SEBUAH JANJI 47
(Tien Kumalasri)
“Siapa yang Non ajak bicara tadi?” tanya Barno ketika
Sekar sudah kembali ke mejanya.
“Dia, Mbak Elsa.”
“Teman sekolah?”
“Bukan, dia tunangan mas Seno.”
Barno tercengang.
“Tunangan? Aku lihat dia berjalan keluar setelah
berbicara sama Non. Tapi aku agak risih melihat pakaiannya. Hampir telanjang
begitu? Tunangan pak Seno? Masa?”
“Jelasnya, bekas tunangan mas Seno.”
“O, bekas?”
“Kasihan, baru kemarin mas Seno memutuskan pertunangan
mereka.”
“Selama ini, pak Seno menyukai dia? Paling tidak, cara
dia berpakaian. Masa sih, dada hampir tampak, pusar begitu menyala, kaki ..
hampir tidak tertutupi ….”
“Eh, jadi kamu begitu memperhatikan sampai sedetail
itu?” tanya Sekar dengan mulut manyun. Cemburu dong, masa sih laki-laki yang
dicintainya begitu banyak memperhatikan penampilan seorang gadis. Bahkan dari
ujung kaki sampai ke dada?
Barno tertawa.
“Apa Non cemburu?” tanya Barno dengan senyuman menggoda.
“Pikir saja sendiri,” mulut Sekar masih manyun.
“Aku senang kalau Non cemburu. Itu tandanya Non
benar-benar suka sama saya.”
“Memangnya kamu kira aku berpura-pura?”
“Baiklah, senyum dong Non, masa cemberut begitu sih. Saya
tidak memperhatikan penampilan dia, tapi tanpa diperhatikanpun kan kelihatan.
Masa aku harus memejamkan mata?”
“Harus. Kalau ada yang tidak pantas, sebaiknya
memejamkan mata.”
“Saya sudah mengalihkan pandangan saya ke arah lain
lho. Tapi kan sudah terlanjur melihatnya,” goda Barno.
“Seneng ya melihat begituan?”
"Yeee, apa tuh begituan? Kan hanya kebetulan melihat
dan tidak sengaja juga. Anggap saja rejeki.”
“Barno, ternyata kamu mata keranjang ya.”
“Yah, Non … cuma begitu saja dibilang mata keranjang
sih. Tuh, karena pakai marah, lalu ceritanya jadi terputus deh. Gimana tuh,
hubungan gadis tadi dengan pak Seno?”
“Kamu harus melupakan apa yang kamu lihat dulu, baru
aku mau cerita.”
“Aku sudah lupa Non, nggak percayaan banget sih.”
“Benar?”
“Sangat benar.”
Sekar tersenyum, kasihan juga melihat Barno tampak
bingung melihatnya marah.
“Mas Seno ditunangkan dengan mbak Elsa, tapi mas Seno
tidak menyukainya. Salah satu penyebabnya ya cara dia berpakaian itu tadi.”
“Kemarin dia benar-benar memutuskan pertunangan itu,
tapi tampaknya Mbak Elsa jadi frustasi, karena dia sangat mencintai mas Seno. Lihat tuh, tadi dia pesan makanan tapi tidak di sentuh, lalu pergi begitu saja.”
“Dia marah sama Non?”
“Tadinya dia tuh benci sama aku. Dia menyebut aku sekretaris kampungan.”
“Kenapa? Non sebaik ini, dia membenci Non?”
“Dia mengira aku ada hubungan sama mas Seno.”
“Ooh?”
“Dia tadi juga bilang, bahwa aku harus senang karena
mas Seno telah memutuskan pertunangan. Tapi aku bilang bahwa aku sudah punya
calon suami.”
“Lalu Non menunjuk ke arah saya, tadi?”
Sekar mengangguk.
“Bicara apa saja tadi?”
