakah yang mau membeli mobil dengan nama kepemilikan yang bukan dirinya? Pasti bisa dong, yang penting ada BPKB nya, orang biasa pasti mau. Gila Yanti. Pasti itulah yang dilakukannya.”

Samadi keluar dari kamar, mencoba menelpon kembali. Tapi kali ini jawabannya adalah ‘nomor tidak dikenal’. Samadi  menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, lalu luruh di sofa, tanpa tenaga. Ia tak lagi memiliki modal usaha.

***

Bel tamu berdering, dan bu Ridwan yang sedang duduk sendirian segera berdiri untuk membukanya. Seorang gadis cantik berkerudung, berdiri di depan pintu, sambil tersenyum. Bu Ridwan merasa seperti mengenal wajah itu, tapi lupa di mana.

“Maaf, mencari siapa ya Nak?” tanya bu Ridwan.

“Saya mencari Ibu dong,” katanya sambil tersenyum lebar.

“Mencari saya? Ada perlu apa ya, dan maaf, saya lupa, anda ini siapa? Kalau mau jualan product, maaf, lain kali saja.”

Gadis itu adalah Elsa, terkekeh keras sekali, membuat bu Ridwan mundur selangkah karena heran.

“Ibu kebangetan deh, masa saya dikira orang jualan.”

“Aku mengenal suaranya, tawanya, mirip …. “

“Mirip siapa Bu?”

“Mirip Elsa … tapi tak mungkin, dia sedang marah sama aku,” kata bu Ridwan seperti mengingat-ingat.

“Ibu, aku memang Elsa …” katanya sambil memeluk bu Ridwan, sampai yang dipeluk gelagapan.

“Oh … eh … apa katamu?”

“Saya Elsa Bu, baru tiga hari tidak ketemu, tapi saya kangen berat sama ibu.”

Bu Ridwan mengamati wajah itu, bahkan menyibakkan kerudung yang dipakainya.

“Kamu Elsa? Iya, benar, sekarang aku tahu, kamu benar-benar Elsa,” pekik bu Ridwan, sambil mengitari tubuh Elsa, untuk melihatnya dari samping dan belakang.

“Elsa? Kamu kerasukan, atau apa? Mengapa kamu berpenampilan seperti ini?”

Elsa cemberut lucu.

“Ibu jahat deh, mengapa mengira Elsa kerasukan? Burukkah penampilan Elsa ini?”

“Oh tidak, tidak buruk … kamu cantik sekali.”

“Benarkah?”

“Tentu saja benar, ayo duduklah, aku mau meyakinkan bahwa aku tidak bermimpi ketika melihatmu seperti ini,” kata bu Ridwan sambil menarik tangan Elsa untuk diajaknya duduk di sofa.

“Elsa, katakan sesuatu tentang penampilan kamu ini.”

“Kalau Ibu suka penampilan saya yang seperti ini, saya akan terus melakukannya.”

“Ya Tuhan, ibu suka sekali.”

“Benarkah?”

“Sungguh. Kamu tampak lebih cantik dan anggun.”

“Kalau begitu saya akan terus perpakaian seperti ini.”

“Benarkah?”

“Iya Ibu.”

“Ya ampun Elsa, tadinya ibu mengira sedang bermimpi.”

“Tidak Ibu, tiba-tiba Elsa ingin mengganti penampilan Elsa.”

“Ibu senang mendengarnya. Bagus Elsa. Kamu jauh lebih cantik.”

“Baiklah, sebagai hadiah, ayuk Ibu saya ajak jalan-jalan.”

“Ke mana?”

“Jalan-jalan saja. Elsa lagi pengin rujak. Pasti segar.”

“Rujak? Apakah kamu sedang ngidam?”

Elsa terkekeh.

“Ngidam? Memangnya seorang gadis bisa menghamili dirinya sendiri? Elsa kan belum menikah, Ibu.”

“Iya, Ibu tahu, baiklah, ibu ganti pakaian sebentar ya.”

