SEBUAH JANJI 46
(Tien Kumalasari)
Yanti terpana. Tak bisa berkata apa-apa sampai
beberapa saat lamanya.
“Ibu mau ketemu siapa?” akhirnya Sekar yang bertanya.
Bagaimanapun ia merasa kasihan ketika melihat bekas ibu tirinya bengong seperti
sapi ompong,
“Aku … mau … ketemu … direk … eh… pak Seno.”
“Apakah pak Seno sudah datang, Pak Man?” tanya Sekar
kepada satpam.
“Sepertinya belum Mbak.”
“Bu, pak Seno belum datang, apakah Ibu mau menunggu?”
“Yy …yaa …” jawab Yanti yang masih belum bisa
menguasai perasaannya.
“Apakah aku bermimpi? Anak bibik, si pembantu …
menduduki jabatan penting di perusahaan ini? Dia itu apa? Pendidikannya apa? “O,
aku tahu, pasti dia yang memfitnah suamiku, karena ingin merebut kedudukannya.
Pasti itulah yang terjadi. Huh, hanya modal tampang cakep, mau menyingkirkan
suamiku yang sudah berpengalaman dan top dalam mengendalikan perusahaan, lihat
saja nanti, aku mau bilang pada yang namanya pak Seno,” gumam Yanti dalam hati,
dengan pikiran yang dipenuhi rasa geram dan kesal.
“Kalau bu Yanti mau menunggu, biar duduk dulu di
ruangan aku,” kata Barno.
“Baiklah Bu, mari ikut saya. Kalau pak Seno sudah
datang, Ibu bisa menemuinya,” ajak Sekar.
Yanti terpaksa menurut. Ia berjalan mengikuti langkah
Barno dan Yanti, dengan dada terasa sesak karena menahan marah.
“Semoga pak Seno segera datang sehingga bisa segera
mengerti, siapa Barno sesungguhnya,” geramnya dalam hati.
Barno dan Yanti berjalan melewati koridor yang
panjang, sebelum memasuki ruangannya. Setiap karyawan yang kebetulan
berpapasan, selalu mengangguk dengan hormat, yang dibalas Barno dengan senyuman
ramah.
“Huh, bodoh benar si Barno, pasti mereka terbungkuk-bungkuk
karena aku. Mereka mengenali aku sebagai istri pimpinan mereka, sombong sekali
Barno itu. Mereka kan belum mengenal siapa Barno sebenarnya,” lagi-lagi Yanti
bergumam kesal dengan bodohnya. Dan karena merasa dirinyalah yang sebenarnya dihormati,
maka setiap kali ada yang mengangguk hormat, Yanti membalasnya pula dengan
anggukan.
Ketika memasuki ruangan, Yanti tertegun kagum.
Ruangannya luas, tatanannya bagus, rapi dan menawan. Ada aroma wangi, ada AC
yang sudah terpasang. Ada seperangkat sofa di tengah ruangan. Barno segera
duduk di belakang meja kerja yang lumayan besar, dan agak di sudut, ada meja
kerja juga dimana Sekar kemudian meletakkan tas-nya digantungan kursi.
“Ibu duduklah dulu,” kata Sekar sambil menunjuk ke
arah sofa.
“Ya ampun, ini ruang bagus banget. Ini pasti tadinya
ruangan suamiku, yang kemudian ditendang oleh anak pembantu itu. Aneh sekali,
apa dia memakai guna-guna sehingga pak Seno mau mendengarkannya?” lagi-lagi
batinnya berbicara.
“Duduklah Bu,” Sekar mengulanginya, karena Yanti tak
juga duduk, hanya mengawasi sekitar ruangan.
Yanti duduk, dan merasa tak perlu menjawabnya.
Tak lama kemudian Warjo datang dengan membawa dua
gelas teh hangat, yang kemudian diletakkannya di meja Barno dan Sekar.
“Silakan pak Barno, Mbak Sekar,” kata Warjo sambil
menunduk hormat.
“Jo, tolong buatkan juga minum untuk bu Yanti ya,”
perintah Sekar kepada Warjo.
“Baiklah,” kata Warjo sambil mengundurkan diri.
“Aku tidak mau teh. Tidakkah ada minuman lain yang
lebih enak?” kata Yanti tak tahu malu.
“Ibu mau minum apa?”
“Adakah coklat susu?”
“Adanya kopi Bu.” Jawab Warjo yang tiba-tiba merasa
tak suka kepada tamu sang bos ini.
“Waduh, nanti aku nggak bisa tidur dong.”
“Jo, tolong belikan di warung depan ya,” perintah
Sekar.
