ADUHAI AH 10
(Tien Kumalasari)
“Tutut, apa maksudmu?” seru Tindy kaget.
“Aku akan menemuinya besok, di kampus,” katanya
enteng.
“Untuk apa kamu menemuinya, nak?”
“Mengapa kalau aku bertemu mas Sarman? Aku merasa Ibu
seperti menghalangi keinginan Tutut ini? Memangnya salah apa mas Sarman ?”
“Tidak ada yang salah, dia baik-baik saja.”
“Mengapa Ibu seperti terkejut ketika Tutut mengatakan
ingin menemuinya di kampus?”
“Tidak ada gunanya kamu menemuinya, kan dia sudah
pamit dan itu tidak akan lama, dia bilang akan kembali kok.”
Tutut hanya diam, sampai ibunya meninggalkan kamarnya.
“Kenapa dia?” tanya Haryo.
“Dia sepertinya ngambeg. Sarman pergi tanpa pamit sama
dia.”
“Memangnya tidak pamit sama dia?”
“Katanya begitu.”
“Kok aneh, Desy dipamiti tuh,” sela Desy.
“Mungkin pas dia pamitan, Tutut nggak ada,” kata Haryo
lagi.
“Besok dia mau ke kampusnya.”
“Biarkan saja Bu, mungkin dia cuma mau protes. Anak
manja kalau tidak diperhatikan pasti ngamuk deh,” kata Desy.
Tak ada yang menjawab, baik Haryo maupun Tindy. Tapi
mereka menangkap sikap Sarman itu sebagai sikap yang aneh. Mengapa Sarman tidak
berpamit sama Tutut? Mungkinkah memang ada apa-apa di hati mereka?
“Ayo kita berangkat Bapak, simbok sudah menunggu di
depan tuh.”
“Baiklah, ayo kita berangkat,” kata Haryo pada
akhirnya.
“Saya saja yang membawa mobilnya ya Pak,” kata Desy.
“Terserah kamu saja. Simbok di depan sama Desy, aku
dibelakang sama ibu,” jawab Haryo.
Tutut mendengar mereka berangkat pergi, ia tetap
bergeming di kamarnya. Tiba-tiba ia merasa ada yang hilang dari hatinya. Sosok
Sarman yang ngemong dan penuh perhatian, membuatnya menemukan seorang kakak
yang penuh kasih sayang. Apakah aku jatuh cinta? Tidak, ini hanya cinta kepada
seorang kakak. Kehadiran mas Sarman yang kemudian diangkat anak oleh bapak sama
ibu, membuat aku kemudian menemukan seorang kakak. Kakak yang baik, yang penuh
pengertian, dan yang penting selalu bisa momong adik-adiknya. Tapi kenapa mas
Sarman membeda-bedakan aku dengan yang lain? Masa sama mbak Desy dia pamitan,
kok aku enggak?
Tutut akhirnya tertidur sebelum keluarganya pulang,
dengan tekat esok hari akan menemui Sarman di kampusnya.
***
“Tutut, mau diantar Bapak?”
“Tidak Pak, Tutut naik mobilnya ibu seperti biasa saja,
boleh kan?”
“Tapi sepertinya hari ini ibu akan pergi lho, itu
sebabnya Bapak menawarkan untuk mengantar. Kalau bareng kakakmu, nanti dia
jalan mutar, bisa terlambat sampai di rumah sakit, soalnya lalu lintas di daerah
kampus pasti ramai di jam-jam seperti ini.”
“Oh, begitu ya? Baiklah, diantar Bapak juga nggak
apa-apa,” kata Tutut pasrah. Dan sekali lagi Tutut merasa bahwa ayahnya yang
pastinya sudah tahu bahwa dia akan menemui Sarman, menghalanginya naik mobil sendiri.
Supaya tidak jadi ke kampusnya Sarman? Bukankah banyak taksi online, atau ojol
yang bisa mengantarnya kemana pun?
Ia tidak perlu menanyakan kepada ibunya akan pergi
kemana, karena ia tahu bahwa itu hanya alasan untuk menghalanginya saja. Haryo
dan Tindy lupa bahwa Tutut bukan lagi anak kecil yang bisa dijerat langkahnya.