“Aku hanya memberi saran, kalau benar cinta sama mas
Seno, harus menjauhi hal-hal yang mas Seno tidak suka. Salah satunya ya cara
dia berpakaian tadi.”
“Baik hati bener Non Sekar ini.”
“Aku kasihan melihatnya.” Aku juga berharap mas Seno
mau kembali melanjutkan hubungan mereka.”
“Aamiin. Semoga dia bisa merubah tabiatnya.”
***
Sepulang dari rumah makan, dia mampir ke sebuah toko
pakaian, memborong beberapa potong pakaian. Bukan pakaian seronok seperti yang
sering dia kenakan, tapi gamis yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Begitu
sampai di rumah, dia kenakan satu persatu baju yang dia beli.
Elsa berputar-putar di depan kaca. Dan kagum melihat penampilannya yang berbeda.
Dia terus berputar-putar.
“Baju ini manis sekali. Aku cantik bukan?” gumamnya
dalam hati.
Dia mencoba semuanya, sambil berputar-putar.
“Cantik, aku memang cantik.”
Lalu Elsa menggulung rambut panjangnya, mengikatnya
menggelungkannya sehingga menjadi sanggul kecil yang cantik.
“Hm, harus pakai kerudung bukan?”
Elsa meraih bungkusan lain yang berisi kerudung. Ia
mengambil corak yang senada, lalu menutupkannya pada rambutnya.
Elsa merasa seperti gadis yang baru dilahirkan. Ia
hampir lupa, benarkah itu dirinya, atau bidadari turun dari kahyangan.
“Ahaa, berlebihan ya, kalau aku bilang bahwa itu
adalah bidadari? Bukankah itu wajah Elsa Andaruni yang sudah aku kenal?”
bisiknya sambil sekali lagi berputar-putar.
Elsa kemudian berlari ke tempat tidur, membaringkan
tubuhnya, dan menghempaskan napas lega. Ia merasa baru saja keluar dari dalam
goa yang sangat gelap.
Tiba-tiba terdengar nyanyian dari dalam perutnya.
“Ya ampuun, aku belum makan dari pagi. Perutku menjerit
minta diisi."
Lalu dia keluar dari kamar, menuju dapur.
“Bibiiiik,” ia berteriak memanggil pembantunya. Satu-satunya
penghuni rumah selain dirinya, karena kedua orang tuanya ada di luar negri.
Sang pembantu kaget mendengar teriakan itu.
“Ya Non …” tergopoh dia menghampiri, tapi kemudian
melongo melihat siapa yang berdiri di depannya.
“Hee … mingkem kamu! Kalau ada lalat lewat bisa langsung
masuk, tahu.”
Sang bibik segera mengatupkan mulutnya, tapi matanya
masih tetap menatap sang majikan muda.
“Apa kamu melihat hantu?” tawa Elsa.
“Ti … tidak Non, saya … melihat bidadari …”
Elsa terkekeh.
“Sudah, jangan lebai. Aku lapar.”
“Lapar Non? Tapi bibik hanya masak oseng kangkung dan
goreng lele,” kata sang pembantu yang ketakutan karena biasanya Nona muda nya
sulalu memesan makanan dari luar.”
“Hm, itu enak, aku mau,” katanya sambil duduk di kursi
dapur.
Si bibik melongo.
“Non mau? Oseng kangkung sama lele goreng?”
“Apa telinga kamu agak kurang sehat? Aku mau dan cepat
bawa kesini, aku lapar nih."
Si bibik tergopoh menyiapkan makanan untuk majikannya
yang tampak aneh hari ini. Pakaian model tertutup, makan dengan sayur seadanya,
duduk di kursi dapur pula. Jangan-jangan ada setan merasukinya.
“Saya bawa ke ruang makan ya Non.”
“Di sini! Aku duduk menunggu di sini, kenapa kamu bawa
ke ruang makan,” kesal Elsa.
“Oh, ba … baiklah,” kata bibik yang segera meletakkan
semuanya di meja dapur.
