KEMBANG CANTIKKU
14
(Tien Kumalasari)
Wisnu mengeluarkan isi kotak
berisi handphone itu dengan heran.
“Berapa biji Qila membeli
ponsel? Bukankah di kantor tadi sudah membuka bungkusan kotak ponselnya yang
baru? Kalau begitu ini ponsel untuk siapa?” gumamnya pelan.
Ia membawa ponsel berikut tas
Qila yang tadi masih tergeletak di meja depan kamar. Ketika ia meletakkan tas
itu, Qila baru keluar dari kamar mandi.
Ia terkejut dan kesal melihat
suaminya membawa tasnya.
“Mas, kamu membuka-buka tasku
untuk apa?” tanyanya sambil mendekati suaminya dan terkejut melihat suaminya
memegang kotak ponsel yang tadinya berada di dalam tas.
“Kenapa kamu membuka-buka
tasku?”
“Aku tidak membukanya. Tadi
Mila lari-lari dan tanpa sengaja menjatuhkan tas kamu ini, kemudian isinya
berantakan.
Qila diam. Ia menyesal tadi
meninggalkan tasnya di luar kamar.
“Oh … “ lalu dia diam,
berpikir menjawab pertanyaan suaminya atas ponsel itu, yang pasti akan
ditanyakannya.
“Ini punya siapa?”
“Itu … punyaku.”
“Kamu beli ponsel dua?”
“Iy … iya.”
“Untuk apa? Kalau beli satu
saja cukup, kenapa beli dua?”
Qila meminta kotak yang masih
dipegang suaminya.
“Ini … hanya untuk jaga-jaga,”
jawabnya sekenanya, sambil memasukkan kotak itu kembali ke dalam tasnya.
“Apa maksudmu jaga-jaga?”
“Mas, cuma beli ponsel dua
saja kenapa kamu marah-marah?”
“Aku tidak
marah, aku hanya bertanya, mengapa beli dua?”
“Kan sudah
aku jawab, untuk jaga-jaga?”
“Jaga-jaga
apa sih Qila, aku tidak mengerti.”
“Ya jaga-jaga
kalau rusak lah.”
“Kamu ini benar-benar
boros, Qila. Membeli sesuatu yang tidak diperlukan.”
“Aku hanya beli ponsel dua,
apa dengan ini kamu akan menjadi miskin?” tanya Qila sambil memeluk suaminya.
Ia harus merayunya untuk meredakan amarah suaminya, dan tentu saja ia berhasil.
Lalu Wisnu tak lagi mempersoalkan ponsel itu, karena Qila telah menyenangkannya
dengan caranya.
***
Berhari hari telah berlalu,
dan keinginan Qila untuk memberikan ponsel itu kepada Wahyudi belum juga
terlaksana. Kesempatan tidak segera ada, karena suaminya selalu bersamanya
setiap dia ke rumah mertuanya.
Tapi kesempatan itu ada, saat
suaminya tidak ikut makan siang bersamanya, karena sedang ada tamu di
kantornya.
“Tidak ikut makan siang
bersama tamu kita?” tanya Wisnu ketika Qila menelponnya untuk pergi.
“Tidak Mas, aku makan di rumah
ibu saja. Simbok sudah janji masak soto enak siang ini,” kata Qila.
“Ya sudah, bawa saja mobilnya,
tapi jangan lama-lama ya. Setelah makan segera kembali ke kantor, karena banyak
pekerjaan yang harus kita lakukan.”
“Iya, aku tahu,” jawab Qila
sambil merengut, lalu menutup ponselnya kemudian mengambil kunci mobil dan
keluar dari ruangan.
Qila begitu gembira, karena
akhirnya akan bisa menemui Wahyudi lalu memberikan ponselnya agar mereka bisa
berkomunikasi. Bayangan manis sudah tergambar dibenaknya. Ia yakin Wahyudi akan
menyambutnya dengan gembira.
***
“Mana Wisnu?” tanya pak
Kartiko ketika melihat Qila datang sendiri.
