Friday, October 28, 2022

JANGAN PERGI 11

 

JANGAN PERGI  11

(Tien Kumalasari)

 

Keduanya saling tatap dengan perasaan aneh.

“Boleh aku duduk di sini?” akhirnya sang pendatang yang adalah Listi itu mengulangi kata-katanya.

“Bb … boleh, tentu saja boleh,” kata Ratri agak gugup.

“Mana temanmu yang satunya? Kalian tadi bertiga bukan?”

“Yy … ya, sedang ke toilet .”

“Wajahmu kok bisa mirip aku ya, cuma … agak … gimana … gitu.”

“Mbak mau memesan makanan?”

“Tadinya … ya, tapi tiba-tiba selera makanku hilang begitu saja.”

“Owh,” kata Ratri heran karena tidak tahu maksud wanita yang sekarang duduk di depannya. Ada gelas-gelas dan piring-piring bekas makan Dian dan Radit. Listi menatapnya sekilas.

“Kemana Radit?” Listi tiba-tiba bertanya, mengejutkan Ratri karena dia mengenal Radit. Tapi Ratri merasa, tatapan wanita di depannya terasa sangat menusuk, seperti membencinya. Ratri kebingungan menghadapinya. Ia menoleh ke arah belakang restoran, berharap Dian segera muncul, tapi bayangan Dian tak segera tampak.

“Kamu pacarnya?” tatapan itu terasa lebih menghunjam.

“Buk … bukan ,,, Kok mbak kenal ?”

“Kamu tidak tahu ya? Radit itu pacar aku.”

Ratri terbelalak.

“Apa dia dekat-dekat kamu karena wajah kita mirip? Radit sungguh bodoh. Mungkin wajah boleh mirip, tapi dari segi penampilan, aku lebih menarik bukan?”

“Saya tidak mengerti apa maksud Mbak mendekati saya dan bicara seperti itu,” lama-lama Ratri merasa kesal, karena wanita di depannya bicara tanpa basa basi dan terdengar kasar. Tapi dia mencoba menjawabnya sambil tersenyum.

“Asal kamu tahu ya, Radit amat mencintai aku. Jadi sia-sia saja kalau kamu berharap atas dia. Dan ingat, jauhi dia, karena dia milik aku.”

Ratri tak menjawab. Ia meneguk minumannya tanpa menawarkan, lalu melihat ke arah ponsel karena terdengar ada nada pesan singkat. Dian pengirimnya.

“Ratri, tinggalkan dia, dan cepat keluar, aku sudah membayar semua makanan dan sekarang berada di dalam taksi, menunggu kamu. Warna taksi merah, hanya ada satu mobil merah di area parkir.”

Ratri mengusap mulutnya dengan tissue, lalu berdiri.

“Maaf, saya harus pergi.”

“Hei, kamu tidak menunggu teman kamu yang satunya? Atau … kamu melayani dua lelaki sekaligus dan sudah mendapat bayarannya?” katanya tajam, seperti silet menyayat ulu hatinya.

Ratri mengurungkan langkahnya untuk pergi, ditatapnya wanita tak sopan yang masih duduk di kursinya.

“Kalau saja mulut Mbak bisa bicara dengan penuh sopan santun, barangkali kita akan menjadi sahabat. Saya suka wajah kita mirip, tapi saya benci perilaku Mbak.”

Lalu Ratri bergegas keluar, mencari mobil merah, taksi yang dipesan Dian, dimana Dian sudah menunggu di dalamnya.

“Kurangajar, dia bisa memaki aku,” gumam Listi, lalu berdiri dan mencari tempat duduk lain yang masih kosong. Sebenarnya dia lapar. Sayang dia tidak memperhatikan laki-laki satunya yang bersama Ratri, karena matanya sibuk menatap Radit yang terlihat bicara akrab dengan Ratri. Kalau saja dia tahu, barangkali dia lah yang lebih dulu lari menjauh, karena Dian adalah suaminya yang akan menceraikannya.

“Sayang aku tidak sempat menanyakan siapa namanya. Tapi untuk apa menanyakannya? Dia hanya sampah. Mengapa Radit bisa bicara dengan manis? Pasti dia itu yang dikatakan pacar oleh Radit. Ketika pergi tadi, dia mengatakan bahwa akan pergi bersama pacarnya. Huhh, bodoh! Aku pasti bisa merebutnya kembali.”

***

“Aku bingung atas kejadian ini,” kata Ratri ketika sudah berada di dalam mobil.