Bibik juga heran, sang nona makan dengan begitu lahap,
seperti sudah seminggu tidak kemasukan makanan.
“Mengapa bengong Bik?”
“Tidak Non, hari ini, Non Elsa sangat aneh.”
“Hari ini aku terlahir kembali. Nanti setelah ini kamu
mau masak apa?”
“Untuk makan malam, Non ingin masak apa? Ada daging di
kulkas, rendang, atau opor, atau rawon?”
“Tidak, tidak …. Aku mau sup ayam dengan tempe dan
tahu goreng.”
“Benarkah Non? Itu di kulkas ada semua.”
“Bagus, siapkan untuk makan malam ya Bik, aku nanti
mau yang itu.”
“Baik Non.”
Setelah makan, Elsa segera membetulkan make upnya.
Dari coretan yang menyolok, digantinya dengan sapuan tipis di pipi, di bibir,
di alisnya. Lalu ia berkaca.
“Wauuw, wajahku ? Begitu lembut dan anggun …”
Tak lama kemudian Elsa berpamit kepada bibik untuk
keluar sebentar.
“Non mau ke mana?”
“Nanti aku bawakan oleh-oleh untuk bibik. Serabi?
Kelepon?” tanyanya sambil memasuki mobil, tanpa ingin mendengar si bibik
memilih apa dari makanan yang disebutkannya.
Bibik masih melongo di teras. Keheranan yang terakhir
adalah ketika mendengar Elsa berpamit saat mau keluar. Seumur-umur bibik belum
pernah mendengarnya.
“Rupanya Non Elsa kerasukan,” gumamnya sambil
meleletkan lidahnya
“Kerasukan roh baik, maksudnya, kemudian dia menutup
mulutnya yang lancang berucap semaunya, sekaligus dia juga kemudian menutupkan
pintunya dan menguncinya dari dalam.
***
Samadi sedang kebingungan. Sudah seminggu Yanti tidak
pulang ke rumah. Bagaimanapun dia sudah merasa senang, karena Yanti tidak lagi
mempermasalahkan uangnya yang sudah dihabiskannya dan dia berharap Yanti akan
menerima kehidupan sederhana bersamanya. Ada sisa sedikit uang, yang mungkin
akan dijadikannya modal. Mungkin berjualan makanan, atau apa, sebenarnya Samadi
sedang memikirkannya, tapi ketika seminggu tidak pulang, hati Samadi juga
diliputi rasa was-was.
“Kemana dia? Aku menelpon dia tapi tidak diangkat. Dia
kan membawa mobil?” gumamnya gelisah.
“Hm, mobil itu bisa aku jual, untuk ditukar yang lebih
murah, lalu bisa dijadikan modal untuk membuka warung, seperti aku sarankan
kepada Minar waktu itu.”
Lalu Samadi masuk ke dalam kamarnya. Ia membuka almari
untuk mencari surat-surat mobil itu. Tapi sampai mengobrak abrik semua isi
almari, dia tidak menemukan BPKB mobil itu.
“Kemana ya? Aku tidak lupa, aku meletakkannya di sini.
Waduh, jangan-jangan Yanti mengambilnya. Lalu apakah dia menjual mobil itu? Adakah
yang mau membeli mobil dengan nama kepemilikan yang bukan dirinya? Pasti bisa
dong, yang penting ada BPKB nya, orang biasa pasti mau. Gila Yanti. Pasti itulah
yang dilakukannya.”
Samadi keluar dari kamar, mencoba menelpon kembali.
Tapi kali ini jawabannya adalah ‘nomor tidak dikenal’. Samadi menggaruk-garuk
kepalanya yang tidak gatal, lalu luruh di sofa, tanpa tenaga. Ia tak lagi
memiliki modal usaha.
***
Bel tamu berdering, dan bu Ridwan yang sedang duduk
sendirian segera berdiri untuk membukanya. Seorang gadis cantik berkerudung,
berdiri di depan pintu, sambil tersenyum. Bu Ridwan merasa seperti mengenal
wajah itu, tapi lupa di mana.