“Sedang ada tamu Pak, saya
tidak suka diajak makan di restoran, soalnya terlanjur menyukai masakan simbok,”
jawabnya sambil duduk di ruang makan, dimana kedua mertuanya sudah duduk, dan
Wahyudi tentu saja ada diantara mereka.
Berkali-kali melirik Wahyudi,
Qila sedikit kesal karena Wahyudi tak pernah menanggapinya. Tapi Qila selalu
merasa bahwa Wahyudi takut kalau dikira mengganggu menantu keluarga Kartiko. Ia
yang harus berupaya mencari jalan untuk saling berhubungan.
Makan siang sudah usai, dan
Wahyudi sudah beranjak ke belakang.
“Mila pasti di taman ya Bu?” tanya
Qila mencari alasan untuk pergi ke belakang.
“Iya, ia biasanya makan di
taman, karena susah kalau makan hanya diam di meja makan.”
Qila mau melihatnya sebentar,”
katanya sambil berdiri, tapi tak lupa membawa tasnya yang berisi ponsel. Sudah
berhari-hari ponsel itu diam di dalam tas itu, karena Qila belum menemukan
kesempatan untuk memberikannya.
“Sekaranglah saatnya,” katanya
dalam hati, dengan senyum merekah di bibirnya.
Ia terus kearah belakang,
menuju taman, yang tentu saja melewati kamar Nano yang bersebelahan dengan
kamar Wahyudi.
Qila tahu dimana kamar
Wahyudi, karena pernah mendengar saat Wahyudi mengigau dengan menyebut ‘namanya’.
Keduanya sedang ada di ruang
makan dapur, karena memang saatnya makan.
Qila sudah mengisi pulsa pada ponsel itu
atas namanya, dan akan memberikan kejutan dengan menelponnya.
Perlahan ia membuka pintu
kamar yang tidak terkunci, dan metetakkan ponsel yang sudah dilepaskan dari
kotaknya, di meja yang ada di dalam kamar itu.
Ia keluar lalu menutupkan
pintunya perlahan, kemudian melenggang ke arah taman. Dilihatnya Mila sedang
makan dengan di suapi Tinah, sambil melihat ikan yang berenang cantik di dalam
kolam.
“Udah mamnya …” kata Mila
ketika Tinah menyuapinya.
“Tinggal sedikit saja Mila,
ayo habiskan, nanti dimarahi nenek lho.”
“Aku mau pak Udi …”
“Ehh, pak Udi juga sedang
makan. Kenapa mau pak Udi? Ayo sayang, sedikit lagi.”
“Nggak mauuu!” kata Mila
sambil berlari ke arah dapur.
Qila melihatnya dan merasa
senang. Ia mengikuti anaknya sambil berlari kecil. Ia mendengar Mila mau ketemu
Wahyudi yang selalu dipanggilnya pak Udi.
“Pak Udiii .. “ teriak Mila
ketika melihat Wahyudi sedang makan di meja dapur bersama Nano. Tinah ada dibelakangnya.
“Lhoh, Mila ngapain? Sudah
makan belum?”
“Ini pak Wahyudi, makan kurang
sedikit, nggak mau lagi,” kata Tinah mengadu.
“Kenapa nggak dihabisin? Ayo,
habisin dulu … Kalau nggak dihabisin, pak Udi nggak mau main sama Mila.”
“Haaak …” kata Mila yang takut
dengan ancaman Wahyudi.
Tinah tersenyum, lalu
menyuapkannya kepada Mila.
“Ayo ditaman lagi saja, jangan
nggangguin pak Udi yang lagi makan,” kata Tinah sambil menggandeng tangan Mila.
“Iya, makan dulu sampai habis,
baru main sama pak Udi. Ya?”
Mila mengangguk, lalu
berlari-lagi ke arah taman.
Qila masih berdiri di pintu
dapur, menatap Wahyudi tak berkedip.
“Lagi pada makan ya?”
Wahyudi dan Nano terkejut,
baru sadar ada Qila berdiri di sana.
“Mari bu Qila,” yang menyapa
adalah Nano, sedangkan Wahyudi menyuap makanannya tanpa menoleh lagi.
“Hm, enak ya makannya?”