“Dia itu Listi, istriku. Eh, hampir menjadi bekas istriku.”

“Haaa? Kok tadi dia tidak bicara tentang kamu, malah bicara tentang mas Radit?”

Dian mengerutkan keningnya, heran.

“Dia kenal sama mas Radit?”

“Dia mengaku pacarnya.”

“Apa?”

“Kok dia tidak tahu bahwa ada kamu bersama aku, tadi? Nggak salah kamu?”

“Salah bagaimana? Kamu tidak melihat wajahnya? Kamu tidak melihat bahwa wajah kamu tuh sangat mirip dia?”

“Rupanya dia tadi hanya memperhatikan mas Radit yang kebetulan saat masuk kan aku berjalan di sampingnya. Jadi karena matanya fokus melihat mas Radit, jadi tidak melihat bahwa dibelakangnya ada kamu.”

“Mungkin.”

“Mengapa kamu tiba-tiba pergi? Kamu menghindari dia?”

“Ya. Aku enggan bertemu dia. Dulu aku sangat mencintai dia. Tapi karena kelakuannya, cinta itu sudah tak ada lagi.”

“Sungguh aneh, kenapa dia bilang bahwa dia itu pacar mas Radit? Dia mengancam aku agar menjauhi mas Radit.”

“Dasar perempuan tak tahu malu. Ketika bertengkar terakhir kali, dia bilang alasannya tak mau punya anak. Katanya dia tidak mau punya anak dari aku, karena dia mencintai laki-laki lain. Apa yang dimaksud laki-laki lain itu mas Radit?”

“Ya Tuhan. Aku pusing,” kata Ratri sambil memijit-mijit keningnya dengan kedua jari tangannya.

“Kemana lagi kita?”

“Lebih baik pulang saja. Kejadian ini menghilangkan selera aku untuk jalan-jalan.”

“Aku juga. Tapi bagaimana dengan rencana membelikan oleh-oleh untuk ibu?”

“Lain kali saja, ini hari yang buruk.”

Lalu Dian memerintahkan pengemudi taksi untuk menuju ke rumah Ratri.

***

Radit sedang memijit kaki ibunya, yang sudah merasa tenang setelah Radit memberinya obat, Bu Listyo memang mengidap sakit darah tinggi, dan harus meminum obat setiap hari.

“Mengapa bibik tiba-tiba panik dan mengatakan kalau ibu sesak napas?”

“Ibu hanya merasa agak sesak napas tadi, bibik saja yang kebingungan.”

“Ibu lupa minum obat ya?”

“Iya sih, gara-gara ada Listi datang dan mengejutkan ibu, lalu ibu jadi lupa minum obatnya. Kamu bertemu dia kan?”

“Iya, tapi lalu Radit tinggalkan dia.”

“Ibu kira ketika Listi datang, kamu sudah pergi, kan kamu sudah pamit tadi sama ibu?”

“Ketika Radit siap-siap mau berangkat, dia datang. Radit juga kaget.”

“Apa kamu masih suka sama dia?”

“Tidak, Radit sudah mengatakan sama dia bahwa Radit sudah tidak lagi mencintainya.”

“Kamu benar. Tiga tahun pergi kemudian datang dan bilang bahwa masih mencintai kamu? Aneh saja ibu mendengarnya. Dan alasan dia pergi juga tidak masuk akal. Jangan-jangan dia lari sama laki-laki lain,” tuduh bu Listyo.

“Entahlah, Radit juga tidak menanggapi apa yang dia katakan tadi.”

“Dia sempat memeluk ibu dan nangis-nangis. Tapi setelah ibu mengatakan bahwa tak bisa membantu menyatukan kalian lagi, dia pergi begitu saja, tanpa pamit. Bibik sampai ngomong bahwa dia itu tidak sopan.”

“Ibu jangan memikirkan dia lagi, nanti tensi ibu naik lho.”

“Iya, ibu tidak akan memikirkannya.”

“Nanti semua foto Listi benar-benar akan Radit buang.”

“Lebih baik begitu, supaya tidak ada lagi kenangan atas gadis itu di rumah ini.”

“Iya Bu.”

“Ibu jadi teringat gadis itu lagi.”

“Gadis yang mana Bu?”

“Gadis yang dulu pernah ibu ceritakan, yang bertemu ketika dia membeli ponsel, yang wajahnya mirip Listi, tapi dia lebih lembut.”

“Oh, itu,” Radit tersenyum. Tangannya masih asyik memijit-mijit kaki ibunya.