“Maaf, mencari siapa ya Nak?” tanya bu Ridwan.
“Saya mencari Ibu dong,” katanya sambil tersenyum
lebar.
“Mencari saya? Ada perlu apa ya, dan maaf, saya lupa,
anda ini siapa? Kalau mau jualan product, maaf, lain kali saja.”
Gadis itu adalah Elsa, terkekeh keras sekali, membuat
bu Ridwan mundur selangkah karena heran.
“Ibu kebangetan deh, masa saya dikira orang jualan.”
“Aku mengenal suaranya, tawanya, mirip …. “
“Mirip siapa Bu?”
“Mirip Elsa … tapi tak mungkin, dia sedang marah sama
aku,” kata bu Ridwan seperti mengingat-ingat.
“Ibu, aku memang Elsa …” katanya sambil memeluk bu
Ridwan, sampai yang dipeluk gelagapan.
“Oh … eh … apa katamu?”
“Saya Elsa Bu, baru tiga hari tidak ketemu, tapi saya
kangen berat sama ibu.”
Bu Ridwan mengamati wajah itu, bahkan menyibakkan
kerudung yang dipakainya.
“Kamu Elsa? Iya, benar, sekarang aku tahu, kamu
benar-benar Elsa,” pekik bu Ridwan, sambil mengitari tubuh Elsa, untuk
melihatnya dari samping dan belakang.
“Elsa? Kamu kerasukan, atau apa? Mengapa kamu
berpenampilan seperti ini?”
Elsa cemberut lucu.
“Ibu jahat deh, mengapa mengira Elsa kerasukan?
Burukkah penampilan Elsa ini?”
“Oh tidak, tidak buruk … kamu cantik sekali.”
“Benarkah?”
“Tentu saja benar, ayo duduklah, aku mau meyakinkan
bahwa aku tidak bermimpi ketika melihatmu seperti ini,” kata bu Ridwan sambil
menarik tangan Elsa untuk diajaknya duduk di sofa.
“Elsa, katakan sesuatu tentang penampilan kamu ini.”
“Kalau Ibu suka penampilan saya yang seperti ini, saya
akan terus melakukannya.”
“Ya Tuhan, ibu suka sekali.”
“Benarkah?”
“Sungguh. Kamu tampak lebih cantik dan anggun.”
“Kalau begitu saya akan terus perpakaian seperti ini.”
“Benarkah?”
“Iya Ibu.”
“Ya ampun Elsa, tadinya ibu mengira sedang bermimpi.”
“Tidak Ibu, tiba-tiba Elsa ingin mengganti penampilan
Elsa.”
“Ibu senang mendengarnya. Bagus Elsa. Kamu jauh lebih
cantik.”
“Baiklah, sebagai hadiah, ayuk Ibu saya ajak
jalan-jalan.”
“Ke mana?”
“Jalan-jalan saja. Elsa lagi pengin rujak. Pasti
segar.”
“Rujak? Apakah kamu sedang ngidam?”
Elsa terkekeh.
“Ngidam? Memangnya seorang gadis bisa menghamili
dirinya sendiri? Elsa kan belum menikah, Ibu.”
“Iya, Ibu tahu, baiklah, ibu ganti pakaian sebentar
ya.”
***
Siang itu pak Winarno sedang duduk di teras. Udara
panas membuatnya ingin bersantai didepan rumah, untuk menikmati semilir angin
yang menyejukkan. Bibik menyajikan segelas jus tomat yang kemudian
diletakkannya di meja, di depan pak Winarno.
Ketika bibik melangkah ke belakang, pak Winarno
menghentikannya.
“Bik, duduklah di sini dulu, aku mau bicara.”
Bibik membalikkan tubuhnya, lalu duduk di kursi kecil
di hadapan pak Winarno.