Dan akhirnya Tutut hanya diam saja selama diperjalanan
bersama ayahnya.
“Tutut,” panggil Haryo.
Tutut menatap kearah depan, menikmati hiruk pikuk lalu
lintas yang mulai sibuk di jam-jam seperti itu.
“Kok diam sih, dipanggil Bapak?” protes Haryo.
Tutut menoleh ke arah ayahnya.
“Kamu marah sama Bapak?”
“Nggak …”
“Beberapa hari ini kok Bapak merasa Tutut tidak bermanja
di depan Bapak ya? Biasanya menggelendot dipundak Bapak, merengek-rengek minta
sesuatu,” kata Haryo sambil meraih sebelah tangan Tutut.
“Lagi males saja,” kata Tutut singkat.
“Pasti ada sebabnya dong.”
“Nggak ada.”
“Hm.. bapak tahu, pasti karena mas Sarman nggak pamit
sama kamu saat mau pergi. Kamu tahu, dia pergi pagi-pagi sekali, baru Bapak
sama ibu yang bangun.”
“Mbak Desy ?”
“Oh iya, mbak mu juga sudah bangun, jadi karena kamu
masih tidur, dia nggak pamit sama kamu.”
“Mengapa dia pergi?”
“Dia bilang sama Bapak, katanya kangen sama ibunya,
dan ingin tinggal sementara di tempat yang dekat dengan makam ibunya.”
“Cuma karena itu, kok tiba-tiba?”
“Bisa saja dong, tiba-tiba kangen.”
“Bapak marah sama dia kan?”
“Ah, nggak lah, mana pernah Bapak marah sama dia. Dia
itu kan selalu baik, santun, pengertian.”
“Tutut merasa menemukan kakak yang sangat baik.”
“Kamu tidak perlu merasa sedih, nanti dia akan kembali
kok. Kalau hatinya sudah tenang, dan rasa kangen sama ibunya sudah terpuaskan.”
“Tutut tidak sedih.”
“Lalu?”
“Tutut ingin bertanya sama dia, mengapa dia tidak pamit
sama Tutut.”
“Kan Bapak sudah jawab, perginya ketika kamu belum
bangun.”
“Itu kan jawaban Bapak, jawaban mas Sarman harus Tutut
dengar.”
Haryo menghela napas. Tutut sudah biasa protes sama
ayahnya setiap kali ada yang tidak memuaskannya. Kali ini protesnya diiringi
rasa curiga, seperti ada apa-apanya.
“Nanti dijemput jam berapa?” tanya Haryo ketika sudah
sampai di depan kampus.
“Nanti gampang, Tutut bisa naik ojol atau taksi.”
“Baiklah, tapi kalau bisa kabari Bapak ya, biar Bapak
jemput.”
Tutut tak menjawab, langsung turun setelah mencium
tangan ayahnya.
Haryo menghela napas. Ada rasa ingin meruntuki dirinya
karena kelakuannya maka keadaan bisa sekacau ini.
“Ya Allah, ampunilah hambamu ini,” bisiknya pelan,
lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan, dan memacu mobilnya menuju pulang.
***
“Mengapa wajahmu kelihatan muram? Ada yang tidak
menyenangkan?” tanya Danarto ketika Desy menemaninya setelah praktek.
“Memikirkan Tutut aku tuh.”
“Memangnya kenapa dia?”
“Beberapa hari ini bawaannya marah-marah terus.”
“Gara-gara apa?”
“Nggak tahu. Mungkin karena mas Sarman pergi, dan
tidak pamit sama dia, sementara semua orang di rumah itu dipamitin semua.”
“Memangnya mas Sarman pergi kemana?”
“Alasannya sih kangen sama ibunya, lalu ingin menginap
didekat makam, agar bisa merasa dekat.”
“Mas Sarman sudah hampir selesai kuliahnya bukan?”
“Ya, saat ini lagi mengerjakan tugas akhir. Tutut
disalip sama dia.”
“Dia pintar kayaknya.”
“Memang pintar. Tapi dia itu rendah hati banget. Kalau
orang memuji dia pintar, maka jawabnya adalah karena keburu tua, maka dia
ngebut.”