“Kok kamu senyum-senyum sih?”

“Gadis itu, namanya Ratri.”

“Aaah, iya benar … dia juga menyebut bahwa itu namanya, hanya ibu yang lupa. Tapi bagaimana kamu tahu bahwa dia itu namanya Ratri? Kamu juga bertemu dia?”

“Kami sudah kenal .. beberapa bulan terakhir ini.”

“Kamu kenal dia? Bagaimana keluarganya? Orang baik-baik? Ibu tidak peduli dia kaya atau miskin, tapi ibu ingin dia dari keluarga baik-baik, dan dia juga punya pekerti yang baik.”

Radit tertawa keras.

“Ibu itu … sepertinya sudah yakin kalau Radit ingin memperisterikan dia.”

“Oo, tidak ya? Kamu hanya berteman?”

“Belum pernah bicara tentang bentuk hubungan, tapi Radit sering ke rumahnya. Makan masakan ibunya ….”

“Sudah sejauh itu, tapi tidak mengaku cinta?”

“Belum Bu, Radit juga belum tahu apakah dia suka sama Radit atau tidak. Apalagi sekarang ini Radit punya saingan.”

“Tuh kan, gadis cantik dan baik, pasti banyak yang suka. Saingan kamu seperti apa? Lebih ganteng? Lebih kaya?”

“Dia juga ganteng, tapi dia bekas teman sekolahnya, dan sedang proses cerai dengan istrinya.”

“Waaah, itu bukan saingan berat. Kamu lajang, dia duda.”

“Dia tuh duren,” Radit terbahak.

“Oh, juragan duren, penjual duren?”

Tawa Radit semakin keras.

“Bukan juragan duren bu, duren itu … duda keren …”

“Aduuh, jangan bicara pakai singkatan-singkatan begitu, ibu tidak mengerti.”

Radit masih saja tertawa, walau rasa khawatir kalah bersaing dengan Dian itu ada.

“Rebut dia, kalau kamu memang cinta, dan bawa dia menemui ibu.”

“Baiklah, Radit ingin tahu dulu, bagaimana perasaan dia sama Radit.”

***

Ratri dan Dian sampai di rumah, dan membuat heran bu Cipto karena mereka cepat sekali pulang.

“Kok sudah pulang? Mana nak Radit?”

“Itulah Bu, kami cepat pulang, karena mas Radit dikabari kalau ibunya sakit,” jawab Ratri.

“Sakit apa?”

“Belum jelas, coba aku telpon ya,” kata Dian ketika mereka sudah duduk bersama.

Beberapa saat Dian bertelpon, dan merasa lega karena ternyata ibunya tidak apa-apa, hanya karena lupa minum obat tensinya.

“Rupanya pembantunya yang panik, kemudian menelpon mas Radit,” sambung Dian setelah menceritakan apa yang dikatakan Radit di telpon.

“Syukurlah, alhamdulillah,” kata Ratri dan bu Cipto bersamaan.

“Ibu buatin minum ya?” kata bu Cipto, sambil berdiri.

“Nggak usah Bu, ibu istirahat saja,” kata Dian.

“Kamu cerita tentang wanita itu?” tanya Ratri ketika ibunya sudah masuk ke dalam rumah.

“Tidak, nggak enak aku. Tapi ini kejadian yang sangat luar biasa. Siapa sangka, calon bekas istriku ternyata pacarnya mas Radit.”

“Kayaknya belum tentu juga. Sepertinya dia yang suka. Tapi entahlah. Lain kali aku akan menanyakannya.”

“Sepertinya mas Radit suka sama kamu.”

“Ah, jangan ngarang kamu,” sergah Ratri.

“Kami kan sama-sama laki-laki, kelihatan dong bagaimana gelagat laki-laki yang sedang menyukai wanita.”

“Jangan mengada-ada.”

“Itu benar, dan sejak aku tahu, aku sudah memutuskan untuk mundur.”

“Kamu sedang bicara apa sih Dian?”

Dian hanya tertawa.

“Nggak, lupakan saja.”

“Iih, ngomong nggak jelas,” kata Ratri, cemberut.

“Aku segera pulang ke Jakarta, setelah sidang besok.”

“Begitu cepat?”

“Sudah aku serahkan ke pengacara. Aku sudah mantap, harus pisah. Dia memang bukan jodohku.”

“Sabar ya Dian, kamu pasti dapat ganti yang lebih baik kok.”