“Jangan di situ, di depanku sini lho,” perintah pak
Winarno.
“Di sini saja Pak, bibik pasti juga bisa mendengarnya,”
kata bibik yang tidak terbiasa duduk sejajar dengan majikannya. Pak Winarno
mengerti, dipaksa-pun bibik tak akan mau.
“Aku ingin bicara tentang hubungan anak-anak kita. Aku
sudah tua, dan Sekar juga sudah dewasa.”
“Maaf Pak, sebelumnya saya ingin tahu, apakah benar
bahwa Bapak sudah mantap mau berbesan dengan saya? Saya hanya orang kampung
yang tidak berpendidikan. Bodoh, dan sangat memalukan.”
“Kamu bicara soal apa? Aku tuh bicara soal hubungan
anak-anak kita, yaitu Sekar dan Barno. Bukan asal usul kamu,” tegur pak
Winarno.
“Saya mengerti Pak, tapi Barno itu kan anak saya, orang kampung yang_”
“Hentikan bicara tentang orang kampung. Aku suka
anakmu, tidak peduli dia anak siapa dan orang dari mana. Sudah lama aku
menitipkan Sekar, sejak dia masih sekolah. Kenapa? Karena aku tahu perilaku anakmu
baik, bertanggung jawab, dan ternyata dia bisa membuat Sekar bahagia. Apa sih
yang bisa membuat orang tua senang kecuali melihat anaknya berbahagia?”
“Iya Pak, saya hanya ragu, seperti mimpi rasanya, saya
berbesan dengan Bapak.”
“Apa aku ini bukan manusia? Manusia, berbesan dengan
manusia, bukankah diperbolehkan? Kalau aku berbesan dengan kuntilanak, barulah
aneh.”
Bibik menutup mulutnya menahan senyum. Tapi tiba-tiba
mereka dikejutkan oleh kedatangan seseorang, yang tiba-tiba berdiri di depan
tangga, tanpa mengucapkan apa-apa.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah
ReplyDeleteHoree mas Bambang juara 1 jaga gawang nih
DeleteHoreee....Mas Bambang juara1
Deletealhamdulillah
ReplyDeleteMakasih mbak Tien
ReplyDeleteMatur nuwun
ReplyDeleteYessss, eps 47 sudah tayang…... malam ini juara 1nya mas Bambang Solo
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien, salam SEROJA dan tetap ADUHAI.......
Alhamdulillah
ReplyDeleteYesss, yg pnting, bisa mmbaca lanjutan cerita asyiik.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah, mtr nuwun, sehat & bahagia selalu Bunda Tien
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien. Sugeng malming
ReplyDeleteTerima kasih ... Bu Tien.
ReplyDeleteAlhamdulilah...sdh tayang
ReplyDeleteTks bunda Tien..
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulilah sj sdh tayang, terima kasih bu tien..salam sehat dari pondok gede
ReplyDeleteMaturnuwun ibu... 🙏🏻
ReplyDeleteSalam Aduhai
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
Alhamdulillah Maturnuwun
ReplyDeleteAlhamdulillah ... Syukron nggih Mbak Tien ...
ReplyDelete🌹🌹🌹
Jangan2 Yanti yg datang ...
Alhamdulillah SEBUAH JANJI~47 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah, semoga Bu Tien tetap sehat
ReplyDeleteBalikan sama mantan dong...Aduhai sekali..😍
ReplyDeleteMatur muwun bunda Tien...🙏
Alhamdulillah... Terima kasih mbu Tien...
ReplyDeleteYanti datang?
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien...
Siapa yang datang yah?
ReplyDeleteSugeng ndalu bu Tien
Sptnya yg dtg kok Yanti yah
ReplyDeleteHadeeh dtgn mw cari perkara kalee
Dasar gak tau malu tuh
Mw merayu pak Winarno stlh terjebak rayuan gombalnya Samad
Penasaran nih kita tunggu bsk Senin
Mksh bunda Tien sehat selalu doaku
Horee...ADUHAI
Alhamdulillah SJ 47 sdh hadir
ReplyDeleteJangan2 Yanti yg datang..