“Oh ya?”
“Mas Sarman itu lebih tua dari aku, bahkan lebih tua dari
mbak Lala. Makanya dia dianggap kakak sulung, terutama oleh Tutut yang suka
bermanja sama dia.”
“Dia baik sekali ya.”
“Sebenarnya aku tuh ingin menjodohkan mas Sarman sama
Tutut, tapi bapak sama ibu melarangnya. Bahkan melarang keras, menilik nada
suara mereka ketika aku mengutarakan niatku itu.”
“Oh ya? Kenapa? Oh, perbedaan status ya?”
“Orang tuaku bukan yang suka membedakan status. Entah
mengapa, aku tahu ada alasan yang disembunyikan.”
“Dari mana kamu tahu ada alasan disembunyikan?”
“Mereka bilang, pada suatu hari nanti aku akan
mengerti. Bingung kan?”
“Ya sudah, kalau memang ada alasannya, kamu nggak
perlu risau kan?”
“Semalam bapak juga nanya sama aku.”
“Tentang mas Sarman dan Tutut?”
“Bukan, tentang hubungan kita.”
“Nah, itu yang aku tunggu. Kamu sudah jawab ‘iya’ kan?”
“Belum.”
“Gimana sih? Masih tetap tidak mengerti tentang
perasaan kamu sendiri? Aku saja tahu,” goda Danarto.
“Ah ….”
“Iya benar. Kamu saja yang tidak mau mengakui.”
“Nanti setelah sembuh kita bicara lagi. Sekarang bukan
saatnya.”
“Aku sudah sembuh, tahu.”
“Oh ya? Pengin buru-buru pulang dong, sudah siap
menghadapi susahnya mengurus rumah?”
“Bicara tentang rumah, aku mau minta tolong sama kamu.”
“Kok bisa, tentang rumah … lalu ngomongnya sama aku?”
“Aku mau kamu menemani aku melihat rumah yang akan aku
beli.”
“Wauww, mau beli rumah?”
“Yang tidak terlalu jauh dari tempat aku bekerja. Aku
sudah melihat rumah itu, tapi aku ingin kamu menyukainya. Itu sebabnya aku mau
mengajak kamu.”
“Mengapa harus aku?”
“Karena nantinya yang akan tinggal di rumah itu adalah
kita.”
“Ah ….”
“Senengnya, dua kali dapat ‘ah’ hari ini.”
Desy tersenyum manis.
“Aku serius. Mau ya? Minggu ini aku mau pulang. Lalu
kita akan melihat rumah itu bersama. Okey?”
“Kita lihat saja nanti.”
“Aku juga tak ingin terlalu capek karena rumahku
lumayan jauh. Dan aku juga berniat akan membuka praktek di rumah itu.”
“Bagus lah Mas, aku setuju.”
“Kita akan praktek bersama disana. Rumahnya lumayan
luas, bisa untuk dua ruang praktek dan ruang tunggu yang nyaman. Nanti kita
desain ulang kalau ada yang tidak sempurna.”
“Kedengarannya menyenangkan.”
“Kamu juga harus senang.”
“Aku antar kamu melihat rumahnya, tapi untuk yang
lain-lain aku perlu bicara sama kamu.”
“Baiklah, tidak masalah. Yang penting aku sudah tahu
bagaimana isi hati kamu.”
“Ah … sok tahu.”
Bagaimanapun apa yang dikatakan Danarto tak sedikitpun
ditampik oleh Desy. Kata ‘iya’ belum terucap, tapi Danarto sudah merasa bahwa
Desy tak akan menolaknya.
***
Sarman baru mau mengambil sepeda motornya di tempat
parkir ketika mau pulang dari kampus, tapi tiba-tiba dilihatnya seorang gadis
duduk termangu di bawah sebuah pohon besar yang ada di halaman. Sarman masih
ingat, gadis itu bernama Hesti, yang pernah menabraknya saat mau menuju ke perpus,
dan juga yang nyaris kehilangan ponsel lalu dia berhasil mengambilkannya. Dengan
langkah ringan dia mendekati gadis itu.