“Enak Bu,” lagi-lagi Nano yang
menjawabnya.
Wahyudi berdiri karena
kebetulan nasi di piringnya sudah habis disuapnya buru-buru, kemudian membawa
piring kotornya ke arah cucian piring.
Qila tersenyum, masih mengira
Wahyudi berpura-pura, karena ada Nano di situ. Ia kemudian membalikkan
tubuhnya, menuju ke arah depan. Bukan menemui anaknya seperti dikatakannya
kepada ibu mertuanya tadi.
“Kamu tidak kembali ke kantor?”
tanya ayah mertuanya ketika Qila muncul dari arah belakang.
“Iya Pak, ini mau kembali.”
“Iya, nanti suamimu menunggu,
kamu sudah lama di sini.”
“Baiklah, saya pamit ya Pak,
Bu.”
“Hati-hati.”
Baru saja Qila pergi, Wisnu
menelpon ibunya.
“Ya Nak?”
“Qila masih di situ Bu?”
“Baru saja dia pergi.”
“Ya sudah, di kantor baru
banyak pekerjaan, dia malah pergi lama sekali.”
“Katanya kamu baru ada tamu?”
“Iya, sudah pergi, hanya bicara
sebentar, lalu menemani makan.”
“Oh, ya sudah. Istrimu baru
saja pergi.”
“Akhir-akhir ini Qila agak
malas sih.”
“Agak malas bagaimana?”
“Dia pernah mengeluh lelah,
menyuruh Wisnu mencari sekretaris, dia ingin di rumah saja.”
“Masa? Kok disini tidak pernah
ngomong begitu?”
“Baru bicara sama Wisnu
beberapa hari yang lalu, belum Wisnu tanggapi.”
“Coba diajak bicara lagi.
Apakah dia benar-benar lelah, atau karena bosan.”
“Dia itu pintar, biasanya bisa
membantu Wisnu mengatasi masalah, entah mengapa tiba-tiba dia bersikap begitu.”
“Makanya, ajak dia bicara
lagi, penyebabnya apa.”
“Baik Bu, nanti Wisnu akan
bicara lagi sama dia. Dia malah bilang ingin menunggui Mila di rumah Ibu.”
“Lha ngapain menunggui Mila?
Disini sudah ada ibu, bapak, dan Tinah yang selalu menjaganya. Kalau memang dia
tidak mau lagi bekerja, mestinya Mila biar saja di rumah kamu, karena Qila kan
bisa menjaganya, tidak perlu ada disini.”
“Wisnu sudah bilang begitu.
Entahlah Bu, biar nanti Wisnu bicara lagi.”
“Hm, aneh anak itu,” gumam bu
Kartiko ketika menutup ponselnya.
“Ada apa?” tanya pak Kartiko.
“Wisnu bilang, katanya
istrinya sudah lelah, ingin berhenti bekerja.”
“Memangnya kenapa?”
“Katanya lelah, dan mau
menemani Mila di rumah ini.”
“Mengapa menemani Mila di
rumah ini?”
“Nggak tahu aku alasannya.
Biar Wisnu mengurus istrinya. Dulu dia bilang bahwa Qila itu pintar dan bisa
membantu mengurus perusahaan.”
“Benar, dulu pernah bilang
begitu, makanya aku setuju Qila mendampingi dia di perusahaan.”
“Ya sudah, Bapak nggak usah
ikut mikir masalah itu. Wisnu pasti sudah tahu apa yang harus dilakukannya.”
***
“Aku kelamaan ya Mas?” tanya
Qila begitu masuk ruangan, takut suaminya menegur karena lamanya dia pergi.
“Iya, ngapain saja, kok lama?”
“Asyik bercanda sama Mila,
jadi lupa waktu.”
“Besok Minggu kita ajak Mila
jalan-jalan, supaya Mila senang. Soalnya kita sudah lama tidak bepergian
bertiga, selalu sibuk dengan pekerjaan sih, jadi lelah saat di rumah dan
melupakan anak semata wayang kita.”
“Tidak usah jalan-jalan Mas, main
di rumah ibu saja. Mila suka bermain di taman, melihat ikan-ikan di kolam."