***

Siang itu pak Winarno sedang duduk di teras. Udara panas membuatnya ingin bersantai didepan rumah, untuk menikmati semilir angin yang menyejukkan. Bibik menyajikan segelas jus tomat yang kemudian diletakkannya di meja, di depan pak Winarno.

Ketika bibik melangkah ke belakang, pak Winarno menghentikannya.

“Bik, duduklah di sini dulu, aku mau bicara.”

Bibik membalikkan tubuhnya, lalu duduk di kursi kecil di hadapan pak Winarno.

“Jangan di situ, di depanku sini lho,” perintah pak Winarno.

“Di sini saja Pak, bibik pasti juga bisa mendengarnya,” kata bibik yang tidak terbiasa duduk sejajar dengan majikannya. Pak Winarno mengerti, dipaksa-pun bibik tak akan mau.

“Aku ingin bicara tentang hubungan anak-anak kita. Aku sudah tua, dan Sekar juga sudah dewasa.”

“Maaf Pak, sebelumnya saya ingin tahu, apakah benar bahwa Bapak sudah mantap mau berbesan dengan saya? Saya hanya orang kampung yang tidak berpendidikan. Bodoh, dan sangat memalukan.”

“Kamu bicara soal apa? Aku tuh bicara soal hubungan anak-anak kita, yaitu Sekar dan Barno. Bukan asal usul kamu,” tegur pak Winarno.

“Saya mengerti Pak, tapi Barno itu  kan anak saya, orang kampung yang_”

“Hentikan bicara tentang orang kampung. Aku suka anakmu, tidak peduli dia anak siapa dan orang dari mana. Sudah lama aku menitipkan Sekar, sejak dia masih sekolah. Kenapa? Karena aku tahu perilaku anakmu baik, bertanggung jawab, dan ternyata dia bisa membuat Sekar bahagia. Apa sih yang bisa membuat orang tua senang kecuali melihat anaknya berbahagia?”

“Iya Pak, saya hanya ragu, seperti mimpi rasanya, saya berbesan dengan Bapak.”

“Apa aku ini bukan manusia? Manusia, berbesan dengan manusia, bukankah diperbolehkan? Kalau aku berbesan dengan kuntilanak, barulah aneh.”

Bibik menutup mulutnya menahan senyum. Tapi tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kedatangan seseorang, yang tiba-tiba berdiri di depan tangga, tanpa mengucapkan apa-apa.

***

Besok lagi ya.

 

48 comments:

  1. Yessss, eps 47 sudah tayang…... malam ini juara 1nya mas Bambang Solo

    Terima kasih bu Tien, salam SEROJA dan tetap ADUHAI.......

    ReplyDelete
  2. Yesss, yg pnting, bisa mmbaca lanjutan cerita asyiik.

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah, mtr nuwun, sehat & bahagia selalu Bunda Tien

    ReplyDelete
  4. Alhamdulilah...sdh tayang
    Tks bunda Tien..

    ReplyDelete
  5. Alhamdulilah sj sdh tayang, terima kasih bu tien..salam sehat dari pondok gede

    ReplyDelete
  6. Maturnuwun ibu... 🙏🏻
    Salam Aduhai

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah ... Syukron nggih Mbak Tien ...
    🌹🌹🌹
    Jangan2 Yanti yg datang ...

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah SEBUAH JANJI~47 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah, semoga Bu Tien tetap sehat

    ReplyDelete
  10. Balikan sama mantan dong...Aduhai sekali..😍

    Matur muwun bunda Tien...🙏

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah... Terima kasih mbu Tien...

    ReplyDelete
  12. Yanti datang?
    Terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  13. Siapa yang datang yah?
    Sugeng ndalu bu Tien

    ReplyDelete
  14. Sptnya yg dtg kok Yanti yah
    Hadeeh dtgn mw cari perkara kalee

    Dasar gak tau malu tuh
    Mw merayu pak Winarno stlh terjebak rayuan gombalnya Samad

    Penasaran nih kita tunggu bsk Senin
    Mksh bunda Tien sehat selalu doaku

    Horee...ADUHAI

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah SJ 47 sdh hadir
    Jangan2 Yanti yg datang..
    Semakin penasaran cerita lanjutannya
    Terima kasih Bu Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah Sebuah Janji Eps 47 sudah tayang.. matur nuwun mbak Tien..
    Salam sehat dan salam hangat

    ReplyDelete
  17. Sampun bun, ada 8 bahan koreksi naskah Sebuah Janji episode 47 malam ini.