“Heii … kok ngelamun disini sih.”
Hesti terkejut. Dia mengangkat wajahnya yang semula
sedikit tertunduk.
“Mas Sarman?”
“Ngapain ngelamun disini? Kamu tahu nggak, pohon ini
wingit lho,” kata Sarman sambil duduk di samping Hesti.
“Wingit itu apa?”
“Wingit itu keramat, angker, ada penunggunya. Bisa diculik
kalau kamu duduk sendirian dan ngelamun disini.”
“Hiih, nakutin deh.”
Sarman terbahak.
“Benarkah?” tanya Hesti sambil menoleh kearah pohon besar
berdaun rindang itu.
“Nggak, aku bohong. Lagi mikirin apa?”
“Mas, aku mau curhat nih.”
“Curhat soal apa?”
“Soal cinta.”
Sarman kembali terbahak.
“Kamu lagi jatuh cinta?”
“Gimana sih cara menaklukkan hati seorang cowok?” Mas
kan cowok, jadi pasti tahu dong, cewek yang bisa menarik hati itu yang
bagaimana?”
“Hm, perbincangan serius nih?”
“Serius lah.”
“Kamu tahu nggak, selera setiap orang itu berbeda.
Misalnya, cowok yang kamu sukai itu sukanya yang seperti apa, yang cantik,
kalem, lembut. Tapi ada lagi yang lebih suka gadis yang manja, kolokan, ada
lagi yang suka gadis yang lucu, jenaka, suka bercanda. Jadi jangan tanya sama
aku. Kecuali kamu jatuh cinta sama aku,” kata Sarman sambil tertawa.
“Oh, gitu ya," senyum Hesti.
“Kamu jatuh cinta sama siapa? Mahasiswa kampus ini?”
“Tidak. Dia seorang dokter.”
“Wouuw, seorang dokter? Bagus dong, pasti dia suka
sama kamu, karena kamu kan cantik, menarik.”
“Nggak. Dia sudah punya pacar.”
“Wah, berarti cinta kamu salah alamat. Jangan sekali-sekali
suka sama orang yang sudah punya pacar, apalagi punya istri.”
“Tapi ibuku suka sama dia, dan berharap dia bisa
menjadi menantunya.”
“Rumit itu. Kalau cowoknya sudah punya pacar ya sia-sia
dong.”
“Ibu meminta agar aku merebutnya, karena aku sama
dokter itu sudah dijodohkan.”
“Waduh, nggak bener itu. Jaman sekarang bukan jamannya
Siti Nurbaya, tahu. Bagaimana mungkin orang dijodoh-jodohkan, sama yang sudah
punya pacar pula.”
“Tapi aku akan berusaha merebutnya.”
“Wieeet… kamu salah Hesti. Kamu kenal sama pacar
dokter itu?”
“Nggak. Aku kenal ketika mas Danarto, tunanganku itu
dirawat di rumah sakit, dan pacarnya sering menungguinya. Dia juga dokter.”
“Tunggu … tunggu … siapa nama tunangan kamu atau cowok
yang kamu inginkan itu? Danarto? Dokter Danarto?”
“Iya. Pacarnya juga dokter, namanya Desy.”
“Astaga naga.” Sarman terbelalak.
“Mas Sarman kenal?”
“Bukan kenal lagi. Desy itu adik aku.”
Sekarang Hesti yang terbelalak.
“Adik mas Sarman?”
“Iya, adik aku. Hanya adik angkat sih, tapi dia aku anggap sebagai adik beneran.”
“Oh, maaf.”
“Aku ingatkan kamu Hesti, cari pacar itu yang tidak
memiliki kekasih. Kamu akan mendapat masalah nanti. Paling tidak, masalah dengan hati
kamu sendiri. Sakit itu,” kata Sarman sambil berdiri., Ia hampir meninggalkan
Hesti yang masih termangu di sana, ketika terdengar seseorang memanggilnya.
“Mas Sarman !”
Sarman terkejut bukan alang kepalang. Dilihatnya
seorang gadis melangkah cepat mendekatinya, dan itu adalah Tutut.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulilah
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien
DeleteAlhamdulillah bunda Sis juara.. horreeey.. Terimakasih bunda Tien.. smg sehat sll❤️😘
DeleteSelamat priyantun Lampung/Cibubur, berhasil menjuarai AA_10 malam ini.