“Baik Mbak,” kata Warjo sambil berlalu.
“Satu lagi Jo, kalau pak Seno datang, beri tahu kami
ya,” kata Sekar lagi, yang membuat Warjo berhenti melangkah.
“Baik, Mbak Sekar,” lalu Warjo berlalu.
Yanti heran. Sekar kelihatan juga seperti pembesar.
Main perintah, dan yang disuruh juga manggut-manggut menurut,” lagi-lagi Yanti
membatin. Ia sama sekali tak tahu, semua perkembangan yang terjadi di rumah
Winarno, karena dia tak peduli sama sekali. Sekarang tinggallah dia
terheran-heran.
Barno sedang asyik membuka-buka laptop, karena kemarin
Seno sudah memberi gambaran tentang perusahaan yang akan dipimpinnya. Yanti
menatapnya takjub.
“Hmh, gayanya sudah benar-benar seperti orang penting
saja.”
Sekar juga segera larut dalam pekerjaannya. Hari ini,
secara resmi Seno akan mengumumkan kepada seluruh karyawan, bahwa yang akan
memimpin perusahaan ini adalah Subarno, dengan Sekar Tanjung sebagai
sekretarisnya.
Tak lama kemudian Warjo masuk, dan memberitahu bahwa pak
Seno sudah datang.
“Terima kasih Jo,” jawab Barno.
“Sekarang tolong antarkan ibu Yanti ke ruangannya ya,”
sambung Sekar.
“Baik, mari Bu, saya antarkan,” kata Warjo .
“Mana minuman aku?”
“Baru saya pesankan, nanti akan diantar kemari,” jawab
Barno sambil mengajak Yanti keluar.
“Nanti antarkan minum aku ke ruangannya pak Seno,”
perintahnya.
“Baik.”
Seno sudah diberi tahu melalui interkom oleh Sekar,
bahwa istri Samadi akan menemuinya.
Warjo mengetuk pintu ruangan Seno, dan sebelum
terdengar jawaban, Yanti sudah lebih dulu nyelonong masuk. Warjo meninggalkan
tempat itu sambil geleng-geleng kepala.
“Selamat pagi, pak Seno,” kata Yanti memberi salam.
“Selamat pagi Ibu Yanti, ada yang bisa saya bantu?”
“Ya, saya datang kemari untuk protes. Mengapa suami saya dipecat?”
“Maaf Bu, seorang karyawan yang melakukan kesalahan
fatal, memang harus diberi pelajaran dengan perlakuan seperti yang pak Samadi
terima.”
“Sebenarnya suami saya itu kan korban? Dia dianiaya
sampai babak belur, mengapa dia dipecat?”
“Kejadiannya bukan sesederhana itu Bu, pak Samadi
melakukan perbuatan yang tidak terpuji, dan tidak pantas menjadi panutan bagi
anak buahnya. Kami melakukan pemecatan bukan asal saja.”
“Saya tahu, pasti ada yang memfitnah suami saya. Pak
Seno tahu? Barno itu sebenarnya hanya anak pembantu. Saya yakin dia memfitnah
suami saya karena menginginkan kedudukan suami saya. Jaman sekarang sudah
sering saya dengar, upaya jegal menjegal demi memperebutkan kekuasaan,” kata
Yanti sok tahu, dengan nada berapi-api.
Seno tertawa.
“Dengar dulu Bu, pak Barno tidak ada hubungannya
dengan tindakan saya. Memang, pak Barno yang telah menghajar pak Samadi, tapi ada
sebabnya.”
Yanti justru terkejut.
“Jadi yang menghajar suami saya itu Barno? Ya ampuun,
baru tahu saya, soalnya suami saya tidak bercerita banyak tentang kejadian itu,
Nah, sekarang terbukti kan, bahwa Barno penyebabnya?”
“Tunggu dulu Bu, jangan menarik kesimpulan sendiri. Pak
Barno menghajar pak Samadi itu bukan tanpa sebab. Sebentar, jangan memotong
pembicaraan saya dulu. Akan saya tunjukkan rekaman CCTV ketika peristiwa itu
terjadi ya.”
Lalu seperti kepada Samadi, Seno menunjukkan rekaman
CCTV saat terjadinya peristiwa itu.
Yanti terpaksa melihatnya, karena laptop itu diarahkan
ke hadapannya.
Tiba-tiba Yanti terbelalak.
“Lho, itu kan Sekar? Mau apa mas Samadi itu? Lho, kok
gitu sih ,…” Yanti terus berkomentar, sangat terkejut karena ternyata kelakuan
suaminya-lah yang membuat peristiwa itu terjadi.