“Aamiin. Sekarang aku pamit dulu ya, mau mampir beli oleh-oleh.”

“Mau beli oleh-oleh untuk siapa?”

“Teman-teman sekantor, kalau yang di rumah jelas nggak ada siapa-siapa, hanya ada satu pembantu, tukang bersih-bersih rumah. Aku kan jadi bujangan lagi,” katanya sambil berdiri.

“Kenapa tadi nggak beli sekalian?”

“Keadaannya tidak memungkinkan. Kacau gara-gara ada dia.”

“Baiklah. Kalau mau pulang ke sini dulu, nanti dicari-cari ibu lhoh.”

“Kirain kamu, ternyata ibu.”

“Jangan ngaco ah,” Ratri tertawa renyah.

"Tidak, harapanku kan sudah tipis, saingan aku berat,” katanya sambil tertawa.

“Oh ya, ini kan mobil mas Radit. Bagaimana ya mengembalikannya?”

“Nanti telponan lah, di mana mau tukar menukar mobil nya.”

***

Siang itu Listi masih berada di rumah makan itu. Ia memesan beberapa macam makanan untuk di bawa pulang, karena dia sendirian di rumahnya. Rasa kesal setelah bertemu Ratri membuatnya uring-uringan. Ia juga memarahi pelayan restoran yang salah menyiapkan makanan yang di pesannya.

“Aku mau kulit goreng, bukan usus goreng,” hardiknya.

“Maaf Bu, maaf,” kata pelayan yang kemudian mengambil kembali pesanan yang keliru itu, tapi lagi-lagi Listi menghardiknya.

“Bu … bu … aku bukan ibumu!”

“Oh, maaf, Mbak …”

“Aku juga bukan kakakmu. Panggil aku nona.”

“Baiklah … nona … saya minta maaf,” kata pelayan kemudian berlalu.

Listi duduk menunggu sambil menopang wajahnya dengan kedua tangan.  Ia rela dicerai Dian, karena mengharapkan bisa kembali dengan Radit. Ia yakin, dulu Radit begitu mencintainya. Tapi Listi lupa, bahwa bertahun sudah ia meninggalkannya, dan semuanya sudah berubah. Tampaknya Radit juga sudah menyukai gadis lain.

“Siapa dia? Bagaimana wajahnya bisa mirip wajahku? Dan itukah sebabnya maka Radit menyukainya? Ini gila, tak boleh terjadi.”

“Ini Bu, pesanannya,” kata pelayan membawakan lagi pesanan yang sudah diganti.

“Apa? Bu lagi?”

“Eh, maaf Nona ….”

Pelayan segera berlalu, karena takut singa betina yang pemarah itu memangsanya bulat-bulat.

Listi sedang bersiap untuk berdiri, ketika tiba-tiba seseorang mendekatinya.

“Bu Ratri?”

Listi terkejut, ia heran orang yang tidak dikenal mendekatinya, dan menyebut nama lain.

“Kok Bu Ratri berpakaian seperti ini?”

Kemarahan Listi memuncak. Ia menggebrak meja dan memelototi wanita yang menyapanya, yang ternyata adalah Dewi, sang kepala sekolah.

“Apa maksudmu? Coba ulangi, kamu tadi memanggil siapa?” hardiknya.

Dewi terkejut, lalu ia menyadari bahwa telah menyapa orang yang salah. Karena pada dasarnya tak ingin ribut, maka Dewi bergegas keluar dari rumah makan itu. Tapi siapa sangka, Listi mengejarnya. Dewi berlari menjauhi rumah makan itu, dan Listi masih tetap mengejarnya. Ketika akhirnya terpegang olehnya lengan Dewi, Listi mencengkeramnya erat. Ia sedang kesal, sedang ingin menerkam siapa saja yang dianggapnya salah.

“Ada apa ini? Lepaskan!”

Tanpa disangka Listi mencengkeram kedua lengan Dewi dan menatapnya dengan mata menyala.

“Kamu memanggil aku dengan nama siapa tadi? Katakan!”

“Tolong lepaskan. Maaf saya salah.” Kata Dewi yang benar-benar ketakutan.

Bukannya reda amarahnya mendengar permintaan maafnya, Listi yang sedang marah malah mencakar wajah Dewi.

"Aaughh"

Tiba-tiba seseorang yang sedang menenteng belanjaan melihat adegan itu, mendekatinya dan bermaksud melerainya.

***

Besok lagi ya.