“Setiap hari kan sudah di
sana, cari situasi yang lain, misalnya jalan-jalan ke luar kota, melihat
pemandangan alam. Coba cari nanti, di mana enaknya.”
“Kalau aku kok senang di rumah
ibu saja.”
“Aneh kamu ini, diajak
jalan-jalan kok malah pilih di rumah ibu? Padahal setiap hari sudah ke sana.”
“Nggak tahu aku Mas, apa
karena aku sayang banget sama ke dua mertua aku ya?”
“Oh ya? Tapi kamu tidak usah
khawatir. Mereka baik-baik saja, untuk bapak, sudah ada Wahyudi yang
melayaninya, dan bapak senang kok.”
“Iya sih, tapi kalau libur,
lalu kita menemaninya seharian, barangkali bapak sama ibu lebih senang.”
“Ya sudah, itu kita bicarakan
nanti saja. Yuk bantuin aku sekarang. Ada proyek baru nih.”
“Aduh, aku benar-benar pusing
Mas, capek mikir itu terus,” keluh Qila.
Hati Qila sedang diliputi oleh
godaan tentang ketertarikannya kepada pria ganteng yang ada di rumah mertuanya,
dipicu juga oleh terdengarnya suara igauan Wahyudi tentang Qila, yang dikiranya
Qila itu adalah dirinya. Jadi tak ada yang menarik kecuali bisa berdekatan
dengan pria tampan yang menarik hatinya, yang dikiranya juga tertarik padanya. Qila
sedang menunggu malam segera tiba, kemudian dia akan menelpon Wahyudi melalui
ponsel yang ditinggalkannya. Apakah Wahyudi saat ini sudah melihat ponsel itu
ya?
“Qila …” panggil Wisnu yang
melihat Qila malah seperti melamun.
“Oh iya …”
“Kamu kenapa sih sekarang
beda?”
“Namanya manusia, kadang juga
jenuh Mas, tiap hari melihat angka … angka … “
“Baiklah, aku putuskan besok
Minggu kita liburan. Mungkin tidak sehari, kita akan cuti selama tiga hari,
karena itu ayo kita selesaikan dulu semuanya.”
Qila tampak terkejut.
“Tiga hari?”
“Ya, kita dan Mila, Tinah
pastinya juga harus ikut.”
“Mas, bagaimana kalau kita
liburannya rame-rame?”
“Rame-rame bagaimana ?”
“Kita ajak bapak sama ibu
juga, pastinya bersama seluruh keluarga.”
“Haaa? Tapi apa bapak mau?”
“Kan bapak juga butuh hiburan?
Lagi pula bapak kan punya asisten yang setia menemaninya. Biarpun dengan kursi
roda, bapak kan juga berhak senang? Di rumah terus juga membuat bapak jenuh,
bosan ….”
Wisnu tampak berpikir. Lalu ia
merasa senang karena istrinya sangat memperhatikan mertuanya.
“Qila, kamu ternyata istri
yang baik, yang sangat menyayangi mertua kamu juga.”
“Aku memang menyayangi mereka,
seperti kepada orang tuaku sendiri.”
Wisnu tersenyum senang,
kemudian mencium pucuk kepala istrinya dengan lembut. Qila mengibaskan tangan
suaminya.
“Isssh, Mas, ini di kantor.”
“Kan yang ada di ruangan ini
hanya kamu dan aku?” elak Wisnu.
“Ya sudah, mana yang harus di
kerjakan, tapi benar ya, liburannya bersama keluarga bapak-ibu juga?”
“Aku akan bicara sama bapak
nanti saat menjemput Mila, semoga bapak mau. Kalau ibu sih pasti ngikut saja,
asalkan bapak suka.”
***
Sore hari itu setelah mandi,
Wahyudi mencari sisir yang lupa entah di letakkannya di mana. Ia menuju ke arah
meja, yang terletak di sebelah tempat tidurnya.
“Ah, ternyata di sini. Teledor
juga aku ini,” katanya sambil mengambil sisirnya. Tapi tiba-tiba matanya
menangkap sesuatu yang kemudian di raihnya.