Tiba-tiba wajah Yanti menjadi merah padam. Ia tahu,
dulu pernah menjodohkan Samadi dengan Sekar, tapi akhirnya tidak berhasil, lalu
malah dirinya yang menjadi istrinya, tapi dia tidak mengira Samadi akan
melakukan hal buruk di kantor-nya sendiri.
“Sekarang ibu mengerti? Dan kesalahan ini amat fatal
bagi kami, sehingga tidak bisa kami tolerir lagi,” kata Seno yang kemudian
merasa kasihan melihat wajah Yanti yang merah padam menahan marah.
Tanpa berkata apa-apa, Yanti kemudian berdiri, lalu
bergegas meninggalkan ruangan tanpa berpamit kepada Seno. Tapi celakanya, saat
dia membuka pintu, kebetulan Warjo datang dengan membawa coklat susu
pesanannya, sehingga minuman itu terguling diatas nampan, dan sebagian besar
membasahi baju Yanti.
“Aaaaauhhh! Apa kamu tidak punya mata?” pekiknya
sambil melompat-lompat kecil karena perut ke bawah terasa panas.
“Maaf Bu, maaf … saya sudah mengetuk pintu tadi, ibu
yang mau keluar dengan tergesa-gesa.”
Seno terpaksa berdiri.
“Bu, kembali-lah duduk dulu, biar Warjo mencarikan baju
ganti untuk Ibu,” kata Seno sambil mendekat.
“Tidak perlu!!” pekiknya kemudian bergegas menuju ke
arah luar.
“Maaf Pak,” kata Warjo yang takut kena marah
atasannya.
“Tidak apa-apa Jo, segera bersihkan saja, sebentar
lagi semua akan kumpul di aula karena ada pengumuman penting.
Warjo mengangguk, bergegas ke belakang untuk mengambil
kain pel.
***
Hari itu Barno resmi menjadi pejabat tertinggi dibawah
Seno, diperusahaan cabang. Ia menerima ucapan selamat dari para staf dan
karyawan dengan ramah dan sangat simpatik, membuat semua orang menghormatinya.
Setelah selesai upacara itu, lalu dilanjutkan dengan
makan siang bersama dengan penuh suka cita.
Saat makan, tiba-tiba Seno mendekati Sekar.
“Kapan kamu akan mengajukan surat resign kepada
atasanmu?” goda Seno.
“Apa?”
“Bukankah kamu pernah bilang tidak mau menjadi
sekretaris, dan kalau dipaksa juga, kamu memilih resign?”
Sekar tertawa malu.
“Mas Seno kok begitu. Kan pimpinan aku berbeda?”
“Baiklah, pimpinan pacar sendiri, biar lebih nyaman
kan?”
Sekar masih tertawa.
“Tapi di perusahaan ini ada peraturan, bahwa karyawan
tidak boleh pacaran di kantor,” lalu mereka berdua tertawa. Barno mendekati
karena penasaran.
“Ada apa nih? Ngomongin saya ya Non?”
“Idiih, sama pacar sendiri masa panggil ‘non’ sih ..”
“Biar saja, dia adalah non cantik saya,” kata Barno
ngeyel.
***
Pada suatu siang yang lumayan panas, Sekar dan Barno
sedang makan di sebuah restoran. Saat makan itu, tiba-tiba Sekar melihat
seorang gadis sedang duduk sendirian. Ia tidak segera menyantap makanannya, hanya
menopang kepalanya dengan kedua belah tangan. Sekar mengenal gadis itu sebagai
Elsa. Tiba-tiba tanpa sengaja mata keduanya bertatapan, dan Elsa tampak sangat
terkejut. Sekar berdiri, lalu mendekati Elsa sambil tersenyum.
“Ini Mbak Elsa kan?”
“Elsa menatap Sekar tak berkedip. Sekar merasa iba.
Wajah Elsa begitu sayu dan layu, matanya suram seperti orang tak bersemangat.
Sekar duduk di depannya, memegang tangannya.
“Mbak Elsa lupa sama saya?”
Elsa masih menatapnya, tanpa suara.
“Saya kan Sekar, sekretaris kampungan yang Mbak Elsa
kenal?”
Tiba-tiba senyuman di bibir Elsa mengembang.
“Sekretaris kampungan itu ya? Aku ingat sekarang. Kamu
pasti suka, Seno telah memutuskan pertunangan kami. Kamu boleh merebutnya,”
katanya putus asa.