61 comments:

  1. Replies
    1. Selamat malam.

      Matur nuwun Mbak Tien atas hadirnya JP 11.
      Semoga tetap sehat untuk penuntasan Cerbung Jangan Pergi.

      Salam aduhaiiii dari Yogya.

      Delete
    2. Wow......, bener euy juara 1,
      Selamat. Jeng Iin

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Janji telah tayang.

    ReplyDelete

  3. Alhamdulillah JANGAN PERGI~11 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah...
    Maturnuwun Ibu Tien🙏

    ReplyDelete
  5. Alhamduliilah dah tayang, makasih bunda Tien, sehat selalu.

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah .....
    Yg ditunggu2 sdh datang...
    Matur nuwun bu Tien ...
    Semoga sehat selalu....
    Tetap semangat ..

    ReplyDelete
  7. Alhamdulilah..
    Tks bunda Tien..
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  8. Ampun.... Ada ya perempuan macam Listy, ngeriii... 😳😳😳😳

    Sehat selalu Bu Tien...

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah... Matur nuwun Bunda Tien...Semoga bunda sehat selalu...🙏🦋🌺

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah, matursuwun bu Tien, salam sehat selalu

    ReplyDelete
  11. Waduh... ternyata Listi si singa betina mencari mangsa. Menakutkan sekaligus nggilani.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  12. Jahat banget kamu Listi ? Matur nuwun sanget bunda

    ReplyDelete
  13. Waduuh kacau listi bikin onar dimana mana.... tks bu tien ..salam sehat

    ReplyDelete
  14. Waduh jadi ikutan bingung ini...😂
    Listi..listi...

    Matur nuwun bunda Tien, makin menggemaskan aja nich..😍🙏

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah terima kasih Bu Tien salam sehat selalu....
    Penasaran siapa ya yg akan melerai, kyknya Dian....nah Dian biar berjodoh dengan Dewi saja (DD) Dan Ratri dengan Radit (RR)...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ha ha haa...mb Ika biro jodoh yaa..
      Cocok tuh RR dan DD..
      Kita tunggu ya mbak lanjutannya..
      Semakin penasaran...
      Tks bunda Tien..

      Delete
  16. Hadeeh Listi ampiyun galaknya
    Siapa aj yg dkt mw di terkam
    Bgmn org simpati pdmu kl spt itu
    Bu Listyo aj udah ngeri juga lht sikapmu

    Ta ada restu utkmu sampai kapanpun

    Trus Jangan Pergi utk siapa yah
    Mksh bunda Tien sehat selalu doaku

    ReplyDelete
  17. Makasih bunda tayangannya
    Sukur dian dan ratri dah tau trntang listi mudah"an radit jodohnya ratri

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah akhirnya datang juga JP
    Matur nuwun Bu Tien Kumala....

    Salam sehat selalu ya....

    ReplyDelete
  19. Dian kah ?
    Terimakasih bu Tien
    Salam sehat dan aduhai selalu

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien...
    Jangan2 Dian yg melerai ... Dian dpt Dewi .. Ratri dapat Radit .. *ngarang.com*☺️🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah, sehat selalu bund🧕

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah.. Terima kasih Bu Tien.. Semoga sehat selalu..

    ReplyDelete
  23. Matur nuwun bu Tien .. sugeng dalu salam sehat selalu. Td sdh nulis kok gak ada yaa

    ReplyDelete
  24. 💃💃♣️♣️🥰🥰
    Alhamdulillah JePe_11 sdh tayang..... Listi oh Listi.... Sekarang Ratri sdh melihat sendiri persih kaya pinang dibelah dua,...,
    Matur nuwun bunda Tien, salam SEROJA dan tetap ADUHAI.......

    ReplyDelete
  25. Asyik...sudah mulai muncul konfliknya, seru nih...matur nuwun, ibu Tien, sudah melanjutkan berkarya. Semoga sehat selalu.🙏😀