Semakin penasaran cerita lanjutannya
Terima kasih Bu Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
Aamiin
Alhamdulillah Sebuah Janji Eps 47 sudah tayang.. matur nuwun mbak Tien..
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat
Sampun bun, ada 8 bahan koreksi naskah Sebuah Janji episode 47 malam ini.
ReplyDelete_Bibik menutup mulutnya menahan senyum. Tapi tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kedatangan seseorang, yang tiba-tiba berdiri di depan tangga, tanpa mengucapkan apa-apa._
Dugaanku..... bolehkan menduga???
Yang datang adalah Yanti, yang tidak tahu diuntung.
Selama pa Winarno sakit, nengok saja tidak pernah, sekarang pak Winarno sdh sehat berusaha mendekati lagi.
Maukah pa Winarno menerimanya ???
Selamat malam dan selamat beristirahat.
Alhamdulillah yg ditunggu sdh hadir mksh Bu Tien salam sehat selalu
ReplyDeleteHallow pak Winarno yg baik hati, kalau yg datang Yanti ya terima saja sebagai tamu...
ReplyDeleteKalau dia mengeluh mohon belas kasih, ya beri aja bantuan ala kadarnya anggap saja bantuan kpd sesama manusia...
Semoga tidak ada sisa2 kebencian bapak Winarno kepada siapapun...
Tetap penasaran, tapi ya terpaksa harus sabar menunggu 2 hari lagi krn besok minggu libur sih..
Matur nuwun ibu Tien Kumalasari, Berkah Dalem.
Alhamdulillah eps 47 sdh muncul. Tks bu Tien
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku , Sebuah Janji telah tayang.
ReplyDeleteAkankah Seno kembali kepada Elsa...
Yanti-kah yang datang...mau apa dia?
Besok Senin lagi ya...
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat aamiin.
Dugaanku yg dtg Yanti...dsr gak punya urat malu....trims Bu Tien untuk penasarannya....sehat selalu
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo, Bam's, Mbah Wi, Tjoekherisubiyandono, Apip Mardin,
Terima kasih atas sapaannya mbak Tien..
DeleteSemoga mba selalu sehat barokah.. Aamiin
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem, Boston Massachusetts, Bantul, Mataram, Palembang,Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulillah, Matur nuwun buTienku
ReplyDeleteBibik senangnya ,,,dpt menantu sekar
Jangan2 Yanti yg datang tuh,,,bisa saja bu Tien buat penasaran,,,,🤣🤣
Salam sehat wal'afiat semua bu Tienku 🤗 🥰🌿🌸
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bu tien
Selamat buat elsa dengan tampilan barunya ..... seperti gadis yg baru dilahirkan
Jangan kau kejar lagi si seno
Kalau memang dia jodohmu maka Allah akan mempertemukan kamu dengan caraNya ...... tergantung sama bu tien
Semoga bu tien sehat2 selalu .... aamiin yra
Seruuu nih... Yanti kah yg datang?
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam sehat, selalu aduhai
Alhamdulillah
ReplyDeleteSalam sehat bu Tien..terima kasih ya
ReplyDeleteAlhamdulillah dah datang non cantik Sekar....
ReplyDeleteBiarpun terlambat bacanya....
Kirain libur Bu Tien.....
Moga sehat selalu nggih....
Hampir pasti yang datang adalah Yanti...
Yang menyesali khilaf nya.....
Kok belum tayang ya aku setia menunggu bu tien salam aduhay
ReplyDeleteWaduh ..... siapa yang datang itu ?
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, salam sehat dan makin aduhai selalu
slmt mlm bunda Tien...terima ksih SJ 47 nya..slm sht sll dri skbmi🙏🥰🌹
ReplyDelete