DeleteAlhamdulillah......
DeleteAduhai...Ah_eps-10 sdh hadir. Terima kasih bu Tien.... Semoga bunda selalu sehat & bahagia. Aamiin......
Tumben mb Sis, juara...selamat.
DeleteAsyiik
ReplyDeleteAlhamdulillah Aduhai Ah sdh tayang, manusang bu Tien
ReplyDeleteHatur nuwun injih mbakyuku Tienkumalasari, sampun tayang salam kangen dan aduhaai dari Cibubur
ReplyDeleteAlhamdulilah. Matur nuwun sanget Bu.
ReplyDeleteAlhamdulillah AA10 sdh hadir, matur nuwun mbak Tien, salam sehat selalu. Aamiin
ReplyDeleteAlahamdulillah . Suwum ibu
ReplyDeletealhamdulillah gasik
ReplyDeletematur nuwun bu Tien
semoga sehat selalu
Makasih Bunda untuk cerbungnya, sehat selalu dan tetap semangat
ReplyDeleteAlhamdulilah ...AA 10 dah hadir ..matur nuwun bunda Tien....
ReplyDeleteAlhamdulillah.... salam aduhai bwt sobat2 disini
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah.
ReplyDeleteMakasih Bu Tien.
Alhamdulilah tayang gercep
ReplyDeleteMakasih bunda
Aduhai “ah”
Alhamdulillah ... yg di tunggu2 datang ... 🙂
ReplyDeleteMatur nuwun nggih Mbak Tien ⚘⚘⚘⚘⚘
Alhamdulillah..
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien
Semoga sehat dan bahagia selalu
Salam *ADUHAI AH*
Alhamdulillah, Matur nuwun bu Tien
ReplyDeleteAduhaaii Ah,, Sarman dg Hesti saja deh,,
Salam Sehat wal'afiat semua ya bu Tien 🤗💖
Matur muwun mbak Tien .
ReplyDeleteAduhai ah
Terima kasih Bu Tien.
ReplyDeleteAlhamsulillah...
ReplyDeleteTerimakasih Bunda Tien...
Alhamdulilah, teria kasih bu tien , salam sehat dan salam aduhai
ReplyDeleteWaa... keren... cerita yg unik...
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien Cerbungnya...menghibur dan menyenangkan bagi pemba canya...salam sehat
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
Alhamdulillah, suwun Bu Tien.....salam sehat selalu....🙏🙏😊
ReplyDeleteBelum muncul ketegangan. Tegang kl nanti ibunda hesti datang, barang kali.
ReplyDeleteTerima kasih banyak mbak tien. Semoga mbak tien sehat selalu. Salam sejahtera.
Alhamdulillah ADUHAI-AH 10 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdullilah AA 10 sdh tayang..terima ksih bunda Tien..smoga sehat sll dan salam aduhai dri sukabumi🙏🥰
ReplyDeleteAlhamdulillah ADUHAI AH Episode 10 sudah tayang, mature nuwun mbak Tien.
ReplyDeleteSemoga tetap sehat, bahagia bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Alamiin.
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku ADUHAI AH sudah tayang.
ReplyDeleteTampaknya Sarman berfikir secara dewasa, dengan nalar pula. Entah bagaimana nanti kalau tahu pak Haryo itu ayahnya.
Salam sehat penuh semangat mbak Tien yang selalu ADUHAI AH.
Trims Bu Tien AA udah tayang
ReplyDeleteAduh....
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien...
Wah wah Dr Danarto vs Dr Desy sippp jadi cucok cantik pintar & Ganteng pintar pula wuaaah teernyata Desy adik angkat Sarman makin susah ada Sarman akan menghalangi Hesty suka Dr DANARTO .ALAmak dah Tutut nanti di kenalkan teman Danarto😄😄😄🤲🤲🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah ....