Sekar terkejut. Benar kan, kalau sampai terputus maka
dia lah yang dianggap sebagai penyebabnya. Untunglah waktu itu dia tak
mengimbangi perasaan Seno.
“Mengapa Mbak Elsa mengira begitu? Saya tuh sudah
punya calon suami. Itu, yang tadi duduk bersama saya,” kata Sekar sambil menunjuk
ke arah Barno yang menatap mereka dengan heran.
“Itu calon suami kamu?”
Sekar mengangguk.
“Aku ini gadis sial. Sungguh sial.”
“Mengapa mbak Elsa bilang begitu?”
“Aku yakin wajahku cantik, menarik, dan tidak sedikit yang menyukai aku, dan ingin menjadi pacarku. Tapi tunanganku sendiri malah
menjauhi aku. Apa kekuranganku?” ucapnya sedih.
“Terkadang, kecantikan itu tidak cukup untuk menjatuhkan
hati seseorang. Dan terkadang juga, wajah yang pas-pasan juga bisa membuat
orang jatuh cinta. Tahu mengapa? Karena jatuh hati itu lebih condong kearah
kecantikan budi seseorang.”
“Apa maksudmu?”
“Mbak Elsa itu cantik, menawan, seksi, pokoknya mudah
membuat orang suka. Tapi yang suka karena kecantikannya itu, biasanya tidak
langgeng, karena semakin kesini, kecantikan itu akan pudar, dan banyak
kecantikan-kecantikan lain yang terkadang lebih mempesona. Tapi kecantikan
hati, tidak semua orang memiliki. Dan kecantikan hati itu lah yang seharusnya
menjadikan orang jatuh cinta. Karena cinta yang seperti itu akan menjadikan
sebuah hubungan menjadi langgeng.”
“Apakah aku buruk menurutmu?”
“Tidak, saya tidak bisa menilai seseorang. Tapi yang
harus Mbak Elsa ketahui adalah apa yang tidak disukai mas Seno, dan apa yang
disukainya.”
“Misalnya?”
“Mas Seno itu kan orangnya sangat sederhana, lugas
tapi tidak suka yang menyolok. Misalnya, cara Mbak Elsa berpakaian, cara Mbak
Elsa bergaul, cara Mbak Elsa menyukai segala yang gemerlap, dan maaf …
hura-hura … Apakah Mbak Elsa sudah
memenuhinya? Cobalah berpenampilan sederhana dan temui mas Seno, pasti
pandangannya akan berbeda.”
“Benarkah?”
Lalu Elsa melirik ke arah bajunya yang berkerah
rendah, bawahan yang di atas lutut. Lalu dia berpikir, apakah itu yang membuat
Seno tidak tertarik padanya?
“Mulailah dari cara Mbak Elsa berpenampilan, dan
lihat reaksinya. Dan satu lagi, jangan kelihatan kalau Mbak mengejarnya.”
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtnuwun mbk Tien 🙏🙏
Matur nuwun Mbak Tien sayang
DeleteSelamat malam ini juaranya Uti Nani Sragen lagi.
DeleteMatur nuwun bu Tien.
Dalam ADUHAI
Alhamdulillah SEBUAH JANJI~46 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏
ReplyDeleteYees
ReplyDeleteAsyik sdh tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah, mtr nuwun, sehat & bahagia selalu Bunda Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Janji telah tayang.
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDeleteTrimakasih bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah akhirnya janjinya non cantik Sekar ditepati....
ReplyDeleteTerimakasih Bu Tien Kumala....
Moga sehat selalu dan dimudahkan rejekinya.....
Aamiin ...
Alhamdulillah .....
ReplyDeleteYg ditunggu2 sdh datang...
Matur nuwun bu Tien ...
Semoga sehat selalu....
Tetap semangat
Alhamdulilah sj sdh tayang, terima kasih bu tien .salam sehat dari pondok gede
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien🙏🏻
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang, matur nuwun Bu Tien. Semoga Ibu sekeluarga selalu sehat penuh barakah, aamiin...
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien .. smg selalu pinaringan sehat Aamiin🌹🌹🌹🌹🌹
Alhamdulillah yg di tunggu sdh hadir mksh Bu Tien salam sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah.. Terimakasih bunda Tien salam sehat selalu dan aduhai.
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien...
ReplyDeleteAlhamdulillah.. Terima kasih Ibu Tien..
ReplyDeleteSemoga Ibu sehat selalu..
Semua sudah terbuka, jelas. Mungkinkah Elsa dapat merebut hati Seno dengan penampilan yang baru...
ReplyDeleteMasih panjangkah Sebuah Janji yang sudah 46 episode...