    _Bibik menutup mulutnya menahan senyum. Tapi tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kedatangan seseorang, yang tiba-tiba berdiri di depan tangga, tanpa mengucapkan apa-apa._

    Dugaanku..... bolehkan menduga???
    Yang datang adalah Yanti, yang tidak tahu diuntung.
    Selama pa Winarno sakit, nengok saja tidak pernah, sekarang pak Winarno sdh sehat berusaha mendekati lagi.
    Maukah pa Winarno menerimanya ???

    Selamat malam dan selamat beristirahat.

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah yg ditunggu sdh hadir mksh Bu Tien salam sehat selalu

    ReplyDelete
  19. Hallow pak Winarno yg baik hati, kalau yg datang Yanti ya terima saja sebagai tamu...
    Kalau dia mengeluh mohon belas kasih, ya beri aja bantuan ala kadarnya anggap saja bantuan kpd sesama manusia...
    Semoga tidak ada sisa2 kebencian bapak Winarno kepada siapapun...

    Tetap penasaran, tapi ya terpaksa harus sabar menunggu 2 hari lagi krn besok minggu libur sih..
    Matur nuwun ibu Tien Kumalasari, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah eps 47 sdh muncul. Tks bu Tien

    ReplyDelete
  21. Matur nuwun mbak Tien-ku , Sebuah Janji telah tayang.
    Akankah Seno kembali kepada Elsa...
    Yanti-kah yang datang...mau apa dia?
    Besok Senin lagi ya...
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat aamiin.

    ReplyDelete
  22. Dugaanku yg dtg Yanti...dsr gak punya urat malu....trims Bu Tien untuk penasarannya....sehat selalu

    ReplyDelete
  23. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo, Bam's, Mbah Wi, Tjoekherisubiyandono, Apip Mardin,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas sapaannya mbak Tien..
      Semoga mba selalu sehat barokah.. Aamiin

      Delete
  24. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman

    ReplyDelete
  25. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem, Boston Massachusetts, Bantul, Mataram, Palembang,Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah, Matur nuwun buTienku
    Bibik senangnya ,,,dpt menantu sekar
    Jangan2 Yanti yg datang tuh,,,bisa saja bu Tien buat penasaran,,,,🤣🤣
    Salam sehat wal'afiat semua bu Tienku 🤗 🥰🌿🌸

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah
    Terimakasih bu tien
    Selamat buat elsa dengan tampilan barunya ..... seperti gadis yg baru dilahirkan
    Jangan kau kejar lagi si seno
    Kalau memang dia jodohmu maka Allah akan mempertemukan kamu dengan caraNya ...... tergantung sama bu tien

    Semoga bu tien sehat2 selalu .... aamiin yra

    ReplyDelete
  28. Seruuu nih... Yanti kah yg datang?
    Makasih mba Tien.
    Salam sehat, selalu aduhai

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah dah datang non cantik Sekar....

    Biarpun terlambat bacanya....
    Kirain libur Bu Tien.....

    Moga sehat selalu nggih....


    Hampir pasti yang datang adalah Yanti...

    Yang menyesali khilaf nya.....

    ReplyDelete
  30. Kok belum tayang ya aku setia menunggu bu tien salam aduhay

    ReplyDelete
  31. Waduh ..... siapa yang datang itu ?
    Terimakasih bu Tien, salam sehat dan makin aduhai selalu

    ReplyDelete
  32. slmt mlm bunda Tien...terima ksih SJ 47 nya..slm sht sll dri skbmi🙏🥰🌹

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 11

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  11 (Tien Kumalasari)   Saraswati terkejut, mendengar denting sendok mencium lantai. “Eh, kangmas, sendokny...