    ReplyDelete
  26. Terpaksa si Dian memisahkan perempuan² yang lagi saling membithi; membithi kepriwé langka lah wadonan padha bithèn; anané ya jambak jambakan toli.
    Iyalah pokoké lagi ana sing kêsuh lah.
    Hanya nggak terima dipanggil ibu saja bikin heboh, sampai dijalanan lagi.
    Tuh kan dirubung orang, kasihan Dewi jadi kacau menghadapi Listi mabok, tingkat tinggi.
    Kaya preman pasar, iya itu karena harapan sudah nggak ada; mau luka, apa matipun asal terlampiaskan emosi yang lagi meledak-ledak.
    Carané balo ya.. iya..
    Ngana ngéné ora ulih dadi puyêng dhèwèk.
    Siapa yang misah tuh, lha kalau si Radit, ya belanja buat apa, oh buat Bu Cipto ya.. sekalian bilang minta Ratri diajak kerumah Radit, biar agak tenang dan lega Bu Listyo bertemu dengan Ratri.
    Maunya tukaran mobil, ini malah ketemu mbak embak pada tukaran.
    Malah mbingungi;
    satunya tukaran padu maksudé.
    satuné tukaran; tukeran mobil
    ijolan kaya kuwé lah.
    Bisa juga ya..
    Bayangkan kalau pada cakar cakaran, jambak jabakan serem banget lho.
    Hé hé hé iya begitulah, sudah menthok; apapun jadi hilang akal.
    Dadi sijiné nggêmblung ya..
    Sijiné lagi ketiban sial; ketemu wong setrès.
    Paling paling ya menghindar ketemu kaya gitu, tiwas dituntut diperiksa sakit jiwa ya.. bebas lah..
    Jaré wong edan kuwi bebas..


    Terimakasih Bu Tien
    Jangan pergi yang kesebelas sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  27. Wah listi jadi "gila", gara² ketemu Ratri. Listi benar² antagonis.
    Terima kasih mbak Tien.

    ReplyDelete
  28. slmt mlm bunda..terima ksih JP nya..slmt mlmdan slm sht sll unk bunda🙏🥰🌹

    ReplyDelete
  29. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo, Bam's, Mbah Wi, Tjoekherisubiyandono, Apip Mardin

    ReplyDelete
  30. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman, Caecilia RA, Mimiet,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tks bunda Tien sdh menyapa kami..
      Semoga bunda Tien sehat selalu dan berbahagia bersama kelg tercinta..
      Aamiin..YRA..

      Delete
  31. Rupanya Dian yg sedang belanja cari oleh2 itulah yg melerai Listy dgn Dewi. Semoga akhirnya Dewi dan Dian bersahabat baik, ada orang yg menyadarkan Listi untuk menjadi isteri yg baik juga.
    Ibu Tien pakar mengaduk pikiran pembaca... Sy ikut heran ada ya cewek sejahat itu...
    Semoga peristiwa ini mempercepat pernikahan Radit dan Ratri..

    Matur nuwun ibu Tien, Berkah Dalem Gusti..

    ReplyDelete
  32. Terimakasih mbak Tien . Semoga sehat selalu.. belum mau mata terpejam klw.. belum membaca cerbung mbak Tien..

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah JP 11 sdh tayang
    Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu
    Aamiin

    ReplyDelete
  34. Luar biasa menariknya...
    Jangan² Listi dan Ratri ini kembar seperti cerita mbak Tien tempo dulu. Mereka terpisah karena sesuatu...
    Terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  35. Waaa si Listi ngarep.com Radit mau balikan...eee ternyata bertepuk sebelah tangan ...
    Bagaimana kelanjutannya?
    Kita tunggu episode berikutnya...

    Matur suwun bunda Tien
    Salam Tahes Ulales bunda dari bumi Arema Malang dan selalu Aduhaiiii

    ReplyDelete
  36. Makasih bu Tien yg selalu aduhaii💟💟

    ReplyDelete
  37. Makasih mba Tien.
    Salam hangat dan sukses selalu . Aduhai

    ReplyDelete
  38. Selamat malam sahabat2 PCTK! Saya pake laptop ini makanya bs komen! Terima kasih bunda Tien untuk seri 11 saya sudah baca!

    ReplyDelete
  39. Semoga semua sahabat2ku sehat2 dan tetap semangat! Jangan lupa bahagia is our choice!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin...
      Hallo bu Willa..
      Wilujeng sumping di blog ini..
      Sering" yaa ibu hadiir..
      Salam sehat selalu..

      Delete
  40. Alhamdulillah selalu sehat dan semangat bunda Tien...salam sehat dan kompak selalu buat PCTK

    ReplyDelete
  41. Slmt pgiii bunda Tien..terima ksih JP 11 nya..makin penasaran aja..slmsht sll unk bunda

    ReplyDelete

KUPETIK SETANGKAI BINTANG 01

  KUPETIK SETANGKAI BINTANG  01. (Tien Kumalasari)   Minar melanjutkan memetik sayur di kebun. Hari ini panen kacang panjang, sangat menyena...