“Ponsel? Milik siapa ini? Aku
kan tidak punya ponsel?”
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU ~14 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien 🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah, yg ditunggu akhirnya datang jg, matur nueun bunda Tien 👍😍
DeleteSelamat atas keberhasilannya menjemput kehadiran KC_14 buat pa Djodhi Mahatma, apa kabar??
DeleteTerima kasih bunda, salam SEROJA tetap semangat dan sehat selalu.
Aamiin ya Robbal'aalamiin
Alhamdulillah, Kakek Habi.. khabar saya baik² saja, semoga Kakek Habi demikian juga.. Aamiin 🤲
Deletealhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah .....
ReplyDeleteYg ditunggu2 sdh muncul.
Terima kasih bu Tien
Semoga sehat selalu
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSugeng daluuuu.... Mugi mbak Tien tansah pinaringan keberkahan sehat wal afiat... Matur Nuwun KC 14nya😘❤️
ReplyDeletematur suwum bunda Tien ..sehat selalu ....
ReplyDeleteAlhamdulillah KEMBANG CANTIKKU 14 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulillah, mtr nuwun.. sehat & bahagia selalu bunda Tien..
ReplyDeleteSami2 ibu Ermi
DeleteAamiin
Shiiip. 👍
ReplyDeleteakhirnya yg ditunggu hadir juga....matur nuwun bunda Tien...
ReplyDeleteSami2 ibu Lestari
Deletealhamdulillah
ReplyDeleteWa syukurillah
DeleteIbu Nanik
Makasih bunda tayangan nya
ReplyDeleteSami2 ibu Engkas
DeleteTerima kasih...
ReplyDeleteSami2 ibu Yati
DeleteTerima kasih mbak Tien...
ReplyDeleteSelamat bergabung KP LOVER
DeleteTerimakasih bund... Sehat selalu
ReplyDeleteSami2 jeng Kun Yulia, ketemu disini.. 💗
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹
Wah qilasalah pahan. Terima kasih bu tien cerbungnya
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku, Kembang Cantikku sudah berkunjung.
ReplyDeleteQila salah orang, mestinya HP baru itu untukku, untuk jaga " kalau yang lama rusak. He he he..
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Sami2 pak Latief
DeleteKemarin kami lewat sana lho
Kami ke Boyolali bunda, peringatan 100 hari saudara.
DeleteMatur nuwun bunda Tien...🙏
ReplyDeleteSa.i2 ibu Padmasari
DeleteAlhamdulillah yang selalu dinanti tayang. Terima kasih bunda Tien, salam sehat selalu dan aduhai..😊😊
ReplyDeleteSami2 ibu Komariyah
DeleteSalam sehat dan Aduhai
Alhamdulillah, matursuwun bu Tien KC 14 nya
ReplyDeleteSemoga sehat selalu. Aamiin
Sami2 ibu Umi
DeleteAamiin
Alhamdulillah bu Tien ..sdh tayang lagi
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Yanti
DeleteAlhamdulillah, PC 14 telah hadir. Terima kasih mbak Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
ReplyDeleteSami2 Ibu Pudya
DeleteAamiin
Trims Bu tien
ReplyDeleteSami2 ibu Suparmia
DeleteTerimakasih bu Tien, semoga bu Tien sehat selalu. Aamiin
ReplyDeleteSami2 ibu Sri.
DeleteAamiin
Terima kasih Bu Tien, KC 14 sdh tayang.
ReplyDeleteSemakin seru dan bikin penasaran ceritanya
Semoga Ibu sehat dan bahagia selalu
Aamiin
Sami2 ibu Ting
DeleteAamiin
Selamat datang di grup PCTK yang sangat luar biasa ini, untuk :
ReplyDeleteIbu Mas Mera (KP LOVER)
Ibu Lies Indrya Handayani
Ibu Caesilia Enik Ambarwati
Semoga kerasan dan menjadi saudara dengan penuh cinta.
ADUHAI
He..he Qila salah paham.
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Terima ksih bund 🙏🙏
ReplyDeleteMalam Bunda sehat selalu
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu dan terus berkarya....
ReplyDelete