Salam sukses untuk mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Lbh seruu lg klo Sekar sm Seno pak..hehe...
DeleteAlhamdulillah.... Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteAlhamdulilah..Sekar sdh dtg..
ReplyDeleteTks bunda Tien..
Salam Aduhai...
Waow Yanti beneran nonton CCTV bgmn ulah Samad yg sebenarnya trnyt... ADUHAI...
ReplyDeleteDan selanjutnya mw bilang apa lagi
Mana yg bilang Barno memfitnah Samad yg main guna2
Hari gini msh berpikiran kolot
Kemudian apa yg akan terjadi
Moga Elsa bs sadar jgn norak,bs berlaku santun
Lepas dari angan kita ttp nunggu hasil nunul bu Tien
Sehat selalu doaku semangat utk nyenengin kita2
Lemah teles Gusti Allah seng bales
Aamiin Allahuma Aamiin
Maturnuwun bund sehat selalu
ReplyDeleteAlhmdllah... Plooonggg... Terima kasih Mbu Tien...
ReplyDeleteAlhamdulillah akhirnya jalsn ceritanya runut seperti angan anganku tinggal menunggu Barno dan sekar menikah serta Elsa berubah penampilan. Tolong Seno carikan jodoh perempuan yg baik lahir batinnya.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien
Salam sehat dan aduhai selalu
Alhamdulillah Maturnuwun
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih mbak Tien....
ReplyDeleteTess!!! Tayang
ReplyDeleteTrima kasih, bu tien. Adakh crita yanti marah², bikin samadi makin pusing.
ReplyDeleteAlhamdulillah, matursuwun bu Tien, salam sehat selalu
ReplyDeleteSmg pendapat Sekar bs diwujudkan Elsa dg merubah penampilan dan perilaku shg Mas Seno nya akhirnya luluh dan bisa menerima Elsa dg sepenuh hati... Dan bs juga menjd pasutri spt Sekar dan Barno... Sm2 menuju pasutri yg samawa diakhir crt SJ. Trmksh mb Tien mmg the best mengaduk2 emosi pembc. Slm seroja utk kita semua para pctk.🤗
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien
Semoga bu tien sehat2 selalu
Terima kasih bu tien, salam sehat
ReplyDeleteJo Warjo ngusir kucing berantem pakai air, jangan pakai coklat susu, ya namanya emosi lupa segalanya kan dunia milik dia ya seenak wudêlé déwé malah kesiram ya Jo, tapi nggak apa-apa Jo memang begitu, dalam menghadapi kekalutan kamu sudah memberikan kehangatan.
ReplyDeleteHa ha Elza dapat rêsèp kecantikan dari Sekar; jurus lampah lumpuh, bagaimana cara mendapatkan orang tersayang, perlu nich biar dipraktekkan; siap-siap mau reunian yang sudah melambai lambai.
ADUHAI
Tuh kan nanti Elza bakalan ikutan makan siang sama Sekar, nggak peduli yang penting berteman dulu sambil bikin status menggoda sedikit.
Katanya sedikit demi sedikit lama-lama menjadi nyêdhit, jalani dulu yang lain lain sambil lalu..
Terimakasih Bu Tien,
Sebuah janji yang ke empat puluh enam sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem, Boston Massachusetts, Bantul, Mataram, Palembang,Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Trims Bu Tien sehat selalu
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
ReplyDeleteSalam sehat, tetap semangat. Aduhai
Makasih Bu.Tien
ReplyDeleteSemoga makin seru gmn Samadi dan Bu yanti eee nama aku.ho ho ho
Alhamdulillah,,, matur nuwun buTienku
ReplyDeleteSmg Elsa bisa berubah menjd baik,,,semua tergantung buTien ya 🤭
Salam sehat wal'afiat bu Tienku
Alhamdulilkah. Trims bu Tien.
ReplyDeleteSemoga sehat selalu bersama keluarga. Aamiin
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTerima kasih Sekar, kamu memang anak baik. Sekarang bisa bersahabat dgn Elsa, pasti dipercaya juga saran2 mu agar Elsa meninggalkan kebiasaan yg tidak disukai Seno, akhirnya bisa menyesuaikan diri sesuai cewek idaman Seno.
ReplyDeleteElsapun juga mendekati Seno untuk melihat kembali Elsa yg sdh berubah.
Karena Seno merasa bahwa Sekar sudah sahabat baiknya, diapun percaya akan saran2/masukan Sekar yg akhirnya Seno dan Elsa bisa baikan lagi.
Makin penasaran... Matur nuwun ibu Tien, Berkah Dalem.