ReplyDeleteADUHAI AH 10 dah tayang...terima kasih Bu Tien
Selamat malam selamat beristirahat smoga sht sll dan bahagia bersama kelurga
Salam ADUHAI dari blora
Alhamdulillah ADUHAI AH 10 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
Salam ADUHAI AH
𝐀𝐥𝐡𝐚𝐦𝐝𝐮𝐥𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐞𝐩𝐬 10 𝐭𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠....🤩🤩
ReplyDelete𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐮𝐭𝐤 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 & 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚..🙏🙏🙏
Ternyata Sarman bersanding dengan gadis yang waktu itu Tutut melihat bersama Sarman boncengan... Hmm
ReplyDeleteKini berlanjut di bangku halaman yang terlindung rindangnya pohon.
Hanya ingin tanya mengapa nggak berpamitan sama Tutut.
Nah lho tadi bilang sama Hesti kalau Desy itu adiknya; apakah juga Sarman mengakui Tutut sebagai adiknya juga.
Kesan kalau ada sesuatu yang disembunyikan, itu yang Tutut ingin menanyakan dan dengar jawaban langsung dari Sarman.
Kepergian Sarman terkesan mendadak.
Ada apa dengan mu.
Persiapan membangun sebuah karya bersama, Danar yang yakin Desy akan bakal ikut ambil bagian di dalamnya.
Namanya juga nona ya nggak kepikiran betapa susahnya mendapatkan pacar bila bener bener putus di usia sudah tidak muda, yang ada dibenak Desy; masih aja idealisme nya masih tinggi.
Pakai syarat dan ketentuan berlaku.
La dari pada berlama-lama menunggu keponakan datang yå mending ber kepenakaan bersama Danarto yang jelas jelas mencintai mu tå Desy.
Dicintai kan punya nilai lebih, tinggal kamu mengimbangi.
Dari pada cinta setengah mati tapi kamu terus-terusan harus mengejar kan repot, capek deh.
Kalau seumuran kamu Des, dikampung simbok sudah punya dua anak paling tidak.
Itu saja dijodohkan, pake cocokologi, pétung weton; dari keduanya segala.
Klamut klamut bener-bener nglangut..
Terimakasih Bu Tien,
ADUHAI AH yang ke sepuluh sudah tayang,
sehat sehat selalu doaku,
sedjahtera dan berbahagialah bersama keluarga tercinta
🙏
Nang, klomat klamut aja mrengut
DeleteMatur nuwun, bu Tien. Salam sehat. Saya sedang berada di Solo. Barusan nonton WO Sriwedari
ReplyDeleteAsyiik.
DeleteKok nggak mampir. Lakonnya apa?
Kresna Gugah , bu Tien.......hehehe lain Kali mampir, bu Tien
DeleteSalem(Boston) MA Kamis 28 April 2022, Terima kasih bunda Tien saya sudah baca Aduhai Ah seri ke 10 pagi ini seruuuuu bacanya! Salam sehat bunda Tien jangan lupa minum yang sering usahakan kata dokter saya tiap jam 1 gelas air hangat!
ReplyDeleteTerima kasih ibu Willa, salam hangat dari Solo Indonesia, untuk Boston MA
DeleteAlhamdulillah......
ReplyDeleteAduhai...Ah 10 sdh hadir.
Terima kasih mbak Tien.... Semoga selalu sehat & bahagia. Aamiin......
Sami2 jeng Nani
DeleteAamiin
Alhamdulillah, mtr nuwun bunda Tien
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo, Bam's, Tjoekherisubiyandono
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem, Boston Massachusetts, Bantul, Mataram, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Makasih mba Tien.
ReplyDeleteTambah seru
Aduh mulai ni..Sarman -Tutut , Danarto-Desy- Hesti...
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien, makin penasaran ini..
Salam ADUHAI AH...🥰
Alhamdulillah sudah baca AA 10. Haturnuhun pisan bu Tien.
ReplyDeleteSalam sehat selalu
Aduhai sekaliii...
ReplyDeleteTerimakasih bunda cerbungnya sdh tayang..
Hiburan yg paling membahagiakanku...
Yg selalu ditunggu tunggu..
Salam sehat selalu bun dan semoga bahagia bersama keluarga dan Amancu tersayang... Love you..